Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap
ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga
penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali
mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial (TP-KJM,2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia
maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda
awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian
remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada
awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah
(atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja
dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang
dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan
yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan
dewasa.
Karakteristik Masa Remaja Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki
karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periodeperiode perkembangan lainnya. Menurut
Aulia (2006) rinciannya adalah sebagai berikut: a. Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak
jangka panjang dari apa yang terjadipada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak
penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik
dan psikologis yang cepat dan penting.Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa
menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan
minta yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan
sifatsifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru
untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam
periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang dituntut
oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka
akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu
mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku
terlalu dewasa untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung
secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan
perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini
yaitu,
(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah
baru, (4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan
d. Masa remaja adalah usia bermasalah Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk
ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu :
pertama, pada saat anak-anak
paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang
individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut
untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga
menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri Pada periode ini, konformitas terhadap
kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri
dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah
satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti
mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu
sendiri dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai
perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para
remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang
tua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat
hidup secara kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka
inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi
yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga, teman. Semakin
tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut
tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa Pada saat remaja mendekati masa dimana
mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotyperemaja dan
menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan
berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti
merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
2) Tugas Perkembangan Masa Remaja Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus
pada bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersipakan sikap dan
perilaku orang dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :
1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin
5. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
7. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga 8. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis
untuk mengarahkan perilaku.
a. Tinggi badan Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia 17/18 tahun dan
bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.
b. Berat badan Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi
badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.
c. Proporsi tubuh Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal : badan
lebih lebar dan lebih kuat.
d. Organ seksual Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada
periode remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun kemudian
e. Karakteristik sex sekunder Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada
level dewasa pada periode remaja akhir.
Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan dalam emosionalitas
remaja yang cukup mengemuka, sehingga ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari
perubahan pada aspek emosionalitas ini.Masa ini disebut sebagai masa “storm and ampak”
dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari perubahan fisik dan
hormonal. Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol dan ampak irrasional,
secara umum terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap usia yang dilalui. Misalnya,
pada usia 14 tahun, remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan meledak secara
emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya mereka mengatakan tidak terlalu
merasa khawatir. Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka diperlakukan
seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak adil.Ekspresi kemarahannya
mungkin berupa mendongkol, menolak untuk bicara, atau mengkritik secara keras.Hal yang juga
cukup mengemuka yaitu pada masa ini remaja lebih iri hati terhadap mereka yang memiliki
materi lebih.
Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah penyesuaian
sosial.Penyesuaian ini harus dilakukan terhadapjenis kelamin yang berlainan dalam suatu relasi
yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan
sekolah. Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah
bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa dipahami apabila teman sebaya sangat
berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja. Perubahan
dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi
heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai
pertemanan dengan lawan jenis.Secara umum dapat dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis
meningkat. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam
memilih teman, dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilainilai yang
sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi mengenai
hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja
memiliki keinginan untuk tampil sebagai seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.
4.) Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada remaja
Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan sosial pada remaja yang
sangat cepat dan drastis menuntut remaja tersebut untuk bisa menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan baru yang menyertainya. Pada
kenyataannya tidak semua remaja dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut, berikut
adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian diri yang salah pada remaja :
b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas dirinya.
c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan dengan standar
kelompok.
d. Homesickness
f. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya ngompol, ngamuk pada
saat marah dan lain-lain.
3. Permasalahan Remaja
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak
asing.Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain
pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orangorang
disekitarnya.Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif
bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah
untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing
beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/
fasilitative) (Joewana, 2004).
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya
dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat
tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Penyebab remaja merokok, antara lain :
a. Pengaruh orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anakanak muda yang berasal dari
rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya
dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-
anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam
Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.Dari fakta tersebut
ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka
semua menjadi perokok.Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya
satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.Namun satu sifat kepribadian yang
bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang
yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,1999).
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di
Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15
-19 tahun.
a. Narkoba Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Aditif berbahaya
lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum,
dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, danperilaku
seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis
narkotika adalah :
a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina,
kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
b. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan
sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas. Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku
(Undang- Undang No. 5/1997).
Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon,
Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif
berbahaya lainnya adalah bahanbahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai
sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti:
Alkohol.
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian.
Tetapi karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing
status social, ingin melupakan persoalan maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan
terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut
juga dengan kecanduan.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular
dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja.Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak
akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan
kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa. b. Alkohol Alkohol adalah zat penekan susuan
syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Minuman
beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol),
anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras yang biasa disebut dengan spirit (35 – 55%
alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30 – 90 menitsetelah diminum.
Pengaruh alkohol terhadap tubuh (fisik dan mental) bervariasi, tergantung pada beberapa faktor
yaitu :
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka
tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak
pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap
terpuji.Benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.Masa remaja
merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh
dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin
tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami perkembangan dan pada
akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi
baik.elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual
individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan
organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar
pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang
mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak.Pertama yaitu dari pihak
sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah
sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut
dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan
cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih
kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.Karena
masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka
namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani
sumber-sumber kesejahteraan.Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa
sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan
budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk
mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat
menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya
remaja yang mengidap HIV/AIDS.
4. Remaja dan Perilaku Hidup Sehat
Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja yang mengerti tujuan hidup, memahami faktor
penghambat maupun pendukung perkembangan kematangannya, bergaul dengan bijaksana, dan
terus menerus memperbaiki diri.Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjagaremaja yang
handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan
kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja
antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual.
Kecepatan perkembangan tersebut adalah fisik 3, intelektual 20%, emosional 30%, dan spiritual
15% Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidaksama
besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan kejanggalan dan
berpengaruh terhadap perilaku remaja. Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri,
orang lain serta hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina. Kadang-
kadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai orang
tua, teman.
1. Otoriter = demokratis
2. Tertutup = terbuka
3. Formal =informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju" Sehingga dapat dilihat
segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub
atau masa dewasa. "Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:
4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang saja dipakai. "Dalam
perjalanan menuju" yang paling penting diketahui oleh remaja adalahbagaimana remaja dapat
berproses :
d. Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat tatakrama
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Pengkajian
lain : orang tua yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh
dan tidak punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan
ekonomi yang kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di atas
rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi pembentukan
kepribadian remaja.
- Status perkawinan : sebagian besar remaja belum menikah namun ada
pula remaja yang sudah menikah.
- Kelompok etnis (Praktek perkawinan yang di atur oleh orang tua pada
gadis di bawah usia 14 tahun masih sangat umum)
- Nilai dan keyakinan (Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja
kebanyakan dijual oleh orangtua mereka sendiri untuk biaya hidup
anggota keluarga yang lain)
2. Komponen sub sistem, terdiri dari :
a. Lingkungan fisik Pengkajian
lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan
- Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor memungkinkan
remaja lebih banyak melakukan kegiatan negative
- Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja berinteraksi
dengan baik dengan tetangga
2) Lingkungan terbuka
3) Batas
4) Kebiasaan :Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid,
warung-warung pinggir jalan dan lain-lain Transportasi : Pola pikir
remaja yang dalam tahap berkembang menyebabkan sikap
pemberontakan dalam dirinya, biasanya ditunjukkan dengan sikap :
ngebut-ngebutan
5) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat pelayanan KRR
di sekolah (meliputi : informasi akurat PMS, kontrasepsi, keterampilan
remaja menghadapi tekanan kelompoknya dan meningkatkan
tanggungjawab remaja), pelatihan kader remaja untuk menjadi edukator
dan pemberi dukungan
6) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di mall, pasar,
pusat perbelanjaan
7) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura
8) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi
9) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman
Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen dan anak
jalanan. Ada yang disebabkan karena kondisi ekonomi yang sulit dan
bahkan ada remaja yang kabur dari rumahnya karena perseteruan denagn
orang tua sehingga menjadi glandangan.
a) Pada Klien :
Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah
ketergantungan
Intervensi :
b) Pada Keluarga :
Tujuan :
- Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya
berhenti menggunakan NAPZA
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
b) Pada Keluarga
Tujuan :
- Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapi klien -
Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Kesimpulan
Saran