Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Kebidanan

Disusun Oleh:
Sri Rahayu
200206008
Dosen Pengampu
Nova Yulita, SST.,M.Keb

PRODI KEBIDANAN
FAKULITAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai dari tugas mata kuliah Konsep Kebidanan Penulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Pekanbaru, 18 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
1. Pengertian Reflective Practice.........................................................................................................6
2. Pemasaran Sosial Jasa Pelayanan Kebidanan..................................................................................8
3. Evidence Based Practice And Midwivery Practice..........................................................................10
4. Pandangan Beberapa Ilmu Tentang Kebidanan.............................................................................12
5. Women Centre Care Midwefery Partnership................................................................................16
6. Dokumentasi Kebidanan................................................................................................................20
BAB III........................................................................................................................................................31
PENUTUP...................................................................................................................................................31
A. Kesimpulan....................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Professionalisme perawat merupakan salah satu hal yang penting untuk meningkatkan
kinerja perawat. Depkes (2005) menjelaskan bahwa pada tahun 2000 Direktorat Pelayanan
Keperawatan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan World Health Organization(WHO)
mengembangkan suatu program peningkatan professionalisme perawat yang dikenal dengan
Sistem Pengembangan Manajemen dan Kinerja Klinis (SPMKK) yang selanjutnya berdasarkan
Permenkes No.836/Menkes/SK-VI/2005 berubah menjadi Pengembangan Manajemen Kinerja
(PMK), kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan salah satu bagian dari PMK. Menurut
Depkes (2005) Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran dalam bentuk
kelompok diskusi untuk berbagi pengalaman klinik yang didasarkan atas standar yang telah
ditetapkan. Tujuan dari DRK adalah: 1) mengembangkan professionalisme, 2) meningkatkan
aktualisasi diri, 3) membangkitkan motivasi belajar, 4) wahana untuk menyelesaikan masalah
yang mengacu pada standar yang telah ditetapkan, 5) belajar untuk menghargai kolega agar
lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan, dan
meningkatkan keja sama.Langkah-langkah kegiatan DRK terdiri dari:1) memilih/menetapkan
kasus yang akan didiskusikan, 2) menyusun jadwal kegiatan, 3) waktu pelaksanaan, 4) peran
masing-masing personal dalam DRK, 5) penulisan laporan. Hennesy D, Hicks, Hilan & Kawonal
(2006) menjelaskan DRK merupakan salah satu bagian dari pengembangan staf berkelanjutan
yang dikenal dengan istilah Continous Professional Development (CPD), kegiatan inidibutuhkan
agar perawat memiliki keterampilan/kompetensi tambahan selain pelatihan dasar. Undang-
Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 menjelaskan bahwa pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan kompetensi dibidang ilmu
keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien, perkembangan ilmu

4
pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Penelitian terkait kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
dipublikasikan oleh Dube & Ducharme (2014) yang mengistilahkan kegiatan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) dengan Reflective Practice (RP). Duffy (2007 dalam Dube & Ducharme 2014)
menjelaskan bahwa Reflective Practice (RP) merupakan kegiatan pembelajaran dan
pengembangan lewat pengkajian dari praktek professional yang meliputi pengalaman,
pemikiran, emosi, tindakan dan pengetahuan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan dan sikap perawat terhadap asuhan keperawatan pada pasien lansia
setelah dilakukan kegiatan Reflective Practice (RP). Kegiatan ini dapat dilakukan salah satunya
dengan mendiskusikan tentang situasi klinik dalam suatu kelompok belajar.
Penelitian Asselin & Fain (2013) menjelaskan efek pelaksanaan program pengembangan
pengetahuan menggunakan praktek refleksi (reflective practice) dalam program Continuing
Education (CE) dengan jenis model refleksi terstruktur menggunakan isyarat pertanyaan,
menulis narasi tentang pengalaman, dan diskusi refleksi kelompok. Hasil dari penelitian ini
adalah peningkatankemampuan befikir reflektif perawat terhadap praktek asuhan keperawatan
dan peningkatan kemampuan refleksi diri perawat. Program ini disarankan untuk dilakukan
oleh perawat pemula (novice).

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Reflective Practice


A. Reflective Practice

Praktek reflektif adalah kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan sehingga untuk
terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang menurut pencetus istilah, adalah
salah satu karakteristik mendefinisikan praktek profesional. Refleksi juga dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi
sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas
dari suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan Kegiatan refleksi atau reflective practice
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilaksanakan sebab akan mengontrol tindakan guru,
guru dapat melihat apa yang masih perlu diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan. Merupakan
kegiatan yang perlu dilakukan ketika guru sebagai praktisi lapangan telah selesai melakukan tindakan, ini
merupakan suatu bentuk dari evaluasi terhadap diri sendiri. Reflective Practice, secara umum, adalah
praktik yang secara berkala dilakukan untuk melihat kembali dan merenungkan makna dari apa yang
telah terjadi dalam pengalaman kita.
B. Hak Dan Kewajiban Bidan
- Hak bidan
1) Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setia tingkat/ jenjang pelayanan
kesehatan.
3) Bidan berhak menolak keinginan pasien/ klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan
perundangan, dan ode etik profesi.
4) Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh keluarga,
maupun profesi lain.
5) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan.
6) Bidan berhak atas kesempatan meningkatka jenjang kair dan jabatan yang sesuai.

6
7) Bidan berhak mendapt kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
- Kewajiban Bidan
1) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan tersebut
dengan rumah sakit dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan
menghormati hak hak pasien.
3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan
keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami atau keluarga
5) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya.
6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta resiko
yang mungkin dapat timul.
8) Bidan wajib meminta tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.
9) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10) Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal.
11) Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal balik dalam
memberikan asuhan kebidanan.
C. Pengertian Perkembangan Karir Profesi Bidan
Pengembangan karir bidan adalah perjalanan pekejerjaan seseorang dalam organisasi sejak
di terima dan berkahir pada saat tidak lagi bekerja di organisasi terebut Pengembangan karier
bidan meliputi karier fungsional dan karier structural, pada saat ini pengembangan karier bidan
secara fungsional telah di persiapkan untuk jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui
pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya akan
meningkatkan kemanpuan professional bidan dalam melaksanakan fungsinya. funsi bidan
nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti.
D. Perkembangan Karir Profesi Bidan
Pengembangan karir bidan adalah perjalanan pekerjaan seseorang dalam organisasi seja
diterima dan berakhir pada saat tidak lagi bekerja diorganisasi tersebut. Pengembangan karir

7
(career development) menurut Mondy meliputi aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan
seorang individu pada kemajuan jalur karir yang direncanakan.
Selanjutnya ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pengembangan
karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang
dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada aktivitas rencana pengembangan formal.
- Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan pekerjaan yang
spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor akan berbeda dengan skill yang
dibutuhkan untuk menjadi middle manager.
- Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh skill yang
sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh
seorang individu maka individu yang telah memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan
menempati pekerjaan yang baru.
- Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan
mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional.

