Di Lingkungan Kampus
Dosen : Ns. Junytha Rondonuwu, M.Kep.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu :
- Untuk individu mahasiswanya sendiri, Seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri
tidak berprilaku koruptif dan tidak korupsi
- Untuk komunitas mahasiswanya, Seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan-rekannya sesama
mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berprilaku koruptif dan tidak korupsi.
1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.
3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.
4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek
hukumnya.
5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan
untuk kepentingan masyarakat luas.
Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korups di Lingkungan Kampus
Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan kurangnya political-will dari pemerintah untuk
mengurangi korupsi.
Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi yang cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa
membenahi struktur dan kultur.
Peraturan perundang-undangan hanya sekedar menjadi huruf mati yang tidak pernah memiliki roh sama sekali.
Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau pengontrol, sehingga tidak ada check and balance.
Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari contoh-contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi
begitu gampang mengelak dari tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa dan masyarakat yang semakin canggih.
2. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum yang menangani
perkara tindak pidana korupsi
3. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada penegak hukum waktu
paling lama 30 hari