Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu
nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan
profesional. Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan)
merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan
praktek keperawatan profesional.Menurut Gillies (1986), manajeme didefinisikan
sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan
manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Seorang
manajer keperawatan perlu melakukan fungsi-fungsi manajemen dalain memberikan
perawatan kesehatan kepada klien.
Perawat manajer (administrator) bekerja pada semua tingkat untuk melaksanakan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori manajemen keperawatan. Mereka
mengatur lingkungan organisasi untuk menciptakan suasana optimal bagi
persyaratan pengawasan keperawatan oleh perawat-perawat klinis. Perawat-perawat
klinis mengatur seleksi sumber daya manusia dan materi dan memberikan masukan
tambahan kedalam proses manajemen. Tugas manajer keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,
peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan
ekonomis kepada kelompok pasien. Proses manajemen keperawatan sejajar dengan
proses keperawatan yaitu dirancang untuk memudahkan pekerjaan.
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis
benama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengkordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi
empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
DEPKES RI yang diambil dari fungsi manajemen menurut George Terry yang terdiri
dari Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC). Di Ruang MPKP
pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari
fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(directing). dan pengendalian (controlling).
1
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga
berupaya mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Saat ini, praktik
pelayanan keperawatan banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan
praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan
klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat
ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah Perawat Primer (PP) yang lulusan S1
keperawatan, Perawat Asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain
adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan
diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis
keperawatan.
Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk
tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang
perlu landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim
kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain
serta bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim
pada sekelompok klien.
Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang
digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke klien dilakukan oleh
pembantu keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar rencana
keperawatan yang ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis
keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang dilakukan.Secara kualitatif, PP ada
kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan mengobservasi
perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih terencana.
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek
2
keperawatan profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas
dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang memadai.
Menurut Hoffart dan Woods (1996 dalam Sudarsono, 2000) menyimpulkan bahwa
model PKP terdiri dari nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model PKP,
hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan
manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan dan sistem
kempensasi dan penghargaan

B . Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur kepala ruangan ?
2. Bagaiman struktur perawat primer (PP) ?
3. Bagaimana struktur Assuite (PA) ?
4. Bagaimana struktur Ccm
5. Bagaimana tingkat spesifik MPKP Pemula,MPKP 1,MPKP II,MPKP III.
6. Bagaimana metode penguasa fungsional?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sruktur MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) yaitu suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi.Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian
kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga menunjukkan
spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer
keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua
atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi
beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh kepada sekelompok pasien.
1. Kepala ruangan
Tanggung jawab kepala ruangan
Dalam melaksanakan tugasnya kepala ruangan bertanggung jawab kepada
kepala instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut:
1. Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
2. Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
keperawatan
3. Keobyektifan dan kebenaran penilayan kinerja tenaga keperawatan.
4. Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru
5. Kebenaran dan ketepatan protap/ sop pelayanan keperawatan
6. Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat
7. Kebenaran dan ketepatan pelaksana program bimbingan
siswa/mahasiswa institusi pendidika keperawatan

4
Wewenang kepala ruangan
Dalam menjalankan tugasnya kepalaruangan mempunyai wewenang sebagai
berikut:
1. Memintah informasi dan pengarah kepada atasan
2. Memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf keperawatan.
3. Mengawasi,mengendalikan dan menilai pendaya gunaan tenaga
keperawatan.
4. Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang
kepala ruangan.
5. Menghadiri rapat bekala dengan kepala instalasi/kasi/kepala rumah sakit
untukkelancaran pelancaran pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Tugas kepala ruangan
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruangan
rawat yang berada diwilaya tabggung jawabnya
a. Melaksanaan fungsi perencanaan (PI) meliputi:
1. Menyusun kerja rencana kepala ruangan
2. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuaan pelayanan
keperawatan diruang rawat yang bersangkutan
3. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan,
4. Menyusun rencana kebutuhan tenaga dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk diruangan rawat,kordinasi dengan kepala
instansi.
5. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselanggarakan sesuai kebutuhan
2. Perawat primer (PP)
1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprensif
2. Membuat tujuan dan rencanakeperawatan
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain
5. Mengevaluasikan keberhasilan asuhan keperawatan

5
6. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial,kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat.
7. Membuat jadwal perjanjian klinik.
8. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu

3. Perawat assuite (PA)


Tanggung jawab perawat pelaksana
Dalam menjalankan tugasnya perawat pelaksana dirawat bertanggung jawab
kepada kepala ruangan/instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut:
1. Kebenaran dan ketetapan dalammemberikan asuhan keperawatan sesuai
standar
2. Kebenaran dan ketetapan dalam mendokumentasikan pelaksanaan asuhan
keperawatan/kegiatan lain yang dilakukan.
 Wewenang perawat pelaksana
Dalam menjalankan tugasnya perawat pelaksana diruang rawat mempunyai
wewenang sebagai berikut:
1. Meminta informasi dan petunjuk pada atasan
2. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien/keluarga pasien sesuai
kemampuan dan batasan kewenangan.
 Tugas pokok perawat pelaksana:
1. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.
2. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
3. Memelihara perelatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
4. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan.
5. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
6. Melakukan tindakan perawat kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuannya
4. CCM ( CLINICAL CARE MANEGER)
A. Membimbing Pp Dan Pa Tentang Implementasi Mpkp (Ronde)
B. Memberi Masukan Saat Diskusi Kasus Pada Pp Dan Pa
C. Bekerja Sama Dengan Kepala Ruangan
D. Mengevaluasi Pendidikan Kesehatan Yang Dilakukan Pp
6
E. Mengevaluasi Implementasi MpkP

B. Tingkat spesifikasi MPKP


Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek
keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh
Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit
umum lain. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai
dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:

1. Model praktek Keperawatan Profesional III


Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada
yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based.
Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya
penelitian klinis.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis
yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini
digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian
keperawatan.
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang
digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim yang disebut tim primer.
4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang
akan menuju profesional I.

C. Metode Penugasan Fungsional Dalam Keperawatan


Metode fungsional Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian
tersebut secara umum, sebagai berikut :
7
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat
penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa
pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan
sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan
administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat
rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang
diperlukan atas instruksi kepala ruangan.

Kekurangan metode fungsional:


a. Pasien mendapat banyak perawat
b. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
c. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
d. Pelayanan terputus-putus
e. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

Kelebihan dari metode fungsional :


a. Sederhana
b. Efisien.
c. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
8
f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
Contoh metode fungsional
Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.Seorang
perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di
unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut
dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan
tentang klien.

D. Metode – metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan


Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara
lain yaitu:
 Metode Douglas
 Metode Sistem Akuitas
 Metode Gillies
 Metode Swanburg
1. Metode Douglas
Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori, yaitu :

a) Perawatan minimal: memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam ang terdiri atas:


 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
 Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b) Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri
atas
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
9
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
 Voley kateter/intake output dicatat
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan,
memerlukan prosedur
c) Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam
 Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
 Segala diberikan/dibantu
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
 Pemakaian suction
 Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang
dibutuhkan perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.

Waktu Pagi Sore Malam


Klasifikasi
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20

Contoh :
Ruang perawatan terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15
pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk
jaga pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk
dinas pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan
sebaiknya dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang
sama.

10
Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut
perhitungan Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan
pada ruang tersebut adalah
 Perawat shift : 10 orang
 Libur cuti : 5 orang
 Ketua tim : 3 orang
 Kepala Ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
2. Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I = 3 orang x 2 jam/hari = 6 jam
2. kelas II = 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam
3. kelas III = 4 orang x 4.5 jam/hari = 18 jam
4. kelas IV = 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam
Jumlah jam : 60 jam
 pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
 Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )
8 jam
jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
3. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
perawatan

11
adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja
Masing2 tiap perawat
Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
a) waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 =
1 jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam ,
keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan
intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
b) Waktu keperawatan tidak langsung menurut RS Detroit (Gillies, 1994) =
38 menit/klien/hari menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60
menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
c) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
d) Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata - rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %


Jumlah tempat tidur x 365 hari

e) Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari


f) Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari
minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah
sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan

12
, begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan
= 8 hari).
g) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja
efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5
hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
h) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah
20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
i) Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh :
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8
orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan
total)
3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi
jumlah jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
5. Jumlah jam keperawatan langsung
6. Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
7. Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
8. Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
9. Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
10. Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
11. Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
12. 63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jadi,, Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7 2044
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang

13
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang
/hari Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % =
10 :8 orang
4. Metode Swansburg
Contoh Metode Swansburg
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
a. total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang dibutuhkan
: 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari
b. Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1
minggu) = 84 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14
orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu
dan 7 jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk
pembagian proporsi dinas dalam satu hari ¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36
% : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
 Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
 Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
 Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut.Model Praktik Keperawatan
Profesional memiliki salah satu tujuan yaitu menciptakan kemandirian dalam memberikan
asuhan keperawatan, Model Praktik Keperawatan Profesional juga memiliki 4 pilar yang
terdiri dari : (1) Pendekatan Manajemen Keperawatan, (2) Sistem Penghargaan, (3)
Hubungan Profesional, (4) Manajemen Asuhan Keperawatan. Model Praktik Keperawatan
Profesional memiliki 4 komponen utama yaitu : (1) Keterangan keperawatan, (2) Metode
Pemberian asuhan keperawatan, (3) Proses Keperawatan dan (4) Dokumentasi keperawatan
serta Model Praktik Keperawatan Profesional Juga memiliki diagnosa keperawatan yang
mencakup mulai dari resiko prilaku kekerasan hingga gangguan konsep diri (harga diri
rendah).

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Swansburg, R.C. and Swansburg R.J. 1999. Introductory Management and Leadership
for Nurses. Sudbery. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
2. Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan
Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.
3. Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa.Jakarta : EGC.
4. Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah
sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan

16

Anda mungkin juga menyukai