KEPERAWATAN JIWA
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH………….............................................................
C. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..
A. KESIMPULAN………………. . ………………………………………...
B. SARAN…………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson,2005). Sedangkan menurut Stuart
(2005) kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang
sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupaka sesuatu yang sulit di hindari.
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan dimana respons emosional normal
dan merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Duka cita merupakan suatu proses
kompleks yang normal meliputi respons dan perilaku emosional fisik, spiritual dan
intelektual ketika individu, keluarga, dan komunitas memasukkan kehilangan yang
aktual, adaptif, atau dipersepsikan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari (NANDA,2015).
Kehilangan dan kematian merupakan realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan, dimana sebagian besar perawat berinteraksi dengan pasien dan keluarga
yang mengalami kehilanga dan duka cita. Sangat penting bagi perawat dalam memahami
kehilangan dan duka cita. Dalam merawat passien dan keluarga, perawat juga dapat
merasakan kehilangan pribadi ketika hubungan antara pasien, keluarga, perawat berakhir
dengan perpindahan, pemulangan, penyembuhan ataupun kematian.
Rumusan masalah :
Tujuan :
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI KEHILANGAN DAN BERDUKA
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respons emosional normal dan
merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang individu harus diberikan
kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam melalui proses berduka, sehingga
mampu menerima kenyataan kehilangan yang menyebabkan berduka dan merupakan bagian
dari proses kehidupan. Kehilangan dapat terjadi terhadap objek yang bersifat aktual,
dipersepsikan, atau sesuatu yang diantisipasi. Jika diperhatikan dari objek yang hilang, dapat
merupakan objek eksternal, orang yang berarti, lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan.
Adaptif :
Maladaptive :
Diam/tidak menangis
Menyalahkan diri berkepanjangan.
Rendah diri.
Mengasingkan diri.
Tak berminat hidup
Menurut Schulz (1978), proses berduka meliputi tiga tahapan, yaitu fase awal, pertengahan,
dan pemulihan.
1. Fase awal
Pada fase awal seseorang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin, tidak percaya,
perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung. Perasan tersebut berlangsung
selama beberapa hari, kemudian individu kembali pada perasaan berduka
berlebihan.
2. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya perilaku
obsesif.
3. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu memutuskan
untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk melanjutkan kehidupan.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Faktor Predisposisi
1. Genetik Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami kesulitan dalam
bersikap optimis dan menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur
mempunyai kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki
tingkat kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko untuk
kambuh kembali.
4. Pengalaman kehilangan sebelumnya Kehilangan dan perpisahan dengan orang
berarti di masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam
menghadapi kehilangan di masa dewasa.
Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi individu
dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit, kehilangan fungsi
seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, dan
kehilangan posisi di masyarakat.
Perilaku
1. Menangis atau tidak mampu menangis.
2. Marah.
3. Putus asa.
4. Kadang berusaha bunuh diri atau membunuh orang lain.
Mekanisme Koping
1. Denial
2. Depresi
3. Intelektualisasi/rasionalisasi
4. Supresi
5. Proyeksi
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang sering timbul pada pasien kehilangan adalah sebagai berikut.
RENCANA INTERVENSI
Prinsip intervensi
1. Tujuan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien.
c. Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya.
d. Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
e. Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami peristiwa kehilangan serta
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami:
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
3) Cara sosial (sharing melalui self help group).
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri).
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling
memberikan pengalaman dengan saksama.
e. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.
1. Tujuan
a. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
b. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.
c. Keluarga dapat mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional.
d. Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.
2. Tindakan
a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan
dampaknya pada pasien.
b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh
pasien.
c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan berduka
disfungsional.
d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan
oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh pasien.
EVALUASI
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA