Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

DI DESA PEMBANTANAN KECAMATAN SUNGAI TABUK


KABUPATEN BANJAR

Untuk menyelesaikan Tugasprofesi keperawatan Komunitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Made Aste Purane
11194561910041

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : HIPERTENSI


NAMA MAHASISWA : MADE ASTE PURANE
NIM : 11194569100041

Banjarmasin, Nopember 2019

Menyetujui

Puskesmas Sungai Tabuk Program Studi Profesi Ners

Universitas Sari Mulia


Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

H. Jamhuri Yanur Rahim, S.Kep. Ns Subhannurahman, S.Kep.,Ns.,


M.Kep
NIP. 19760423 199503 1 001 NIK. 1166032014065
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : HIPERTENSI


NAMA MAHASISWA : MADE ASTE PURANE
NIM : 11194569100041

Banjarmasin, Nopember 2019

Menyetujui

Puskesmas Sungai Tabuk Program Studi Profesi Ners

Universitas Sari Mulia


Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

H. Jamhuri Yanur Rahim, S.Kep. Ns Subhannurahman, S.Kep.,Ns.,


M.Kep
NIP. 19760423 199503 1 001 NIK. 1166032014065
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di Indonesia banyak sekali orang yang mengalami tekanan darah
tinggi dan jumlahnya terus bertambah bahkan tidak jarang tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi sehingga menyebabkan
kematian (Wahdah 2011).
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah
kesehatan dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi
perhatian dalam dunia kesehatan karena merupakan salah satu penyebab
dari kematian. Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit
kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang
panjang dan pada umumnya berkembang secara lambat. Dalam Buku
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan bahwa yang tergolong ke
dalam PTM antara lain adalah Hipertensi (Riskesdas, 2013).
Tekanan darah tinggi merupakan masalah medis yang manimbulkan
dampak bermakna pada kesehatan masyarakat umum. Prevalensi dan
angka perawatan pasien gagal jantung serta penyakit ginjal stadium akhir
sebagai komplikasi terminal hipertensi terus meningkat. Terdapat
kesenjangan antara rendahnya angka deteksi kasus hipertensi dan tingginya
angka komplikasi jangka panjang hipertensi, hal ini bila terus di biarkan,
maka hipertensi akan selalu menjadi masalah medis dan masalah kesehatan
yang serius (KemenKes, 2013).
Menurut Elisabeth J Corwin (2012), komplikasi hipertensi terdiri dari
stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak)
danpregnancy-included hypertension (PIH).
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012
sedikitnya sejumlah 839 juta kasus Hipertensi, dan diperkirakan menjadi 1,15
milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana
penderitanya lebih banyak pada wanita 30% di banding pria 29%. Sekitar
80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di negara-negara
berkembang.
Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi
hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan,
Thailand, Nepal, dan Maldives Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
26,5% untuk jumlah tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),diikuti Kalimantan
selatan (30,8 %), Kalimantan timur (29,6%) dan jawa barat (29,4%)
(Riskesdas, 2013).
Menurut dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, penyakit tidak
menular pada tahun 2014 terdapat sebanyak 78,503 hingga pada tahun 2016
meningkat sebanyak 80,849 kasus hipertensi menempati urutan pertama dari
10 penyakit terbanyak di kota Banjarmasin pada tahun 2016.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaksanakan pada tanggal 01-06
Nopember 2019 di wilayah RT 01 sampai RT 06 Desa Pembantanan
kecamatan Sei Tabuk, terdapat warga yang mengalami hipertensi berjumlah
420 warga dari 787 total jiwa (53.4%).
Berdasarkan data diatas maka mahasiswa menawarkan program
CERDIK, yaitu slogan kesehatan yang setiap hurufnya mempunyai makna
yaitu; C=Cek kesehatan secara berkala, E=Enyahkan asap rokok, R=Rajin
aktifitas fisik, D=Diet sehat dengan kalori seimbang, I=Istirahat cukup dan K=
Kelola stress. Perilaku CERDIK ini dapat diterapkan melalui kegiatan
Posbindu PTM.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga kelolaan pada keluarga dengan
hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang konsep asuhan keperawatan keluarga
b. Melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi
c. Mengidentifikasi tentang masalah kesehatan dengan asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi
d. Melakukan intervensi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi
e. Melakukan implementasi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi
f. Melakukan evaluasi keperawatan asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi.
g. Melakukan program CERDAS pada pasien kelolaan hipertensi

C. Manfaat
1. Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan informasi dalam bidang keperawatan keluarga tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
2. Praktis
a. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanakan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada keluarga
hipertensi.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiataan proses belajar tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi yang dapat digunakan acuan
bagi praktik mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman
khususnya dibidang keluarga dan komunitas pada keluarga dengan
hipertensi.
d. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang hipertensi
beserta penatalaksanaannya
e. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang penyakit
hipertensi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Harmoko (2012), banyak definisi yang diuraikan tentang
keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Keluarga
adalah kumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota selalu berinteraksi
satu dengan yang lain.
2. Struktur Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi struktur
keluarga sebagai berikut :
a. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
1) Struktur peran keluarga
2) Nilai atau norma keluarga
3) Pola komunikasi keluarga
4) Struktur kekuatan keluarga
b. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi dimana masing-masing
anggota. Keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing
dapat tercapai.
2) Keterbatasan dalam mncapai tujuan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya
masing - masing sehingga dalam berinteraksi tidak bisa semena-
mena.
3) Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi
yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai
pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.
3. Tipe Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi tipe keluarga
sebagai berikut:
a. Tipe tradisional
1) The nuclear family
Keluarga yang terdiri dari suami - istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami, istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami isteri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childress family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extenden family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi.
6) The single – parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal ini
terjadi melalui proses perceraian atau kematian.
7) Commuter family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan keluarga saat
akhir pekan.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin network family
Ini adalah keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti yang
tinggal dalam satu rumah yang saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama seperti
dapur, kamar mandi, TV, telpon dan lain-lain.
10) Blanded family
Keluarga yang di bentuk oleh duda atau janda yang menikahi
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) Single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan seperti perceraian atau
ditinggal mati.
b. Tipe non tradisional
1) The unmarried teenage mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dengan hubungan tanpa nikah.
2) The stepparents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak sama
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The non marital heteroseksual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana seorang suami-isteri.
6) Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexsual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan tanggung jawab membesarkan anak-anaknya.

9) Foster family
Keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
10) Homells family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi atau problem kesehatan metal.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mrmpunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal.
4. Peran keluarga dan perawat keluarga
Peran perawat keluarga menurut Murwani (2009) dalam Nugroho 2014,
adalah sebagai berikut:
a. Pendidik
b. Koordinator
c. Pelaksana
d. Pengawasan kesehatan
e. Konsultan (penasehat)
f. Kolaborasi
g. Fasilitator
h. Penemu kasus.
5. Fungsi keluarga
Fungsi keuarga menurut Friedman.(2012) dalam Suprajitno tahun
2014 sebagai berikut :
a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi
keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman
bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan
identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
masing-masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pendidikan, ketrampilan, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
6. Tugas keluarga
Menurut Murwani (2009), tugas kesehatan keluarga sebagai berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan, menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang ada.
7. Tahap perkembangan keluarga
Menurut Mubarak (2009), tahap perkembangan keluarga terdiri dari 8
tahap perkembangan sebagai berikut:
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru.
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu suami
dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berusia 30 bulan
(2,5 tahun).
b. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun.
c. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
d. Tahap V keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
berakhir pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya.
e. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
f. Tahap VII keluarga usia pertengahan
Tahapan dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal.
g. Tahap VIII keluarga usia lanjut
tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya
meninggal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, pengkajian adalah
tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar
data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,
komposisi keluarga, status imunisasi dan genogram 3 generasis
2) Tipe keluarga.
3) Suku bangsa.
4) Agama.
5) Status sosial ekonomi keluarga.
6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi dan kendalannya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga
inti meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga dan sumber pelayanan yang
digunakan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, orang tua, dan hubungan masa
silam dengan kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Meliputi: gambaran tipe tempat tinggal, denah rumah, sanitasi,
pengcahayaan, kerapian.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal, meliputi:
tipe, keadaan, sanitasi, perusahaan, sarana sosial, kejahatan.
3) Mobilitas geografi keluarga
Menjelaskan lama keluarga tinggal di daerah ini.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan perkumpulan yang diikuti.
5) System pendukung keluarga, meliputi: jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas kesehatan, jaminan kesehatan yang dimiliki.
d. Struktur keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Struktur peran keluarga
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara
formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat.
2) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa
pengambil keputusan utama, dan bagai mana peran anggota
keluarga dalam mencapai komunikasi.
4) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang
berhubungan dnengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status social.
3) Fungsi sosialisasi.
4) Fungsi pemenuhan kesehatan.
5) Fungsi religious.
6) Fungsi rekreasi.
7) Fungsi reproduksi.
8) Fungsi afeksi..
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian lebih 6 bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi koping yang digunakan, bila keluarga menghadapi
masalah.
5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
masalah.
g. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang dilakukan
tidak beda pada pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa
keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga, atau
masyarakat, yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasar data yang
didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnose keperawatan meliputi
Problem atau masalah, Etilogi atau penyebab, dan Sign atau tanda yang
dikenal dengan PES.Tipologi dari diagnosa keperawatan :
a. Diagnosa aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, di mana masalah kesehatan memerlukan bantuan untuk
segera ditangani dengan cepat. Pada diagnosa aktual, faktor yang
berhubungan merupakan etiologi. Secara umum faktor yang
berhubungan atau etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga
adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi)
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
3) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik
finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik, dan
psikologis) terhadap tugas kesehatan keluarga.
b. Diagnosa risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan,tapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila
tidak segera mendapat bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau
keperawatan.
c. Diagnosa potensial (keadaan sejahtera atau weelness)
suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera,
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan, diagnose keperawatan
sejahtera tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan.
Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada
hipertensi mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu :
1) Adanya resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan keluarga
3) Sakit kepala, Nyeri akut b/d ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
4) Perubahan nutrisi b/d ketidakmampuan keluarga menegenal
masalah kesehatan
5) Kurang pengetahuan tentang hipertensi b/d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
Tabel 2.4 Penentuan prioritas masalah dan skoring
No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1

 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1

 Masalah berat harus segera 2


ditangani
 Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan
Sumber: Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan dengan
cara berikut ini:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.

