Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU M (60 TAHUN) DENGAN MASALAH

KESEHATAN HIPERTENSI DI DESA DESA TELUKJAYA KECAMATAN


PAKISJAYA KABUPATEN KARAWANG

Dosen Pembimbing :
Dinda Nur Fajri, S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun oleh:
Fhikka Aulia, S.Kep 20.156.03.11.045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MEDISTRA INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Binaan Ibu
M Dengan Salah Satu Anggota Keluarga Hipertensi Di Desa Telukjaya RT/RW 011/004
Telukjaya Pakisjaya Karawang sebagai Tugas dari stase Keperawatan Keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga ini telah penulis susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
Asuhan Keperawatan Keluarga ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Asuhan Keperawatan
Keluarga ini.
Dan harapan penulis semoga Asuhan Keperawatan Keluarga ini mampu
memenuhi persyaratan untuk tugas Stase Keperawatan Keluarga . Untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi Asuhan Keperawatan Keluarga agar
menjadi lebih baik lagi. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan Keluarga ini.

Bekasi, 12 November 2020


Penyusun

( Fhikka Aulia )
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Stanhope
dan Lancester.,1996 di dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga.,2012).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu
sama lainnya dalam perannya, menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon
dan Maglaya.,1997 di dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga.,2012).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut WHO 1996, batasan tekanan darah normal
orang dewasa adalah maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah seseorang di atas
angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu yang berbeda, orang tersebut bisa
dikatakan menderita hipertensi. Penderita hipertensi memiliki resiko lebih besar untuk
mendapatkan serangan jantung dan stroke (Suwarsa, 2006)
Presentasi penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara
berkembang Data global status report on noncommunicable disease Tahun 2010 dari
WHO menyebutkan ,40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi,
sedangkan negara maju hanya 35% kawasan afrika memegang posisi puncak penderita
hipertensi sebanyak 46%. Sedangkan kawasan amerika menempati posisi paling terakhir
dengan 35% dan di kawasan Asia tenggara 36 % orang dewasa menderita hipertensi. 
Cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita Hipertensi agar menjaga
tekanan darah tetap stabil adalah dengan semboyan CERDIK, cek kesehatan secara rutin,
enyahkan asap rokok,rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat yang cukup dan kelola
stress. Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan fisik diantaranya
berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah dan senam hipertensi.
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.Pertama berda
mpak pada pembuluh darah dimana hangatnya air memperlancar darah menjadi lancar,
yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang akan mengangkatkan otot-otot
dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh. (Hembing, 2000). Hidroterapi rendam air
hangat sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal,
dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya.
Prinsip kerja dari terapi ini adalah dengan menggunakan air hangat yang bersuhu
38-40oC selama 20-30 menit secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari air
hangat ke tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan dapat
menurunkan ketegangan otot. Terapi rendam kaki menggunakan air hangat ini memiliki
banyak manfaat, namun pada beberapa kasus menjadi kontra indikasi, yaitu pada kasus
penyakit jantung dengan kondisinya yang parah, orang yang memiliki tekanan darah
rendah, serta penderita diabetes. Karena kulit pasien diabetes akan mudah rusak
walaupun hanya dengan menggunakan air hangat (Damayan, 2014).
Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik ingin mengambil keluarga binaan
dengan salah satu anggota keluarga memiliki penyakit Hipertensi karena biasanya pasien
mengeluh sakit kepala yang dirasakan terus menerus hingga mampu mengganggu
aktivitas sehari-harinya dan biasanya pasien yang belum mengetahui banyak tentang
Hipertensi atau bahkan tidak sadar bahwa dirinya memilki hipertensi enggan melakukan
pemeriksaan rutin dan tidak bisa mengontrol manajemen diit serta malas melakukan
akvitas fisik (olahraga) Oleh karena itu peneliti memutuskan mengambil judul penelitian
tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Binaan Tn. O Dengan Salah Satu
Anggota Keluarga Hipertensi yaitu Ny. S Di Pegadungan RT/RW 001/002 Telagajaya
Pakis Jaya Karawang Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang sering dialami oleh pasien Hipertensi secara umum adalah
mengeluh sakit kepala yang dirasakan terus menerus hingga mampu mengganggu
aktivitas sehari-harinya dan biasanya pasien yang belum mengetahui banyak tentang
Hipertensi atau bahkan tidak sadar bahwa dirinya memilki hipertensi enggan melakukan
pemeriksaan rutin dan tidak bisa mengontrol manajemen diit serta malas melakukan
akvitas fisik (olahraga). Berdasarkan permasalahan  tersebut diatas, perumusan masalah
yang akan diangkat dan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Binaan Tn. O Dengan Salah Satu Anggota
Keluarga Hipertensi yaitu Ny. S Di Pegadungan RT/RW 001/002 Telagajaya Pakis Jaya
Karawang ?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Penatalaksaan Asuhan Keperawatan
Keluarga Pada Keluarga Binaan Tn. O Dengan Salah Satu Anggota Keluarga
Hipertensi yaitu Ny. S Di Pegadungan RT/RW 001/002 Telagajaya Pakis Jaya
Karawang.
2. Tujuan Khusus
 Keluarga mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan Hipertensi.
 Keluarga mengetahui manfaat dari asuhan keperawatan dengan Hipertensi.
 Keluarga mengetahui serta mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan
Hipertensi.pada aktivitas sehari-hari.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Klien Dan Keluarga 
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pendidikan
kesehatan mengenai penyakit Hipertensi dan dengan cara melakukan pencegahan,
pengobatan, serta melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengidap
Hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan 
Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa
yang sedang menyusun tugas Asuhan Keperawatan Keluarga, khususnya bagi yang
akan mengangkat tema penulisan tentang Hipertensi. 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu
sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya
(Stanhope dan Lancester.,1996 di dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga.,2012).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi
satu sama lainnya dalam perannya, menciptakan dan mempertahankan suatu budaya
(Bailon dan Maglaya.,1997 di dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga.,2012).
Keluarga adalah salah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi social,peran dan
tugas (Allender dan Spradley.,2001 di dalam Buku Ajar Keperawatan
Keluarga.,2012).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiaran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu
yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan Bersama.

B. Jenis/Tipe Keluarga
1. Tradisional
 The Nucle Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
 The Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti “Nuclear Family” disertai paman, tante, orang tua (kakek-
nenek) dan keponakan.

 The Dyad Family


Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
 The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan
yang terjadi pada wanita.
 The Single-Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
 Commuter Family
Kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang berkerja di luar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat “Weekends” atau pada waktu-
waktu tertentu.
 Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
 Kin-network Famil
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama,
contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan lainlain.
 Blended Family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan sebelumnya.
 The Single Adult Living Alone/Single-Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.
2. Non-Tradisional
 The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dri orangtua (terrutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
 The Stepparent Family
Keluarga dengan orangtua tiri.
 Commune Family
Beberapa pasangan kelurga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
 The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
 Gay and Lesbian Families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama “Marital
Partners”.
 Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
 Group Marriage Family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
 Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh suatu aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang umah tangga bersama,
pelayanan, dan bertanggung jawab membearkan anaknya.
 Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
 Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubunngkan dengan keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan mental.

 Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

C. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut ( Friedman, 1998 dalam Setiadi 2008) :
 Patrilinel
Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Sukusuku di Indonesia rata-rata menggunkan struktur keluarga.
 Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga.
 Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak suami.
 Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak istri.
 Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
 Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

D. Ciri-ciri Struktur Keluarga


 Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga
dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat
antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.

 Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota
tidak bias semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh
tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
 Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dank has seperti
halnya peran ayah sebagai pencarian nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-
anak.

E. Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan sitasi tertentu. Dalam UU kesehatan no.23 th 1992
pasal 5 menyebutkan “Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan seseorang”. Setiap anggota keluarga mempunyai
peranan masingmasing, antara lain:
 Ayah
Ayah yaitu seorang pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial.
 Ibu
Ibu yaitu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan
juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial.
 Anak
Anak berperan sebagai perilaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial dan spiritual.
F. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman dalam Setiadi (2008) adalah :
 Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan
keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan
saling menghargai antar anggota keluarga.
 Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi
dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi.
 Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
 Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.
 Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi Perawatan Kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan.

G. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap dan tugas perkembangan
keluarga di bagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil, misalnya
keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut
Rodgers (Friedman, 1998), meskipun setiap keluarga melalui tahap perkembangannya
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap
tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui
tahap tersebut dengan sukses. Tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling
banyak digunakan untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap
siklus kehidupan keluarga :

a) Tahap I Pasangan Baru Menikah (Keluarga Baru)


Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
wanita (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing dan berakhir ketika lahirnya anak
pertama. Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan
keluarga yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
dalam kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan pada tahap pasangan baru
adalah :
 Membina hubungan intim yang memuaskan, yaitu pemenuhan kebutuhan
psikologis suami dan istri. Suami maupun istri perlu saling memerhatikan,
menciptakan komunikasi terbuka dan menyenangkan, serta saling menghargai
dan menghormati keberdaannya (fungsi afektif keluarga).
 Membina hubungan persaudaraan secara harmonis, suami maupun istri harus
saling menjalin hubungan dengan keluarga pasangannya sehingga terbentuk
interaksi sosial yang harmonis (fungsi sosialisasi keluarga).
 Mendiskusikan rencana memiliki anak, pasangan suami istri harus mulai
merencanakan, kapan dimulainya kehamilan sampai berapa anak yang
diinginkan dengan mempertimbangankan kemampuan yang dimiliki (fungsi
perawatan anak secara fisik, psikologis maupun sosial dan fungsi ekonomi)
(Tantut, 2012).
b) Tahap II Keluarga Dengan “Child Bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Tahapan ini dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak
berusia 30 bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan menimbulkan
suatu perubahan yang besar dalam kehidupan rumah tangga. Kelahiran anak
pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan sering
merupakan krisis keluarga. Masalah-masalah yang lazim ditemukan pada tahap
ini adalah:
 Suami merasa diabaikan
 Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan istri
 Interupsi dalam jadwal yang kontinu
 Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun

Oleh karena itu, keluarga dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap peran
baru yang dimilikinya dan harus mampu melaksanakan tugas dari peran baru
tersebut. Tugas perkembangan pada tahap child bearing adalah :
 Persiapan menjadi orang tua, yaitu keluarga mulai mengintegrasikan bayi ke
dalam kehidupan keluarga sehingga keluarga mulai memainkan peran sebagai
orang tua. Bayi membutuhkan perhatian besar untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
 Adaptasi dengan perubahan anggota kelurga (peran, interaksi, hubungan
seksual dan kegiatan), keluarga perlu mengidentifikasi tugas perkembangan
pribadi dan perannya sebagai orang tua. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi
penyimpangan dalam menjalankan tugasnya, serta membantu menyelesaikan
tugas yang dibebankan.
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, hubungan
yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga
(Tantut,2012).
c) Tahap III keluarga dengan Prasekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini kesibukan akan bertambah sehingga
menuntut perhatian yang lebih banyak dari orang tua. Orang tua adalah arsitek
keluarga sehingga orang tua harus merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga agar dapat semakin memperkokoh kemitraan dan perkawinan mereka
(dalam Tantut (2012)). Tugas perkembangan pada tahap prasekolah :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti tempat tinggal, privasi dan
rasa aman membantu anak untuk bersosialisasi.
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara anak yang lain juga harus
terpenuhi.
 Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar).
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
 Kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak (Tantut, 2012)

d) Tahap IV Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah


Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia
12 tahun. Keluarga perlu membantu meletakkan dasar penyesuaian diri anak
dengan teman sebaya. Tugas perkembangan pada tahap anak usia sekolah adalah :
 Mambantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan, kegiatan
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual,
menyediakan aktivitas untuk anak dan membantu sosialisasi anak keluar
rumah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh orang tua.
 Mempertahankan keintiman pasangan, saat ini hubungan perkawinan sering
mengalami penurunan. Orang tua lebih focus pada karir dan pendidikan anak.
 Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, keluarga perlu menyediakan
kebutuhan gizi bagi anggota kelurganya. Keluarga perlu pula menyediakan
anak akan kesehatan terutama kesehatan kulit dan gigi (Tuntut, 2012).
e) Tahap V keluarga dengan Remaja
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir pada 6-
7 tahun kemudian. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit, karena orang tua
melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Sering kali
muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan
untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk
mengontrol. Tugas perkembangan pada tahap remaja adalah :
 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, orang tua
harus mempercayai anak agar mandiri secara premature, dengan mengabaikan
kebutuhan ketergantungannya.
 Mempertahakan hubungan yang intim dalam keluarga, pada masa ini anak
telah lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri sehingga pasangan suami
istri akan lebih banyak waktu untuk dapat meniti karir atau menciptakan
kesenangan perkawinan.
 Mempertahankan komunikasi terbuka
 Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga,
meskipun peraturan dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral
keluarga perlu dipertahankan oleh orng tua, sementara remaja mencari nilai
dan keyakinan mereka sendiri (Tantut, 2012).
f) Tahap VI Keluarga Dengan Dewasa Awal
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah. Keluarga menyiapkan/
membantu anak tertua dalam melepaskan diri untuk membentuk keluarga sendiri
dan tetap membantu anak terakhir/ yang lebih kecil untuk mandiri. Tugas
perkembangan pada tahap dewasa awal adalah :
 Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Membina hubungan rumah tangga
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu orang tua suami/ istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g) Tahap VII Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pension atau kematian salah satu pasangan. Atau pada saat orang tua berusia 45-
55 tahun dan berakhir 16-18 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap
usia pertengahan adalah:
 Mempertahankan kesehatan
 Mempertahankan hubungan sebaya dan anak-anak
 Memperkokoh hubungan perkawinan
h) Tahap VIII keluarga Lansia
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana, dimulai ketika salah satu atau
kedua pasangan pension, sampai salah satu pasangan meninggal dan berakhir
ketika kedua pasangan meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan
realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang
harus dialami keluarga. Dengan memenuhi tugas perkembangan pada fase ini
diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut. Tugas
perkembanga pada tahap lansia adalah:
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Menyesuaikan diri dengan perubahan
 Mempertahankan hubungan perkawinan
 Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
 Melakukan life review
H. Tugas Keluarga Bidang Kesehatan
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan Friedman (1981) membagi 5 tugas keluarga
dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
 Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
 Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit
 Memodifikasi lingkungan
 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

II. KONSEP DASAR TEORI HIPERTENSI


A. Definisi
Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension yang berasal dari
bahasa Latin “hyper” dan “tension. “Hyper” berarti super atau luar biasa dan
“tension” berarti tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah
kedokteran yang populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan
darah adalah tenaga yang dipakai oleh darah yang dipompakan dari jantung untuk
melawan tahanan pembuluh darah, jika tekanan darah seseorang meningkat dengan
tajam dan kemudian menetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai
tekanan darah tinggi atau hipertensi (Gunawan, 2001).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas
90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut WHO 1996, batasan tekanan darah
normal orang dewasa adalah maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah
seseorang di atas angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu yang
berbeda, orang tersebut bisa dikatakan menderita hipertensi. Penderita hipertensi
memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan serangan jantung dan stroke
(Suwarsa, 2006)

B. Epidemiologi
Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) 2000, 50% dari penyakit
kardiovaskuler disebabkan oleh hipertensi. Data dari The National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-
2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti
terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta
dari data NHANES tahun 1988-1991. Hipertensi esensial mulai terjadi seiring
bertambahnya umur. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit
ini dari pada wanita (39% pria dan 31% wanita).
Prevalensi hipertensi primer pada wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari
umur 50 sampai lebih dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85
tahun prevalensinya sebesar 22% dan meningkat sampai 52% pada wanita berumur
lebih dari 85 tahun. Dari 25% pria dan 18% wanita penderita hipertensi, tidak
menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi. Bagi mereka yang menyadari,
82%nya menjalani pengobatan terhadap penyakitnya. Sedangkan dari semua
penderita hipertensi, hanya 46% yang mempunyai hipertensi terkontrol. Untuk kedua
jenis kelamin, perbandingan hipertensi terkontrol menurun seiring bertambahnya
umur, sedangkan perbandingan hipertensi yang tidak terkontrol yang menjalani
pengobatan bertambah seiring bertambahnya umur. Untuk pria, perbandingan
penderita yang sadar menderita hipertensi (diobati atau tidak diobati) juga menurun
seiring bertambahnya umur.

C. Klasifikasi
Menurut Darmajo & Hadimartono (1999), hipertensi pada usia lanjut dibedakan
menjadi; hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg, dan hipertensi sistolik
terisolasi di mana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik
lebih rendah dari 90 mmHg. Sedangkan berdasarkan penyebab hipertensi dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: Hipertensi essensial (hipertensi primer) dan
hipertensi sekunder.
 Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus
hipertensi yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses
kompleks dari beberapa organ utama dan sistem, meliputi jantung, pembuluh
darah, saraf, hormon dan ginjal. Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan
darah yang diakibatkan oleh suatu sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5%
kasus yang terjadi di masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan
ciri khas khusus. Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi
ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas
normal. Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding
arteri). Pregnancy Induced Hypertension adalah kondisi naiknya tekanan darah
yang terjadi selama kehamilan, dimana naiknya tekanan darah sistolik dan
diastolik lebih dari 15 mmHg.
 Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga
terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan
pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan
tekanan darah dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
danreabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau
apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan kembali ke normal
(Aspiani, 2014).

D. Etiologi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya perubahan-
perubahan pada; elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun,
kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurang efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Brunner &
Suddarth, 2000). Meskipun hipertensi primer belum diketahui pasti penyebabnya,
namun beberapa data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan hipertensi yaitu :
1. Penyebab Hipertensi Primer
 Faktor Keturunan
Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki
tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi
lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih
tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah
tekanan darah tinggi. Faktor genetik tampaknya bersifat mulifaktorial akibat
defek pada beberapa gen yang berperan pada pengaturan tekanan darah.
 Usia
penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah,
tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa
tekanan darah anda saat muda akan sama ketika anda bertambah tua. Namun
anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.
Jenis kelamin; laki - laki lebih mudah terkena hipertensi dari pada perempuan.
Ras; ras kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi daripada ras kulit putih.
 Kebiasaan Hidup
Konsumsi garam tinggi (lebih dari 30 gram garam dapat
meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya
bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua,
dan mereka yang berkulit hitam. Makan berlebihan (kegemukan); orang yang
memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki
kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi. Kandungan lemak
yang berlebih dalam darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol
pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah
menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat. Stres; stres dan
kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
 Merokok
Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi.
Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan
stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki
tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan
memicu penyakit- penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
 Alkohol
Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan
darah tinggi. Minum obat - obatan (aphidrine, prednison, epinefrin).
2. Penyebab Hipertensi Sekunder
 Lesi pada arteri renalis
 Displasia fibrovaskular
 kerusakan ginjal/kelainan ginjal
 kelainan endokrin
 kerusakan saraf
 sleep-apnea, drug - induced atau drug-related hypertension
 penyakit ginjal kronik
 aldosteronisme primer
 penyakit renovaskular
 terapi steroid jangka lama dan sindrom Cushing
 feokromositoma
 koarktasio aorta
 penyakit thyroid atau parathyroid

E. Patofisiologi
Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (2000)
menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau
mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasonator. Pada
medula otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meski
tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut.
Pada saat yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang. Hal ini
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan
renin. Pelepasan renin inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang akan
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi
peningkatan volume intra vaskular. Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya
hipertensi.
Pada keadaan gerontologis dengan perubahan struktural dan fungsional sistem
pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah usia lanjut.
Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan mengurangi
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun ikut menurun,
sedangkan tahanan perifer meningkat.

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya :
 Mengeluh sakit kepala
 Pusing
 Lemas
 Kelelahan
 Gelisah
 mual dan muntah
 epistaksis
 kesadaran menurun.
 Gejala lainnya yang sering ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang.
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:
1. Tidak Bergejala
Tidak bergejala maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa.
2. Gejala yang lazim
Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan.
Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni (2001).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Hb/Ht untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa: darah, protein, glukosa,
mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung
H. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014)
 Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
darah tinggi.
 Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus
yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi
kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
 Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu
lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak
nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
 Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem
penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam
tubuh.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari penatalaksanaan farmakologi dan non-
farmakologi :
1. Penatalaksanaan Farmakologi
a) Terapi oksigen
b) Pemantauan hemodinamik
c) Pemantauan jantung
d) Obat-obatan:
 Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic
bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung
dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
 Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim
yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II.
Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR,
dan secara tidak langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
2. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi
gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
a) Pengaturan diet
 Rendah garam Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai
anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
 Diet tinggi kalium dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding
vaskular.
 Diet kaya buah sayur.
 Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban
kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri.
Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan
tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan
yang terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung
dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
c) Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga
isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak
3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan
darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi
terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d) Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok
dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka
oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU M (60


TAHUN) DENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI
PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Nama KK : Ibu M
2. Usia : 60 Th
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Pedagang
5. Alamat : Dusun Baru II, Desa Telukjaya, Kec Pakisjaya, Kab Karawang
6. Komposisi anggota keluarga :

No Nama Jenis Hub dgn TTL/Umur Pendidikan Pekejaan Status


(Inisial) Kelamin KK Imunisasi
1. Ibu M Perempua Ibu 03/01/1960 SD Pedagang -
n
2. Anak S Laki-laki Anak 11/10/1984 SD Pedagang -
3. Anak E Laki-laki Anak 13/05/1992 SD Pedagang -
4. Anak M Perempua Menantu 01/02/1998 SMP IRT -
n

Genogram :

I
b
u
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien (ibu M, 60 tahun)
: tinggal serumah

