Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

KEPERAWATAN JIWA

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL


KEHILANGAN DAN BERDUKA”

Dosen : Ns.Yuliet M. Tindatu,S.Kep

Disusun oleh kelompok 1 :

1. Angel Mamangkey 018001


2. Cerin Rampisela 018004
3. Stevy Tuwing 018028
4. Christy Powa. 016012

Akademi Keperawatan Metuari Waya Manado


Tahun Ajaran 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………..………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH………….............................................................
C. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..

A. DEFINISI KEHILANGAN DAN BERDUKA…………………………...


B. RENTANG RESPON EMOSI……………………………………………
C. TAHAP PROSES KEHILANGAN DAN BERDUKA…………………..
D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN……………….,………
1. PENGKAJIAN………………….,………………………………..
2. DIAGNOSA………………………………………………………
3. INTERVENSI…………………………………………………….
4. IMPLEMENTASI………………………………………………..
5. EVALUASI……………………………………………………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..

A. KESIMPULAN………………. . ………………………………………...
B. SARAN…………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson,2005). Sedangkan menurut Stuart
(2005) kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang
sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupaka sesuatu yang sulit di hindari.
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan dimana respons emosional normal
dan merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Duka cita merupakan suatu proses
kompleks yang normal meliputi respons dan perilaku emosional fisik, spiritual dan
intelektual ketika individu, keluarga, dan komunitas memasukkan kehilangan yang
aktual, adaptif, atau dipersepsikan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari (NANDA,2015).
Kehilangan dan kematian merupakan realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan, dimana sebagian besar perawat berinteraksi dengan pasien dan keluarga
yang mengalami kehilanga dan duka cita. Sangat penting bagi perawat dalam memahami
kehilangan dan duka cita. Dalam merawat passien dan keluarga, perawat juga dapat
merasakan kehilangan pribadi ketika hubungan antara pasien, keluarga, perawat berakhir
dengan perpindahan, pemulangan, penyembuhan ataupun kematian.

Rumusan masalah :

1. Menjelaskan Definisi kehilangan.


2. Menjelaskan Rentang Respons Emosi (kehilangan dan berduka).
3. Menjelaskan Tahapan Proses Kehilangan dan berduka.
4. Memahami Asuhan Keperawatan pada Klien dengan masalah Psikososial Kehilangan
dan Berduka

Tujuan :

1. Mahasiswa mampu mendefinisikan Kehilangan dan Berduka


2. Mahasiswa mampu menjelaskan Rentang Respon Emosi (Kehilangan & Berduka)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan Proses Kehilangan dan Berduka
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan masalah
Psikososial Kehilangan dan Berduka

BAB II

PEMBAHASAN
DEFINISI KEHILANGAN DAN BERDUKA

Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang


sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan sesuatu yang sulit dihindari (Stuart,
2005), seperti kehilangan harta, kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan.

Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respons emosional normal dan
merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang individu harus diberikan
kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam melalui proses berduka, sehingga
mampu menerima kenyataan kehilangan yang menyebabkan berduka dan merupakan bagian
dari proses kehidupan. Kehilangan dapat terjadi terhadap objek yang bersifat aktual,
dipersepsikan, atau sesuatu yang diantisipasi. Jika diperhatikan dari objek yang hilang, dapat
merupakan objek eksternal, orang yang berarti, lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan.

Berduka merupakan respons terhadap kehilangan. Berduka dikarakteristikkan sebagai


berikut.

1. Berduka menunjukkan suatu reaksi syok dan ketidakyakinan.


2. Berduka menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila mengingat kembali kejadian
kehilangan.
3. Berduka menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering disertai dengan menangis,
keluhan sesak pada dada, tercekik, dan nafas pendek.
4. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-menerus.
5. Mengalami perasaan berduka.
6. Mudah tersinggung dan marah.

RENTANG RESPONS EMOSI

Adaptif :

 Menangis, menjerit, menyangkal, menyalahkan diri sendiri, menawar,


bertanyatanya.
 Membuat rencana untuk yang akan datang.
 Berani terbuka tentang kehilangan.

Maladaptive :

 Diam/tidak menangis
 Menyalahkan diri berkepanjangan.
 Rendah diri.
 Mengasingkan diri.
 Tak berminat hidup

TAHAPAN PROSES KEHILANGAN DAN BERDUKA


TAHAP PROSES BERDUKA

Menurut Schulz (1978), proses berduka meliputi tiga tahapan, yaitu fase awal, pertengahan,
dan pemulihan.

1. Fase awal
Pada fase awal seseorang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin, tidak percaya,
perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung. Perasan tersebut berlangsung
selama beberapa hari, kemudian individu kembali pada perasaan berduka
berlebihan.
2. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya perilaku
obsesif.
3. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu memutuskan
untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk melanjutkan kehidupan.