2. Pemasaran Sosial Jasa Pelayanan Kebidanan


A. Pengertian Konsep dasar Pemasaran Social Jasa Profesi
Dalam penyediaan jasa asuhan kebidanan tentunya bidan perlu perlu memiliki
pengetahuan tentang pemasaran social jasa asuhan kebidanan secara lebih mendalam. Dalam
hal ini pemasaran social dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menjual produk yang berupa
komoditi tertentu seperti pelayanan, ide atau gagasan dengan mengaitkan pada kebutuhan
atau minat masyarakat.
Oleh karena itu proses pemasaran social jasa asuhan kebidanan agar dapat terlaksana
dengan baik, perlu diapdosi pemasaran secara umum kemudian diaplikasikan secara intern
sesuai dengan kebutuhan bidan. Sasaran khusus dalam pemasaran jasa asuhan kebidanan
adalah ibu hamil,ibu bersalin, ibu nifas, bayi,balita, calon pengantin, pasangan usia subur (PUS),
wanita usia menopause dan lanjut usia (lansia). Pemasaran kesehatan saat ini sangat penting
dalam setiap program pelayanan kesehatan. Hal ini karena prinsip mencegah lebih baik dari

8
pada mengobati. Istilah “pemasaran Sosial” (social marketing) merupakan pengalihan istilah
“pemasaran” (marketing) dalam ilmu ekonomi bisnis,yakni strategi bisnis dari produsen untuk
menyebarluaskan “ informasi tentang barang dan jasa” atau menyebarluaskan “barang dan
jasa” itu sendiri kepada sasaran. Secara umum “pemasaran social” dapat diartikan sebagai
suatu rancangan dan implementasi program yang bertujuan untuk memperkenalkan atau
mempromosikan suatu gagasan social atau suatu kasus kepala masyarakat.
Pemasaran sosial adalah penerapan teknik pemasaran niaga untuk mencapai tujuan
sosial yang bermanfaaat (HIV/AIDS Prevention Project (HAPP), 1999). Tujuan sosial itu bisa
meliputi kampaye keluarga berencana, penurunan pemakaian rokok, pemakaian sabuk
pengaman, pencegahan HIV/AIDS, dan sebagainya.
Teknik pemasaran sosial ini jika diaplikasikan dengan baik, niscaya profesi bidan akan
menjadi peluang wirausaha yang menjanjikan. Seorang wirausaha soaial yang baik adalah
sebagai individu istimewa yang memiliki visi, kreativitas, dan keteguhan hati yang luar biasa.
Seorang wirausaha sosial juga harus mengabdikan kemampuannya ini untuk memperkenalkan
solusi baru pada masalah-masalah sosial. Individu-individu unik yang ditemui di segala lingkup 
budaya ini, adalah mereka yang dapat melihat jauh ke depan langkah apa yang harus diambil
dalam bidangnya : baik itu lingkungan, pendidikan, pengembangan masyarakat, kesehatan,
atau bidang-bidang lain yang berhubungan kebutuhan manusia. Mereka ini tanpa berhenti
mengejar visi mereka tinggal dan juga di wilayah yang lebih luas. Seorang wirausaha harus
mempunyai kualifikasi sebagai berikut :
- Ide baru yaitu apakah orang tersebut betul-betul memiliki ide baru untuk menyelesaikan
kebutuhan sosial. Sebagai contoh pembangunan klinik baru. Apakah klinik tersebut
mempunyai visi dari sebuah pola baru dari pelayanan kesehatan yang menjanjikan
perubahan pada klinik di seluruh wilayah sebuah negara atau di daerah yang lebih luas lagi.
- Kretif, seoarng wirausaha sosial yang sukses haruslah kreatif dalam menentukan tujuan dan
dalam memecahkan masalah-masalah yang tidak terelakan muncul saat ini mengejar visinya
tersebut. Mereka harus menggunakan daya kreativitasnya dari hari ke hari, dari tahun ke
tahun, agar mencapai sukses. Untuk mengevaluasi apakah seseorang memiliki daya
kreativitas esensial tersebut atau tidak.

9
- Kemampuan berwirausaha, wirausaha sosial bersifat praktis dan pragmati : mereka
mengetahui bagaimana mengatasi rintangan, dan mereka di kendalikan oleh ide dan niat
mereka untuk membuat ide tersebut menjadi kenyataan.
- Dampak sosial, seoarang wirausahawan haruslah beride baru, praktis, dan cukup berguna,
sehingga akan digunakan oleh orang lain begitu ide tersebut diaplikasikan. Sebagai contoh
sebuah klinik kesehatan di pedesaan, harus berpoyensi secara fundamental mempengaruhi
sistim pelayanan kesehatan di pedesaan. Oloh karena itu konsep wirausaha sosial tidak
hanya memerlukan orang yang luar biasa untuk mengembangkan sebuah ide tetapi juga
memiliki kekuatan, ide praktis yang akan layak berkembang dengar benar.
- Karakter etis, adalah seseorang yang dapat menjalankan fungsi-fungsi layanan  publik. Atau
orang yang dapat dipercaya dan menjaga kehormatannya. Mereka harus kenal perubahan
struktural yang besar dalam masyarakat atau individu yang memilki penilaian yang tepat
akan sesuatu hal dan berkarakter dapat di percaya untuk menuntun proses perubahan
dalam arah yang positif.

3. Evidence Based Practice And Midwivery Practice


A. Pengertian Evidence Based Practice
Gambril mendefinisikan EBP Sebagai suatu proses yang melibatkan pembelajaran atas
arahan diri sendiri yang mengharuskan pekerja profesional bisa mengakses informasi sehingga
bisa:
- Menggunakan pengetahuan yang kita miliki dalam memberi pertanyaan yang bisa kita
jawab
- Menemukan bukti-bukti terbaik dalam menjawab pertanyaan
- menganalisis bukti-bukti terbaik Itu untuk mendapatkan validitas penelitian maupun
kedayatepannya maupun pada pertanyaan-pertanyan praktik yang kita ajukan
- Membuat agar klien bertindak sebagai partisipan dalam pembuatan keputusan
- Mengevaluasi kualitas praktik pada klien

10
EBM Didirikan oleh RIC dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional
dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM kebidanan telah
dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers 1987) dan telah lama berisi bukti yang
telah menyumbangkan untuk kebidanan Pengetahuan dan praktek. EBM mengakui nilai yang
berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif
mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisa fisolofis dan konsep serta tinjauan
pustaka terstruktur, logis dan transparan, tinjauan sistematis kohort studi, terstruktur,
sehinggaa bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan
Penelitian lebih lanjut.
B. Perkembangan Ilmu Midwivery Yang Berhubungan Dengan Evidence Based Practice
Tingginya kasus Kesakitan dan Kematian ibu di banyak negara berkembang terutama
disebabkan oleh Pendarahan pasca persalinan, ekslamsia sepsis dan komplikasi keguguran. Ada
sebagian besar Penyebab utama kesakitan Dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah. Melalui pencegahan yang efektif, beberapa negara yang berkembang dan hampir
semua Negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ketingkat yang
sangat rendah. Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran pradigma dari menunggu
terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan
bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini
adalah perkembangan keilmuan kebidanan yang berhubungan dengan evidence based practice
antara lain : Gentle birth, water birth, Lotus birth.
C. Prinsip Asuhan Kebidanan Yang Berdasarkan Evidence Based Practice
Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan
asuhan kehamilan sebagai berikut.
1. Kunjungann ANC minimal 4 kali kunjungan.
- Trismester I
- Trismester II
- Trisemester III

11
- Trisemester IV
2. Pemberian suplemen mikronutrien
3. Imunisasi TT 0,5 Cc
4. 10 T Dalam pemeriksaan kehamilan dan 4 terlalu
5. Perkiraan hemoglobin pada kehamilan
6. Perkiraan tinggi fundus Uteri
7. Hipotensi pada saat berbaring terlentang
8. Pentingnya deteksi penyakit bukan penilaian/ atau pendekatan resiko

4. Pandangan Beberapa Ilmu Tentang Kebidanan


A. Pandangan Ilmu Agama Islam Terhadap Medis Kebidanan

Dalam rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian
manusia dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah
penting, maka ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat
merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan lanjutan
merupakan cakupan dari pelayanan kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Pelayanan dasar
yang ditunjukkan untuk menangani kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan lanjutan atau
rujukan diberikan kepada mereka yang mengalami kasus-kasus beresiko, gawat darurat, dan
komplikasi yang memerlukan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti di rumah sakit.
Kedua pelayanan tersebut harus tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik
dari aspek finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan sarana transportasi. Oleh karena itu
pelayanan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan persalinan sangatlah berharga.
Dalam surat Lukman ayat 14 Al Quran mengabdikan perjuangan ibu selama kehamilan, “ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah dan bertambah-tambah....”. Allah
memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melalui sabda Rasulullah SAW yang artinya, “.....
wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid....”(H.R. Ahmad).
Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada khalifah sebagai pemimpin
umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayan bersalin (atenatal, bersalin dan nifas)
berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis. Bila keuangan negara tidak cukup, maka

12
khalifah akan menarik sejumlah uang dari orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi
penyelenggaraan layanan bersalin mengacu pada 3 prinsip dasar:
1. Kesederhanaan aturan
2. Kecepatan pelayanan
3. Standar layanan bersalin berkualitas sesuai syariat.
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas termasuk tenaga
medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun bidan secara merata diseluruh
wilayah negara baik pada pelayanan dasar (puskesmas) maupun lanjutan (rumah sakit). Dalam
ranah fiqih, menjadi tenaga medis (dokter kandungan, bidan, dan perawat) adalah fardhu
kifayah. Sehingga harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi tersebut. Karena itu
negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk menghasilkan tenaga medis
yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat.
Dalam sejarah masa keemasan Islam layanan bersalin yang memadai dari banyaknya rumah
sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan lembaga pendidikan
dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan kandungan dan ruang untuk bersalin.
Belum lagi adanya rumah sakit keliling yang disediakan oleh negara yang menelusuri pelosok
negeri, sehingga layanan bersalin bagi semua itu benar-benar direalisasikan secara nyata.
Salah satu fakta di Baghdad, masa khalifah Harun Al Rasyid (170-193 H), disamping didirikan
rumah sakit terbesar dikota Baghdad, dan beberapa rumah sakit kecil, juga didirikan rumah
sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah pendidikan kebidanan. Kedua
sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al Rasyid kepada Al Musawih yang
menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhalifahan.
Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses
(permasalahan) persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu, untuk
menyelesaikam problem ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala aspek yang
terkait, baik medis maupun non medis, dan termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara
merata.
B. Pandangan Budaya Dan Adat Istiadat Indonesia Terhadap Medis Kebidanan

13
Dalam masyarakat pada umumnya masih banyak yang belum memahami pentingnya
kesehatan. Hal ini bisa dikarenakan oleh tingkat pendidikan, adar istiadat, budaya serta mitos-
mitos tentang cara mengobati masalah masalah kesehatan mereka. Karena hal diatas maka
menjadi penghambat dalam peningkatan kesehatan masyarakat terutama masalah ibu dan
anak setiap daerah memiliki kebiasaan/mitos yang berbeda-beda mengenai :
- Kehamilan
- Persalinan
- Nifas
- BBL
A. Aspek Sosial Budaya Selama Kehamilan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu :
a) Faktor Fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhio oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut.
b) Faktor Psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stres yang terjadi pada ibu hamil pada
kesehatan ibu dan janin nya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan
emosi pada janin yang telah lahir nanti.
c) Faktor Sosial Budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dan gaya hidup adat-istiadat, fasilitas kesehatan dan
ekonomi.
Contoh perilaku sosial budaya masyarakat mengenai kehamilan
- Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin.
- Mengindam.
- Larangan masuk hutan.
- Keluar waktu maghrib.
- Pantangan menjalin rambut.
- Tidak boleh duduk di depan pintu.
- Tidak boleh makan pisang dempet.
- Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar.

