Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS

ASMA BRONCHIALE

DIWILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Komunitas dan


Keluarga Program Profesi Ners

DISUSUN OLEH:
Yumi Baida Rahmah
11194692010087

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


ADREGAT HIPERTENSI PADA KELUARGA NY. S

NAMA MAHASISWA : Yumi Baida Rahmah

NIM : 11194692010087

Banjarmasin, Oktober 2020

Menyetujui

Puskesmas Terminal Program Studi Profesi Ners

Universitas Sari Mulia

Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

dr. Hj. Hidayati Angga Irawan,Ns., M.Kep

NIP. 198009172011012002 NIK. 11166092011044

DAFTAR ISI

ii
Halaman

COVER............................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan........................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................. 4

A. Konsep Keluarga........................................................................... 4

1. Definisi Keluarga........................................................................ 4

2. Struktur Keluarga....................................................................... 4

3. Tipe Keluarga............................................................................ 5

4.Tugas dan Fungsi Keluarga........................................................ 8

5. Keluarga Sebagai Suatu Sistem................................................ 8

6. Perkembangan Keluarga........................................................... 8

C. Konsep Hipertensi.........................................................................19

1. Definisi Hipertensi......................................................................19

2. Klasifikasi Hipertensi.................................................................. 19

3. Etiologi Hipertensi...................................................................... 21

5. Manisfestasi Klinis..................................................................... 24

6. Pemeriksaan Diagnostik............................................................ 26

7. Penatalaksanaan....................................................................... 26

BAB III ASUHAN KEPRAWATAN KELUARGA.............................................. 27

iii
I. Pengkajian Keperawatan..................................................................... 27

A. Data Keluarga................................................................................ 23

B. Riwayat dan Tahap perkembangan............................................... 26

C. Pola Pengambilan Keputusan........................................................ 30

D. Kebiasaan Keluarga...................................................................... 29

E.Struktur Keluarga............................................................................ 29

F. Fungsi Keluarga............................................................................. 33

G. Stress dan Koping Keluarga.......................................................... 35

H. Faktor dan Lingkungan Keluarga................................................... 36

I. Pemeriksaan Fisik........................................................................... 37

J. Analisa dan Diagnosa Keperawatan............................................... 42

K. Perencanaan.................................................................................. 44

L. Perencanaan Keperawatan Keluarga............................................. 47

M. Implementasi dan evaluasi............................................................ 52

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 67

Daftar Pustaka................................................................................................. 69

LAMPIRAN-LAMPIRA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di Indonesia banyak sekali orang yang mengalami tekanan darah
tinggi dan jumlahnya terus bertambah bahkan tidak jarang tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi sehingga menyebabkan
kematian. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang di tunjukan
oleh angka sistolik dan angka diastol pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah (Wahdah 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun
2012 sedikitnya sejumlah 839 juta kasus Hipertensi, dan diperkirakan
menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total
penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada wanita 30% di
banding pria 29%. Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama
di negara-negara berkembang sedangkan menurut American Heart
Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun
menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun
hamper sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi
merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hamper sama dengan gejala penyakit lainnya.
Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet
(vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes, 2014).
Indonesia menduduki urutan ke 10 negara dengan prevalensi
hipertensi tertinggi di dunia, sedangkan di provinsi Kalimantan selatan
(30,8 %), Kalimantan timur (29,6%) dan jawa barat (29,4%) (Riskesdas,
2013). Sedangkan menurut dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan,
penyakit tidak menular pada tahun 2014 terdapat sebanyak 78,503
hingga pada tahun 2016 meningkat sebanyak 80,849 kasus hipertensi
menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di kota
Banjarmasin pada tahun 2018.
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan atau
masalah besar di Indonesia. Maka perlu adanya peran keluarga di dalam