7. Tipe keluarga
Tipe keluarga yaitu Single Parent. Ibu M serta anak menantu dan cucunya.
8. Suku
Keluarga Ibu M berasal dari suku betawi, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa indonesia.
9. Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga adalah islam, saat ini Ibu M sering mengikuti kegiatan
pengajian di sekitar rumah.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Saat ini ibu M adalah seorang pedagang kue untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya
keluarga ibu M dari hasil berjualan kue. anak-anak Ibu M hanya memberikan uang saat
mempunyai uang saja. Anak dari ibu M yang tinggal bersama ibu M sudah bekerja tetapi
anak yang satu nya sudah menikah dan tinggal bersama dengan Ibu M.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga jarang melakukan rekreasi ke objek wisata, Ibu M lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk menonton TV dan menghabiskan waktu dengan tetangga dan keluarga
dirumah.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

12. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tahap perkembangan keluarga Ibu M dengan usia lanjut dimana keluarga Ibu M berusia
60 tahun.
13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan, saat ini Ibu M merasa anak-anaknya tidak peka untuk membantu
memenuhi ekonomi dari keluarga ibu M, ada yang ikut tinggal bersama keluarganya, tapi
makan dan listrik saja tidak dapat membantum padahal sudah bekerja, selain itu anak ibu
M yang lain beranggapan kalau ibu M memiliki uang dari hasil penjualan kue sehingga
jarang memberikan bantuan pada Ibu M
14. Riwayat keluarga inti
Ibu M menderita hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, hal yang sudah rutin dilakukan
adalah hanya sebatas mengurangi makan-makanan yang mengandung garam tetapi
kadang lebih sering memakan makanan yang mengandung garam, selain itu Ibu M sering
mengeluh pusing dan susah tidur.
15. Riwayat keluarga sebelumnya
Ibu M memiliki riwayat penyakit kista namun telah dilakukan operasi.
III. Lingkungan

16. Karakteristik rumah


Rumah yang ditempati oleh Ibu M adalah rumah milik pribadi. Tipe bangunan rumah
permanen, terdapat 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang makan yang digabung
dengan ruang dapur dan 1 ruang tamu. Ventilasi di kamar kurang terlihat saat perawat
kunjungan kamar terlihat gelap, sinar matahari hanya masuk pada ruang tamu. Rumah
terlihat kurang rapih banyak barang-barang yang disimpan diruang tengah sehingga
terlihat sumpek.

Denah rumah:
WC
DAPUR

R. KAMAR
Tengah

R.
KAMAR Tamu

17. Karakteristik tetangga dan komunitas


Pintu Rumah
Rumah Ibu M terletak di dalam gang sehingga meskipun rumah satu dengan yang lain
berdekatan, Ibu M sering berinteraksi dengan tetangga dan main ke rumah-rumah
tetangga.
18. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ibu M sudah menempati rumah tersebut sejak 32 tahun yang lalu.
19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Ibu M memanfaatkan waktu luang dengan menonton TV, berinteraksi dengan
tetangga. Ibu M sering mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
20. Sistem Pendukung keluarga
Anak ibu M banyak yang sering mengunjungi ibu M hanya saja jarang memberikan
bantuan materil kepada ibu M, anak ibu M beranggapan bahwa ibu M telah mendapatkan
uang dari hasil berjualan sehingga masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, anak ibu
M yang ikut tinggal serumah pun tidak pernah memberikan uang listrik untuk
mengurangi beban ibu M.
IV. Sruktur keluarga
21. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga ibu M sangat terbuka. Antara ibu M sebagai ibu dan
sebagai anak komunikasi berjalan dengan baik, hanya saja ibu M ingin sekali anak-anak
yang lain paham apa yang dibutuhkan oleh ibu M, setidaknya membantu membeli lauk
untuk makan. Bila ada masalah ibu M selalu bercerita kepada anaknya ibu M. Anggota
keluarga tetap memperhatikan sopan santun kepada ibu M. Bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi sehari-hari adalah menggunakan bahasa indonesia.
22. Struktur kekuatan keluarga
Pengambil keputusan pada keluarga Ibu M adalah Ibu M meskipun demikian Ibu M akan
mendiskusikan terlebih dahulu dengan anaknya, umumnya keluarga puas dengan
keputusan yang diambil.

23. Struktur peran


1) Peran formal
Ibu M sebagai kepala rumah tangga, bekewajiban dalam pengambilan keputusan di
keluarga, meskipun ada anaknya yang sudah menikah namun untuk keputusan
berhubungan dengan keluarga Ibu M yang memiliki peran dominan. Kebutuhan
ekonomi keluarga Ibu M berasal dari hasil berdagang Ibu M, untuk bagian mengatur
keuangan Ibu M yang mengatur keuangan. Sedangkan peran mengurus rumah
dilakukan oleh ibu M dan dibantu oleh menantunya, namun menantunya yang lebih
banyak berperan.
2) Peran Informal
Peran informal yang dilakukan oleh ibu M adalah memberikan masukan kepada
anaknya yang sudah bekerja bila memang ingin menikah, menikah saja tidak perlu
memikirkan ibu.
24. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma yang dianut keluarga umumnya dilatar belakangi oleh budaya betawi,
banyak mitos-mitos yang masih dipercaya oleh keluarga. Namun kepercayaan tersebut
tidak sampai menimbulkan konflik. Nilai dan norma yang dianut digunakan sebagai
pertimbangan dan dasar untuk pengambilan keputusan khususnya dalam masalah
kesehatan.
V. Fungsi keluarga
25. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga saling peduli, menyayangi dan memberi perhatian kepada
masing-masing anggota keluarga. Terlihat Ibu M sangat antusias memperhatikan
informasi yang disampaikan perawat mengenai penyakit yang diderita oleh Ibu M. Anak
Ibu M juga selalu memotivasi Ibu M untuk memeriksakan kesehatannya ke pelayanan
kesehatan. Setiap masalah yang timbul dalam keluarga akan diselesaikan dengan cara
musyawarah.
26. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ibu M sering berinteraksi dengan tetangga dan orang banyak, begitupun anak-
anak dari keluarga Ibu M juga sering berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah.
27. Fungsi perawatan kesehatan
Ibu M mengatakan anaknya ibu M jarang mengingatkan untuk minum obat, dan selalu
menjaga makanan yang diberikan kepada ibu M. Sedangkan anak ibu M sendiri jarang
mengkonsumsi obat, bila ada keluhan pusing atau flu biasanya hanya meminum vitamin
dan istirahat yang cukup. Bila masih berlanjut menggunakan obat warung dan bila masih
belum ada perbaikan baru ke pelayanan kesehatan. anak Ibu M tidak terlalu banyak
mendapatkan informasi terkait penyakit yang diderita Ibu M, sehingga keluarga hanya
berupaya mengurangi makanan yang mengandung garam saja. Ibu mengakui terkadang
masih ingin memakan makan yang mengandung garam tinggi, sedangkan konsumsi buah
jarang dilakukan keluarga. Aktivitas fisik ibu M jarang melakukan olah raga. Walaupun
begitu ibu M masih melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri seperti
mandi, makan, minum, BAK, BAB, mengenakan pakaian dan menyisir rambut.
VI. Stress dan koping keluarga
28. Stresor jangka pendek
Stresor yang dirasakan oleh keluarga adalah ibu M merasa pusing, lelah karena sudah
lama tidak kontrol, keluarga beranggapan bahwa ada peningkatan tekanan darah ibu M.
29. Kemampuan keluarga berespon terhaap masalah
Ibu M ingin anak-anaknya hidup secara mendari jangan selalu berketergantungan dengan
Ibu M.
30. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga adalah menggunakan problem-focused coping,
dimana keluarga dalam menyelesaikan masalah selalu membicarakan langsung kepada
keluarga selain itu saat membahas masalah fokus terhadap solusi yang ingin dicapai.
Sehingga masalah yang ada bisa diselesaikan dengan baik dan tidak berlarut-larut.
31. Strategi adaptasi disfungsional
Tidak ada adaptasi disfungsional pada keluarga Ibu M baik secara pengabaian pada
anggota keluarga yang sakit ataupun hingga menarik diri.
32. Pemeriksaan fisik : head to toe secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dan tanda-
tanda vital termasuk tinggi badan dan berat badan (lampirkan)
VII. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga
Harapan keluarga dengan adanya tenaga kesehatan yang hadir secara rutin dapat membantu
menstabilkan darah Ibu M dan Ibu M dapat kembali istirahat tanpa terganggu.