TAHAP PROSES KEHILANGAN

Proses kehilangan terdiri atas lima tahapan, yaitu :

1. Tahap Penyangkalan (Denial)


Reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah tidak percaya,
syok, diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, mengisolasi diri
terhadap kenyataan, serta berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura
senang.
2. Tahap Marah (Anger)
Tahap kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan.
Perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang lain
atau benda di sekitarnya. Reaksi fisik menunjukkan wajah memerah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, dan tangan mengepal.
3. Tahap Penawaran (Bargaining)
Setelah perasaan marah dapat tersalurkan, individu akan memasuki tahap tawar-
menawar. Pasien mencoba menawar, menunda realitas dengan merasa bersalah pada
masa hidupnya sehingga kemarahan dapat mereda.
4. Tahap Depresi
Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Individu menarik diri,
tidak mau berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa.
5. Tahap Penerimaan (Acceptance)
Tahap akhir merupakan orsganisasi ulang perasaan kehilangan. Fokus pemikiran
terhadap sesuatu yang hilang mulai berkurang. Penerimaan terhadap kenyataan
kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan
secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain yang baru.
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN & BERDUKA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 Faktor Predisposisi
1. Genetik Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami kesulitan dalam
bersikap optimis dan menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur
mempunyai kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki
tingkat kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko untuk
kambuh kembali.
4. Pengalaman kehilangan sebelumnya Kehilangan dan perpisahan dengan orang
berarti di masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam
menghadapi kehilangan di masa dewasa.
 Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi individu
dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit, kehilangan fungsi
seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, dan
kehilangan posisi di masyarakat.
 Perilaku
1. Menangis atau tidak mampu menangis.
2. Marah.
3. Putus asa.
4. Kadang berusaha bunuh diri atau membunuh orang lain.
 Mekanisme Koping
1. Denial
2. Depresi
3. Intelektualisasi/rasionalisasi
4. Supresi
5. Proyeksi

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang sering timbul pada pasien kehilangan adalah sebagai berikut.

1. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual.


2. Berduka disfungsional.
3. Berduka fungsional.

RENCANA INTERVENSI
Prinsip intervensi

1. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial) adalah memberi


kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara berikut.
a. Dorong pasien mengungkapkan perasaan kehilangan.
b. Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan kehilangan pasien
secara emosional.
c. Dengarkan pasien dengan penuh pengertian. Jangan menghukum dan
menghakimi.
d. Beri dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, menepuk bahu, dan
merangkul.
e. Jawab pertanyaan pasien dengan bahasan yang sederhana, jelas, dan singkat.
f. Amati dengan cermat respons pasien selama bicara.
2. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger) adalah dengan memberikan
dorongan dan memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan marahnya secara
verbal tanpa melawan kemarahannya. Perawat harus menyadari bahwa perasaan
marah adalah ekspresi frustasi dan ketidakberdayaan.
a. Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihan (marah, menangis).
b. Dengarkan dengan empati. Jangan mencela.
c. Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.
3. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap tawar-menawar (bargaining) adalah
membantu pasien mengidentifikasi perasaan bersalah dan perasaan takutnya.
a. Amati perilaku pasien.
b. Diskusikan bersama pasien tentang perasaan pasien.
c. Tingkatkan harga diri pasien.
d. Cegah tindakan merusak diri.
4. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap depresi adalah mengidentifikasi tingkat
depresi, risiko merusak diri, dan membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
a. Observasi perilaku pasien.
b. Diskusikan perasaan pasien.
c. Cegah tindakan merusak diri.
d. Hargai perasaan pasien.
e. Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif.
f. Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan.
g. Bahas pikiran yang timbul bersama pasien.
5. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penerimaan (acceptance) adalah membantu
pasien menerima kehilangan yang tidak dapat dihindari dengan cara berikut.
a. Menyediakan waktu secara teratur untuk mengunjungi pasien.
b. Bantu pasien dan keluarga untuk berbagi rasa.
TINDAKAN KEPERAWATAN

Tindakan Keperawatan pada Pasien

1. Tujuan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien.
c. Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya.
d. Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
e. Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami peristiwa kehilangan serta
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami:
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
3) Cara sosial (sharing melalui self help group).
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri).
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling
memberikan pengalaman dengan saksama.
e. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1. Tujuan
a. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
b. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.
c. Keluarga dapat mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional.
d. Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.
2. Tindakan
a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan
dampaknya pada pasien.
b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh
pasien.
c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan berduka
disfungsional.
d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan
oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh pasien.
EVALUASI

1. Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami


2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya.
3. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
4. Memanfaatkan faktor pendukung.
5. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
6. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.
7. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional.
8. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang


sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan sesuatu yang sulit dihindari (Stuart,
2005), seperti kehilangan harta, kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

SARAN

Diharapkan perawat dapat memahami dan mengetahui asuhan keperawatan


kehilangan dan berduka dengan banyak-banyak mencari info agar dapat mempraktekkan
kepada klien yang mengalami masalah kehilangan dan berduka. Kemudian untuk masyarakat,
masyarakat perlu mengetahui bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kehilangan.
Dengan begini masyarakat seharusnya tidak mengalami berduka yang berkepanjangan yang
tentunya dapat mengganggu aktifitas sehari-hari dan kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU AJAR KEPERAWATAN JIWA


2. Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
3. Yusuf, Ah. Fitryasari,, Rizky dan Nihayati.
4. Creek, J 1997 occupational therapy and mental healty. London : churcil living stone
5. NANDA 2011 Diagnosis keperawatan : Definisi dan klasifikasi Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai