Anda di halaman 1dari 16

Nama: Pameria papuani

NIM : 1911196632
KELAS : A 2019 2

1. Definisi MPKP
Model Praktek Keperawatan Profesional atau MPKP adalah suatu sistem (Struktur,
Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang
pemberian asuhan tersebut (Murwani & Herlambang, 2012).
Model Praktek Keperawatan Profesional atau MPKP adalah Suatu sistem (Struktur,
Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam Sitorus,2005).
Hoffart dan Woods dalam Arsad Suni (2018), mendefinisikan MPKP sebagai suatu
sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur
lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) perlu dipelajari bagi setiap perawat, karena merupakan bentuk
layanan keperawatan professional dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan. Pengetahuan dan pemahaman Anda tentang MPKP adalah penting
karena menumbuhkan nilai-nilai profesional di dalamnya dan memungkinkan Anda
untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien
dan keluarga serta memberikan pelayanan yang berkualitas (Kemenkes RI, 2016).

2. Tujuan dibentuknya MPKP dalam suatu ruangan, yaitu :


1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.
6. Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan
keperawatan.
7. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik
keperawatan profesional.
8. Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian
keperawatan (Murwani & Herlambang, 2012).
3. Klasifikasi
4. Komponen
5. Fungsi MPKP
Menurut Setiadi tahun 2016 dalam buku Manajemen & Kepemimpinan Dalam
Keperawatan:Teori & Aplikasi Praktik Baqi Mahasiswa & Perawat klinis, fungsi
MPKP adalah :
a) Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-
hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Fungsi dalam kegiatan perencanaan di ruang MPKP meliputi
beberapa kegiatan antara lain perumusan visi, misi, filosofi, menyusun kebijakan,
menyusun standar kerja (SOP, SAK) dan sistem informasi manajemen
b) Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi dan mengintergrasikan semua sumber daya
(potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Pengorganisasian sebagai proses
membagi kerja ke dalam tugas-tugas kepada orang yang sesuai dengan kemampuan
dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Maka dalam fungi organisasi
harus terlihat pembagian tugas dan tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang
akan melakukan. Kegiatan pengorganisasian di ruang perawatan. MPKP
menggunakan pendekatan sistem metode antara lain adalah pembuatan struktur
organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien
c) Actuating (Pengarahan)
Pengarahan merupakan proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka
mampu bekerja secara optimal dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan
keterampilan yang mereka miliki. Fungsi dalam pelaksanaan pengarahan yang paling
fundamental dalam manajemen karena pengupayaan berbagai jenis tindakan agar
semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha
mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara
terbaik dan benar.
d) Controlling (Pengawasan)
proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Dalam bidang
keperawatan pengendalian merupakan upaya mempertahankan mutu, kualitas atau
standar.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian meliputi :
 menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja,
 melakukan pengukuran prestasi kerja,
 menetapkan apakah prestasi keria sesuai dengan standar
 mengambil tindakan korektif