14
- Jangan meletakkan sisir di atas kepala.
- Jangan membuat kulit pada masa hamil.
- Aspek sosial budaya selama persalinan
Contoh perilaku sosial budaya dalam persalinan.
- Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
- Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
- Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
- Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
- Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
- Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
- Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
- Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.
- Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
C. Pandangan Ilmu-Ilmu Umum (Non Kesehatan) Terhadap Kesehatan
Banyak sekali ilmu-ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang kesehatan. Ilmu-ilmu tersebut
diantaranya sosiologi, antropologi, psikologi dan lain-lain nya yang mengkaji kesehatan
berdasarkan disiplin ilmu masing-masing. Pandangan kesehatan dari segi sosiologis adalah
“sakit” tidak hanya memiliki peran secara individu, tetapi juga peran sakit mengakibatkan
individu “bergantung pada orang lain” dan menimbulkan adanya penyimpangan sosial. Tidak
hanya individu yang merasakan, tetapi juga keluarga/kerabat juga turut merasakan akibat nya.
Sosiologi kesehatan memiliki akses ke sumber daya yang di butuhkan untuk meningkatkan
kesehatan. Pandangan kesehatan dari segi antropologi adalah konsep sehat dan sakit di
pandang dari segi kebudayaan (dieses) dan dari perspektif medis (illness). Sedangkan
pandangan kesehatan dari perspektif psikologis adalah berkaitan dengan bagaimana
karakteristik pribadi seseorang yang memandang penyakit dari pengalaman pribadi mereka dan
memberikan kontribusi berupa keyakinan untuk kesehatan.
Sistem medis adalah pola-pola dari pranata-pranata sosial dan tradisi-tradisi budaya yang
menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkah
laku khusus tersebut belum tentu kesehatan yang baik (Dunn 1976 : 135) maksudnya, sistem

15
medis tidak hanya mempengaruhi individu dalam kelompok tersebut yang saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan. Penyakit, dengan rasa sakit dan penderitaan nya merupakan kondisi
manusia yang dapat di ramalkan, serta ada gejala biologis maupun kebudayaan. Sebelum kita
mengalami sakit, ada gejala-gejala tertentu yang terjadi di dalam diri kita.
Sistem medis adalah bagian-bagian dari kebudayaan pada tingkatan yang lebih abstrak, yang
dalam isi dan bentuk nya mencerminkan pola dan nilai yang kurang nampak.

5. Women Centre Care Midwefery Partnership


A. Pengertian Women Centred Care
Women centred care adalah asuhan kesehatan yang berpusat pada wanita. Dalam
kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu konsep yang mencakup hal-hal yang lebih
memfokuskan pada kebutuhan, harapan dan aspirasi masing-masing wanita dengan
memperhatikan lingkungan sosialnya daripada kebutuhan institusi atau profesI women centred
care adalah istilah yang menggambarkan kesehatan yang menghormati nilai-nilai, budaya,
pilihan, dan preferensi wanita dan keluarganya, dalam konteks mempromosikan hasil
kesehatan yang optimal. Perempuan-centredness dirancang untuk meningkatkan kepuasan
dengan pengalaman bersalin perawatan dan meningkatkan kesejahteraan bagi perempuan,
bayi, keluarga dan profesional kesehatan, yang merupakan komponen penting dari peningkatan
kualitas kesehatan. Dalam praktik kebidanan, “Women centred care” adalah konsep yang
menyiratkan hal berikut: 1. Perawatan yang berfokus pada perawatan wanita yang unik,
harapan dan aspirasi wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi yang
terlibat. 2. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri dalam hal
pikiran, control dan kontinuitas perawatan dalam bidang kebidanan. Meliputi kebutuhan janin,
bayi atau keluarga wanita itu, orang lain yang signifikan, seperti yang diidentifikasi dan
dipercaya oleh wanita tersebut. 3. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap
mulai dari kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran bayi. 4. Melibatkan kolaborasi dengan
professional kesehatan lainnya bila diperlukan. 5. ‘Holistik’ dalam hal menangani masalah social
wanita, emosional, fisik, psikologis, kebutuhan spiritual dan budaya. Women centred care untuk
kehamilan harus cukup fleksibel untuk mengatasi berbagai pengalaman perempuan di seluruh

16
dunia, meliputi berbagai kondisi medis, budaya dan struktur keluarga. Hal ini juga harus
mencakup perempuan yang memilih untuk tidak menginginkan kehamilan atau mengalami
keguguran.
B. Filosofi Women Center Care
- Perawatan yang berfokus pada perawatan wanita yang unik
- Memperhatikan hak-hak perempuan untukmenentukan nasib sendiri .
- Peran serta masyarakat, melaluisemua tahap mulai dari kehamilan,persalinan,dan setelah
kelahiran bayi.
C. Prinsip-Prinsip Dasar Women Centered Care
1. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan dan pemberian
perawatan maternitas
2. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan keinginan, daripada
orang-orang staf atau manajer
3. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang tersedia selama
kehamilan, persalinan dan periode pascanatal – seperti yang menyediakan perawatan, di
mana itu diberikan dan apa yang mengandung
4. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu membentuk hubungan
saling percaya dengan orang-orang yang peduli untuk mereka
5. Memberikan kontrol perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang mempengaruhi isi
dan kemajuan perawatan mereka.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Wanita
- Faktor status wanita dalam masyarakat yang rendah.
- Faktor resiko kesehatan reproduksi
- Faktor ketidakmampuan
- Faktor kurangnya modal
- Faktor sosial budaya, ekonomi dalam kesempatan
E. Pelayanan Berorientasi /Berpusat Pada Wanita Dengan Menghargai Hak-Hak Reproduksi
Wanita
- Wanita berhak mempunyai otonomi danpilihan sendiri

17
- Bidan berhak menentukan secara bertanggung jawab
- Suami bertanggung jawab secara individu dan social atas perilaku
F. Komponen asuhan yang berpusat pada wanita
The Health Commite of The House ofCommon on Maternity Services (1992)
- Hubungan wanita dengan pemberi asuhan
- Mengetahui tenaga profesional yang akanmenemaninya
- Ahli kandungan siap menerima rujukan daribidan dan dokter umum
- Dokter umum mampu memberikan asuhanberkelanjutan
G. Program-Program Di Indonesia Yang Berhubungan Dengan Women Centre Care