Skor
X Bobot
Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama


dengan seluruh bobot empat kriteria yang dapat mempengaruhi
penentuan prioritas masalah.
1) Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam tidak
atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi, karena
masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan
biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling sedikit
atau rendah karena faktor kebudayaan biasanya dapat
memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalah
masahnya dengan baik.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah jika ada
tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan skore kemungkinan masalah dapat diperbaiki
adalah:
a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah.
b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam fisik,
keuangan, atau tenaga.
c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam bentuk
pengetahuan, ketrampilan, dan waktu.
d) Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam bentuk
fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat.
3) Potensi masalah bila dicegah
Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul
dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah
bisa dicegah adalah sebagai berikut:
a) Kepelikan masalah berkaitan dengan beratnya penyakit
atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan
mengubah masalah. Umumnya makin berat masalah
tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah atau
mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang akan
timbul.
b) Lamanya masalah Hal ini berkaitan dengan jangka waktu
terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah
mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila
dicegah.
c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka
atau rawan. Adanya kelompok tersebut pada keluarga akan
me nambah potensi masalah bila dicegah.
4) Menonjolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah
mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk
diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada
kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini, jika keluarga
menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera,
maka harus diberi skor yang tinggi (Suprajitno, 2014)
Menurut Ardiansyah (2012), diagnosa keperawatan yang
muncul pada klien Hipertensi adalah:
a) Adannya resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Intoleransi aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga (kmk)
mengenal masalah kesehatan keluarga yang sakit
c) Sakit kepala, nyeri akut b/d kmk merawat anggota keluarga
yang sakit.
d) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d kmk
mengenal masalah kesehatan keluarga.
e) Kurang pengetahuan tentang hipertensi b/d kmk mengenal
masalah kesehatan keluarga.
Menurut Nanda (2016), diagnosa keperawatan yang muncul
pada klien Hipertensi adalah:
a) Resiko perfusi jaringan jantung b/d kmk mengenal masalah
kesehatan keluarga.
b) Intoleransi aktifitas b/d kmk mengenal masalah kesehatan
keluarga yang sakit.
c) Nyeri kepala b/d kmk merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d
kmk mengenal masalah kesehatan.
e) Menurut Muttaqin (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa
keperawatan pada Hipertensi adalah, resiko
kekambuhan/peningkatan tekanan darah b/d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
3. Intervensi
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, apabila masalah
kesehatan maupun masalah keperawatan telah teridentifikasi, maka
langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan sesuai
dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana keperawatan
yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan
serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan keperawatan keluarga diantaranya:
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan
dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah
instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat dengan keluarga. Hal ini sesuai
dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan
untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini
selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim
kesehatan lainnya. Selain itu dengan rencana tertulis akan
membantu mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga di mana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah
perilaku hidup sehat. Guna membangkitkan minat keluarga dalam
berprilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik
motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah
ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, penggunaan
alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga dan membantu keluarga cara menggunakan fasilitas
tersebut.
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap
penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak atau belum
berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan, baik pada individu
maupun keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang akan
dicapai.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat
berhubungan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung pada
dimensi evaluasi yang diinginkan.
d. Tentukan metode dan teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-
sumber data yang diperlukan.
e. Bandingkan dengan keadaan yang nyata (sesudah perawatan)
dengan kriteria dan standar evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan
alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau
kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral bukan sesuatu yang berbeda dari
metode problem-solving. Dokumentasi keperawatan mencakup
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, intervensi. Perawat
kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut
kepada profesi kesehatan lainnya. Kekurangan dalam pendokumentasian
proses keperawatan meliputi penggunaan terminology dan cara
pendokumentasian yang tidak standar yang tidak menunjukkan adanya
suatu perbedaan asuhan keperawatan yang kompleks (Nursalam 2009).

C. Konsep Penyakit
1. Pengertian
a. Tekanan darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding
arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh.
Sebagai analogi, bayangkan kran air. Jika suplai air terganggu dan
‘tekanan air rendah, maka aliran air di kran menjadi lambat dan hanya
berupa tetesan air. Tekanan darah berperan penting, karena
tanpanya darah tidak akan mengalir
b. Hipertensi
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi
didefinisikan oleh joint national committee on detection, evaluation
and treatment of high blood pressure (JIVC) sebgai tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang tekanan darah normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer
atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat
dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Faqih, 2010).
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan:

a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih, pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak di
ketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi duduk,
kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan
b. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti
penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya
hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
coarcstation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, ganggua
psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar,
dan stres
Klasifikasi hipertensi menurut Nanda Nic Noc (2013) sebagai
berikut :
Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi
No Kategori Sistolik Diastolic
(mmhg) (mmhg)

1 2 3 4

1 Optimal < 120 < 80

2 Normal 120 – 129 80 – 84

3 High normal 130 – 139 85 - 89

Hipertensi

Grade 1 140 – 159 90 – 99

Grade 2 160 – 179 100 – 109

Grade 3 180 – 209 110 – 119

Grade 4 > 210 > 120

Sumber : Nanda Nic Noc. 2013


3. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi essensial (primer)
Hipertensi essensial merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat
dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan
gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang
sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor
lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress,
kegemukan (obesitas), pola makan, merokok.
c. Factor resiko
1) Konsumsi lemak berlebih
Meskipun makan terlalu banyak lemak terutama lemak jenuh
yang ditemukan pada daging dan produk olahan susu tidak
secara langsung dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah,
tapi tetap merupakan slah satu faktor resiko penyakit
kardiovaskuler karena hal tersebut menyebabkan tingginya kadar
kolesterol di dalam darah.
2) Obesitas
berat badan lahir dan indeks masa tubuh berhubungan
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
3) Merokok
Walaupun merokok hanya menyebabkan peningkatan tekanan
drah sesaat, namun merokok yang berlangsung lama akan
menyebabkan resiko terkena penyakit jantung dan stroke.
4) Stress
Stress akan mengakibatkan penurunan permukaan filtrasi,
aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih
rennin angiotensin. Aktivitas berlebih dari saraf simpatir
menyebabkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah (Martuti, 2009).
5) Kurang olahraga
Berolahraga secara rutin seperti bersepeda, jogging dan
senam aerobik dapat memperlancar aliran darah sehingga
mengurangi resiko terkena tekanan darah tinggi. Orang yang
kurang aktif berolahraga juga menyebabkan kegemukan atau
obesitas. Berolahraga juga dapat mengurangi asupan garam ke
dalam tubuh, yang mana garam akan keluar dari dalam tubuh
bersama keringat.
6) Usia
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, maka memiliki
resiko tinggi mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diatoliknya
akan terus meningkat sampai usia 55-60 tahun
7) Keturunan
Faktor keturunan mempunyai peranan penting, jika orang tua
menderita atau mempunyai riwayat penyakit hipertensi maka
garis keturunan berikutnya memiliki resiko hipertensi yang lebih
besar .
8) Jenis kelamin
Dikarenakan laki-laki dianggap lebih rentan terkena penyakit
hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan
gaya hidup yang buruk dan tingkat stress yang dihadapi oleh laki-
laki daripada perempuan.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut (Nanda, 2012) ada
beberapa yaitu:
a. Stress nafas
b. Mengeluh sakit kepala,pusing
c. Gelisah
d. Lemas, kelelahan
e. Kesadaran menurun
5. Pohon masalah

Genetic, jenis kelamin, usia, obat, obesitas, penyempitan


aorta, gangguan endokrin, kehamilan, stress, gaya hidup,
merokok, dan alkohol

Arthereosklerosi

Pembuluh darah kaku

Gangguan peredaran darah perifer


Peningkatan beban jantung

Kompensasi jantung meningkat

Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Ketidakseim Masukan Kelemahan Kurang


Peningkatan bangan nutrisi informasi
umum
tekanan suplai dan berlebih tentang
vaskuler kebutuhan penyakit
suplai
oksigen