6. Definisi Visi Misi, Folosifi, dan Objek Dalam Rencana Operasional Manajemen
1) Visi
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu
dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai
landasan perencanaan organisasi. Contoh visi di Ruang MPKP RSMM Bogor
adalah “Mengoptimalkan kemampuan hidup klien gangguan jiwa sesuai
dengan kemampuannya dengan melibatkan keluarga.”
2) Misi
Misi Di Ruang MPKP Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan
organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi di Ruang
MPKP di RSMM Bogor adalah “Memberikan pelayanan prima secara holistik
meliputi bio,psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan keilmuan
keperawatan kesehatan jiwa yang professional.”
3) Filosofi
Filosofi membahas tentang keyakinan mendasar tentang keperawatan dan
asuhan keperwatan, kualitas, kuantitas, dan ruang lingkup pelayanan
keperawatan dan bagaimana keperawatan secara spesifik akan memenuhi
tujuan organisasi (Marquis & Huston, 2012). Filosofi keperawatan adalah
nilai-nilai atas keyakinan yang mencakup orang, lingkungan, kehidupan,
kesehatan, penyakit, hubungan perawat-pasien, dan pelayanan keperawatan,
seperti halnya paradigma keperawatan. Contoh: pasien adalah manusia sebagai
individu yang unik dan bermartabat
4) Perencanaan MPKP
Rencana jangka pendek di ruang Model Praktik Keperawatan Profesional
Kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya
masingmasing yang dibuat setiap shif. Rencana harian dibuat sebelum
melakukan operan.
a) Rencana harian kepala ruangan, melalui:
- Asuhan keperawatan
- Supevisi ketua tim
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan tim lain
yang terkait.
b) Rencana harian ketua tim
- Menyelenggarakan asuhan keperawatan pasien pada tim yang
menjadi tanggung jawab
- Melakukan supervisi perawat pelaksana
- Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain
- Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
c) Rencana harian perawat pelaksana:
- Pelaksanaan shif sore atau malam
- Memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
d) Rencana bulanan kepala ruanga
Akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar.
Berdasarka hasil Evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat
rencana bulanan ketua tim.
e) Rencana tahunan kepala ruangan
Akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan.Rencana kegiatan tahunan Model
Praktek Keperawatan Profesional(MPKP) :
- Menyusun laporan tahun yanhg berfungsi tentang kinerja
model proketek keperawatan profesional serta evaluasi mutu
pelayanan.
- Melakukan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing –
masing tim.
- Pengembangan sumber daya manusia peningkatan jenjang karis
perawat pelaksana menjadi ketua tim dan ketua tim menjadi
kepala ruangan.
- Membuat jadwal-jadwal pelatihan.

7. Perhitungan kapasitas tempat tidur BOR, AVLOS, TOI, BTO


1. BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur
BOR adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a
period under consideration (Huffman. 1994). BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
Rumus BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat
tidur x Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%
2. AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat
AVLOS adalah the average hospitalization stay of inpatient discharged during
the period under consideration . (Huffman. 1994). AVLOS  adalah rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.
Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup +
mati)
3. TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi
ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
Rumus TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) /
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
4. BTO (Bed Turn Over) = Angka perputaran tempat tidur
BTO adalah the net effect of changed in occupancy rate and length of stay
(Huffman. 1994). BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu
(Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011). Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat
tidur 17
8. Sejarah MPKP
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan mengalam perubahan
mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari
perubahan kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih
berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis
terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini (Kuntoro, 2010). Peningkatan profesionalisme
keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan diakuinya keperawatan pada
tahun 1983 sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan. Sejak saat itu
berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen
Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka pendidikan
pada tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III keperawatan,
mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar
praktik keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat
Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia. Layanan keperawatan yang ada
di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya, tindakan keperawatan yang
dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi
dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak
adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing, reengineering, dan redesigning
system pemberian asuhan keperawatan melalui pengembangan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) .