Pemeriksaan Ibu M (60 Tahun)


Kepala Dalam kondisi bersih, simetris, distribusi rambut merata,
berwarna putih uban, tidak ada benjolan, rontok ataupun
ketombe
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP dalam batas
normal
Telinga Pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan
dari telinga
Mata Simetris,konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan
sudah mulai berkurang, sclera bening, kelopak mata dalam
kondisi normal, tidak ada benjolan
Mulut dan hidung Bibir tidak kering, tidak ada stomatitis, lubang hidung
normal simetris, pernafasan vesikuler.
Dada dan paru- paru Tidak ada suara nafas tambahan, RR: 20x/menit, tidak ada
benjolan, dada simetris.
Abdomen Abdomen tidak ada benjolan maupun tanda gejala
pembesaran organ, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
bekas luka operasi.
Ekstremitas Tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.
Eliminasi BAB biasanya 1 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari
BB dan TB BB 70 kg
TB 160 cm
Tanda- tanda vital TD : 180/100 mmHg
RR: 20 x/menit
HR : 78 x/menit
S: 36,7 º C
Capillary refill < 2 detik dalam batas normal
ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan


1. Data Subjektif : Ketidakefektifan Manejemen
1. Ibu M mengatakan tidak tau cara
Kesehatan Keluarga (00080)
merawat penyakit tekanan darah tinggi.
2. Ibu M mengatakan tidak mampu pada keluarga Ibu M khususnya
memodifikasi lingkungan yang sehat.
Ibu M
3. Ibu M mengatakan tidak tahu tanda dan
gejala serta dampak dari penyakit
tekanan darah tinggi.
4. Ibu M mengatakan sering memakan
makanan yang mengandung garam
tinggi.
Data Objektif:
1. TTV : TD : 180/100mmHg, N :
78x/menit. R : 20x/menit, S : 36,7oC
2. Ibu M terlihat bingung terkait informasi
yang diberikan.

2. Data Subjektif : Insomnia (00095) pada keluarga


1. Ibu M mengatakan sulit memulai tidur
Ibu M khususnya Ibu M
2. Ibu M mengatakan sering melamun
memikirkan anak-anaknya
3. Ibu M sering berucap berulang
mengenai anaknya yang tidak
membantu perekonomian keluarga
padahal sudah bekerja
4. Ibu M mengeluh pusing karena sulit
tidur
5. Ibu M mengatakan saat siang hari jadi
sering mengantuk

Data Objektif:
1. TD : 180/100 mmHg
2. Ibu M telihat sering kurang fokus saat
perawat memberikan saran atau
masukan kepada Ibu M
3. Ibu M terlihat lemas

SKORING
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga (00080) pada keluarga Ibu M

Kriteria dan Skor Bobot Total Pembenaran


Sifat Masalah: (actual, resiko,potensial) 1 2/3x1 Ibu tidak bisa mengontrol
Defisit Kesehatan (3) =2/3 makanan yang mengandung
Ancaman Kesehatan (2) garam karena menurutnya lebih
Krisis yang Dialami (1) enak.
Kemungkinan Masalah dapat Diubah: 2 2/2x2 Kemungkinan masalah dapat
(pengetahuan, pendidikan, sarana =2 diubah: mudah, karena ibu M
kesehatan) ingin tekanan darahnya dalam
Mudah (2) batas normal
Sebagian (1)
Tidak Dapat (0)
Potensial Masalah untuk Dicegah: 1 3/3x1 Ibu M mau mengatur pola makan
(keparahan penyakit dan lama penyakit) = 1 yang dilakukan
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya Masalah: 1 2/2x1 Menurut keluarga, masalah ini
Membutuhkan perhatian dan segera =1 harus segera ditangani karena
diatasi (2) sangat mengganggu
Tidak membutuhkan perhatian dan tidak
segera diatasi (1)
Tidak dirasakan sebagai masalah atau
kondisi yang membutuhkan perubahan (0)
Total 4 2/3
khususnya Ibu M

2. Insomnia (00095) pada keluarga Ibu M khususnya Ibu M

Kriteria dan Skor Bobot Total Pembenaran


Sifat Masalah: (actual, resiko,potensial) 1 2/3x1 Ibu tidak bisa tidur karena
Defisit Kesehatan (3) =2/3 memikirkan anaknya, hingga
Ancaman Kesehatan (2) menyebabkan pusing pada siang
Krisis yang Dialami (1) hari, lemas.
Kemungkinan Masalah dapat Diubah: 2 2/2x2 Kemungkinan masalah dapat
(pengetahuan, pendidikan, sarana =2 diubah: mudah, karena ibu M
kesehatan) ingin dapat tidur dan anggota
Mudah (2) keluarga siap untuk membantu
Sebagian (1)
Tidak Dapat (0)
Potensial Masalah untuk Dicegah: 1 2/3x1 Ibu M mau mengatur pola makan
(keparahan penyakit dan lama penyakit) = 2/3 yang dilakukan
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya Masalah: 1 2/2x1 Menurut keluarga, masalah ini
Membutuhkan perhatian dan segera =1 harus segera ditangani karena
diatasi (2) akibat tidak dapat tidur banyak
Tidak membutuhkan perhatian dan tidak keluhan kesehatan yang dirasakan
segera diatasi (1) oleh ibu M
Tidak dirasakan sebagai masalah atau
kondisi yang membutuhkan perubahan (0)
Total 3 4/3
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Keluhan Skor
1. Ketidakefektifan Manejemen Kesehatan Keluarga (00080) pada keluarga Ibu 4 2/3
M khususnya Ibu M dan anak-anaknya yang belum banyak mengerti terkait
menjaga pola makan yang baik.
2. Insomnia (00095) pada keluarga Ibu M khususnya Ibu M 3 4/3
Sulit memulai tidur dan mempertahankan tidur dirasakan selama beberapa
bulan lalu hanya saja selama seminggu ini gangguan tidur tersebut
mengganggu hingga menyebabkan pusing disiang hari, lemas dan ingin tidur
terus sedangkan ibu M harus tetap melakukan aktivitas disiang hari agar
tekanan darahnya terkontrol. Ibu M belum memeriksakan keluhannya
tersebut kepada tenaga kesehatan, biasanya bila pusing ibu M akan
menggunakan koyo untuk menggurangi pusing kepalanya.
NURSING CARE PLAN (NCP)
No Kriteria Batasan Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Karakteristik
Dx.Kep Kode Hasil Kode Intervensi Kode
1. Data Subjektif : Ketidakefektifan 00080 Setelah dilakukan intervensi Keluarga mampu mengenal 5602
1. Ibu M Manejemen keperawatan keluarga 2605 masalah:
mengatakan Kesehatan dengan masalah hipertensi
tidak tau cara Keluarga mampu mengenal masalah 1. Kaji tingkat pengetahuan
merawat kesehatan dengan kriterial keluarga dengan proses
penyakit tekanan hasil: penyakit
darah tinggi.
2. Diskusikan perubahan gaya
2. Ibu M 1. Pengetahuan proses
mengatakan penyakit tertentu hidup yang mungkin
tidak mampu meningkat dari 2 diperlukan untuk mencegah
memodifikasi (pengetahuan terbatas) atau mengontrol proses
lingkungan yang 4 (pengetahuan baik) penyakit
sehat. 3. Jelaskan alasan dibalik
3. Ibu M manajemen/terapi/penanganan
mengatakan
yang direkomendasikan.
tidak tahu tanda
dan gejala serta
dampak dari
penyakit tekanan
darah tinggi.