Intoleransi
Nyeri aktifitas Kurang
Perubahan
penegetahu
Resiko nutrisi lebih
Gambar 2.3 Skema Patofisiologi
tinggi dari Penyakit Hipertensi an
terhadap kebutuhan
Sumber patofisiologi hipertensi Bibo gutomo (2017)
penurunan tubuh
curah
jantung
6. Komplikasi
Komplikasi akibat hipertensi menurut Shanty (2011) antara lain:
a. Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan
karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba.
Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat
berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA
(cerebrovascular accident). Hipertensi menyebabkan tekanan yang
lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding
pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah.
Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan
penderita hipertensi.
b. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya
terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi.
c. Otak
Menyebabkan penyakit stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Pada stroke iskemik terjadi karena aliran darah yang membawa
oksigen dan nutrisi ke otak terganggu. Stroke hemoragik terjadi
karena pecahnya pembuluh darah di otak yang diakibatkan oleh
tekanan darah tinggi yang persisten.
d. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama
penyakit arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak
terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri,
arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran
darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun
sementara yang di sebabkan olehakumulasi plak atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksiarteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan
sirkulasikolateral untuk menyediakan supplay oksigen yang adekuat
ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.
e. Aneurisma
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang
terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh
darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau
disebut aorta disekans.
f. Mata
Menyebabkan penyakit kerusakan retina (vascular retina),
yang terjadi karena adanya penyempitan atau penyumbatan
pembuluh arteri di mata.
g. Kebutuhan
Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan kebutuhan
permanen. Kebutuhan ini muncul akibat hipertensi yang berlangung
selama bertahun-tahun atau yang disebut dengan hipertensi kronis.
Pada penderita tekanan darah tinggi tidak sedikit,tekanan bola mata
sehingga menyebabkan pecahnya bola mata pada penderita
hipertensi.
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Padila (2013), pemeriksaan penunjang pada hipertensi
sebagai berikut:
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik meneyluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk menegetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa (protein dalam urin, darah, glukosa)
f. Foto dada dan CT scan
8. Pencegahan hipertensi
a. Pencegahan primer
Berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi factor
resiko penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer berupa
kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko
hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer
dilaksanakan melalui berbagai upaya, seperti promosi kesehatan
mengenai peningkatan perilaku hidup sehat, yakni diet yang sehat
dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah garam dan
lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi
dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat
dilakukan pengobatan secara dini. Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan rutin di puskesmas
sebelum atau sesudah terjadi tanda dan gejala hipertensi.
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi
terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut, serta untuk meningkatkan
kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup. Dalam
pencegahan tertier, kegiatan difokuskan kepada mempertahankan
kualitas hidup penderita Pencegahan tertier dilaksanakan
melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat, serta
minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak
memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke, dan
jantung. Penanganan respons cepat juga menjadi hal yang utama
agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat
terkendali dengan baik.
9. Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012), penatalaksanaan hipertensi diklasifikasi
menjadi dua yaitu:
a. Farmakologi
Yaitu terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan
alasan salah satu obat berikut:
1) Nifidepin dimulai 5 mg dua kali sehari, isa dinaikan 10 mg dua
kali sehari
2) Katopril 12,5 – 25 mg sebanayak dua sampaitiga kali sehari
3) Propranolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat di naikan
20 mg dua kali sehari

b. Nonfarmakologi
Yaitu langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidu
penderita,yakni dengan cara:
1) Menurunkan berat badan samapai batas normal
2) Mengubah pola makan pada penderita kadar kolesterol darah
tinggi
3) Mengurangi makan berlemak
4) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya
5) Tidak mengonsumsi alcohol
6) Tidak merokok
7) Olahraga teratur
8) Menghindari Stress
9) Teknik relaksasi Nafas Dalam ( Purwanto, 2013)
10. Program Cerdas
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktoral
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengajak
masyarakat untuk dapat menuju masa muda sehat dan hari tua nikmat
tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan perilaku “CERDIK”.
“CERDIK” merupakan jargon kesehatan yang setiap hurufnya mewakili:
Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik,
Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola
stress. Penerapan “CERDIK” dapat mengurangi faktor resiko dan deteksi
dini PTM.
11. Suku banjar
Menurut Idwar Saleh (1986:10), Banjar bukanlah suku karena tidak
adanya kesatuan etnik. Banjar hanyalah grup atau kelompok besar, yang
terdiri dari kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan
kelompok Banjar Banjar Pahuluan. Kelompok pertama tinggal di daerah
Banjar Kuala sampai dengan daerah Martapura, kelompok kedua tinggal
di sepanjang Sungai Tabalong dari muaranya di Sungai Barito sampai
Kelua dan kelompok yang ketiga tinggal di kaki Pegunungan Meratus
yang memanjang dari Tanjung sampai Pelaihari . Kelompok Banjar Kuala
berasal dari kesatuan etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu
berasal dari kesatuan etnik Maanyan, dan kelompok Banjar Pahuluan
berasal dari kesatuan etnik Bukit
Senada dengan hal di atas, menurut Alfani Daud (1997:38) etnis
Banjar adalah penduduk asli sebagian wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan. Mereka itu diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau
daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan ini
sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama
sekali akhirnya,- setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli,
yang biasanya dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-
imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidaknya tiga
subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu dan Banjar
(Kuala). Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar,
yang pada asasnya ialah bahasa Melayu yang di dalamnya terdapat
banyak sekali kosa kata asal Jawa dan asal Dayak.
Nama Banjar diperoleh karena mereka sebelum dihapuskan pada
tahun 1860 adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat Banjar,
sesuai dengan nama ibukotanya pada saat berdirinya. Ketika ibukota
dipindahkan ke daerah pedalaman, terakhir di Martapura. Nama tersebut
akhirnya menjadi baku dan tidak berubah lagi

BAB III
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARAGA
(PENDEKATAN TEORI BETTY NEUMAN)

A. DATA UMUM KELUARGA


a. Nama kepala keluarga : Tn. S
b. Umur : 59 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMP
e. Pekerjaan : SWASTA
f. Suku/ Bangsa : Banjar/Indonesia
g. Alamat : Pembantanan
h. Komposisi Keluaraga :

Keterangan
Hub dg KK

Pendidikan

Kesehatan
Pekerjaan

Imunisasi
Keadaan
Agama
Nama

No L/P Umur KB

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Tn. S KK L 59 SMP Islam Sehat - -


Tahun

Lengkap
Swasta

2. Ny. B Istri P 57 SD Islam Sehat Pil -


Pedagang

Lengkap
Tahun

3. Tn. P L 29 SMA - Islam Sehat - Leng -


kandung

Tahun kap
Anak

4. Tn. Y L 24 SMA - Islam Sehat - -


Kandung

Lengkap
Anak

Tahun
5 Tn. W L 23 SMA - Islam Sehat -

kandung

Lengkap
Anak
Tahun

6 Tn. B L 18 SMA - Islam Sehat - -

kandung

Lengkap
Anak
Tahun

i. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Nuclear Family atau keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,
terpisah dari keluaga yang lainnya.
j. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki meninggal
: Perempuan : Perempuan meninggal
---- : Tinggal serumah : Pasien