9. Tingkatan dan Struktur Organisasi MPKP


Menurut Sitorus (2006) dalam Nursalam (2014), kategori MPKP dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan Perawat Primer (PP) menjadi :
1. MPKP Pemula
Kategori pendidikan PP masih DIII, nanti PP mempunyai kesempatan untuk S1/Ners
melalui pendidikan lanjutan. Praktik keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu
memberi asuhan keperawatan profesional tingkat pemula dengan metode modifikasi
asuhan keperawatan primer. Jumlah SDM (ketenagaan) sesuai kebutuhan, S1/Ners
(1 : 25-30 klien), DIII keperawatan sebagai perawat primer pemula, DIII keperawatan
sebagai PA. Dokumentasi keperawatan mengacu standar rencana perawatan masalah
aktual.
2. MPKP tingkat I
MPKP tingkat I, PP adalah S1/Ners, agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan
berdasarkan ilmu dan teknologi, diperlukan kemampuan seorang ners spesialis yang
akan berperan sebagai clinical case manager (CCM). Praktik keperawatan pada
tingkat ini diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I
dengan metode modifikasi asuhan keperawatan primer. Jumlah SDM (ketenagaan)
sesuai kebutuhan, Ners
spesialis (1 : 25-30 klien) sebagai CCM, S1/Ners sebagai PP, DIII Keperawatan
sebagai PA. Dokumentasi keperawatan mengacu standar rencana perawatan masalah
aktual dan
masalah risiko.
3. MPKP tingkat II
Praktik keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu memberikan modifikasi
keperawatan primer/asuhan keperawatan profesional tingkat II. Metode pemberian
asuhan keperawatan adalah manajemen kasus dan keperawatan. Jumlah ketenagaan
sesuai kebutuhan, Ners spesialis: PP (1:1) Ners spesialis sebagai CCM, S1/Ners
sebagai PP, DIII keperawatan sebagai PA. Dokumentasi menggunakan clinical
pathway dan standar rencana
keperawatan. Pada MPKP tingkat II dibutuhkan minimal 1 orang CCM dengan
kemampuan ners spesialis.
4. MPKP tingkat III
Praktik keperawatan diharapkan mampu memberikan modifikasi keperawatan
primer/asuhan keperawatan profesional tingkat III. Metode pemberian asuhan
keperawatan adalah manajemen kasus. jumlah tenaga sesuai kebutuhan, docter
keperawatan klinik sebagai konsultan, ners spesialis : PP (1:1). Ners spesialis sebgaai
CCM, DIII keperawatan sebagai PA. Dokumentasi keperawatan menggunakan
clinical pathway/standar rencana keperawatan. Pada MPKP tingkat III, perawat
dengan kemampuan sebagai ners spesialis
ditingkatkan menjadi dokter keperawatan, sehingga diharapkan perawat lebih banyak
melakukan penelitian keperawatan yang dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan.

5. Struktur Organisasi MPKP


Struktur dari ruang MPKP yaitu meliputi kepala ruang, ketua tim dan perawat
pelaksana dan ditambah satu tenaga administrasi. Khusus untuk ruang MPKP
memiliki struktur terdapat kepala ruang, ketua tim dan perawat pelaksana dimana
perawat pelaksana berada dibawah ketua tim dan ketua tim di bawah kepala ruang
berbeda dari ruang non-MPKP dimana tidak terdapat ketua tim sehingga kepala ruang
langsung membawahi perawat pelaksana. Keberadaan ketua tim di ruang MPKP
menyebabkan pembagian tugas dalam pelayanan keperawatan yang diberikan menjadi
lebih jelas karena kepala ruang dibantu oleh ketua tim dalam memenejemen ruangan
dengan mengelola timnya masing-masing.

10. Prosedur MPKP


a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu (Sitorus, 2006) :
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai
tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok kerja
ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini
merupakan kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang
penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan.
(Sitorus, 2006).
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial. (Sitorus, 2006).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen,staf keperawtan, dan staf
lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat
tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).
4) Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat
implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006) :
i. Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang
tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat
tersebut akan mendapat pembinaan tentang kerangka kerja
MPKP.
ii. Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut
terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan
dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang
rawat lain.
5) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari
klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan
jumlah tenaga keperawtan di suatu ruangrawat didahului dengan menghitung
jumlah klien derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu,
minimal selama 7 hari berturutturut. (Sitorus, 2006).
6) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang
rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006) :
i. Kepala ruang rawat
ii. Clinical care manager
iii. Perawat primer
iv. Perawat asosiet
7) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan.
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu perawat
menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk
melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya standar renpra
menunjukan asuhan keperawtan yang diberikan berdasarkan konsep dan teori
keperwatan yang kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan
professional. Format standar renpra yang digunakan biasanya terdiri dari
bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnose keperawatan dan data
penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan. (Sitorus,
2006).
8) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan Selain standar renpra, format
dokumentasi keperawatan lain yang diperlukan adalah (Sitorus, 2006) :
i. Format pengkajian awal keperawatan
ii. Format implementasi tindakan keperawatan
iii. Format kardex
iv. Format catatan perkembangan
v. Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
vi. Format laporan pergantian shif
vii. Resume perawatan
9) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan
fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas tambahan
yang di perlukan adalah (Sitorus, 2006) :
i. Badge atau kartu nama
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi
nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali
sat melakukan kontrak denganklien/keluarg
ii. Papan MPKP
Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta
dokter yang merawat klen.