1. Gerakan Kasih Sayang Ibu


Gerakan Sayang Ibu adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama
dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan
yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil,
melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian bayi.
2. Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu
kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya
pencegahan komplikasi.
3. Making pregnansy Safee (MPS)
Melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan,
kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya
tidak perlu terjadi.
H. Women And Family Partnership
Pengertian Women and Family partnership adalah adanya keterkaitan antara wanita hamil
dengan keluarganya keterkaitan disini karena adanyadukungan, kerjasama anggotakeluarga
dengan wanita atau ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas ketika wanita dalam
masakehamilan sampai masa nifas, keluarga mempunyai peran pentingdalam hal psikologis
seorang ibu.
- Defenisi Partnership Bidan Dan Perempuan Dalam Pelayanan Kebidanan

18
Partnership menurut terjemahan Google adalah “kemitraan, persekutuan, perseroan,
perkongsian, kongsi, perekanan. Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai dari
kehamilan sampai Keluarga Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
- Patnership Perempuan Dan Keluarga Dalam Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi
bidan. Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1) Pelayanan Kebidanan Primer adalah layanan layanan bidan yang memenuhi tanggung
jawab bidan.
2) Pelayanan kolaborasi/kerjasama
3) Pelayanan rujukan
- Kegiatan-Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Partnership Bidan Dengan Perempuan
Pelayanan Kebutuhan
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
perempuan dan laki-laki berhubungan dengan masalah seksualitas dan penjarangan kehamilan.
Tujuan dari program-program yang terkait serta konfigurasi dari pelayanan tersebut harus
menyeluruh, dan mengacu kepada program Keluarga Berencana (KB) yang konvensional serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Komponen yang termasuk di dalam kesehatan reproduksi adalah:
- Konseling
- Pendidikan seksualitas dan jender
- Pencegahan, skrining dan pengobatan
- Pemberian informasi
- Pencegahan dan pengobatan infertilitas
- Pelayanan aborsi yang aman
- Pelayanan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan
- Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.

19
6. Dokumentasi Kebidanan
- Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahasa pustaka, baik yang berbentuk
tulisan maupun rekaman lainnya seperti dengan pita suara atau cassette, video, film gambar
dan foto (Suyono Trino). Dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah surat yang tertulis atau
tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, surat
perjanjian, dan sebagainya). Dokumen dalam bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar
kertas resmi (official) dengan tulisan diatasnya. Dokumentasi dalam bidang kesehatan atau
kebidanan adalah suatu pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan
perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
(bidan, dokter atau perawat dan petugas kesehatan lainnya). Secara umum dokumentasi dapat
diartikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat asli yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan,
penyimpanan informasi data atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan (Peter
Sali). Menurut Frances Fischbbaach (1991) isi dan kegiatan dokumentasi apabila diterapkan
dalam asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan yang essensial untuk menjaga
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode tertentu.
2. Menyiapkan dan memelihara kejadian-kejadian yang diperhitungkan melalui
gambaran, catatan atau dokumentasi.
3. Membuat catatan pasien yang otentik tentang kebutuhan asuhan kebidanan.
Mengidentifikasi masalah pasien, merencanakan, menyelenggarakan, atau evaluasi
hasil asuhan kebidanan.
4. Memonitor catatan profesional dan data dari pasien, kegiatan perawatan,
perkembangan pasien menjadi sehat atau sakit dan hasil asuhan kebidanan.
5. Melaksanakan kegiatan keperawatan, misalnya gradis penyakit, peningkatan
kesehatan dan perawatan, dan mengurangi penderitaan dan perawatan pada pasien
yang hampir meninggal dunia.
- Manfaat Dan Penting Nya Dokumentasi

20
Dokumentasi kebidanan merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang dapat
dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Dokumentasi kebidanan mempunyai manfaat dari
berbagai aspek, antara lain aspek adiministrasi, aspek hukum, aspek pendidikan, aspek
penelitian, aspek ekonomi, dan aspek manajemen.
1. Sebagai dokumen yang sah
2. Sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan
3. Sebagai dokumen yang berharga untuk mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien
4. Sebagai sumber data yang penting untuk penelitian dan pendidikan
5. Sebagai suatu sarana bagi bidan dalam pernanannya sebgai pembela (advocate)  pasien,
misalnya dengan catatan yang teliti pada penkajian dan pemeriksaan awal dapat membantu
pasien misalnya pada kasus pengamiayaan, pemerkosaan, yang dapt membantu polisi
dalam pengusutan dan pembuktian.
- Model Dokumentasi
Pengertian Problem Oriented Record(Por)
Maksud dengan model dokumentasi “Problem Oriented Record(POR)”? Dalam bukunya
Wildan dan Hidayat (2009) menyatakan bahwa Problem Oriented Record(POR) adalah suatu
model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masalah klien,
dapat menggunakan multi disiplin dengan mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah,
mengarahkan ide-ide dan pikiran anggota tim.Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh
dr. Lawrence Weed dari Amerika Serikat. Dalam format aslinya pendekatan berorientasi
masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang
terintegrasi, dengan sistem ini semua petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu
daftar masalah
Komponen problem oriented record
Model dokumentasi Problem Oriented Record(POR). Menurut Wildan dan Hidayat (2009)
model dokumentasi POR terdiri dari empat komponen sebagai berikut.
Perencanaan awal terdiri dari 3 ( tiga ) bagian yaitu diagnostik, usulan terapi, dan pendidikan
klien.