1
2

melakukan asuhan pada keluarga hipertensi. Asuhan keperawatan


keluarga ialah dengan membina hubungan kerjasama yang baik dengan
keluarga yaitu dengan menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat
untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga,
menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan
yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan
keluarga (Effendi, 2004)
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaksanakan pada tanggal 14-
16 Desember 2018 di wilayah RT 08 Desa Simpang Layang kelurahan
Sei Lulut. Pada saat pendataan tekanan darah Ny. N adalah
160/120mmHg. Ny. N sering mengeluh sakit kepala dan tegang pada
tengkuk leher dan Ny. N mengatakan jarang sekali untuk periksa
kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat, maka dari itu saya tertarik
untuk mengakat Ny. N sebagai keluarga binaan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan asma
bronchial.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang konsep asuhan keperawatan keluarga
b. Melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan
asma bronchial
c. Mengidentifikasi tentang masalah kesehatan dengan asuhan
keperawatan keluarga dengan asma bronchial
d. Melakukan intervensi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan asma bronchial
e. Melakukan implementasi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan asma bronchial
f. Melakukan evaluasi keperawatan asuhan keperawatan keluarga
dengan asma bronchial.
3

C. Manfaat
1. Teoritis
Teori asuhan keperawatan ini menggunakan konsep teori dari Betty
Neuman yaitu konsep ‘’Healt Care System’’. Hasil penulisan ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi
dalam bidang keperawatan keluarga tentang asuhan keperawatan
keluarga dengan asma bronchial.
2. Praktis
a. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanakan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada
keluarga asma bronchial.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiataan proses belajar tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan asma bronchial yang dapat
digunakan acuan bagi praktik mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalaman khususnya dibidang keluarga dan komunitas pada
keluarga dengan asma bronchial.
d. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang asma
bronchial beserta penatalaksanaannya
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Harmoko (2012), banyak definisi yang diuraikan tentang
keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Keluarga
adalah kumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
2. Struktur Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi struktur
keluarga sebagai berikut :
a. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
1) Struktur peran keluarga
2) Nilai atau norma keluarga
3) Pola komunikasi keluarga
4) Struktur kekuatan keluarga
b. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi dimana masing-masing
anggota. Keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing
dapat tercapai.
2) Keterbatasan dalam mencapai tujuan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing - masing sehingga dalam berinteraksi tidak
bisa semena-mena.
3) Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan
fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah
sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-
anak.

4
5

3. Tipe Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi tipe
keluarga sebagai berikut:
a. Tipe tradisional
1) The nuclear family
Keluarga yang terdiri dari suami - istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami, istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami isteri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childress family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada
wanita.
5) The extenden family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi.
6) The single – parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal ini
terjadi melalui proses perceraian atau kematian.
7) Commuter family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
dengan keluarga saat akhir pekan.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin network family
Ini adalah keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti
yang tinggal dalam satu rumah yang saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama
seperti dapur, kamar mandi, TV, telpon dan lain-lain.
6

10) Blanded family


Keluarga yang di bentuk oleh duda atau janda yang menikahi
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) Single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan seperti perceraian atau
ditinggal mati.
b. Tipe non tradisional
1) The unmarried teenage mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dengan hubungan tanpa nikah.
2) The stepparents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
sama hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama:
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
4) The non marital heteroseksual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana seorang suami-isteri.
6) Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexsual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
7

menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,


pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anak-anaknya.
9) Foster family
Keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homells family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi atau problem kesehatan metal.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mrmpunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal.
4. Peran keluarga dan perawat keluarga
Peran perawat keluarga menurut Murwani (2009) dalam Nugroho
2014, adalah sebagai berikut:
a. Pendidik
b. Koordinator
c. Pelaksana
d. Pengawasan kesehatan
e. Konsultan (penasehat)
f. Kolaborasi
g. Fasilitator
h. Penemu kasus.
5. Fungsi keluarga
Fungsi keuarga menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno tahun
2014 sebagai berikut :
a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan
gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman
bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga,
8

memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta


memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing, dan meneruskan nilai-nilai
budaya.
d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pendidikan, ketrampilan, serta mendidik anak sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
6. Tugas keluarga
Menurut Murwani (2009), tugas kesehatan keluarga sebagai
berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan, menciptakan suasana rumah yang
sehat.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
ada.
7. Tahap perkembangan keluarga
Menurut Mubarak (2009), tahap perkembangan keluarga terdiri
dari 8 tahap perkembangan sebagai berikut:
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru.
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berusia
30 bulan (2,5 tahun).
b. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
9

c. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah


Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
d. Tahap V keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
berakhir pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya.
e. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
f. Tahap VII keluarga usia pertengahan
Tahapan dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal.
g. Tahap VIII keluarga usia lanjut
tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai
keduanya meninggal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, pengkajian
adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara
garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga
adalah:
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,
komposisi keluarga, status imunisasi dan genogram 3
generasis
2) Tipe keluarga.
3) Suku bangsa.
4) Agama.
5) Status sosial ekonomi keluarga.
6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang.
10