b. Tahap PelakPada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut


ini (Sitorus, 2006) :
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang
sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga
dapat mengurangi gangguan dari luar. (Sitorus, 2006).
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde
dengan porawat asosiet (PA). Ronde keperawatan bersama dengan PA
sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi
kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang
kondisi klien. (Sitorus, 2006).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.
Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada
standar tersebut. (Sitorus, 2006).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak
ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat
terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasibagi kliendan
keluarganya. (Sitorus, 2006).
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam
tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien yang
dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang
ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2006).
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi MPKP
dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan
bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat
diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia
yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila
sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak
diperlukan lagi. (Sitorus, 2006).
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada
klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting.
9) Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evsluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kali dalam
seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini
maslahmasalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau
bimbingan.
Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2006) :
i. Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk
setiap klien pulang.
ii. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi Penilaian infeksi nosokomial
(biasanya ditetapkan per ruang rawat).
iii. Penilaian rata-rata lama hari rawat.
10) Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih
optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan.
Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah
ada sistem yang tepat untuk menerapkannya. (Sitorus, 2006).
i. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada
tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan
pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai
SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut
berperan sebagai PP (bukan PP pemula). (Sitorus, 2006).
ii. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada
MPKP tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan
teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners
sepeialis yang akan berperan sebagai CCM. Oleh karena itu,
kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi ners
spesialis. (Sitorus, 2006).
iii. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada
tingkat ini perawat denga kemampuan sebagai ners spesialis
ditingkatkan menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan
lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen
yang dapat meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus
mengembangkan ilmu keperawatan. (Sitorus, 2006).
9. Kriteria perawat MPKP
a. Kepala Ruangan / CCM
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah
perawat yang memiliki pendidikan D-3 keperawatan dengan
pengalaman. Sementara itu, pada MPKP tingkat I, kepala ruangan
adalah perawat dengan kualifikasi pendidikan Ners dengan
pengalaman.
b. Perawat Primer
Perawat primer adalah seorang perawat dengan kualifikasi pendidikan
minimal Ners.
c. Perawat Assosiate
Perawat Associate (PA) adalah seorang perawat dengan kualifikasi
pendidikan minimal diploma keperawatan.
Suni, A. (2018). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Jakarta : Bumi Medika