21
1. Diagnostik Dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostik yang perlu dilakukan terlebih
dahulu. Menetapkan prioritas untuk mencegah duplikasi tindakan dan memindahkan
pemenuhan kebutuhan klien. Koordinasi pemeriksaan untuk menegakkan diagnostik sangat
penting.
2. Usulan Terapi Dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan masalah. Termasuk
pengobatan, kegiatan yang tidak boleh dilakukan, diit, penanganan secara khusus, dan
observasi yang harus dilakukan. Jika masalah awal diagnosa kebidanan, bidan dapat
menyusun urutan usulan tindakan asuhan kebidanan.
3. Pendidikan klien Diidentifikasi kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka panjang. Tim
kesehatan mengidentifikasi jenis informasi atau keterampilan yang diperlukan oleh klien
untuk beradaptasi terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan.
4. Catatan Perkembangan (Proses Note)Catatan perkembangan membentuk rangkaian
informasi dalam sistem pendekatan berorientasi masalah. Catatan ini dirancang sesuai
dengan format khusus untuk mendokumentasikan informasi mengenai setiap nomor dan
judul masalah yang sudah terdaftar. Catatan ini menyediakan suatu rekaman kemajuan
pasien dalam mengatasi masalah khusus, perencanaan dan evaluasi. Catatan
perkembangan biasanya ditampilkan dalam tiga bentuk, yaitu flow sheet berisi hasil
observasi dan tindakan tertentu, catatan perawat/ keterpaduan memberi tempat untuk
evaluasi kondisi pasien dan kemajuan dalam mencapai tujuan, catatan pulang dan ringkasan
asuhan dan memudahkan follow up waktu pasien pulang
Catatan perkembangan berisikan catatan tentang perkembangan tiap–tiap masalah yang
telah dilakukan tindakan, dan disusun olehsemua anggota yang terlibat dengan menambahkan
catatan perkembangan pada lembar yang sama
Beberapa acuan catatan perkembangan dapat digunakan antara lain:
1)SOAP: Subyektif data, Obyektif Data, Assesment, Plan.
2)SOAPIER: SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi, dan Revisi.
3)PIE: Problem, Intervensi Evaluasi

- Prinsip Teknik Pendokumentasian

22
Prinsip-prinsip dokumentasi ada lima yaitu harus memenuhi standar lengkap, teliti,
berdasarkan fakta, logis, dan dapat dibaca. Lengkap berarti catatan kebidanan terdiri dari
semua tahap proses kebidanan, mencatat tanggapan bidan/perawat, mencatat tanggapan
pasien, mencatat alasan pasien dirawat, dan mencatat kunjungan dokter. Teliti berarti
mencatat setiap ada perubahan rencana kebidanan, mencatat pelayanan kesehatan, mencatat
pada lembar/bagan yang telah ditentukan, mencantumkan tanda tangan/paraf bidan, setiap
kesalahan dikoreksi dengan baik, dan catatan hasil pasien ada kesesuaian dengan hasil
laboratorium/intruksi dokter. Berdasarkan fakta berarti mencatat fakta daripada pendapat,
mencatat informasi yang berhubungan dalam bagan/laborat, dan menggunakan bahasa aktif.
Logis berarti jelas dan logis, catatan secara kronologis, mencantumkan nama dan nomor
register pada setiap lembar, penulisan dimulai dengan huruf besar, dan setiap penulisan data
memiliki identitas dan waktu. Dapat dibaca berarti tulisan dapat dibaca, bebas dari catatan dan
koreksi, menggunakan tinta, dan menggunakan singkatan/istilah yang lazim digunakan.
- Tujuan Dokumentasi Kebidanan
Tujuan Dokumentasi adalah :
1. Arus komunikasi
Komunikasi terjadi dalam tiga arah :
Ke bawah untuk melakukan instruksi
Ke atas untuk memberi laporan
Ke samping (Lateral) untuk memberi saran
2. Untuk memberi informasi
Penting kiranya untuk terus menerus memberi informasi kepada orang tentang apa yang telah,
sedang, dan akan dilakukan, serta segala perubahan dalam pekerjaan yang telah ditetapkan.
3. Untuk mengidentifikasi
Beberapa dokumentasi dirancang untuk mengidentifikasi.
4. Untuk menetapkan prosedur dan standar
Prosedur menentukan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan, sedangkan Standar
menentukan aturan yang akan dianut dalam menjalankan prosedur tersebut.
5. Untuk mencatat

23
Dokumentasi akan diperlukan unutuk memonitor kinerja peralatan, sistem, dan sumber daya
manusia. Dari dokumentasi ini, manajemen dapat memutuskan atau menilai apakah
departemen tersebut memenuhi atau mencapai tujuannya dalam skala waktu dan batasan
sumber dayanya. Selain itu manajemen dapat mengukur kualitas pekerjaan, yaitu apakah
outputnya sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan.
6. Untuk memberi instruksi
Dokumentasi yang baik akan membantu dalam pelatihan staf, apakah pelatihan untuk tujuan
penanganan instalasi baru atau untuk tujuan promosi.
- Fungsi Dokumentasi
Dokumentasi kebidanan memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut.
- Aspek administrasi, terdapatnya dokumentasi kebidanan yang berisi tentang tindakan
bidan, berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan
paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
- Aspek meths, dokumentasi yang berisi catatan yang dipergunakan sebagai dasar untuk
merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
- Aspek hukum, melalui dokumentasi maka terdapat jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, sama halnya dalam rangka usaha menegakkan hukum dan penyediaan bahan
tanda bukti untuk menegakkan keadilan, karena semua catatan tentang pasien
merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Hal tersebut sangat bermanfaat
apabila dijumpai suatu masalah yang berhubungan dengan profesi bidan, di mana bidan
sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan
sewaktu-waktu, karena dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan, maka
dalam pencatatan data, data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan
ditandatangani oleh bidan.
- Aspek keuangan, dengan adanya dokumentasi data atau informasi baik tentang
tindakan serta perawatan pada pasien, dokumentasi dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk perincian biaya atau keuangan.

24
- Aspek penelitian, dokumentasi kebidanan berisi data atau informasi pasien. Hal ini
dapat dipergunakan sebagai data dalam penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan melalui studi dokumentasi.
- Aspek pendidikan, dokumentasi kebidanan berisi data informasi tentang perkembangan
kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Maka informasi
tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pendidikan.
- Aspek dokumentasi, berisi sumber informasi yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggungjawaban dalam proses dan laporan pelayanan kesehatan.
- Aspek jaminan mutu, pengorganisasian data pasien yang lengkap dan akurat melalui
dokumentasi kebidanan akan memberikan kemudahan bagi bidan dalam membantu
menyelesaikan masalah pasien. Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan
memberi kemudahan bagi bidan dalam membantu penyelesaian masalah pasien. Selain
itu, juga untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat teratasi dan seberapa
jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal
ini akan membantu untuk meningkatkan mutu asuhan kebidanan.
- Aspek akreditasi, melalui dokumentasi akan tercermin banyaknya permasalahan pasien
yang berhasil diatasi atau tidak. Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan
tentang tingkat keberhasilan pemberian asuhan kebidanan yang diberikan guna
pembinaan lebih lanjut. Selain itu, dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien. Melalui akreditasi pula kita dapat
memantau kualitas layanan kebidanan yang telah diberikan sehubungan dengan
kompetensi dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
- Aspek statistik, informasi statistik dari dokumentasi dapat membantu suatu institusi
untuk rnengantisipasi kebutuhan tenaga dan menyusun rencana sesuai dengan
kebutuhan.
- Aspek komunikasi, komunikasi digunakan sebagai koordinasi asuhan kebidanan yang
diberikan oleh beberapa orang untuk mencegah pemberian informasi yang berulang-
ulang kepada pasien oleh anggota tim kesehatan, mengurangi kesalahan dan
meningkatkan ketelitian dalam asuhan kebidanan, membantu tenaga bidan untuk