k. Sifat Keluarga
1. Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan Tn. S sebagai kepala keluarga yang
paling berperan namun Ny. B karena ia lebih sering berada dirumah dan
tahu kondisi keluarganya jadi ia juga banyak berperan dalam
pengambilan keputusan tetapi tetap ada musyawarah dan ada
komunikasi dengan anggota keluarga lain.
2. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a) Kebiasaan tidur/istirahat
Tidur siang : Dalam keluarga Tn. S biasanya ttidur siang selama 1-2
jam
Tidur Malam : keluarga Tn. S biasa tidur malam hari dari pukul 11
malam sampai 4 pagi sekitar 6-8 jam namun khusus pada Tn. S saat
ini ia mengeluh nyeri ditengkuk dengan skala 3 dan pusing muncul
maka istirahatnya terganggu dan tidak nyenyak.
b) Kebiasaan rekreasi
Untuk rekreasi biasa keluarga Tn. S pergi ke Martapura untuk
mengunjungi sanak saudara di sana.
c) Kebiasaan makan keluarga
Pola makan
1) Jenis makanan: Biasa keluarga Tn. S makan 3 kali sehari dan
disertai dengan makanan ringan dengan nasi, untuk lauk pauk
kadang ikan termasuk ikan asin atau ayam dan sedikit sayur.
2) Frekuensi: 3 kali sehari, namun pada Tn. S hanya sedikit makan
sayur, karena kurang menyukai sayur..
3) Keseimbangan gizi: makanan yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan gizi masing-masing anggota namun mereka lebih
sering mengkonsumsi makaanan yang memiliki cita rasa yang
asin karena sudah menjadi kebiasaan dan hal itulah yang menjadi
alasan Tn. S saat diberi pertanyaan oleh perawat.
l. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan kelurga Tn. S + 300.000,- /bulan, untuk perekonomian keluarga
ditanggung oleh anak-anak maka perekonomian lebih dominan ditanggung
oleh mereka. Untuk dukungan perekonomian juga dibantu anak-anak Tn. S
yang tidak tinggal serumah dan dari penghasilan tersebut digunakan untuk
membeli sembako, kesehatan, sekolah dan keperluan rumah tangga lainnya
seperti listrik. Fungsi ekonomi keluarga Tn. S masuk kategori keluarga
sejahtera III dimana keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar namun tidak
memberikan yang teratur bagi masyarakat sekitar.
m. Suku (Kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
Suku budaya keluarga Tn. S banjar, bahasa yang biasa digunakan yaitu
bahasa banjar. Didalam keluarga Tn. S memiliki kebiasaan terhadap
kesehatan yaitu jarang makan sayur, Kebiasaan budaya dan istiadat yang
ada di masyarakat setempat adalah berkumpul dalam satu acara bapak-
bapak pengajian dan ibu-ibu yasinan
n. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Agama/ keyakinan yang dianut Tn. S adalah islam. Tn. S dan kelurga biasa
menjalankan sholat 5 waktu dan dzikir yang dapat ia lakukan sendiri. Pada
Tn. S saat ini ia mengatakan tidak mampu untuk berjalan jauh sehingga ia
tidak lagi mengikuti kegiatan pengajian, dulu kegiatan keagamaan yaitu
yasinan setiap hari senin di Mushalla yang masih berjalan hingga saat ini.
Menurut Tn. S agama adalah keyakinan yang dianut setiap orang dan kaitan
agama untuk masalah kesehatan memang berhubungan tapi ia lebih percaya
dengan pengobatan medis.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
1) Mampu membina hubungan komunikasi dengan keluarga, teman dan
kelompok sosial seperti dengan tetangga sekitar untuk berkumpul dan
berkomunikasi.
2) Keluarga memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat baik itu sekolah maupun biaya kesehatan
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn. S sudah memiliki 7 orang anak, ketiga anaknnya sudah menikah dan 4
anak belum menikah sehingga keluarga belum dapat menjalankan tugas
perkembangan secara maksimal walaupun sudah ada tiga anak yang
berkeluarga.
c. Riwayat keluarga inti
Dalam tahap perkembangan keluarga Tn. S tidak ada yang mengalami
hambatan dan normal sesuai dengan usianya tidak ada kelainan fisik.
d. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)
Istri : riwayat keluarga istri tidak ada kelainan atau normal berdasarkan
perkembangannya.
Suami ; riwayat keluarga istri tidak ada kelainan atau normal berdasarkan
perkembangannya.

C. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Tipe rumah permanen dengan papan kayu, jenis lantai papan, ukuran rumah
5.6 x 10 meter, di dalam rumah ada ruang tamu, 3 kamar, dapur, tempat
mencuci, namun tidak ada WC dan kamar mandi.
b. Ventilasi dan penerangan
Terdapat jendela di ruang tamu dengan ukuran > 10 % dari luas lantai,
jendela tidak dibuka hanya gorden yang digeser setiap hari dan pintu yang
dibuka untuk cahaya masuk.
c. Persediaan air bersih
Untuk persediaan air dari sungai yang ditampung dalam bak
d. Pembuangan sampah
Tidak ada tempat pembuangan sampah. Sampah biasanya di tumpuk dan di
bakar atau di buang ke sungai.
e. Pembuangan air limbah
Untuk pembuangan air limbah seperti limbah pencucian pakaian dan cuci
piring biasa dibuang ke sungai.
f. Jamban/ WC (tipe, jarak dari sumber air)
Jamban/ WC angsaterine sendiri yang ada didalam rumah sendiri, untuk
jarak sumber air <10 meter.

g. Denah rumah

K. Dapur
Mandi
U
WC

Kamar 2

J
T B

Jendela
Kamar 1

S
Ruang Tamu
Pintu

Jendela

h. Lingkungan sekitar rumah


Kondisi lingkungan sekitar rumah baik, jarak dari rumah Tn. S dengan
tetangga + 2 meter.
i. Sarana komunikasi dan transportasi
Untuk informasi biasa via telepon, sarana trasnportasi yang digunakan
kendaraan motor roda 2.atau kelotok
j. Fasilitas hiburan (TV, radio dll)
Untuk hiburan keluarga biasa dari TV
k. Fasilitas pelayanan kesehatan
l. Disekitar tempat tinggal keluarga ada terdapat pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas pembantu pembantanan. Jarak antara rumah dan Posyandu
adalah sekitar ± 100 m.

D. SOSIAL
a. Karakterisktik tetangga dan komunitas
Tetangga sekitar memiliki empati yang tinggi dan saling bergotong royong
dalam melakukan suatu kegiataan.
b. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga mengatakan rumah yang ditinggali sudah lama dan tidak pernah
berpindah-pindah karena di lingkungan tempat Tn. A tinggal banyak keluarga
lain tinggal yang masih memliki garis hubungan keluarga atau sedarah.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering berkumpul pada sore hari di rumah tetangga dan pada
malam hari mengadakan pengajian 1 minggu sekali.
d. Sistem pendukung keluarga
Pada sistem pendukung keluarga jika ada yang sakit maka keluarga terdekat
yang masih dalam lingkungan yang sama dan sehat akan datang untuk
membantu seperti pada saat Tn. S sakit, anak-anaknya yang terdekat tidak
hanya membantu untuk merawat tapi juga membayar biaya pengobatan.
Selain itu tempat tinggal keluarga Tn. S dekat dengan puskesmas pembantu
jika ada yang sakit cepat mendapatkan pertolongan.

E. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi di dalam keluarga menggunakan bahasa banjar setiap sore dan
malam hari sebelum tidur keluarga Tn. S berkumpul untuk saling
berkomunikasi.
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam pengambilan keputusan Tn. S sebagai kepala keluarga yang paling
berperan dalam pengambilan keputusan tetapi tetap ada musyawarah dan
ada komunikasi dengan anggota keluarga lain yaitu karena lingkungan
tempat tinggal Ny. K memang masih dalam garis satu keluarga
c. Struktur peran (formal dan informal)
Struktur peran dalam mencari nafkah Tn. S tidak dapat sepenuhnya mencari
nafkah karena menderita ambeyen namun dibantu oleh istri / Ny. B dan 2
anaknya yang sudah bekerja
d. Nilai dan norma keluarga
Di dalam keluarga nilai dan norma yang dianut adalah nilai kejujuran dan
rasa tanggung jawab, jika ada kesalahan maka harus dibicarakan dan
bertanggung jawab atas sesuatu yang sudah ditetapkan oleh keluarga.

F. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Kedekatan antar keluarga baik karena didalam keluarga selalu menjalin
komunikasi yang baik dan segala sesuatu selalu diputuskan bersama
sehingga tidak ada masalah hubungan antar keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Untuk fungsi sosialisasi kelurga selalu komunikasi yang baik antar tetangga
atau lingkungan sekitar.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga cukup paham dengan penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang sakit. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka akan diperiksa ke
pelayanan kesehatan yaitu puskesmas pembantu. Jika ada anggota keluarga
yang sakit dengan cara memberikan kompres menyediakan makanan yang
enak dimakan oleh orang sakit dan membelikan obat di puskesmas
pembantu.
d. Fungsi reproduksi
Keluarga sudah tidak lagi merencanakan akan menambah anggota keluarga
karena sudah tua. Jadi, Ny.B tidak menggunakan KB lagi, serta tidak ada
masalah dalam sistem reproduksi.
e. Fungsi ekonomi
Penghasilan keluarga Tn. S + 3.00.000,- dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga setiap harinya. Fungsi ekonomi keluarga Tn. A masuk
kategori keluarga sejahtera III dimana keluarga dapat memenuhi kebutuhan
dasar namun tidak memberikan yang teratur bagi masyarakat sekitar.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka panjang dan jangka pendek
1) Stressor jangka pendek
Biasa dalam keluarga memiliki perencanaan yang akan dilaksanakan
dalam waktu dekat seperti kegiatan yang sudah dilaksanakan setiap
minggunya.
2) Stressor jangka panjang
Dalam perencanaan jangka panjang dalam keluarga biasa memiliki
tabungan dengan menyisihkan penghasilan setiap bulannya untuk
keperluan sekolah dan kesehatan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Jika di dalam keluarga tiba-tiba ada yang sakit maka keluarga
menggunakan simpanan uang yang sudah disiapkan dan keluarga yang
lain akan dikabari dan memecahkan solusi secara bersama-sama.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan dalam keluarga adalah ketika ada
masalah yang terjadi maka keluarga akan mengadakan musyawarah
dengan anggota keluarga yang lain untuk mengambil keputusan
bersama.
d. Strategi adaptasi fungsional
Jika ada masalah dalam keluarga akan dibicarakan secara kekeluargaan
tanpa melakukan kekerasan atau ancaman yang dapat merusak.