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi dan kendalannya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan
keluarga inti meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga dan sumber
pelayanan yang digunakan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, orang tua, dan hubungan masa
silam dengan kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Meliputi: gambaran tipe tempat tinggal, denah rumah, sanitasi,
pengcahayaan, kerapian.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal,
meliputi: tipe, keadaan, sanitasi, perusahaan, sarana sosial,
kejahatan.
3) Mobilitas geografi keluarga
Menjelaskan lama keluarga tinggal di daerah ini.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan perkumpulan yang diikuti.
5) System pendukung keluarga, meliputi: jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas kesehatan, jaminan kesehatan
yang dimiliki.
d. Struktur keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Struktur peran keluarga
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik di keluarga atau
masyarakat.
2) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
11

3) Pola komunikasi keluarga


Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi,
siapa pengambil keputusan utama, dan bagai mana peran
anggota keluarga dalam mencapai komunikasi.
4) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku
yang berhubungan dnengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status social.
3) Fungsi sosialisasi.
4) Fungsi pemenuhan kesehatan.
5) Fungsi religious.
6) Fungsi rekreasi.
7) Fungsi reproduksi.
8) Fungsi afeksi..
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian lebih 6 bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor, mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap
stressor.
4) Strategi koping yang digunakan, bila keluarga menghadapi
masalah.
5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
masalah.
g. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
dilakukan tidak beda pada pemeriksaan fisik di klinik.
12

h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa
keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat, yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasar data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen
diagnose keperawatan meliputi Problem atau masalah, Etilogi atau
penyebab, dan Sign atau tanda yang dikenal dengan PES.Tipologi
dari diagnosa keperawatan :
a. Diagnosa aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, di mana masalah kesehatan memerlukan
bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada diagnosa
aktual, faktor yang berhubungan merupakan etiologi. Secara
umum faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosa
keperawatan keluarga adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi)
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
3) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga,
baik finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik,
dan psikologis) terhadap tugas kesehatan keluarga.
b. Diagnosa risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan,tapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual
apabila tidak segera mendapat bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan.
13

c. Diagnosa potensial (keadaan sejahtera atau weelness)


suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera,
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan, diagnosa keperawatan
sejahtera tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan.
Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada
Asma bronchial mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu :
1) Adanya resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan keluarga
3) Sakit kepala, Nyeri akut b/d ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
4) Perubahan nutrisi b/d ketidakmampuan keluarga menegenal
masalah kesehatan
5) Kurang pengetahuan tentang hipertensi b/d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
14

Tabel 2.4 Penentuan prioritas masalah dan skoring

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah 1
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2

 Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1

 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
 Tinggi 3
 Cukup 2

 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus segera ditangani 2
 Ada masalah tetapi tidak perlu Segera
ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan 0
Sumber: Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan


dengan cara berikut ini:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.

Skor

X Bobot
Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,


sama dengan seluruh bobot empat kriteria yang dapat
mempengaruhi penentuan prioritas masalah.
1) Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam
tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi,
karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera
dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh
keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang
15

paling sedikit atau rendah karena faktor kebudayaan biasanya


dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi
masalah dengan baik.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah jika
ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skore kemungkinan masalah
dapat diperbaiki adalah:
a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah.
b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam
fisik, keuangan, atau tenaga.
c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam
bentuk pengetahuan, ketrampilan, dan waktu.
d) Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam bentuk
fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat.
3) Potensi masalah bila dicegah
Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul
dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah
bisa dicegah adalah sebagai berikut:
a) Masalah yang berkaitan dengan beratnya penyakit atau
masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan
mengubah masalah. Umumnya makin berat masalah
tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah
atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah
yang akan timbul.
b) Lamanya masalah Hal ini berkaitan dengan jangka waktu
terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah
mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah
bila dicegah.
c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka
atau rawan. Adanya kelompok tersebut pada keluarga
akan me nambah potensi masalah bila dicegah.
4) Menonjolnya masalah
16

Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah


mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah
untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan
skor pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini,
jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk
menangani segera, maka harus diberi skor yang tinggi
(Suprajitno, 2014)
3. Intervensi
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, apabila masalah
kesehatan maupun masalah keperawatan telah teridentifikasi, maka
langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan sesuai
dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat
untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana
keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam
mencapai tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga
diantaranya:
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan
dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah
instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat dengan keluarga. Hal ini sesuai
dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan
untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini
selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota
tim kesehatan lainnya. Selain itu dengan rencana tertulis akan
membantu mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
17

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses


keperawatan keluarga di mana perawat mendapatkan kesempatan
untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat. Guna membangkitkan minat keluarga
dalam berprilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami
teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup
hal-hal di bawah ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga, dan mendiskusikan setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,
penggunaan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi
keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga dan membantu keluarga cara menggunakan
fasilitas tersebut.
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan,
tahap penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak atau
belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
18

Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang


diberikan, baik pada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang akan
dicapai.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat
berhubungan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung pada
dimensi evaluasi yang diinginkan.
d. Tentukan metode dan teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-
sumber data yang diperlukan.
e. Bandingkan dengan keadaan yang nyata (sesudah
perawatan) dengan kriteria dan standar evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang optimal
atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu
ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan
tidak tepat, atau kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak
dapat diatasi.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral bukan sesuatu yang berbeda
dari metode problem-solving. Dokumentasi keperawatan mencakup
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, intervensi. Perawat
kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut
kepada profesi kesehatan lainnya. Kekurangan dalam
pendokumentasian proses keperawatan meliputi penggunaan
terminology dan cara pendokumentasian yang tidak standar yang tidak
menunjukkan adanya suatu perbedaan asuhan keperawatan yang
kompleks (Nursalam 2009).

C. Konsep Penyakit
1. Pengertian Asma Bronchial
19

Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan


akibat penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel
(penyempitan dapat hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh
episode obstruksi  pernafasan diantara dua interval asimtomatik
(Djojodibroto, 2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada
paru, karena adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang
bersifat reversible, peradangan pada jalan nafas, dan peningkatan
respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan hiperresponsivitas,
obstruksi pada saluran nafas bisa disebabkan oleh spasme/ kontraksi
otot polos bronkus, oedema mukosa bronkus dan sekresi kelenjar
bronkus meningkat (Putri & Sumarno, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma
bronchial adalah penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena
adanya  penyempitan saluran nafas yang mengakibatkan sesak nafas
dimana fase inspirasi lebih pendek dari fase ekspirasi dan diikuti oleh
bunyi mengi (wheezing).
2. Klasifikasi
Menurut Djojodibroto (2017) Ada 2 penggolongan besar asma
bronchial, yaitu :
a. Asma bronchial yang berkaitan dengan penderita yang mempunyai
riwayat pribadi atau riwayat keluarga dengan kelainan atopik.
Dapat disebut asma ekstrinsik (asma alergik) yaitu asma yang
mulai terjadi saat kanak-kanak, kadar IgE serum meningkat,
mekanisme terjadinya berkaitan dengan sistem imun.  
b. Asma bronchial pada penderita yang tidak ada kaitannya dengan
diatesis atopik. Asma ini golongkan sebagai asma instrinsik atau
asma idiosinkratik yaitu asma yang terjadi saat dewasa, kadar IgE
normal dan bersifat Non-imun.

3. Etiologi
20

Penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri (2013) adalah


sebagai berikut :
a. Alergen, bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan
jumlah alergen yang sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
b. Infeksi saluran pernafasan Infeksi saluran pernafasan biasanya
disebabkan oleh virus respiratory synchyhal virus (RSV) dan virus
para influenza.
c. Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok,
bau asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
d. Refleks gastroesopagus Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung
dapat memperberat  penyakit asma.
e. Psikologis Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan
respon tubuh sehingga mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang
akan menimbulkan asma bronkiale.
4. Tanda dan gejala
Menurut Putri & Sumarno, 2013 manifestasi klinik untuk asma  bronkial
adalah sesak nafas mendadak disertai inspirasi yang lebih  pendek
dibandingkan dengan fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing),
batuk yang disertai serangan sesak nafas yang kumat-kumatan.
5. Komplikasi
Komplikasi pada asma bronchial adalah pada Status asmatikus
merupakan asma yang lama dan hebat dan tidak  berespon terhadap
terapi rutin. status asmatikus dapat menyebabkan gagal napas dengan
hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. Intubasi endotrakea, ventilasi
mekanis, dan terapi obat agresif dapat diperlukan untuk
mempertahankan jiwa. Selain gagal nafas akut, komplikasi lain terkait
status asma, antara lain dehidrasi, infeksi pernafasan, atelektasis,
pneumotoraks, dan kor pulmonale (Priscilla, Karen, Gerene, 2016).
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mubarak, Chayatin, dan Susanto (2015) pemeriksaan
diagnostik pada pasein asma bronchial yaitu :
21