25
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, serta mencegah kegiatan yang tumpang
tindih. Sebagai alat komunikasi, dokumentasi dapat mewujudkan pemberian asuhan
kebidanan yang terkoordinasi dengan baik.
- Prinsip-Prinsip Dokumentasi Kebidanan
Ditinjau dari segi isi, dokumentasi harus mengandung nilai administrasi, nilai hukum, nilai
keuangan, nilai riset dan nilai edukasi.
- Nilai administrasi
sebuah dokumentasi harus dapat dijadikan pegangan hukum bagi RS, petugas kesehatan,
maupun pasien.
- Nilai hukum
rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan kebidanan merupakan alat pembelaan yang
sah apabila terjadi gugatan.
- Nilai keuangan
semua kegiatan pelayanan medis dan pelayanan kebidanan akan menggambarkan tinggi
rendahnya biaya yang dikeluarkan pasien dan rumah sakit.
- Nilai riset data
informasi serta bahan yang dapat dipergunakan sebagai objek penelitian.
- Nilai edukasi
informasi yang terdapat dalam dokumentasi harus dapat dipergunakan sebagai referensi atau
bahan pengajaran sesuai profesi masing-masing, khususnya bidan.
Menurut Carpenito (1991), tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam sebuah dokumentasi
adalah keakuratan data, keringkasan dan kemudahan untuk dibaca.
Ditinjau dari segi teknik pencatatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pendokumentasian, antara lain:
1. Menulisakan nama pasien pada setiap halaman catatan bidan.
2. Hendaknya tulisan mudah dibaca.
3. Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian pertama dan selesai
melakukan setiap langkah asuhan kebidanan.
4. Apabila memungkinkan kutip semua kalimat atau kata yang diungkapkan oleh pasien.

26
5. Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis.
6. Bedakan antara informasi yang objektif dan penafsiran.
7. Hindari dokumentasi yang bersifat baku.
8. Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan singkatan yang sudah biasa
dipakai dan dapat diterima.
9. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan maka tulisan yang salah tersebut jangan dihapus.
Pada tulisan yang salah, coret satu kali, kemudian tulis kata “salah” diatasnya, serta
bubuhkan paraf. Selanjutnya tuliskan informasi yang benar.
10. Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu (tanggal dan jam), serta tanda tangan dan
nama terang.
11. Bila pencatatan bersambung pada halaman berikutnya, bubuhkan tanda tangan dan
cantumkan kembali waktu pada bagian halaman berikutnya.
- Aspek Legal Dalam Dokumentasi
Aspek legal dalam dokumentasi adalah pembuatan catatan yang harus berdasarkan standar
asuhan kebidanan yang ditetapkan oleh hukum sebagai bentuk perlindungan diri yang sah dari
gugatan hukum.Hal yang harus diperhatikan agar dokumentasi dapat diterapkan sebagai aspek
legal secara hukum yaitu
- Konsep dokumentasi informasi yang berkaitan dengan aspek legal,
- Petunjuk untuk mencatat data yang relevan secara legal, dan
- Panduan legal dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan. Selain itu, terdapat empat
elemenkecerobohan yang harus dibuktikan penuntut sebelum bidan dikenakan sanksi
meliputi
1. Kelalaian dalam menjalankan tugas bidan,
2. Tidak memenuhi standar praktik kebidanan,
3. Adanya hubungan sebab akibat terjadinya cedera, dan 4) kerugian yang aktual (hasil
lalai).
- Model Dokumentasi Kebidanan

  Model Problem Oriented Record (POR) dalam dokumentasi kebidanan

27
Model problem oriented record (catatan berorientasi pada masalah) menitikberatkan
pada data yang akan didokumentasikan untuk disusun berdasarkan masalah pasien. Model ini
berupaya untuk mengintegrasikan data yang dikumpulkan oleh berbagai tenaga kesehatan baik
dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainnya yang semuanya memiliki keterlibatan
dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien.
Model ini merupakan suatu sistem yang memberikan cara dokumentasi dengan menentukan
dan mengikuti setiap masalah klinis kemudian mengorganisasikan untuk pemecahan masalah.
Penerapan model dokumentasi ini terdiri atas beberapa komponen yang akan
didokumentasikan di antaranya sebagai berikut.
- Data dasar
Data dasar merupakan data dari hasil pengkajian awal ketika pasien masuk rumah sakit.
Data ini mencakup semua informasi yang didapat dari pasien seperti identitas, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan berbagai dianogsis dan masalah pasien.
Dikatakan data dasar karena merupakan informasi awal yang harus didapatkan dari setiap
pasien. Informasi yang akan disajikan meliputi informasi umum dan informasi khusus. Informasi
umum yang didapat dari pasien meliputi data sosial pasien yang menyangkut kelompok
demografi seperti umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain. Sedangkan
informasi khusus terhadap masalah adalah sesuai dengan permasalahan yang ada pada setiap
pasien. Masalah dan kelainan yang ada pada pasien yang harus dicari berdasarkan keluhan
utama yang dikemukakan oleh pasien. Data dasar yang lengkap mengandung isi keluhan utama,
riwayat penyakit, review sistem, riwayat penyakit masa lalu dan penyakit keluarga yang
relevan, riwayat psikososial dan pengobatan, serta deskripsi hasil pemeriksaan fisik dan
labratorium rutin.
- Daftar masalah
Komponen yang kedua ini berisi tentang identifikasi berbagai masalah yang dapat
ditemukan dari hasil pengkajian atau pengunpulan data dasar. Data ini akan disusun secara
kronologis berdasarkan masalah-masalah yang dapat teridentifikasi.

