0 comments
Posted in Labels: Materi Kuliah
undefined
undefined
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus-
menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal
penting yang harus dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan
membicarakan tentang “Model Praktik Keperawatan Profesional”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu, keluarga dan
masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial
dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit,
serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas
wajib diketahui oleh seorang perawat yang profesional, sehingga profesi keperawatan mampu
memilih dan menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesioanl yang paling tepat bagi klien.
Sehingga diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan
mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Model Praktik Keperawatan professional ?
2. Apa tujuan Model Praktik Keperawatan professional ?
3. Apa saja pilar dalam Model Praktik Keperawatan professional ?
4. Apa saja diagnosa keperawatan dalam Model Praktik Keperawatan Jiwa ?
5. Apa saja komponen dalam Model Praktik Keperawatan professional ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat memahami Model Praktik Keperawatan Profesional.
2. Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang :
a. Pengertian Model Praktik Keperawatan Professional.
b. Tujuan Model Praktik Keperawatan Professional.
c. Pilar Model Praktik Keperawatan Professional.
d. Komponen Model Praktik Keperawatan Professional.
e. Diagnosa Keperawatan Model Praktik Keperawatan Profesional.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dibuat dengan metode deskriptif melalui pengumpulan data
dari berbagai literatur atau sumber.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis tentang Model Praktik Keperawatan Profesional.
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan.
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan
jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk
melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan fungsi
masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada
aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia
standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi
metode tim dan keperawatan primer).
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim
keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan
Visi
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta tujuan
organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi.
Contoh visi di Ruang MPKP RSMM Bogor adalah“Mengoptimalkan kemampuan hidup klien
gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya dengan melibatkan keluarga.”
Misi
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang telah
ditetapkan.
Contoh misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah “Memberikan pelayanan prima secara
holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan keilmuan keperawatan
kesehatan jiwa yang professional.”
Filosofi
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan dalam
organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai
dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Beberapa contoh pernyataan filosofi :
“Individu memiliki harkat dan martabat”
“Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang”
“Setiap individu memiliki potensi berubah”
“Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi terhadaplingkungan)”
Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.
Contoh kebijakan di ruang MPKP RSMM Bogor:
“Kepala Ruangan MPKP dipilih melalui fit and proper test”
“Staf MPKP bertugas berdasarkan SK”
Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya
masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi
perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan
preconference.
1) Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi :
Asuhan keperawatan
Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait
Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan dan ketua
tim
1) Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan
berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam
rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
Membuat jadwal dan memimpin case conference
Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
Membuat jadwal dinas
Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
Melakukan audit dokumentasi
Membuat laporan bulanan
Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang
dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan mencakup:
1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas
yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
2) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
3) Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini
bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa
mendatang.
4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana
menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal,
membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu
kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik
vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan
sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan,
ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000).
Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan.
Struktur organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer keperawatan.
Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua
Tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP terdiri dari beberapa hal, yaitu :
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai masing-masing
oleh seorang ketua Tim yang terpilih melalui suatu uji.
b) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas (pagi, sore, malam)
c) Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
d) Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi tertentu. Kepala
Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan
anggota.
e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi apabila karena
sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Oleh sebab, itu yang dipilih adalah perawat
yang paling kompeten dari perawat yang ada.
f) Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan,
tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara
anggota tim.
g) Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
h) Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang diterapkan
oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya.
i) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila Ketua Tim karena suatu
hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat paling
kompeten yang ada di dalam Tim.
j) Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
k) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim,
penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.Daftar pasien
adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap
pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap
shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan
pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik.
Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi
tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim
sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua Tim
berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang
digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah
yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu
dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang
manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Mengelola waktu secara efisien
3) Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4) Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5) Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6) Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Komunikasi efektif pada operan antar-shift
3) Komunikasi efektif pada preconference
4) Komunikasi efektif pada postconference
5) Manajemen konflik
6) Supervisi
7) Pendelegasian
Manajemen waktu
1) Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai. Tahapan majanemen
waktu meliputi 3 tahapan yaitu :
a) Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
b) Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan tugas sebelum
memulai tugas yang lain.
c) Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
Pendelegasian
1) Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian
dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer
harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi
f) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
g) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
Supervisi
1) Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni dalam bidang
yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap
bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran
(produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih kepada
pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal
positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar
meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi
dibimbing untuk melakukan pekerjaannya secara benar.
Komunikasi efektif
1) Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap
orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu
kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar
menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang
bekerjasama.
2) Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari dinas
malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada
tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana
tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim atau PJ.
Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang
shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
Manajemen konflik
1) Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam
organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda
konflik mudah terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik
dan mengatasi konflik sedini mungkin di ruang MPKP.
b) Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang
berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat konflik
didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan
persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu
pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
c) Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang berkonflik mengakui
adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik
tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya
penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang terjadi
adalah penyelesaian semu. Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk menggunakan metode ini.
d) Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak yang berkonflik
menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu
pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution.
Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan terlalu sering
karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa
mendatang.
e) Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang berkonflik
mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah pihak
tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-
lose solution di mana masing-masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan
yang dijalin tetap harmonis.
d. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol mendefinisikan
kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan
untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue
dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output (hasil) dari
suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan.
Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output
(hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang
merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah
keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang
dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim
rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya
sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta
pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian/pengontrolan meliputi :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standar
yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.
Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :
Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan, termasuk fasilitas
fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk menentukan
apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retropektif, concurrent, atau
peer review. Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah
mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, dan
indikator mutu.
D. Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai
berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan
tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3
kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perpasien
untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20
Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
Kerugian :
1) Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena anggotanya
terbagi-bagi dalam shift.
3) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan anggota tim.
Keuntungan :
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat meningkat.
2) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
3) Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
4) Terciptanya kolaborasi yang baik.
5) Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
6) Metoda ini mendukung pelayanan professional.
7) Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat professional.
2) Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam
menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik
sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan
keputusan adalah :
a. Identifikasi masalah
b. menyusun alternatif penyelesaikan masalah
c. pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d. evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses keperawatan
yaitu :
a. pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
b. diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan
c. rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
d. implementasi rencana, dan
e. evaluasi hasil tindakan.
4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan,
karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan
pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan
dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi
berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian
asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban
dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan
masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan
catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart & Woods
(1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang
merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,
pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem
kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :
a. Nilai – nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai
otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk
tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.
Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
1) Hubungan perawat – klien
2) Hubungan perawat dan praktek
3) Hubungan perawat dan masyarakat
4) Hubungan perawat dan teman sejawat
5) Hubungan perawat dan profesi
b. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui perkembangan
kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi tentang kondisi klien
kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medik.
MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang, Pakem,
Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang dikembangkan adalah
MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil BOR meningkat, ALOS
menurun, angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan
kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.Pada modul ini akan dikembangkan
penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu management
approach, compensatory reward, professional relationship dan patient care delivery.
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan
professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul tersebut adalah :
1. Modul I : Manajemen Keperawatan
2. Modul II : Compensatory Reward
3. Modul III : Professional Relationship
4. Modul IV : Patient Care Delivery
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan model
MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja
lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP Profesional.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki salah satu tujuan yaitu menciptakan
kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan, Model Praktik Keperawatan Profesional
juga memiliki 4 pilar yang terdiri dari : (1) Pendekatan Manajemen Keperawatan, (2) Sistem
Penghargaan, (3) Hubungan Profesional, (4) Manajemen Asuhan Keperawatan. Model Praktik
Keperawatan Profesional memiliki 4 komponen utama yaitu : (1) Keterangan keperawatan, (2)
Metode Pemberian asuhan keperawatan, (3) Proses Keperawatan dan (4) Dokumentasi
keperawatan serta Model Praktik Keperawatan Profesional Juga memiliki diagnosa keperawatan
yang mencakup mulai dari resiko prilaku kekerasan hingga gangguan konsep diri (harga diri
rendah).
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.
0 comments :
Post a Comment
♥ Anira Forever ♥
@Aan_Celluler
Category
♥ ANIRA (20-01-12) ♥ ( 150 )
Aan_Celluler ( 14 )
Animasi Lucu ( 1 )
Artikel ( 16 )
Danbo ( 1 )
Gambar Kartun Sehat ( 1 )
Karya Tulis Ilmiah ( 3 )
Kata Mutiara ( 4 )
Lambang - Lambang ( 1 )
Lirik Lagu ( 47 )
Materi Kuliah ( 202 )
Muhammadiyah ( 3 )
Puisi Cinta ( 5 )
Realisme of Aditia Ananda ( 5 )
Sekilas Info ( 25 )
Blog Archive
► 2016 ( 25 )
▼ 2013 ( 96 )
o ► October ( 4 )
o ► July ( 12 )
o ▼ April ( 28 )
Contoh Pidato Bahasa Inggris Tentang Keperawatan
Materi ROM (Range Of Motion)
Makalah PICU (Psychiatric Intensive Care Unit)
Makalah DSSJ (Desa Siaga Sehat Jiwa)
Makalah CMHN (Community Mental Healthy Nursing)
Makalah MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesiona...
Makalah Gangguan Refraksi Mata
Makalah Katarak
Drama Peran Seorang Ayah
The Dialogue About Nursing Part III
Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Erik Er...
Makalah Visi, Misi dan Strategi Promosi Kesehatan
Resume Materi Osteomilitis, Osteopororsis, Sindakt...
Resume Materi Rematoid Artritis, Gout Artritis, Os...
Makalah Sindaktili
Makalah Polidaktili
Makalah Osteoporosis
Makalah Osteomielitis
Makalah Artritis Septic
Makalah Struktur Sel Saraf
Makalah Neuro Imaging
The Dialogue About Nursing Part II
Makalah Harga Diri Rendah
Realisme of Aditia Ananda (01)
Realisme of Aditia Ananda (02)
Realisme of Aditia Ananda (03)
Realisme of Aditia Ananda (04)
Realisme of Aditia Ananda (05)
o ► March ( 15 )
o ► February ( 14 )
o ► January ( 23 )
► 2012 ( 354 )
Popular Posts
Materi Spermatogenesis dan Oogenesis
Cara Daftar Paket Jagoan Serbu 1000 SMS TELKOMSEL
Cara Daftar Paket Jagoan Serbu TELKOMSEL
Makalah MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)
Makalah MKCH (Matan Keyakinan dan Cita - Cita Hidup Muhammadiyah)
KTI materi IKD 1
Makalah Rheumatoid Arthritis
Materi Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif
Gambar Pathway Tuberculosis Paru
Makalah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
Widget Animasi
Powered by Blogger.
Follow @aan_ap6