a. Pemeriksaan laboratorium dapat dilihat leukosit dengan netrofil


yang meningkat menunjukkan adanya infeksi, eosinofil darah
meningkat > 250/mm
b. Pemeriksaan radiologi pada asma bronchial akan ditandai dengan
adanya hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar (wijaya & putri,
2013)
c. Uji kulit dilakukan untuk menunjukan adanya antibody IgE
hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
7. Pencegahan
a. Buat rencana aksi asma
Setiap pasien dengan kondisi ini dianjurkan untuk menentukan
rencana perawatan bersama dokter dan tim kesehatan lainnya. Ini
disebut rencana aksi asma. Dokter akan membantu dalam menent
ukan jenis obat dan perawatan yang sesuai dengan kondisi Anda.
Pastikan Anda mengikuti rancangan perawatan tersebut supaya
kambuhnya gejala dapat dicegah. 
b. Menghindari faktor pemicunya
Seseorang akan mengalami serangan gejala bila terpapar
pemicunya. Maka dari itu, kenali hal-hal apa saja yang dapat
memicu kekambuhan gejala Anda.
Beberapa faktor pemicu yang paling umum adalah paparan zat
iritan dari asap rokok, polusi udara, bahan kimia dalam produk
rumah tangga hingga bulu binatang dan serbuk sari. 
c. Rutin cek fungsi paru-paru
Rutin mengecek fungsi paru-paru dengan peak flow meter juga
bisa jadi cara mencegah kekambuhan serangan. Peak flow
meter membantu mengukur jumlah aliran udara dalam napas
penderita sehingga akan memudahkan penanganan sebelum
gejalanya memburuk.Di sisi lain ini alat ini pun dapat membantu
mengenali pemicunya sehingga penderita dapat menghindarinya. 
d. Minum obat sesuai yang dianjurkan dokter
22

Ketika gejala penyakit asma muncul, segera minum obat yang


dianjurkan dokter dan hentikan aktivitas yang memicu
kekambuhan gejala. Bila gejala yang Anda alami tidak juga
membaik, jangan ragu untuk segera periksa ke dokter.
Jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter
meski Anda merasa sudah lebih baik. Pastikan Anda juga
selalu membawa obat-obatan asma ke mana pun Anda pergi,
dan setiap kali akan berkonsultasi ke dokter. Hal ini akan
memudahkan dokter untuk melihat efek pengobatan yang
sedang Anda jalani. 
e. Vaksin flu
Gejala dapat kambuh dipicu oleh batuk berkepanjangan akibat
flu. Maka itu, tidak ada salahnya untuk melakukan vaksin flu.
Namun pastikan Anda berkonsultasi terlebih dulu dengan
dokter.

8. Peran perawat keluarga


Menurut Effendy (2004), peran perawat keluarga ialah:

a. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan


pendidikan kesehatan kepada keluarga,terutama untuk
memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan,
perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan


keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat


melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga
23

melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga


berisiko tinggi maupun yang tidak.

e. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat


keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

f. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya


individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah.

g. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat


memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh
anggota keluarga.

h. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus


dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat
tercipta lingkungan yang sehat.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA Ny. N DENGAN MASALAH HIPERTENSI

A. DATA UMUM KELUARGA

1. Nama Kepala Keluarga : Ny. S


2. Umur : 59 Tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
7. Alamat : Banjarmasin
8. Komposisi Keluarga

Keadaan Kesehatan
Hub Keluarga

Keterangan
Pendidikan

Pekerjaan

Imunisai
Agama
Nama

Umur
L/P

KB
No

Kepala Tidak
1 Tn. D L 60 SMA Islam Sehat - Tidak
Keluarga Bekerja

2 Ny. S Istri P 59 SMP IRT Islam Sakit - Tidak

9. Tipe Keluarga
Tipe keluarga adalah tipe usila yaitu sepasang lansia yang tingga satu
rumah, yang anaknya telah memisahkan diri dari rumahnya.