H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
1) Tn. S : keadaan umum fisik baik namun Tn. S memiliki keluhan pusing
dan nyeri karena ambeyen
2) Ny. B : Keadaan umum fisik baik, tidak ada kelainan saat dilakukan
pemeriksaan fisik secara umum
3) Tn. P: Keadaan umum fisik baik, tidak ada kelainan saat dilakukan
pemeriksaan fisik secara umum
4) Tn. Y : Keadaan umum fisik baik, tidak ada kelainan saat dilakukan
pemeriksaan fisik secara umum
5) Tn. W: Keadaan umum fisik baik, tidak ada kelainan saat dilakukan
pemeriksaan fisik secara umum
6) Tn. B: Keadaan umum fisik baik, tidak ada kelainan saat dilakukan
pemeriksaan fisik secara umum
b. Keluarga berencana
Untuk program keluarga berencana Tn. S tidak merencanakan anak saja.
c. Imunisasi
Riwayat imunisasi untuk anak-anak Tn. S lengkap
d. Tumbuh kembang
1) Pemeriksaan tumbuh kembang anak
Keluarga tidak memiliki anak dengan tumbuh kembang
2) Pengetahuan orangtua terhadap tumbuh kembang anak
Keluarga tidak mengetahui tentang tumbuh kembang pada anak.

I. HARAPAN KELUARGA
Harapan keluarga terhadap kesehatan adalah mampu mendapatkan kesehatan
baik jasmasi dan rohani dan jika ada anggota keluarga yang sakit dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat agar dapat sembuh dengan
maksimal.
J. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA

No Pemeriksaan Tn. S Ny. B Tn. P Tn. y Tn. W Tn. B


. 1 2 3 4 5 6 7

1. Penampilan Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan


umum baik, umum baik, umum baik, umum baik, umum baik, umum baik,
bersih dan rapi. bersih, rapi bersih dan rapi. bersih dan rapi bersih dan rapi. bersih dan rapi.

2. Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis


3. Tanda-tanda
Vital
140/90 mmHg 120/80 mmHg 120/70 mmHg 120/70 mmHg 120/70 mmHg 110/70 mmHg
a. Tekanan
darah 84x/ menit 81x/ menit 93x/ menit 88x/ menit 88x/ menit 88x/ menit
b. Nadi 18x/ menit 20x/ menit 22x/ menit 21x/ menit 20x/ menit 24x/ menit
c. Resperasi
d. Suhu - - - -
e. Berat
badan 60 kg 52 kg 58 kg 61 kg 62 kg 56 kg

4. Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
a. Bentuk
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
b. Rambut
distribusi distribusi distribusi distribusi distribusi distribusi
c. Kulit
kepala rambut merata rambut merata rambut merata rambut merata rambut merata rambut merata
dan beruban, dan beruban dan hitam, berwarna berwarna berwarna
tidak ada dan panjang tidak ada hitam, tidak hitam, tidak hitam, tidak
kelainan pada dibawah bahu, kelainan pada ada kelainan ada kelainan ada kelainan
kulit kepala pada kulit pada kulit pada kulit
kulit kepala. bersih tidak kulit kepala. kepala. kepala. kepala.
ada kelainan.

5. Mata Bentuk mata Bentuk mata Bentuk mata Bentuk mata Bentuk mata Bentuk mata
simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara
a. Bentuk
kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan,
b. Konjungtiv
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
a
c. Sklera tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
d. Fungsi sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak
penglihata ikterik, fungsi ikterik, fungsi ikterik, fungsi ikterik, fungsi ikterik, fungsi ikterik, fungsi
n penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
baik Tn. S tidak baik Ny. B tidak baik Tn. P tidak baik Tn. Y tidak baik Tn. W baik Tn. B tidak
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan tidak menggunakan
alat bantu alat bantu alat bantu alat bantu menggunakan alat bantu
penglihatan/ penglihatan/ penglihatan/ penglihatan/ alat bantu penglihatan/
kacamata. kacamata. kacamata. kacamata. penglihatan/ kacamata.
kacamata.

6. Hidung Bentuk lubang Bentuk lubang Bentuk lubang Bentuk lubang Bentuk lubang Bentuk lubang
hidung tidak hidung tidak hidung tidak hidung tidak hidung tidak hidung tidak
a. Bentuk
ada kelainan, ada kelainan, ada kelainan, ada kelainan, ada kelainan, ada kelainan,
hidung
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
b. Fungsi
penciuma massa atau massa atau massa atau massa atau massa atau massa atau
n folip, fungsi folip, fungsi folip, fungsi folip, fungsi folip, fungsi folip, fungsi
penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman
baik dan dapat baik dan dapat baik dan dapat baik dapat baik dan dapat baik dan dapat
membedan membedan membedan membedan membedan membedan
bau. bau. bau. bau. bau. bau.
7. Telinga Bentuk telinga Bentuk telinga Bentuk telinga Bentuk telinga Bentuk telinga Bentuk telinga
simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara
a. Telinga kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan,
b. Fungsi tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pendenga kelaianan dan kelaianan dan kelaianan dan kelaianan dan kelaianan dan kelaianan dan
ran fungsi fungsi fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik. baik. baik. baik. baik. baik.
8. Mulut Bentuk mulut Bentuk mulut Bentuk mulut Bentuk mulut
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
a. Bentuk
kelaianan, kelaianan, kelaianan, kelaianan,
b. Bibir
warna bibir warna bibir warna bibir warna bibir
c. Gigi
pink pink, gigi Ny. K pink pink, gigi An. A
kehitaman, gigi masih lengkap kehitaman, gigi masih lengkap
Tn. A masih dan tidak Ny. M tidak dan tidak
lengkap dan menggunakan lengkap hanya menggunakan
tidak gigi palsu. beberapa yang gigi palsu.
menggunakan tertinggal dan
gigi palsu. Ny. M tidak
menggunakan
gigi palsu.

9. Leher Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
a. Bentuk
kelainan atau kelainan atau kelainan atau kelainan atau kelainan atau kelainan atau
b. JVP
benjolan, JVP benjolan, JVP benjolan, JVP benjolan, JVP benjolan, JVP benjolan, JVP
c. KGB
d. Pergeraka (-), tidak (-), tidak (-), tidak (-), tidak (-), tidak (-), tidak
n terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah
bening, bening, bening, bening, bening, bening,
pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
leher baik leher baik leher baik leher baik leher baik leher baik
mampu mampu mampu mampu mampu mampu
menggerakan menggerakan menggerakan menggerakan menggerakan menggerakan
keatas, keatas, keatas, keatas, keatas, keatas,
kebawah, kiri, kebawah, kiri, kebawah, kiri, kebawah, kiri, kebawah, kiri, kebawah, kiri,
kanan maupun kanan maupun kanan maupun kanan maupun kanan maupun kanan maupun
kesamping. kesamping. kesamping. kesamping. kesamping. kesamping.

10. Dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan


dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada
a. Pergeraka
simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara simetris antara
n
kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan,
b. Bunyi
nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas
c. Bunyi bronchial, bronchial, bronchial, bronchial, bronchial, bronchial,
jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2
tunggal. tunggal. tunggal. tunggal. tunggal. tunggal.

11. Abdomen Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk


abdomen abdomen abdomen abdomen abdomen abdomen
a. Bentuk
normal tidak normal tidak normal tidak normal tidak normal tidak normal tidak
b. Bising
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
usus
kelainan baik kelainan baik kelainan baik kelainan baik kelainan baik kelainan baik
massa ataupun massa ataupun massa ataupun massa ataupun massa ataupun massa ataupun
lesi, bising lesi, bising lesi, bising lesi, bising lesi, bising lesi, bising
usus normal usus normal usus normal usus normal usus normal usus normal
8x/ menit. 9x/ menit. 6x/ menit. 8x/ menit. 11x/ menit. 7x/ menit.

12. Ekstremitas Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan


ekstremitas ekstremitas ekstremitas ekstremitas ekstremitas ekstremitas
a. Atas
atas dan atas dan atas dan atas dan atas dan atas dan
b. Pergeraka bawah normal, bawah normal, bawah normal, bawah normal, bawah normal, bawah normal,
n Tn. S mampu Ny. B mampu Tn. P mampu Tn. Y mampu Tn. W mampu Tn. B mampu
c. Bawah menggerakan menggerakan menggerakan menggerakan menggerakan menggerakan
d. Pergeraka dengan baik dengan baik dengan baik dengan baik dengan baik dengan baik
n berdasarkan betdasarkan betdasarkan betdasarkan betdasarkan betdasarkan
e. Kekuatan kemampuanny kemampuanny kemampuanny kemampuanny kemampuanny kemampuanny
otot
a, kekuatan a, kekuatan a, kekuatan a, kekuatan a, kekuatan a, kekuatan
otot 5 (mampu otot 5 (mampu otot 5 (mampu otot 5 (mampu otot 5 (mampu otot 5 (mampu
melawan melawan melawan melawan melawan melawan
tahanan berat) tahanan berat) tahanan berat) tahanan berat) tahanan berat) tahanan berat)
K. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN

No Daftar Masalah Kesehatan

1. Ancaman
Tn. S dan Ny. B memiliki riwayat pendidikan SMP yang setidaknya
tahu bagaimana cara hidup sehat selain itu, rumah keluarga Tn. S
yang tidak jauh dari pelayanan kesehatan harusnya mudah untuk rutin
memeriksakan kesehatan di pelayanan kesehatan. Tn. S yang
menderita hipertensi sejak + 5 tahun tetap harus dikontrol
kesehatannya karena Tn. S juga memiliki kebiasaan merokok bisa
berisiko jatuh saat tanda gejala muncul bahkan yang paling fatal
adalah terjadinya stroke.