10. Pengarahan dan kegiatan dalam MPKP


Menurut Muninjaya (1999) dalam Mugianti (2016) menyebut tujuan fungsi
pengarahan ada lima yaitu :
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik,
efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam
menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan
keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada
minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat
bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari
tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan
fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi
bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya
secara mandiri
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan
kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi
apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan
menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf Pemimpin yang baik adalah yang
mampu menciptakan suasana lingkungan yang kondusif dan
menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis, kepemimpinan
yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja
dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal
yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah
semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan
membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
Bentuk kegiatan-kegiatan di ruangan MPKP sebagai berikut:
o Menciptakan budaya motivasi
o Manajemen waktu : rencana harian
o Komunikasi efektfif melalui kegiatan :
 Operan antar shift
 Pre conference
 Post conference
o Manajemen konflik
o Pendelegasian dan supervisi
11. Kelebihan dan Kekurangan MPKP
Menurut Sitorus (2006) terdapat kelebihan dan kekurangan dalam
menggunakan metode MPKP dalam suatu ruangan rawat, yaitu :
a. Kelebihan MPKP
- Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
- Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
- Memungkinkan komunikasi anatra tim sehingga konflik mudah diatasi
danmemberikan kepuasan pada anggota tim
- Bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan
- Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
- Ruang rawat MPKP sangat menunjang program Pendidikan
keperawatan
b. Kekurangan MPKP
- Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim,
membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu
sibuk
- Akuntabilitas pada tim konsep
- Beban kerja tinggi
- Pendelegasian tugas terbatas
- Kelanjutan keperawatan hanya Sebagian selama perawatan penanggung
jawab tugas
12. Komunikasi Efekif MPKP dan Operan,Ronde,pos dan Prekonferen
Bentuk Komunikasi Pada MPKP di Ruang Rawat Terdapat beberapa bentuk
komunikasi di dalam ruangan MPKP yaitu operan, preconference dan
postconference.
a. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum
dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh ketua tim keperawatan
kepada ketua tim (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan. Manfaat timbang terima yaitu:
 Bagi perawat
- Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
- Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat.
- Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
- Perawat dapat mengikuti perkerbangan pasien secara paripurna
 Bagi pasien
- Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap (Nursalam, 2014).
b. Preconference
Preconfrence adalah komunikasi yang dilakukan antara ketua tim dan
perawat pelaksana yang dilakukan setelah perawat-perawat dalam ruangan
MPKP melakukan operan. Preconferencemembahas tentang rencanam
kegiatan perawat dalam jadwaldinas tersebut termasuk didalamnya adalah
rencana masing-masing perawat (rencana harian) dan rencana tambahan
dari ketua tim.
c. Postconference
Poscofrenceadalah komunikasi antara ketua tim dan perawat pelaksana
yang membahas hasil-hasil kegiatan sepanjang jadwal dinas dan dilakukan
sebelum dilakukannya operan kepada jadwal dinas berikutnya. Dalam
postconference dibicarakan juga hasil dari asuhan keperawatan dari
masing-masing perawat pelaksana dan hal-hal penting apa yang akan
disampaikan pada saat operan sebagai tindak lanjut asuhan keperawatan.
d. Manajemen Konflik
Dalam sebuah organisasi, konflik sangat mungkin terjadi antar individu
yang bekerja di suatu tempat yang sama. Konflik ini terjadi karena
sekumpulan orang memiliki latar belakang, sifat, karakter dan cara
pandang yang berbeda. Ruangan MPKP pun tidak terbebas dari konflik
karena alasan-alasan tersebut. Penangananan konflik dapat berupa
melakukan kompetisi atau bersaing, berkolaborasi, menghindar,
akomodasi atau berkompromi. Tetapi penyelesaian konflik yang
dianjurkan adalah dengan melakukan kolaborasi, karena cara ini dapat
untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang mengalami konflik.
Pihak yang sedang mengalami konflik didorong untuk menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari atau menemukan
persamaan kepentingan sehingga tidak ada salah satu pihakpun yang
merasa dirugikan.
e. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.
Pendelegasian sangat diperlukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan
untuk mencapai tujuan organisasi. Pendelegasian dalam ruangan MPKP
dilaksanakan dalam bentuk pendelegasian kepala ruangan kepada perawat
primer atau ketua tim, dan perawat primer atauketua tim kepada perawat
pelaksana atau perawat asosiet. Mekanisme pendelegasian ini adalah
pelimpahan tugas dan wewenang, dan dilakukan secara berjenjang. Dalam
penerapannya, pendelegasian terbagi atas pendelegasian terencana dan
pendelegasian insidental(sewaktu-waktu). Pendelegasian terencana adalah
pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem
penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Sedangkan pendelegasian
insidental terjadi jika salah satu personel dalam ruangan MPKP
berhalangan hadir. Beberapa prinsip yang dilakukan di dalam ruangan
MPKP untuk pendelegasian adalah sebagai berikut: Pada pendelegasian
tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian tugas dan
uraian tugas harus jelas dan terinci baik secara verbal maupun tulisan.
- Personil yang menerima pendelegasian tugas harus personil yang
memiliki kompetensi dan setara dengan kemampuan yang
digantikan tugasnya.
- Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib mamantau
pelaksanaan tugas dan bersedia menjadi rujukan jika ditemukan
adanya kesulitan dalam pelaksanaannya.
- Setelah pendelegasian selesai, maka dilakukan serah terima tugas
yang sudah dilaksanakan beserta hasilnya.
-
13. Pendelegasian perawatan MPKP
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Pendelegasian sangat
diperlukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan organisasi.
Pendelegasian dalam ruangan MPKP dilaksanakan dalam bentuk pendelegasian
kepala ruangan kepada perawat primer atau ketua tim, dan perawat primer atau
ketua tim kepada perawat pelaksana atau perawat asosiet. Mekanisme
pendelegasian ini adalah pelimpahan tugas dan wewenang, dan dilakukan secara
berjenjang. Dalam penerapannya, pendelegasian terbagi atas pendelegasian
terencana dan pendelegasian insidental (sewaktu-waktu). Pendelegasian terencana
adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem
penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Sedangkan pendelegasian insidental
terjadi jika salah satu personel dalam ruangan MPKP berhalangan hadir. Beberapa
prinsip yang dilakukan di dalam ruangan MPKP untuk pendelegasian adalah sebagai
berikut :
a. Pada pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas dan uraian tugas harus jelas dan terinci baik secara verbal
maupun tulisan
b. Personil yang menerima pendelegasian tugas harus personil yang memiliki
kompetensi dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
c. Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib mamantau pelaksanaan tugas dan
bersedia menjadi rujukan jika ditemukan adanya kesulitan dalam
pelaksanaannya
d. Setelah pendelegasian selesai, maka dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan beserta hasilnya.
14. Operan, pre dan post converence, ronde keperawatan dalam MPKP
a. Timbang terima / Operan
Timbang terima atau operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien dimana
komunikasi serah terima antar shif pagi, siang dan malam.bertujuan :
 Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
 Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
 Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
b. Preconference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ka primer atau
penanggung jawab primer. Jika yang dinas pada primer tersebut hanya 1 orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan penanggung
jawab primer (modul mpkp,2006)
Waktu : setelah operan
Tempat : meja masing-masing perawat primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
c. Post conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil
asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab
primer. (modul mpkp, 2006)
Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : meja masing-masing primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primerd.
d. Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yan
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
 Klien dilibatkan secara langsung
 Klien merupakan fokus kegiatan
 Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
 Kosuler memfasilitasi kreatifitas
 Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masala
Tujuan :
 Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
 Meningkatkan vadilitas data klien
 Menilai kemampuan justifikasi
 Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
 Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
15. Cara perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
a. Dalam pelayanan mutu dapat dinilai dari BOR dan LOS tiap ruangan dengan
rumus : Penghitungan Tempat Tidur Terpakai ( BOR ) Bed occupancy rate adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi rendahnya ingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 %
sedangkan standar nasional BOR adalah 70 –80 %. Rumus penghitungan BOR
sbb: Keterangan:
- Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari
kali jumlah hari dalam satu satuan waktu.
- Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka jumlahnya
28 – 31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
b. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose
tertentu yang dijadikan tracer ( yang perlu pengamatan lebih lanjut ). Secara
umum AvLOS yang ideal antara 6 – 9 hari Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan
oleh kepala ruangan yang dibuat setiap bulan dengan rumus sbb
Keterangan:
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
- Jumlah pasien keluar(hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau
meninggal dalam satu periode waktu.
16. Tingkat ketergantungan pasien
Perhitungan jumlah tenaga tergantung dari jumlah pasien dan derajat
ketergantungan yang terbagi dalam 3 kategori yaitu :
a. Kategori I: Minimal care/perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak
ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian
shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan simple.
Kriteria:
- Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri

Anda mungkin juga menyukai