27
28

10. Genogram

Ny. N
64 th

Keterangan:
y
. : Laki-laki

: Perempuan
j
: Anggota keluarga yang sakit

: Meninggal perempuan
y
: Meninggal laki-laki
.
: Tinggal serumah

11. Sifat Keluarga


a. Pengambilan Keputusan
Dalam keluarga pengambian keputusan diberikan oleh Tn. D sebagai
kepaa keluarga, namun sering berdiskusi terlebih dahulu kepada istri
atau anak dan menantu.
b. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
1) Kebiasaan tidur/istirahat
a) Tidur Siang
Dalam keluarga Ny. S, tidak terbiasa untuk tidur siang.
29

b) Tidur Malam
Dalam keluarga Ny. S, pada saat tidur dimalam hari dimuai dari
jam 10.00 sampai jam 04.00, dan Ny.S mengatakan tidurnya
merasa nyaman dan merasa cukup.
2) Kebiasaan Rekreasi
Keluarga sangat jarang rekreasi, kecuali saat diajak oleh anak dan
menantunya. Namun, Ny.S mengatakan terhibur ketika bermain
dengan cucu-cucunya yang berdekatan rumah dengannya.
3) Kebiasaan Makan Keluarga
a) Jenis Makanan
Nasi, lauk dan sayur
b) Frekuensi
3 kali sehari
c) Keseimbangan Gizi
Ny. S mengatakan masih menjaga makanan dengan baik yaitu
dengan memakan nasi, lauk, dan sayur setiap hari.
Tn. D mengatakan tidak terbiasa makan sayur, hanya saja sering
memakan makanan yang berminyak seperti gorengan.
12. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga Tn. D sudah tidak bekerja agi, status ekonomi bersumber dari
anak beliau.
13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
Seluruh anggota keluarga inti adalah suku asli Jawa bangsa Indonesia.
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Banjar dan bahasa
Indonesia.
14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Keyakinan Agama yang di pegang atau di anut keluarga Ny. S adalah
agama islam. Yang di tunjukan dengan anggota keluarga melakukan
tuntutan ajaran serta menjalankan perintah agama (mengaji, shalat,
berdzikir dan berpuasa) dan menjauhi larangan.
30

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tahap perkembangan keluarga keluarga Ny. N adalah pada tahap yaitu
Tahap VIII keluarga usia lanjut, yaitu sepasang lansia yang tinggal
bersama dan anak nya sudah memisahkan diri darinya.
2. Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum
Terpenuhi
Tn.D dan Ny. S memiliki 2 orang anak, kedua anaknya perempuan. Dan
sudah menikah dan sudah tinggal terpisah bersama keluarganya.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Riwayat kesehatan pada keluarga Tn. D pada pemeriksaan pada tanggal
20 Oktober 2020, didapatkan hasil Tn. D tekanan darah 120/70 mmHg,
dan Ny. S tekanan darah 130/80, namun Ny. S mengatakan sering
mengeluh susah bernafas pada malam hari, Ny. S memiliki riwayat asma
bronchial, dan pernah dirawat dirumah sakit dengan keluhan yang sama.
Riwayat kekambuhan asma adalah dengan keluhan jika cuaca dingin atau
jika Ny. S kelelahan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit yang pernah dialami sebelumnya adalah asma bronchial, Ny. S
pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit yang sama, Ny. S dan Tn. D
tidak ada riwayat darah tinggi, stroke, ataupun penyakit menular.
5. Riwayat Kesehatan Mental, Psikologis,
Spiritual.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa/ dirawat di
rumah sakit jiwa
6. Persepsi dan Tanggapan Keluarga terhadap
Layanan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang ada sudah baik namun karena dimasa
pandemi keluarga Tn. D takut dan menjadi jarang memeriksakan
kesehatan sehingga tidak mengetahui perkembangan pelayanan
kesehatan .
31