Data Objektif:
1. TTV : TD :
180/100mmHg,
N : 78x/menit.
R : 20x/menit,
S : 36,7oC
2. Ibu M terlihat
bingung terkait
informasi yang
diberikan.
Keluarga mampu 1813
mengetahui pengetahuan
manajemen kesehatan
1. Pengetahuan manjemen
penanganan Proses
penyakit tertentu dari 2
(pengetahuan terbatas)
4 (pengetahuan baik)

Keluarga mampu 2604 1. Bantu keluarga untuk memilih


partisipasi keluarga dalam professional perawatan
perawatan professional. kesehatan yang tepat.
 Dukungan pemeliharaan
1. Berpartisipasi dalam
kehidupan
perencanaan perawatan
dari 2 (pengetahuan  Tentukan kecukupan
terbatas) 4 finansial keluarga
(pengetahuan baik)  Informasikan pada individu
atau keluarga mengenai
bagaimana mengakses
klinik kesehatan gratis
yang tersedia.

Keluarga mampu
mengetahui dukungan
keluarga selama
perawatan
1. Anggota keluarga
mengungkapkan
keinginan untuk
mendukung anggota
keluarga yang sakit
meningkat dari
2(pengetahuan terbatas)
4 (pengetahuan baik)
Keluarga mampu
pengetahuan sumber-
sumber kesehatan
1. Strategi untuk
mengakses layanan
kesehatan meningkat
dari 2(pengetahuan
terbatas) 4
(pengetahuan baik)

Normalisasi keluarga
Mengakui potensi
kelemahan untuk mengubah
rutinitas keluarga
Meningkat dari 2
(pengetahuan terbatas) 4
(pengetahuan baik)
No Kriteria Batasan Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Karakteristik
Dx.Kep Kode Hasil Kode Intervensi Kode
1. Data Subjektif : Insomnia 00095 Setelah dilakukan intervensi Keluarga mampu mengenal
1. Ibu M keperawatan, keluarga masalah:
mengatakan sulit mampu mengenal 1. Pendidikan kesehatan 5510
memulai tidur masalah pengetahuan Tindakan:
2. Ibu M kesehatan dan perilaku  Jelaskan penyebab dan
mengatakan kesehatan: faktor yang berkontribusi
sering melamun 1. Pengetahuan : proses 1803  Jelaskan proses perjalanan
memikirkan penyakit penyakit
anak-anaknya Meningkat dari 2  Jelaskan tanda dan gejala
3. Ibu M sering (pengetahuan terbatas)  Jelaskan penyebab
berucap berulang 4 (pengetahuan baik) 2. Teaching: kelompok
mengenai 2. Pengetahuan : Perilaku 1805 (keluarga)
anaknya yang kesehatan Tindakan: 5604
tidak membantu Meningkat dari 2  Libatkan seluruh anggota
perekonomian (pengetahuan terbatas) keluarga
keluarga padahal 4 (pengetahuan baik)  Tentukan tujuan
sudah bekerja melakukan perubahan
4. Ibu M mengeluh perilaku
pusing karena
 Jelaskan pentingnya
sulit tidur
perilaku kesehatan
5. Ibu M
 Evaluasi perilaku yang
mengatakan saat
sudah berubah dan yang
siang hari jadi
belum
sering
mengantuk

Data Objektif:
1. TD : 180/100
mmHg
2. Ibu M telihat
sering kurang
fokus saat
perawat
memberikan
saran atau
masukan kepada
Ibu M
3. Ibu M terlihat
lemas
Keluarga mampu Keluarga mampu memutuskan
memutuskan untuk untuk meningkatkan atau
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan :
memperbaiki kesehatan: 1. Dukungan membuat keputusan
1. Kepatuhan perilaku 1600 Tindakan: 5250
Meningkat dari 2 (jarang  Bantu keluarga untuk
dilakukan) 4 (sering menjelaskan nilai dan
dilakukan) harapan yang dapat
diperoleh dari perilaku
sehat
 Bantu keluarga
mengidentifikasi
keutungan dalam
meningkatkan perilaku
sehat
 Pertahankan komunkasi
dengan keluarga
 Fasilitasi keluarga terkait
perawatan
 Berikan informasi yang
dibutuhkan keluarga
 Manfaatkan dukungan
keluarga atau kelompok
lain untuk mengambil
keputusan
Keluarga mampu Keluarga mampu merawat
merawat anggota anggota keluarga:
keluarga: 1705 1. Pelibatan keluarga dalam 7110
1. Orientasi keluarga promosi kesehatan
Meningkat dari 2 Tindakan :
(lemah)  4 (kuat)  Antisipasi dan fasilitasi
kebutuhan perilaku sehat
 Anjurkan nggota keluarga
untuk melakukan perilaku
sehat
 Dorong anggota keluarga
untuk berperilaku asertif
 Monitor struktur keluarga
 Monitor keterlibatan
keluarga
2. Terapi musik
3. Massase

4400
1480
Keluarga mampu Keluarga mampu memodifikasi
memodifikasi lingkungan: lingkungan:
1. Motivasi 1209 1. Pemeliharaan proses kesehatan 7130
Meningkat dari 2 keluarga
(jarang)  4 (sering Tindakan:
dilakukan)  Gali lebih dalam tentang
tipe keluarga
 Diskusikan dukungan
sosial
 Jelaskan bahwa perilaku
kesehatan anggota
keluarga dapat
berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya
 Identifikasi kebutuhan
perawatan yang
diperlukan terkait
perubahan gaya hidup
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan: pelayanan kesehatan
1. Pengetahuan tentang 1806 1. Konsultasi 7910
sumber kesehatan Tindakan:
Meningkat dari 2  Bina hubungan yang
(pengetahuan terbatas) terapeutik dengan
2. Perilaku mencari 1603 keluarga
pelayanan kesehatan  Dukung keluarga untuk
Meningkatdari 2 (jarang mengekspresikan perasaan
dilakukan) 4 (sering  Jelaskan bagaimana
dilakukan) perilaku keluarga dapat
3. Partisipasi keluarga 2605 mempengaruhi anggota
dalam perawatan yang lain
keluarga 2. Konseling 5246
Meningkatdari 2 (jarang Tindakan:
dilakukan) 4 (sering  Fasilitasi dalam
dilakukan) mengidentifkasi perilaku
berubah
 Sediakan informasi yang
dibutuhkan
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tan
Keperawatan tan
1. Ketidakefektifan Senin, 15 TUK 1 Subyektif :
Manejemen November Dengan menggunakan leaflet:  Ibu M mengatakan sulit memulai tidur
Kesehatan 2020, jam 1. Melakukan pendidikan kesehatan  Ibu M mengatakan sering melamun
Keluarga 13.00 WIB mengenai Hipertensi memikirkan anak-anaknya
(00080) 2. Memberikan informasi kepada keluarga  Ibu M sering berucap berulang mengenai
bahwa hipertensi dapat mengganggu anaknya yang tidak membantu perekonomian
kesehatan keluarga padahal sudah bekerja
3. Memberikan reinforcement positif  Ibu M mengeluh pusing karena sulit tidur
terhadap keluarga saat keluarga aktif saat  Ibu M mengatakan saat siang hari jadi sering
diberikan pendidikan kesehatan mengenai mengantuk
hipertensi
Objektif :
 TD : 180/100 mmHg
 Ibu M telihat sering kurang fokus saat perawat
memberikan saran atau masukan kepada Ibu M
 Ibu M terlihat lemas

