(MAKP), MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)
DAN SISTEM PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (SP2KP)
Disusun Oleh : Nama : Anwar Mujahid NIM : A11501089 Prodi : 4A/SI keperawatan
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2018 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan mengalami perubahan yang mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini (Kuntoro, 2010). Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan membicarakan tentang “Model Praktik Keperawatan Profesional”. Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu, keluarga dan masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas wajib diketahui oleh seorang perawat yang profesional, sehingga profesi keperawatan mampu memilih dan menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesioanl yang paling tepat bagi klien. Sehingga diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan. Model praktik keperawatan profesional (MPKP) yaitu suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006). Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing, reengineering, dan redesigning system pemberian asuhan keperawatan melalui pengembangan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP), Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang diperbaharui dengan sistem pemberian pelayanan keperawatan professional (SP2KP). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan Umum dari penulisan makalah ini untuk mengetahui sistem pemberian asuhan keperawatan pada pasien dari MAKP, MPKP dan SP2KP. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui sistem pemberian asuhan keperawatan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). b. Untuk mengetahui sistem pemberian asuhan keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP). C. Manfaat a. Manfaat bagi Penulis Diharapkan mahasiswa mengetahui perkembangan dari setiap sistem baik dari MAKP, MPKP sampai SP2KP. b. Manfaat bagi Pembaca Diharapkan dapat memberikan informasi dan sumber pengetahuan bagi pembaca terkait dengan perubahan yang terjadi dalam sistem asuhan keperawatan. BAB II PEMBAHASAN A. Konsep MPKP Model Praktik Keperawatan Profesional atau MPKP merupakan suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010). Menurut Sitorus & Yulia (2005) MPKP merupakan salah satu metode pelayanan keperawatan dari sistem, struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang memfasilitasi perawat profesional yang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi masalah keperawatan dan telah menghasilkan berbagai jenjang produk keperawatan untuk pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan. Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa MPKP merupakan suatu sistem yang terdiri dari sistem, struktur, proses dan nilai- nilai profesional yang mengacu kepada proses asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi permasalahan yang telah dihadapi setiap individu. B. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Tujuan utama dari MPKP ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Sedangkan tujuan khusus dari Model Praktik Keperawatan Profesional yaitu : 1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan 2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh TIM keperawatan. 3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan 4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan 5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan. C. Komponen Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Menurut Huber (2010) komponen-komponen model praktik keperawatan profesional terdiri dari 5 komponen yaitu : a. Nilai-nilai Profesional (Profesional Values) b. Pendekatan Manajemen (Management Approach) c. Hubungan Profesional (Profesional Relationship). d. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan (Care Delivery System) e. Kompensasi dan Penghargaan (Compensation & Reward) D. Pilar-Pilar Model Praktik Keperawatan Profesional MPKP terdiri dari 4 pilar diantaranya: (Keliat, 2012). 1. Pilar I yaitu Pendekatan Manajemen Keperawatan MPKP mensyaratkan pendekatan manajemen sebagai pilar praktek keperawatan profesional yang pertama. Pada pilar I terdiri dari: a) Perencanaan kegiatan Model Praktek Keperawatan Profesional merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan (Siagiran, 2007). Rencana kegiatan tahunan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu menyusun laporan tahun yang berfungsi tentang kinerja model proketek keperawatan profesional serta evaluasi mutu pelayanan, melakukan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing – masing tim, pengembangan sumber daya manusia peningkatan jenjang karir perawat pelaksana menjadi ketua tim dan ketua tim menjadi kepala ruangan dan membuat jadwal-jadwal pelatihan. b) Pengorganisasian yaitu kegiatan dan tenaga perawat. tujuan melalui struktur organisasi MPKP, menyusun daftar dinas, menyusun daftar alokasi asuhan keperawatan. Penugasan kelompok tenaga keperawatan : - Struktur oganisasi - Daftar dinass ruangan - Daftar pasien c) Pengarahan yaitu bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Melalui pendelegasian, supervisi, komunikasi efektif mencakup pre dan post konferens serta manajemen konflik. - Pendelegasian - Supervisi - Komunikasi efektif - Manajemen konflik - Pengendalian yaitu proses memastikan aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktifitas yang direncanakan. 2. Pilar II yaitu sistem penghargaan pada tenaga keperawatan. Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan dan ditingkatkan melalui manajemen sumber daya manusia, sehingga perawat mendapatkan kompensasi berupa penghargaan sesuai dengan apa yang dikerjakan (Nursalam, 2007). a) Kepala ruangan Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa transisi boleh D3 bila diruangan tersebut belum ada perawat yang berpendidikan S1 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan, Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun dan bekerja pada area keperawatan minimal 2 tahun, Sehat jasmani dan rohani, Pernah mengikuti pelatihan antara lain (Manajemen bangsal, Pelatihan, Model Praktek Keperawatan Profesional dan Komunikasi keperawatan) dan Lulus tes tulis dan wawancara. b) Ketua tim Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa transisi boleh D3 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan, Pengalama kerja minimal 2 tahun, Sehat jasmani dan rohani, Pernah mengikuti pelatihan, antara lain (Manajemen bangsal, Pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional, Komunikasi keperawatan) dan Lulus tes tulis dan wawancara. c) Perawat pelaksana Pendidikan minimal D3, Pengalaman kerja minimal 1 tahun, Sehat jasmani dan rohani, Pernah mengikuti pelatihan dan Lulus tes tulis dan wawancara. d) Kerja orientasi Perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi yang disebut pelatihan awal sebelum bekerja pada unit kerja MPKP. e) Penilaian kerja. Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana menggunakan supervsi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. f) Pengembangan staf Membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisi dan untuk penghargaan terhadap kemampuan profesional, bentuk pengembangan karir, pendidikan berkelanjutan dari D3 ke S1. 3. Pilar III yaitu hubungan profesional komunikasi horizontal antara kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana serta antara ketua tim dengan perawat pelaksana. Komunikasi diagonal yang dilakukan perawat dengan profesi lainnya. Hubungan profesional di ruang Model Praktek Keperawatan profesional adalah Rapat perawat ruangan, Pere dan post konferens, Rapat tim kesehatan dan Visit dokter. 4. Pilar IV Manajemen asuhan keperawatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien. E. Karakteristik Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. b. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar renpra perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi, penulisan renpra sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia d. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP digunakan metode modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. F. Tingkatan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. b. Model Praktek Keperawatan Profesional II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. c. Model Praktek Keperawatan Profesional I. Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer. d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan. (Sudarsono, 2000 dalam sitorus, 2006) G. Langkah-langkah dalam Model Praktik Keperawatan Profesional 1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu (Ratna Sitorus & yuli, 2006) : a. Pembentukan Tim b. Rancangan Penilaian Mutu c. Presentasi MPKP d. Penempatan Tempat Implementasi MPKP Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006) : a) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. b) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain. c) Penetapan Tenaga Keperawatan Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. d) Penetapan Jenis Tenaga Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer e) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan. Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. f) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang diperlukan adalah format pengkajian awal keperawatan, Format implementasi tindakan keperawatan, Format kardex, Format catatan perkembangan, Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter, Format laporan pergantian shif dan Resume perawatan. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Ratna Sitorus & yuli, 2006) : a. Pelatihan tentang MPKP Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi, Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan porawat asosiet (PA), memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra, Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan klien/keluarga, Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim, Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP dan PA dan Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan. 3. Tahap Evaluasi Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evsluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Ratna Sitorus & yuli, 2006) : a. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan dokumentasi. b. Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien pulang. c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat). d. Penilaian rata-rata lama hari rawat. 4. Tahap Lanjut MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya. (Ratna Sitorus & yuli, 2006). a. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai SKp/Ners. b. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan sebagai CCM. c. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat denga kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan. H. Konsep SP2KP SP2KP merupakan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009). SP2KP merupakan sistem yang mempunyai pengorganisasian yang baik dimana sesional luruh komponen yang terlibat dalam asuhan keperawatan diatur secara profesional (Rantung 2013). SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari: perawat, profil pasien, sistem pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai- nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana (logistik) serta dokumentasi asuhan keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI, 2009). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa SP2KP merupakan sistem pemberian pelayanan kepada klien dengan menerapkan asuhan keperawatan dimana perawat dan tenaga kesehatan lainnya saling bekerja sama dan pengembangan dari model praktik keperawatan profesional. I. Komponen SP2KP Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods (1996), terdapat komponen pelayanan keperawatan professional yang diantaranya yaitu (Kusnanto, 2004) : a. Nilai-nilai profesional sebagai inti model b. Metode pemberian asuhan keperawatan c. Hubungan professional d. Sistem kompensasi dan penghargaan e. Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada sekelompok pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA J. Pemberian Asuhan Keperawatan Berdasarkan SP2KP SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat, dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatadiatur secara profesional (Sitorus & Yulia, 2006). Praktik keperawatan dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien mengacu pada proses keperawatan itu sendiri yaitu meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam hal pelaksanaan tindakan maupun pendokumentasiannya perawat dituntut untuk profesional. Asuhan keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang perawat.Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan (Dermawan, 2012). SP2KP merupakan bantuk pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien. Didalam SP2KP kita sering mengenal perawat primer (PP) dan perawat associate (PA). Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP bertugas dalam menjalankan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil pemeriksaannya berdasarkan hasil pengkajian yang berhubungan dengan perawatan pasien yang dilaksanakan oleh PA, sehingga dapat membantu dalam memutuskan tindakan medis selanjutnya. Dalam melakukan asuhan keperawatan yang professional, diperlukannya membuat suatu rencana asuhan keperawatan (renpra) untuk membantu mengidentifikasi dan menyusun strategi terhadap tindakan keperawatan yang akan dilakukan ke pasien. K. Konsep MAKP Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart& Woods, 1996). Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatustress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marqius & Huston, 1998) yaitu a. Sesuai dengan visi dan misi institusi b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan c. Efisien dan efektif penggunaan biaya d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat e. Kepuasan kinerja perawat. L. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional Menurut Grant &Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu: a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal (Nursalam, 2007). b. Kasus setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensivecare (Nursalam, 2007). c. Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. d. Tim metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatandimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). M. Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional TIM Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatandimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut : a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan. b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin. c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim. d. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang. Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. N. Tanggung Jawab Perawat dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim a. Tanggung jawab anggota Tim a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya. b) Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim. c) Memberikan laporan. b. Tanggung jawab ketua tim a) Membuat perencanaan b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien d) Mengembangkan kemampuan anggota e) Menyelenggrakan konferensi c. Tanggung jawab kepala ruang a) Perencanaan b) Pengorganisasian c) Pengarahan d) Pengawasan O. Strategi Kerja TIM Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua Tim) dan anggota tim. Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien. Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada format yang tersedia. Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari libur, pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan bagi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Pada dinas pagi ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim. Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan, maka ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya. Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan tersebut. Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada kebutuhan peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan mengenai diet pasien yang benar. Selama anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota tim. Anggota tim selama melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan pada format-format yang terdapat pada papan dokumentasi. Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang dibuat oleh anggota tim. Setiap hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien dengan mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan metoda SOAP, catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga menjadi panutan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Bila ada pasien yang akan pulang atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan membuat resume keperawatan, sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan masalah yang sudah teratasi, taindakankeperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan antara lain keadaan umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan pasien yang akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim melengkapi informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore. Anggota tim juga menulis laporan pagi/sore/malampada format yang tersedia. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006) SP2KP adalah Sistem Pemberian Pelayanan Keperawtan Professional. SP2KP adalah system pemberian pelayanan keperawatan professional yang merupakan pengembangan dari MPKP (Model praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama professional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart& Woods, 1996). Model Praktik Keperawatan Profesional dan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. Dimana ketiga bentuk pelayanan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat melalui ketiga hal tersebut yaitu Model Asuhan Keperawatan Profesional, Model Praktik keperawatan Profesional dan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. B. Saran Sebagai tenaga kesehatan khususnya keperawatan perlu meningkatkan pengembangan diri sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan dan berpedoman pada hukum tersebut. Sehingga dapat menjadi tenaga keperawatan yang profesional sesuai dengan bentuk- bentuk pelayanan keperawatan (MAKP, MPKP, dan SP2KP). DAFTAR PUSTAKA
Dermawan D. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Gosyen
Publishing Huber, D. 2010. Leadership and Nursing Care Management (4rd ed). USA: Saunders elsevier Keliat, B.A. 2012. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional, ed.2. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika Siagian, Sondang P. 2007. Manajemen sumber daya manusia. Jakata: Bumi aksara Sitorus R. & Yulia. 2005. Model praktek keperawatan profesional di Rumah Sakit Panduan Implementasi,. EGC, Jakarta Sitorus Ratna & yuli . 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat:Implementasi. Jakarta: EGC Swanburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Perawatan Klinis. Jakarta: EGC
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional
Pendekatan sederhana untuk marketing: Panduan praktis untuk dasar-dasar marketing profesional dan strategi terbaik untuk menargetkan bisnis Anda ke pasar