2. Kurang/ Tidak Sehat


Kebiasaan keluarga Tn. S yang tidak memiliki pantangan dalam hal ini
makanan hal tersebut bisa menjadi ancaman bagi keluarga apa lagi
menurut penjelasan Tn. S ia menderita penyakit hipertensi saat
usianya yang memang mendekati usia lansia, disamping karena faktor
gaya hidup saat muda dan dewasa yang kurang sehat karena
kebiasaan merokok bisa saja menyebabkan penyakit hipertensi pada
anggota keluarga yang lain.

3. Defisit
Tn. S kadang merasa sakit diarea tengkuk karena gejala yang
ditimbulkan oleh penyakitnya yaitu hipertensi. Keluarga sudah tahu
dengan penyakit Tn. S tetapi menghentikan terapi dan konsultasi
dengan tenaga kesehatan dan kebiasaan Ny. B makan makanan yang
asin dan jarang makan sayur di anggap wajar dan bisa ditoleransi
meskipun hanya sedikit.

Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga

No Kriteria Pengkajian

1. Mengenal  Keluarga mengetahui apa itu tekanan darah


masalah tinggi/ hipertensi
 Keluarga tahu bahwa dari anggota keluarga

23
yang masih sedarah dengan Tn. S juga ada
yang darah tinggi
 Keluarga tahu bahwa makanan yang asin bisa
memperburuk kondisi pada penderita hipertensi
2. Mengambil  Jika gejala muncul maka Tn. S akan istirahat
keputusan yang untuk mengurangi rasa sakitnya
tepat  Jika Tn. S merasa tidak nyaman dengan
kondisinya maka keluarga akan membelikan
obat di puskesmas pembantu
3. Merawat  Jika ada anggota keluarga yang sakit maka Tn.
anggota W lebih memilikii banyak peran untuk merawat
keluarga yang hingga sembuh
sakit atau punya  Karena lingkungan rumah Tn. S adalah
masalah tetangga yang masih dalam hubungan keluarga,
jadi keluarga yang lain juga siap untuk
membantu
4. Memodifikasi  Tidak ada modifikasi lingkungan karena
lingkungan hipertensi yang Tn. S alami akibat kebiasaan
hidup yang kurang tepat.
 Tn. S tidak memiliki riwayat jatuh
5. Memanfaatkan  Fasilitas pelayanan kesehatan kurang
sarana dimanfaatkan dengan baik karena dalam
kesehatan keluarga jika parah saja baru dibawa ke
pelayanan kesehatan.
L. Daftar Masalah

No Data Problem Etiologi

DS : Ketidakefektifan
 Tn. S mengatakan manajemen
memiliki riwayat penyakit kesehatan di
hipertensi keluarga
1.
 Keluarga Tn. S
mengatakan saat ini Tn. S
tidak mengkonsumsi obat-
obatan untuk mengatasi
penyakitnya karena
merasa tidak pernah
parah
 Tn. W mengatakan jika
Tn. S merasa sakit atau
kambuh maka akan
dibelikan obat yang dibeli
di puskesmas pembantu
 Tn. S mengatakan makan
3 kali dalam sehari namun
hanya makan sedikit
sayur, dan untuk lauk
pasti selalu meminta
makanan yang asin meski
hanya sedikit.
DO :

 Keluarga terlihat
kooperatif saat menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh perawat
 Keluarga tampak tahu
bagaimana cara
mengatasi masalah
kesehatan namun karena
kebiasaan jadi sulit untuk
merubah
DS : Perilaku
 Tn. S mengatakan ia kesehatan
memiliki riwayat hipertensi cenderung
 Tn. S mengatakan berisiko
2.
menderita tekanan darah
tinggi sudah lama sekitar
+ 5 tahun
 Tn. S mengatakan
merasa pusing saat terlalu
lama duduk
DO :
 Saat dilakukan
pemeriksaan tekanan
darah didapatkan hasil
: 140/90 mmHg
L. PENAPISAN MASALAH SKORING
1. Diagnosa ketidakefektifan manajemen kesehatan
No Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah 1

- Tidak/kurang sehat 3 3/3 x 1 = 1


- Ancaman kesehatan 2
- Krisis/keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2

- Dengan mudah 2 2/2 x 2 = 2


- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1

- Tinggi 3 2/3 x 1 =
- Cukup 2 2/3
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1

- Masalah berat harus segera ditangani 2 1/2 x 1 =


- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 ½
ditangani
- Masalah tidak rasakan 0
7
Total 36

2. Diagnosa perilaku cenderung beresiko


No Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah 1

- Tidak/kurang sehat 3 2/3 x 1 =


- Ancaman kesehatan 2 2/3
- Krisis/keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2

- Dengan mudah 2 1/2 x 2 = 1


- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1

- Tinggi 3 1/3 x 1 =
- Cukup 2 1/3
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1

- Masalah berat harus segera ditangani 2 0/2 x 1 = 0


- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
- Masalah tidak rasakan 0
7
Total 16
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi
data-data yang ada pada keluarga. mengingat begitu pentingnya pengkajian
maka diharapkan perawat keluarga memahami betul lingkup, metode, alat
bantu, dan format pengkajian yang digunakan.
Secara teori bahwa etiologi untuk penyakit Hipertensi, yang pertama
adalah hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Namun pada kasus penyakit hipertensi yang terjadi pada Tn. S disebabkan
oleh hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hal ini disebabkan karena
pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data pemeriksaan fisik Tn. S TD
140/90 mmHg, BB 60 Kg, Penyebab yang lainnya seperti faktor gaya hidup
yang suka memakan makanan yang asin, jarang makan sayur dan merokok.
Tanda dan gejala Hipertensi secara teori yaitu tengkuk terasa pegal,
wajah merah, gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, mudah marah,
telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah, mata berkunang-
kunang, dan mimisan. Namun yang ditemukan pada kasus keluarga Tn. S
khususnya Tn. S yaitu pada saat dilakukan pengkajian hanya mengeluh

47
pusing tak tertahankan, tengkuk terasa pegal dan nyeri, mata berkunang-
kunang, dan mudah lelah.
Pengkajian keperawatan keluarga menggunakan teori beuty neuman.
Secara teori tidak ada perbedaan dengan pengkajian yang dilakukan di
keluarga Tn.S adapun yang dikaji adalah data umum, riwayat dan tahap
perkembangan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan
koping keluarga, harapan keluarga, data tambahan dan pemeriksaan fisik . 5
tugas keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya adalah kemampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga
mengambil keputusan, kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga, kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, dan
kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah kumpulan pernyataan, uraian dari hasil
wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukan
status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi sampai dengan masalah
aktual. Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga diambil dari 5 tugas
keluarga, maka kesenjangan antara teori dan kasus yang dijumpai pada
keluarga Tn. S berikut ini penulis akan membahas setiap masalah.
Diagnosa keperawatan secara tipologi dalam teori dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu. Actual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Resiko tinggi
adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,tetapi tanda untuk menjadi
masalah kesehatan aktual yang dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapatkan bantuan perawat. Potensial adalah suatu keadaan
sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan. Sedangkan diagnosa yang ditemukan
pada kasus keluarga Tn.S yaitu aktual, ketidakefektifan manajemen
kesehatan dan potensial yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko.

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang pertama adalah penapisan masalah yang perlu
diperhatikan adalah kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah untuk
diubah, potensial masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah. Secara
teori sifat masalah terbagi menjadi tiga yaitu aktual dengan nilai 3, resiko
dengan nilai 2, potensial dengan nilai 1 dan bobot dengan nilai 1. Namun
dikeluarga Tn. S pada diagnosa keperawatan aktual ketidakefktifan
manajemen kesehatan dan potensial yaitu perilaku kesehatan cenderung
beresiko. Intervensi yang bisa dilakukan adalah memberikan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi, penerapan terapi komplementer dan
pengajaran keluarga tentang pengukuran tekanan darah.

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Pelaksanaan secara teori yaitu berdasarkan pelaksanaan yang
mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat, pelaksanaan dilakukan
dengan tetap mempertahankan prioritas masalah, dan kekuatan-kekuatan
keluarga berupa financial, motivasi dan sumber-sumber pendukung lainnya.
Pelaksanaan yang dibuat pada kasus tidak ada perbedaan dengan yang ada
pada teori.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari hipertensi, memotivasi keluarga
untuk menjelaskan kembali pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari
hipertensi. Penerapan terapi komplenter pais bakatul untuk penanganan dari
hipertensi yang terjadi pada Ny. N dan melakukan pengajaran pemeriksaan
tekanan darah pada keluarga Ny.N. mengajak untuk dapat menuju masa
muda sehat dan hari tua nikmat tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM)
dengan perilaku “CERDIK”. “CERDIK” merupakan jargon kesehatan yang
setiap hurufnya mewakili: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang
cukup, dan Kelola stress. Penerapan “CERDIK” dapat mengurangi faktor
resiko dan deteksi dini PTM.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan
dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan di rencana keperawatan.
Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan. Evaluasi
sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa
pada saat melakukan evaluasi terhadap masalah keluarga Tn. S
menggunakan evaluasi formatif dan sumatif dimana evaluasi formatif
diharapakan pada pencapaian tujuan khusus. Pada saat dilakukan evaluasi
formatif keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi, menyebutkan 2
dari 5 penyebab hipertensi,dan 2 dari tanda dan gejala hipertensi, yaitu:
Keluarga Tn. S mengatakan hipertensi adalah tekanan darah tinggi,
penyebab dari hipertensi adalah merokok dan suka makan asin, dan tanda
dan gejala dari hipertensi adalah sakit kepala dan telinga berdengung,
penerapan terapi komplementer dan pengajaran pengukuran tekanan darah
sudah bisa sehingga menyimpulkan rencana sudah tercapai.