Analisis:
 TUK 1 tercapai, dimana mampu mengenal
masalah insomnia
 Mengetahui faktor penyebab hipertensi (1-3)
 Tanda dan gejala hipertensi (1-3)
 Upaya yang dapat dilakukan (1-3)
Perencanaan:
 Lanjutkan ke TUK 2 kemampuan keluarga
mengambil keputusan
Senin, 15 TUK : 2 Subjektif:
November 1. Menjelaskan pada keluarga tentang akibat  Keluarga mampu menyebutkan akibat
2020, jam lanjut dari masalah hipertensi hipertensi jika tidak ditangani
13.00 WIB 2. Menjelaskan kepada keluarga mengenai
alternatif pemecahan masalah hipertensi  Keluarga mampu menyebutkan alternatif
yang dialami oleh Ibu M pemecahan masalah hipertensi yaitu perawatan
3. Membantu keluarga menetapkan di rumah dan kunjungan ke pelayanan kesehatan
keuntungan dan kerugian masing-masing apabila gejala hipertensi bertambah
alternatif pemecahan masalah.  Keluarga mampu memilih tindakan perawatan
4. Memberikan motivasi/dukungan keluarga dan pencegahan hipertensi dengan cara
memilih alternatif menghindari faktor stres
5. Memberi pujian atas pilihan yang tepat Objektif:
Keluarga tampak mempertimbangkan setiap
keputusan
Analisis:
 Keluarga mampu memutuskan tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga dengan
hipertensi tercapai.
 Kepatuhan perilaku keluarga meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
 Lanjutkan TUK 3 kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
Senin, 15 TUK 3: Subyektif:
November 1. Menjelaskan pada keluarga tindakan untuk  keluarga mampu menjelaskan kembali
2020, jam mencegah dan merawat Ibu M bila mengenai tindakan yang dapat dilakukan untuk
13.00 WIB mengalami Hipertensi mencegah dan merawat Ibu M bila mengalami
2. Menjelaskan pengertian terapi rendam hipertensi
kaki air hangat 6. keluarga mampu menjelaskan kembali
3. Menjelaskan persiapan yang perlu pengertian dari terapi rendam kaki air hangat
dilakukan sebelum melakukan terapi 7. keluarga mampu menjelaskan kembali apa saja
rendam kaki air hangat yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan
4. Mendemontrasikan latihan terapi rendam terapi rendam kaki air hangat.
kaki air hangat 8. keluarga mampu melakukan terapi rendam
5. Memberi pujian atas upaya keluarga yang kaki air hangat
benar 9. keluarga merasa enakan saat mencoba
mempraktikan terapi rendam kaki air hangat.
Objektif:
 keluarga nampak relaks saat melakukan terapi
rendam kaki air hangat.
 Ibu M tampak antusias saat melakukan terapi
rendam kaki air hangat
Analisis:
Keluarga mampu melakukan perawatan kepada
Ibu M bila mengalami hipertensi dimana Orientasi
keluarga Meningkat dari 2 (lemah) menjadi 4
(kuat) serta perilaku patuh: pengobatan yang
disarankan dari 1(tidak pernah menunjukan )
menjadi 4 (sering menunjukan)
Perencanaan:
Lanjutkan TUK 4 kemampuan keluarga
memodifikasi lingkungan
Senin, 15 TUK 4 Subjektif
November 1. Mendiskusikan bersama keluarga faktor  Ibu M mengatakan akan berupaya untuk
2020, jam risiko yang berkaitan dengan munculnya mengatur makanan dan membiasakan
13.00 WIB hipertensi seperti stres, lingkungan yang mengurangi makanan yang asin
bising, makan-makanan asin, konsumsi  Keluarga mengatakan akan berupaya
kafein, suhu ruangan memberikan lingkungan yang nyaman agar
2. Memotivasi keluarga untuk membantu Ibu Ibu M dapat beristirahat
M menjaga makanan yang harus dihindari, Objektif
menjaga pola hidup sehat dan  Keluarga nampak antusias untuk membantu
memodifikasi makanan agar Ibu M dapat sehat
3. Memberikan lingkungan rumah yang Analisis
nyaman seperti, lingkungan yang bersih, Keluarga mampu melakukan modifikasi
tidak bising, mengatur suhu ruangan lingkungan dimana motivasi keluarga meningkat
4. Memberi pujian atas upaya keluarga dari 2 (jarang) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan
Lanjutkan TUK 5 kemampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Senin, 15 TUK 5: Subjektif:
November 1. Menyampaikan kepada keluarga bila  Keluarga menyatakan akan melakukan
2020, jam hipertensi sangat mengganggu segera pemeriksaan rutin ke posbindu
13.00 WIB konsultasikan keluhan tersebut ke  Keluarga menyatakan bila hipertensi sangat
pelayanan kesehatan mengganggu maka akan
2. Memotivasi keluarga untuk selalu rutin mengkonsultasikannya ke dokter
memantau kesehatan Ibu M ke pelayanan Obyektif
kesehatan Keluarga sesekali terlihat menganggukan
kepalanya saat perawat memberikan penjelasan
dan motivasi kepada keluarga untuk melakukan
pemantauan rutin kesehatan di pelayanan
kesehatan
Analisis
 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan
 Pengetahuan keluarga meningkat mengenai
sumber pelayanan kesehatan
 Meminta bantuan dari petugas kesehatan
professional untuk masalah hipertensi dari
skala 2(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering
dilakukan)
 Partisipasi keluarga dalam perawatan keluarga
Meningkat dari 2 (jarang dilakukan) menjadi 4
(sering dilakukan)
Perencanaan
--
No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tan
Keperawatan tan
1. Insomnia Senin, 15 TUK 1 Subyektif :
(00095) pada November Dengan menggunakan leaflet:  Keluarga mengatakan bahwa faktor penyebab
keluarga Ibu M 2020, jam 4. Melakukan pendidikan kesehatan insomnia pada Ibu M adalah stres memikirkan
khususnya Ibu 13.00 WIB mengenai insomnia anak-anaknya
M 5. Memberikan informasi kepada keluarga  Keluarga menyatakan mulai terbuka pikirannya
bahwa insomnia dapat mengganggu tentang insomnia setelah mendapatkan
kesehatan penjelasan dari perawat
6. Memberikan reinforcement positif  Keluarga mengatakan ingin mendapatkan
terhadap keluarga saat keluarga aktif saat pengetahuan yang lebih banyak lagi tentang
diberikan pendidikan kesehatan mengenai teknik mengatasi insomnia
insomnia Objektif :
 TD : 180/100 mmHg
 Ibu M telihat sering kurang fokus saat perawat
memberikan saran atau masukan kepada Ibu M
 Ibu M terlihat lemas