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah (tipe, ukuran dan jumlah ruangan)
Luas rumah 6 x 14 m2. Status kepemilikan rumah saat ini adalah rumah
sendiri. Rumah yang dihuni sekarang adalah rumah sederhana,
berdinding papan, lantai papan yang dilapisi tikar, atap rumah terbuat
dari seng, rumah memiliki jamban cemplung sendiri, 2 kamar tidur,
dapur, dan ruang tamu.
2. Ventilasi dan Penerangan
Luas jendela > 10% luas ruangan rumah. Pencahayaan rumah baik,
terdapat ventilasi di atas jendela, jendela hanya 6 dan selalu dibuka
setiap hari, lantai bersih sering disapu, tidak ada bau yang kurang enak,
keluarga merasa bahagia tinggal di rumah.
3. Persediaan Air Bersih
Keluarga memiliki sumber air PDAM sendiri.
4. Pembuangan Sampah
Tidak ada tempat pembuangan sampah. Sampah biasanya di tumpuk
dan di bakar di depan rumah.
5. Pembuangan Air Limbah
Air limbah yang dihasilkan keluarga yaitu air cucian, air memasak dan
mandi. Limbah tidak ditampung, tetapi langsung buang di bawah rumah.
6. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Keluarga memiliki jamban cemplung sendiri. Letak jamban cemplung
ada didalam rumah bagian belakang. Kondisi jamban cemplung cukup
bersih, tidak berlumut.
7. Denah Rumah
6m
U

Jamban Dapur

Kamar kedua Ruang Tengah

10 m

Ruang Tamu
Keterangan:
Kamar utama
Pintu
erangan: : pintu
8. Teras
Lingkungan Sekitar Rumah Jendela
32

Keluarga memiliki halaman rumah yang cukup luas, dan diisi dengan
tanaman tanaman bunga, dan juga pohon buah buahan, disamping kiri
rumah ada kandang ayam.
9. Sarana komunikasi dan transportasi
Sarana komunikasi di dalam keluarga Ny. S menggunakan handphone
dan memiliki 1 sepeda motor.
10. Fasilitas hiburan (TV, Radio, dll)
Keluarga memiliki 1 buah TV.
11. Fasilitas Pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. D sering memeriksakan kesehatan diPuskesmas Terminal
pada biasanya, dan Ny. S sering mengikuti kegiatan senam lansia setiap
minggu, namun pada saat pandemi keluarga tidak pernah lagi
kepelayanan kesehatan.

D. SOSIAL
1. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Tetangga sekitar memiliki empati yang tinggi dan saling bergotong
royong dalam melakukan suatu kegiataan.
2. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Ny. S tinggal menetap dan memiliki kepemilikan rumah sendiri.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering berkumpul pada sore hari di rumah tetangga,
4. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga termasuk dalam system pendukung dengan keluarga sejahtera
1 di tunjukan dengan rumah kepemilikan sendiri, mempunyai sepeda
motor dan masih adanya beberapa cicilan yang harus di bayar setiap
bulannya.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga ialah bahasa Banjar
dan Indonesia. Tidak ada waktu khusus untuk berkumpul dengan
keluarga, jika ada persoalan yang harus dibicarakan Tn. D dan Ny. S
akan langsung membicarakannya dirumah.

2. Struktur kekuataan keluarga


33

Anggota keluarga yang berperan mengambil keputusan adalah Tn.D,


karena Tn.D adalah kepala keluarga. Keputusan diambil dengan cara
bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota istri, atau juga sering
dimusyawarahkan dengan anak dan menantu yang kediamannya tidak
jauh dari rumah Tn. D.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Tn.S berperan sebagai kepala keluarga, dan sekarang sudah tidak
bekerja lagi, sumber penghasilan dari anak dan menantu, Ny. S sehari-
hari sering menjaga cucunya pada saat pagi hari hingga sore.
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Ny. S hidup dalam nilai dan norma budaya banjar, karena
sudah lama tinggal dibanjar.