28
Masalah pasien berasal dari gejala-gejala klinik yang terjadi serta penyimpangan dan kelainan-
kelainan yang dialami oleh pasien yang kemungkinan berpengaruh terhadap perkembangan
klinik. Daftar masalah tersebut merupakan acuan penting dalam pengelolaan karena
merupakan analisis dari data dasar.
Berdasarkan sifatnya masalah dibedakan menjadi dua, yaitu masalah aktif dan tidak aktif.
Masalah aktif merupakan masalah yang masih atau sedang berlangsung yang membutuhkan
pemeriksaan dan penanganan selanjutnya. Selain itu, merupakan masalah yang membutuhkan
terapi atau tindakan khusus karena nantinya akan berdampak pada pengaruh perawatan pada
saat ini maupun di masa yang akan datang dengan faktor resiko. Misalnya, dalam data dasar
kita telah mendapatkan informasi, informasi yang didapat dari pasien seperti identitas, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium. Dapat dilihat dalam riwayat
kesehatan dan hasil pemeriksaan laboratorium bahwa seorang pasien menderita penyakit yang
dapat membahayakan diri serta bayi nya dalam proses kelahiran yang pada dasarnya masih bisa
diobati dan dipulihkan, misalnya pasien menderita anemia atau kekurangan sel darah merah
pada saat kehamilan, dan tenaga kesehatan yang menangani (Bidan) dapat memberikan tablet
Fe (Zat Besi) untuk bisa kembali sehat dan lancar dalam persalinan.   Sedangkan masalah tidak
aktif merupakan masalah yang tetap pada pasien tetapi tidak memerlukan tindakan khusus.
Masalah ini sering disebut masalah masa lalu yang kemungkinan bisa menjadi penyebab atau
diduga ada kaitannya dengan masalah yang dialami pada saat ini. Masalah yang dialami pada
masa lampau tersebut ada kemungkinan dapat kambuh lagi. Misalnya, pada ibu hamil yang
tidak belum bisa menerima kehamilannya karena fakor-faktor terentu. Misalnya, dia hamil
karena pemerkosaan, hubungan diluar nikah atau pada saat dia hamil suami nya tidak
menginginkan kehadiran seorang anak yang dikandungnya.
- Rencana asuhan
Komponen asuhan atau perencanaan ini ditulis oleh tenaga kesehatan yang menyusun
masalahnya sesuai dengan daftar masalah seperti dokter menuliskan rencana pengobatan yang
akan dilakukan oleh pasien bidan menuliskan rencana asuhan kebidanan yang diperoleh dari
masalah kebidanan, sesuai dengan lingkup dan wewenang tanggung jawabnya.
Secara umum perencanaan tersebut terbagi dua, yakni rencana awal dan rencana lanjutan.

29
Rencana awal merupakan rencana yang dibuat saat pasien pertama kali berkunjung ke rumah
sakit atau pasien akan dirawat inap. Fungsi rencana awal adalah sebagai penentu pengelola
pasien atau rencana pemecahan masalah yang ada pasien selama menjalani perawatan
dirumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat inap. Rencana awal pada umunya meliputi 3
bagian, yaitu
1. Diagnostik
Rencana untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai diagnostik dan manajemen
Asuhan Kebidanan.
2. Terapeutik
Rencana untuk pengobatan atau terapi.
3. Pendidikan pada pasien
Rencana penginformasian pada pasien tentang tindakan atau terapi yang diberikan
Rencana lanjutan merupakan rencana yang dibuat pada waktu membuat catatan kemajuan.
Rencana lanjutan ini juga dapat direncanakan pada waktu membuat rencana awal. Rencana
lanjutan meliputi rencana pemeriksaan, rencana pengobatan dan tindakan bidan, serta rencana
penyuluhan atau pendidikan pasien.
4. Catatan perkembangan (progress notes)
Catatan perkembangan pasien merupakan bagian utama POR dalam catatan kemajuan pasien
termuat deskripsi tentang aktivitas pelayanan pasien oleh tenaga bidan dan catatan
perkembangan merupakan follow-up untuk semua masalah. Catatan ini meliputi segala sesuatu
yang terjadi pada pasien segala rencana asuhan lanjutan bagi pasien dan respon pasiennya
terhadap terapi.
Catatan perkembangan ditulis dari masing-masing masalah yang ditemukan terhadap
kemajuan atau perkembangan pasien. Catatan perkembangan dapat menggunakan cara
penulisan seperti SOAP atau juga SOAPIER atau PIE dan lain sebagainya.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dokumentasi kebidanan merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang
dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.Dokumentasi kebidanan mempunyai manfaat
dari berbagai aspek, diantaranya aspek hokum.Semua catatan informasi tentang klien
merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum.Bila terjadi suatu masalah yang
berhubungan dengan profesi kebidanan, dimana bidan sebagai pemberi jasa dan klien sebagai
pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu.
Manfaat dari aspek hukum, yaitu dokumentasi kebidanan dijadikan sebagai jaminan
kepastian hukum atas dasar keadilan. Ditinjau dari segi isi, dokumentasi harus mengandung
nilai administrasi, nilai hukum, nilai keuangan, nilai riset dan nilai edukasi.Potter dan Perry
(1989 cit Muzdlillah, dkk, 2001) memberikan panduan legal sebagai petunjuk cara
mendokumentasikan dengan benar.

31
DAFTAR PUSTAKA

Burca, Bairbre 2009, ‘Looking to the Future’, in Pastoral Ministry for Today, ed. Thomas G.
Grenham, Veritas, Dublin, Ireland
Codd, Anne 2009, ‘The Pastoral Context as a Living System: Implications for Theology and
Practice’, in Pastoral Ministry for Today, ed. Thomas G. Grenham, Veritas, Dublin, Ireland
Fauziah, Afroh, danSudarti (2010). Buku ajar dokumentasi kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika. Muslihatun, Mudlilah, dan Setiyawati (2009). Dokumentasi kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya. Varney (1997). Varney’s midwifery, 3rd Edition. Sudbury, England: Jones and Barlet
Publishers. Widan dan Hidayat (2011). Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

32

Anda mungkin juga menyukai