F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat
seluruh data yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
perencanaan, tindakan keperawatan dan penilaian keperawatan yang
disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara
moral dan hukum. Melakukan pendokumentasian pada keluarga Tn. S
selama 2 minggu di bagi dalam 6 kali pertemuan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam melakukan pengkajian tidak ditemukannya perbedaan antara
kasus dan teori karena pada saat melakukan pengkajian tahap awal meliputi
kunjungan kedua, dalam pengkajian terhadap etiologi dari penyakit
hipertensi dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan antara teori dan kasus
dimana penyebab dari Hipertensi pada keluarga Tn. S disebabkan oleh atau
hipertensi sekunder dimana mengalami dari faktor gaya hidup dan
keturunan. Sedangkan faktor hipertensi primer tidak ditemukan pada Tn. S,
tanda dan gejala penyakit hipertensi secara teori dan kasus dapat
disimpulkan bahwa gejala yang muncul pada Tn.S hanya pusing , tengkuk
terasa berat dan mata berkunang-kunang, dan mudah lelah. Dalam
pelaksanaan struktur peran keluarga tidak ditemukannya perbedaan karena
keluarga dapat menjalankan peran dan fungsinya masing-masing dengan
baik dan secara fleksibel.
Komplikasi pada Tn. S belum terjadi, hal ini disebabkan karena Tn. S
sering mengkonsumsi obat warung dan dari puskesmas pembantu untuk
komplikasi yang lainnya seperti penyakit jantung koroner, penyakit ginjal
kronik dan gagal ginjal terminal, stroke, kebutaan tidak ditemukan pada Tn.
S.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan asuhan keperawatan diatas, beberapa saran yang
dapat penulis sampaikan adalah:
1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, mahasiswa atau perawat
hendaknya tetap mempertahankan dan mengupayakan pendekatan
keluarga yang optimal baik secara pisikososial, spiritual, dan tindakan
yang di lakukan perlu memperhatikan sumberdaya dan sumber dana
2. Yang ada pada keluarga. Perawat dapat mendokumentasikan dalam
peoses keperawatan keluarga agar setiap perawat dapat melanjutkan
asuhan keperawatan yang di berikan.
3. Dalam memberi asuhan keperawatan, mahasiswa hendaknya mampu
membina kerja sama denga keluarga melalui dari pengkajian sampai
evaluasi untuk lebih dipertahankan dan di pertingkatkan, Mahasiwa
diharapkan dapat membantu masalah kesehatan yang ada pada
masyarakat yang mengalami masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. 2010. Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta. CV. Sagung Seto.

APD Salvari, G , 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan.


Keluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto.

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik


dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media
.
Friedman.2012.Keperawatan keluarga.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Faqih, R. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Malang

Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit Dalam. Cetakan Ketiga. Yogyakarta : Nuha Medika

Murwani, A. (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jogyakarta : Mitra


Cendekia

Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi Edisi II.
Jakarta: Salemba Medika.
Padila. (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Harmoko. 2012 . Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Hernani, Yessy. Axmalia, Astri. 2017. Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air
Hangat Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia. Jurnal
Kesehatan Komunitas. Vol. 2 (3)

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Jakarta

Setiawati, Santun.2009. Penuntun Praktis : Asuhan Keperawatan Keluarga, Ed.2.


Jakarta:Trans Info Media.2
Suprajitno.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan keluarga. Jakarta: EGC

Shanty, Meita. (2011). Silent Killer Diseases: Penyakit yang Diam-diam


Mematikan. Yogyakarta: Javalitera.
PRE PLANNING KUNJUNGAN 1
ASUHAN KELUARGA PADA TN. S DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KECAMATAN
SUNGAI TABUK

Pokok bahasan : BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya)


Sub pokok bahasan : Memperkenalkan diri pada klien serta menjelaskan
maksud dan tujuan.
Waktu : 30 Menit
Tempat : Rumah Tn. S RT 02 Desa Pembantanan
Hari/ tanggal : Rabu, 20 Nopember 2019
Pukul pelaksanaan : 14.00 WITA – Selesai

A. Latar Belakang
Kepercayaan merupakan suatu hal yang sulit untuk diciptakan antara
individu satu dengan individu lain. Sulit untuk diciptakan antara individu satu
dengan yang lain. Butuh sebuah perjuangan untuk menciptakan sebuah
kepercayaan orang lain terhadap diri kita sendiri. Terlebih lagi jika
kepercayaan tersebut ingin kita dapatkan dari orang yang sebelumnya tidak
kita kenal. Namun kepercayaan bisa kita dapatkan jika diantara individu
terdapat komunikasi yang meyakinkan .Pada saat ini masih banyak orang-
orang yang tidak bias menjaga sebuah kepercayaan. Hal ini disebabkan
karena kurangnya komunikasi dan rasa mempercayaiapa yang dikatakan
orang lain.
Keluarga merupakan sub system komunitas sebagai system sosial yang
bersifat unik dan dinamis. Memberikan alasan mengapa keluarga menjadi
penting karena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan kesehatan
seperti individu.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan
keluarga binaan.
2. Tujuan khusus
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Membuat kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
C. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Tn. S
Target : Tn. S (59 Tahun)

E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop

F. Strategi Pelaksanaan
Hari/tanggal : Rabu, 20 Nopember 2019
Waktu : 30 menit
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 menit) 2. Menjelaskan tujuan
2. Interaksi 1. Memperkenalkan diri kepada keluarga
(20 menit)
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
(5 menit) 2. Salam penutup

G. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa

: Tn. S

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali mahasiswa
b. Keluarga mampu memahami maksud dan tujuan kedatangan
mahasiswa.
Lampiran foto kunjungan pertama

LEMBAR KUNJUNGAN

NO NAMA TTD

10
PRE PLANNING KUNJUNGAN 2
ASUHAN KELUARGA PADA TN. S DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KECAMATAN
SUNGAI TABUK
Pokok bahasan : Pengkajian Fisik
Sub pokok bahasan : Mengkaji Seluruh Anggota Keluarga
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Tn. S Desa Pembantanan
Hari/ tanggal : Kamis, 21 Nopember 2019
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai

I. Latar Belakang
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan,
untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Menurut Yura dan
Walsh (1998) tindakan pemantauan secara langsung pada manusia untuk
memperoleh data tentang klien dangan maksud menegaskan kondisi penyakit
dan masalah kesehatan. Pengkajian model menurut Friedman keluarga
sebagai system sosial, merupakan kelompok kecil dari masyarakat
Keluarga telah lama dipandang sebagai suatu lingkup yang paling vitas
bagi tumbuh-kembang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting pada
pembentukan identitas dan rasa percaya diri sesorang. Terdapat suatu
keterkaitanyang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya,
sehingga peran keluarga amat penting dalam setiap aspek pelayanan
kesehatan individu anggota keluarganya, mulai dari tahap promosi kesehatan
hingga dalam tahap rehabilitasi. Pengkajian dari pemberian layanan
kesehatan keluarga adalah hal penting dalam membantu tiap anggota
mencapai tingkat kesejahteraan yang optimum(Gillis Davis, 1993).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling
bergantungan satu sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara
sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke
tahap yang lain. Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan
metode :Wawancara, Observasi/pengamatan, Pemeriksaan fisik dari anggota
keluarga, serta Data sekunder/studi dokumentasi.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.

J. Tujuan
3. Tujuan umum
Melakukan pengkajian kepada seluruh keluarga binaan.
4. Tujuan khusus
a. Mengkaji Data Umum keluarga
b. Mengkaji riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Mengkaji lingkungan
d. Mengkaji sosial
e. Mengkaji struktur keluarga
f. Mengkaji fungsi keluarga
g. Mengkaji stress dan koping keluarga
h. Mengkaji riwayat kesehatan keluarga
i. Mengkaji harapan keluarga
j. Mengkaji pemeriksaan fisik keluarga
k. Menentukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjut nya

K. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab

L. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Tn. S
Target : Tn. S (59 Tahun)

M. Media dan Alat


1. Stetoskop
2. Spygmomanometer
3. Thermometer
4. Penlight
5. Jam Tangan
6. Timbangan

N. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Kamis, 21 Nopember 2019
Pukul pelaksanaan : 17.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 3. Menyampaikan salam
(5 menit) 4. Menjelaskan tujuan
2 Interaksi 2. Mengkaji keluarga
(20 menit)
3 Terminasi 3. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
(5 menit) 4. Salam penutup

O. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa

: Tn. S`

P. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali masalah yang dialami keluarga
Lampiran foto kunjungan kedua

LEMBAR KUNJUNGAN

NO NAMA TTD

10
PRE PLANNING KUNJUNGAN 3
ASUHAN KELUARGA PADA TN. S DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KECAMATAN
SUNGAI TABUK