Analisis:
 TUK 1 tercapai, dimana mampu mengenal
masalah insomnia
 Mengetahui faktor penyebab insomnia (1-3)
 Tanda dan gejala insomnia (1-3)
 Upaya yang dapat dilakukan (1-3)
Perencanaan:
 Lanjutkan ke TUK 2 kemampuan keluarga
mengambil keputusan
Senin, 15 TUK : 2 Subjektif:
November 6. Menjelaskan pada keluarga tentang akibat  Keluarga mampu menyebutkan akibat insomnia
2020, jam lanjut lanjut dari masalah insomnia jika tidak ditangani seperti penyakit jantung,
13.00 WIB 7. Menjelaskan kepada keluarga mengenai depresi.
alternatif pemecahan masalah insomnia  Keluarga mampu menyebutkan alternatif
yang dialami oleh Ibu M
8. Membantu keluarga menetapkan pemecahan masalah insomnia yaitu perawatan di
keuntungan dan kerugian masing-masing rumah dan kunjungan ke pelayanan kesehatan
alternatif pemecahan masalah. apabila gejala insomnia bertambah
9. Memberikan motivasi/dukungan keluarga  Keluarga mampu memilih tindakan perawatan
memilih alternatif dan pencegahan insomnia dengan cara
10.Memberi pujian atas pilihan yang tepat menghindari faktor stres
Objektif:
Keluarga tampak mempertimbangkan setiap
keputusan
Analisis:
 Keluarga mampu memutuskan tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga dengan
insomnia tercapai.
 Kepatuhan perilaku keluarga meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
 Lanjutkan TUK 3 kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
Senin, 15 TUK 3: Subyektif:
November 10. Menjelaskan pada keluarga tindakan  keluarga mampu menjelaskan kembali
2020, jam untuk mencegah dan merawat Ibu M bila mengenai tindakan yang dapat dilakukan untuk
13.00 WIB mengalami insomnia mencegah dan merawat Ibu M bila mengalami
11. Menjelaskan pengertian terapi insomnia
mendengarkan music. 15. keluarga mampu menjelaskan kembali
12. Menjelaskan persiapan yang perlu pengertian dari terapi mendengarkan music.
dilakukan sebelum melakukan terapi 16. keluarga mampu menjelaskan kembali apa
mendengarkan musik saja yang perlu dipersiapkan sebelum
13. Mendemontrasikan latihan terapi melakukan terapi mendengarkan music.
mendengarkan musik 17. keluarga mampu melakukan terapi
14. Memberi pujian atas upaya keluarga mendengarkan music.
yang benar 18. keluarga merasa enakan saat mencoba
mempraktikan terapi mendengarkan music.
Objektif:
 keluarga nampak relaks saat melakukan terapi
mendengarkan musik
 Ibu M tampak antusias saat melakukan terapi
mendengarkan musik
Analisis:
Keluarga mampu melakukan perawatan kepada
Ibu M bila mengalami insomnia dimana Orientasi
keluarga Meningkat dari 2 (lemah) menjadi 4
(kuat) serta perilaku patuh: pengobatan yang
disarankan dari 1(tidak pernah menunjukan )
menjadi 4 (sering menunjukan)
Perencanaan:
Lanjutkan TUK 4 kemampuan keluarga
memodifikasi lingkungan
Senin, 15 TUK 4 Subjektif
November 5. Mendiskusikan bersama keluarga faktor  Keluarga menyatakan faktor penyebab Ibu M
2020, jam risiko yang berkaitan dengan muncunya sering bermimpi aneh disebabkan Ibu M sering
13.00 WIB insomnia seperti stres, lingkungan yang memikirkan anak-anaknya
bising, makan terlalu malam, konsumsi  Ibu M mengatakan akan berupaya untuk
kafein, suhu ruangan mengatur makanan dan membiasakan makan
6. Memotivasi keluarga untuk membantu Ibu malam sebelum memasuki waktu magrib
M menjaga makanan yang harus dihindari,  Keluarga mengatakan akan berupaya
menjaga pola hidup sehat dan memberikan lingkungan yang nyaman agar
memodifikasi makanan Ibu M dapat beristirahat
7. Memberikan lingkungan rumah yang Objektif
nyaman seperti, lingkungan yang bersih,  Keluarga nampak antusias untuk membantu
tidak bising, mengatur suhu ruangan agar Ibu M dapat sehat
8. Memberi pujian atas upaya keluarga Analisis
Keluarga mampu melakukan modifikasi
lingkungan dimana motivasi keluarga meningkat
dari 2 (jarang) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan
Lanjutkan TUK 5 kemampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Senin, 15 TUK 5: Subjektif:
November 3. Menyampaikan kepada keluarga bila  Keluarga menyatakan akan melakukan
2020, jam insomnia sangat mengganggu segera pemeriksaan rutin ke posbindu
13.00 WIB konsultasikan keluhan tersebut ke  Keluarga menyatakan bila insomnia sangat
pelayanan kesehatan mengganggu maka akan
4. Memotivasi keluarga untuk selalu rutin mengkonsultasikannya ke dokter
memantau kesehatan Ibu M ke pelayanan Obyektif
kesehatan Keluarga sesekali terlihat menganggukan
kepalanya saat perawat memberikan penjelasan
dan motivasi kepada keluarga untuk melakukan
pemantauan rutin kesehatan di pelayanan
kesehatan
Analisis
 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan
 Pengetahuan keluarga meningkat mengenai
sumber pelayanan kesehatan
 Meminta bantuan dari petugas kesehatan
professional untuk masalah insomnia dari skala
2(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering
dilakukan)
 Partisipasi keluarga dalam perawatan keluarga
Meningkat dari 2 (jarang dilakukan) menjadi 4
(sering dilakukan)
Perencanaan
--
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H. P. and Safitri, W. (2017) ‘Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo’, Jurnal Kesehatan Kusuma
Husada, 8(8), pp. 129–134.
Friedman, M. M. (2010) Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset , Teori dan Praktek. Jakarta:
EGC.
Hardi, N. A. H. & K. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis dan
Nanda Nic-Noc. 2nd edn. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Harmoko (2012) Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) ‘Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia’, Kementerian Kesehatan RI, p. 1. Available at:
https://www.depkes.go.id/article/view/18030500005/waspadai-peningkatan-penyakit-
menular.html%0Ahttp://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-sehat-
dengan-pendekatan-keluarga.html.
Sumartini, N. P., Zulkifli, Z. and Adhitya, M. A. P. (2019) ‘Pengaruh Senam Hipertensi Lansia
Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara
Kelurahan Turida Tahun 2019’, Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal),
1(2), p. 47. doi: 10.32807/jkt.v1i2.37.
Trisnawan, A. (2019) Mengenal Hipertensi. Jakarta: Mutiara Aksara.
Widagdo, W. (2016) ‘Keperawatan Keluarga dan Komunitas’, in Dewiki, S. (ed.). KEMENKES
RI, p. 208.

Anda mungkin juga menyukai