Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN
“MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL”

Dosen: Ns. Junytha Rondonuwun S.Kep., M.Kep

Nama-nama Kelompok 5 :

1. Angelia P. Wowor NIM: 018003

2. Angel Mamangkey NIM: 018001

3. Musfika Rahayu NIM:018020

4. Medyattrex Mangundap NIM: 018018

5. Raldiano Paendong NIM:018026

6. Yishel Flory NIM:018035

7. Yandi Amar NIM:018034

AKADEMI KEPERAWATAN METUARI WAYA MANADO

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur atas Berkat Rahmatnya, sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah tentang “Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP)”. kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami , diucapkan terima
kasih.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah............................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian MPKP....................................................................3
2.2 Tujuan MPKP..........................................................................3
2.3 Komponen MPKP...................................................................3
2.4 Pilar–Pilar dalam MPKP………………………….................5
2.5 Macam-Macam Metode Penugasan Dalam Keperawatan......6

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan..............................................................................12
3.2 Saran........................................................................................12

Daftar Pustaka................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut
perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP).
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional)
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut,” jelas Linda. Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak
rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional.
Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih
berorientasi pada pelaksanaan tugas.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan
derajat ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah Perawat Primer (PP) yang
lulusan S1 keperawatan, Perawat Asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta
SPK. Tenaga lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan
tim yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM) yang
merupakan magister spesialis keperawatan.
Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena
bentuk tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian
klien yang perlu landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan
dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan
membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas semua asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien.
Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan
peralatan yang digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke
dan dari klien dilakukan oleh pembantu keperawatan. Asuhan keperawatan
dilakukan berdasarkan standar rencana keperawatan yang ada. Ketua tim (PP)
melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan

iii
pengkajian yang dilakukan.Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional
karena ada otonomi dan kesempatan mengobservasi perkembangan klien
secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih terencana.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisannya sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian MPKP.
2. Untuk mengetahui tujuan MPKP.
3. Untuk mengetahui komponen MPKP.
4. Untuk menjelaskan pilar-pilar dalam MPKP.
5. Untuk menjelaskan metode penugasan dalam MPKP serta kekurangan dan
kelebihannya.

iv
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006).
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

2.2 Tujuan MPKP


1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan

2.3 Komponen MPKP


Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit,
Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen
yaitu nilai–nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar
professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen
terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi
dan penghargaan.
a. Nilai–nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan
klien/keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan

v
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan
termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai
tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai-nilai professional.
b. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga
mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain
khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medik.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra
ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari
dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim
menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang
manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali
dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
e. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional.
Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan
bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan
prosedur.

vi
2.4 Pilar–Pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat
pilar diantaranya adalah
Pilar I : Pendekatan Manajemen Keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan
pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan
professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari:
 Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di
ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi,
kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan
tahunan).
 Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi,
jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
 Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi
efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik
 Pengawasan
 Pengendalian
Pilar II : Sistem Penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik
keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi
kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
Pilar III : Hubungan Professional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan
keperawatan (tim kesehatan) dalam penerima palayanan
keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan
professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara

vii
pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain–lain. Sedangkan
hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah
pelayanan keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan
keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang
diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan.

2.5 Macam-Macam Metode Penugasan Dalam Keperawatan


Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu
menggunakan salah satu metode pendekatan di bawah ini :
a) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan
keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan
tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
 Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein,
membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
 Perawat staf, tugasnya :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu
tenaga keperawatan
 Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,
pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit
kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
 Pembantu Perawat, tugasnya :

viii
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk
mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
 Tenaga Administrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi,
mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk
dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat
permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas
instruksi kepala ruangan.
 Kerugian metode fungsional:
- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
 Kelebihan dari metode fungsional :
- Sederhana
- Efisien.
- Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas.
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
 Contoh metode fungsional
- Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu
badan klien.
- Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk
semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan
tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang
klien

ix
b) Metode penugasan pasien/metode kasus
Metode penugasan pasien/metode kasus yaitu pengorganisasian
pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh
satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu
tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala
ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan
contohnya di ruang isolasi dan ICU.
 Kekurangan metode kasus :
- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang
terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara
menyeluruh
- Membutuhkan banyak tenaga.
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawab klien bertugas.
 Kelebihan metode kasus:
- Kebutuhan pasien terpenuhi.
- Pasien merasa puas.
- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
c) Metode penugasan tim
Metode penugasan tim yaitu pengorganisasian pelayanan
keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh
perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan
dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin
kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam

x
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin
tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan
atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
 Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
- Ketua tim
- Pelakaana perawatan
- Pembantu perawatan
- Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan
yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.

 Kelebihan metode tim:


- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Pasien dilayani secara komfrehesif
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Tercipta kerja sama yang baik .
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
 Kekurangan metode tim:
- Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat.
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.
d) Metode Perawatan Primer

xi
Metode Perawatan Primer yaitu pemberian askep yang ditandai
dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan
askep selama pasien dirawat.
 Tugas perawat primer adalah :
- Menerima pasien
- Mengkaji kebutuhan
- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
- Mengkoordinasi pelayanan
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- Menyiapkan  penyuluhan pulang
 Konsep dasar :
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
 Ketenagaan :
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2) Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional
sebagai asisten.
 Kepala bangsal :
1) Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2) Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas
4) Memberi penugasan pada perawat asisten.
 Kelebihan dari metode perawat primer:
- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasi langsung dengan Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif

xii
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
 Kelemahan dari metode perawat primer:
- Perlu kualitas dan
- Kuantitas tenaga perawat,
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain

xiii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional)
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut.Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di
Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian
asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada
upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan
tugas.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat nantinya, kita diharapkan mampu memahami
konsep MPKP sehingga nantinya kita dapat menerapkan konsep tersebut ketika
kita sudah bekerja, dan makalah ini masih banyak kekurangan maka saya
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang lain.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat.Jakarta:EGC.

http://muhsakirmsg.blogspot.co.id/2013/02/model-praktek-keperawatan-
profesional.html

http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/model-praktik-keperawatan-profesional-
mpkp/

xv

Anda mungkin juga menyukai