Pokok bahasan : Menetapkan intervensi asuhan keperawatan keluarga


Sub pokok bahasan : Penyampaian dan mendiskusikan dengan keluarga
: tentang rencana-rencana yang akan dilakukan pada saat
: implementasi serta menentukan kegiatan yang dapat
: dilakukan bersama untuk menangani masalah yang
: ditemukan setelah pengkajian pada keluarga selama
: melakukan asuhan keperawatan keluarga.
Waktu : 30 Menit
Tempat : Rumah Tn. S RT 02 Desa Pembantanan
Hari/ tanggal : Jumat, 22 Nopember 2019
Pukul pelaksanaan : 14.00 WITA – Selesai

Q. Latar Belakang
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009) .Perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun
harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
R. Tujuan
5. Tujuan umum
Keluarga dan mahasiswa dapat menetapkan intervensi asuhan
keperawatan keluarga untuk penaganan masalah hipertensi.
6. Tujuan khusus
a. Keluarga mampu menentukan intervensi untuk penanganan hipertensi.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi penaganan
hipertensi.
c. Keluarga dan mahasiswa menentukan kontrak waktu untuk pertemuan
yang ke 4
S. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab

T. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Tn. S
Target : Tn. S (59 Tahun)

U. Media
3. Sphygmomanometer
4. Stetoskop

V. Strategi Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 22 Nopember 2019
Waktu : 30 menit
No Tahap Kegiatan
1. Pra interaksi 1. Menyampaikan salam
( 5 menit ) 2. Mengulangi kontrak yang telah
disepakati
3. Menjelaskan tujuan
4. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang kegiatan
( 30 menit ) selanjutnya
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
5. Memberikan reinforcemant positif atas
jawaban keluarga yang benar
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti
8. Menanyakan kembali hal-hal yang
telah didiskusikan
9. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban yang benar
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
( 5 menit ) 2. Salam penutup

W. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa

: Tn. S

X. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
c. Menyiapkan pre planning
d. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
b. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
c. Keluarga mampu mengenali mahasiswa
d. Keluarga mampu memahami maksud dan tujuan kedatangan
mahasiswa.
66

Lampiran foto kunjungan pertama

LEMBAR KUNJUNGAN

NO NAMA TTD

10
67

PRE PLANNING KUNJUNGAN 4


ASUHAN KELUARGA PADA TN. S DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KECAMATAN
SUNGAI TABUK

Pokok bahasan : Implementasi


Sub pokok bahasan : Implementasi inilah yang menentukan apakah masalah
dalam keluarga akan dapat terselesaikan atau tidak.
Dalam menentukan implementasi disesuaikan dengan
masalah keperawatan yang muncul dan intervensi yang
telah ditetapkan
Waktu : 30 Menit
Tempat : Rumah Tn. S RT 02 Desa Pembantanan
Hari/ tanggal : Sabtu, 23 Nopember 2019
Pukul pelaksanaan : 14.00 WITA – Selesai

Y. Latar Belakang
Implementasi merupakan langkah kedua dari tahap proses keperawatan.
Implementasi inilah yang menentukan apakah masalah dalam keluarga akan
dapat terselesaikan atau tidak. Dalam menentukan implementasi disesuaikan
dengan masalah keperawatan yang muncul dan intervensi yang telah
ditetapkan.
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu
sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding
pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu
ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung
(misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya
tahan pembuluh darahnya.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 Nopember 2018 jam :
15.00 WITA pada keluarga didapatkan data bahwa Tn. S mengalami
hipertensi. Keluhan yang dirasakan Tn. S adalah pusing dan leher bagian
belakang. Saat ini Tn. S hanya minum obat yang dibeli dari puskesmas
pembantu untuk mengobati sakit yang di alami.
Dengan adanya masalah diatas maka perlu dilakukan tindakan
keperawatan berupa pendidikan kesehatan tentang masalah hipertensi agar
68

keluarga biasa mengambil keputusan dan tidak terjadi komplikasi yang tidak
diharapkan.

Z. Tujuan
7. Tujuan umum
Keluarga dapat mengetahui masalah penyakit hipertensi
8. Tujuan khusus
a. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
hipertensi
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang tepat untuk penderita
hipertensi
e. Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat untuk
mengatasi masalah hipertensi

AA. Metode Pelaksanaan


Ceramah dan Tanya jawab

BB. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Tn. S
Target : Tn. S (59 Tahun)

CC. Media
5. Sphygmomanometer
6. Stetoskop

DD. Strategi Pelaksanaan


Hari/tanggal : Sabtu, 23 Nopember 2019
Waktu : 30 menit
No Tahap Kegiatan

1. Pra interaksi 1. Menyampaikan salam


2. Mengulangi kontrak yang telah
(5 menit)
disepakati
69

3. Menjelaskan tujuan
4. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang hipertensi baik
pengertian, penyebab, tanda dan
(20 menit)
gejala, komplikasi, pengobatan
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Mengajarkan ke keluarga tentang
pengukuran tanda-tanda vital
5. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
6. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang benar
7. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
8. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti
9. Menanyakan kembali hal-hal yang
telah didiskusikan
10. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban yang benar
3. Terminasi 1. Memberikan pujian dan mengucapkan
terimakasih
( 5 menit )
2. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
3. Salam penutup

EE. Setting Tempat


Keterangan :
A : Mahasiswa

: Tn. S
70

FF. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
e. Menyiapkan pre planning
f. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
c. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
e. Keluarga mampu mengenali mahasiswa
f. Keluarga mampu memahami maksud dan tujuan kedatangan
mahasiswa.

LEMBAR KUNJUNGAN

NO NAMA TTD

10
71

SATUAN ACARA UJIAN (SAP)

Topik :Terapi Komplementer Puding Daun Sirsak


Sub Topik : Puding Daun Sirsak
Sasaran : Tn. S
Tempat : Rumah Tn. S di RT 02 Desa Pembantanan
Penyuluh : Made Aste Purane
Hari/Tanggal : Rabu/27 Nopember 2019
Waktu : 1x30 Menit

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan 1x30 menit Tn. S mengetahui pudding
daun sirsak baik untuk menurunkan tekanan darah terhadap Tn. S.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit di harapkan Tn. S
mampu:
1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan tanda-gejala hipertensi
3. Menjelaskan pudding daun sirsak yang diperlukan
4. Menjelaskan cara pembuatan pudding daun sirsak.

B. MATERI
Materi penyuluhan yang akan di sampaikan meliputi:
1. Pengertian pudding daun sirsak
2. Tanda-gejala pudding daun sirsak
3. Cara membuat pudding daun sirsak

C. MEDIA
1.

D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
72

E. SETTING TEMPAT
Penyuluh
Penguji

Peserta

F. PENGORGANISASIAN
Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan
dari
awal sampai akhir.
G. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam

( 2 Menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan

3.Mengenali pengetahuan hipertensi Memperhatikan

4.Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Menjawab pertanyaan

5. Membuat kontrak waktu 4. Mendengarkan dan

Memperhatikan

5. Menyetujui kontrak waktu

2. Kegiatan inti 1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Mendengarkan dan


hipertensi, tanda-gejala,cara
( 20 Menit) Memperhatikan
mengurangi
2. Memberikan kesempatan untuk penjelasan penyuluh
bertanya
2. Aktif bertanya
3. Menjawab pertanyaan peserta
3. Mendengarkan
73

3. Penutup 1. Menyimpulkan materi yang 1. Mendengarkan dan


memperhatikan
( 2 Menit) disampaikan oleh penyuluh
2. Menjawab pertanyaan yang
2. Mengevaluasi peserta atas di berikan
3. Menjawab salam
penjelasan yang disampaikan

dan penyuluh menanyakan

kembali mengenai materi

penyuluhan

3. Salam penutup

H. EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. Persiapan materi
b. Persiapan alat yang akan di gunakan
c. Persiapan SAP
d. Kontrak waktu
e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah Tn. S
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang di
sampaikan
c. Selama penyuluhan aktif menjawab pertanyaan yang di ajukan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menjelaskan pengertian hipertensi
b. Peserta mampu tanda-gejala hipertensi
c. Peserta mampu menjelaskan acara hipertensi
74

SOP Pembuatan Puding daun sirsak

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. panci
b. Kompor Gas
c. Sendok

2. Bahan
a. gula pasir 125 gr
b. agar-agar bubuk 2 bungkus
c. rebusan air daun sirsak
d. 5-10 lembar daun sirsak muda
e. Air bersih 800 ml

B. Tahap Pembuatan
1. Siapkan panci lebih dahulu. Rebus daun sirsak sampai berubah warna
menjadi lebih kekuningan
2. Sipkan air daun sirsak di dalam panci dan masukan bubuk agar-agar
3. Gunakan nyala api sedang pada kompor Anda. Aduk adonan perlahan-
lahan sampai mendidih.
4. Matikan api kompor lalu tuang cairan rebusan adonan ke dalam cetakan.
5. Biarkan dulu adonan puding selama 30 menit.
6. Bila adonan sudah dingin, masukkan ke dalam kulkas atau langsung di
makan.
7. Saat adonan sudah mengeras, maka puding daun sirsak siap
dihidangkan.
75

LEMBAR BALIK
76
77

Anda mungkin juga menyukai