F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain, memiliki dan
mendukung. Persoalan dan masalah dalam keluarga selalu dibicarakan
bersama sehingga tidak memicu terjadinya masalah komunikasi. Maka
dari itu keluarga selalu melakukan komunikasi terbuka. Tidak ada
masalah dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang
baik, sopan santun, disamping itu sebagai contoh konkrit orang tua
selalu berdiskusi dengan anak-anaknya terhadap suatu masalah yang
ada, memandirikan anak agar memberikan pendapat ataupun masukan,
jika itu bisa cukup membantu untuk menyelesaikan masalah yang ada.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Pendapat dari keluarga Ny. N sehat adalah keadaan dimana tidak ada
keluhan kesehatan yang mengganggu aktifitas sehari-hari dalam
keluarga, sedangkan sakit adalah saat ada salah satu anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan yang sudah mengganggu aktifitas
sehari-hari dan perlu pengobatan baik tradisional atau medis.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. D adalah keluarga dengan lanjut Usia, dan sudah tidak lagi
merencanakan akan menambah anggota keluarga. Namun tidak ada
riwayat dalam masalah reprosuksi sebelumnya.
34

5. Fungsi Ekonomi
Pendapatan keluarga dipergunakan dengan baik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Struktur jangka pendek dan jangka panjang


a. Stressor jangka pendek
Koping dalam keluarga Ny. S tidak ada masalah. Keluarga Ny. S
selalu bersyukur apa yang telah dimiliki.
b. Stressor jangka panjang
Koping dalam keluarga Ny. S mengeluhkan yaitu kondisi kesehatan
yang di alami.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi dan Stressor
Respon keluarga dalam menghadapi masalah dengan teknik asertif,
yaitu mengutamakan masalah anggota keluarga, mencari solusi
bersama tidak menyalahkan orang lain atau hal diluar dirinya.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Koping keluarga termasuk dalam koping adaftif karena jika ada suatu
masalah di dalam keluarga, keluarga selalu mencari jalan keluar
bersama-sama dengan cara bermusyawarah dan tidak saling
menyalahkan justru saling mendukung satu sama lain.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan yang berat mereka
cenderung berdiskusi dan minta pendapat pada anak dan menantu atau
tetangga sebelum masalah menjadi lebih berat.

H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Anggota keluarga tidak pernah sakit yang serius
2. Keluarga berencana
Ny S sudah monopose

3. Imunisasi
Tn.D dan Ny. S tidak pernah imunisasi.
4. Tumbuh Kembang
35

a. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak


Keluarga tidak memiliki anak dengan tumbuh kembang.
b. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Kembang
Keluarga tidak mengetahui tentang tumbuh kembang pada anak.

I. HARAPAN KELUARGA

Ny. D berharap dapat terus sehat dengan diusianya yang sudah masuk
lanjut usia. Dan bisa sealu bersama sama bahagia dengan seluruh anggota
keluargaya.
J. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
Pemeriksaan Tn.D Ny. S
No
1 2 3
1 Penampilan Pantas sopan Pantas sopan
2 Kesadaran Sadar penuh Sadar penuh
3
Vital Sign
120/70 mmHg 130/80 mmHg
a. Tekanan darah
80x/menit 92x/menit
b. Nadi
c. Respirasi 14x/menit 18x/menit
d. Suhu
36,5ºC 36,2ºC
e. Berat badan
60 Kg 52kg
4
Kepala
Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
b. Rambut Rambut sudah muai memutih Rambut sudah muai memutih
c. Kulit kepala
Kulit kepala normal Kulit kepala normal
5
Mata
Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
b. Konjungtiva Konjungtiva tidak anemis Konjungtiva tidak anemis
c. Sclera Sclera tidak ikterik Sclera tidak ikterik
d. Fungsi penglihatan
Fungsi penglihatan kabur Fungsi penglihatan normal
6 Hidung
a. Bentuk hidung Bentuk normal Bentuk normal
b. Fungsi penciuman Fungsi penciuman baik Fungsi penciuman baik
7 Telinga
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal
b. Fungsi pendengaran Fungsi pendengaran baik Fungsi pendengaran baik
24

8
Mulut
Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
b. Bibir Bibir tidak kering Bibir kering
c. Gigi
Gigi tidak lengkap Gigi lengkap
9
Leher
Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
b. JVP Tidak terdapat JVP Tidak terdapat JVP
c. KGB Tidak terdapat KGB Tidak terdapat KGB
d. Pergerakan
Tidak ada pembatasan gerak Tidak ada pembatasan gerak
10
Dada
Pergerakan dada simetris Pergerakan dada simetris
a. Pergerakan
b. Bunyi nafas Bunyi nafas vesikuler Bunyi nafas vesikuler
c. Bunyi jantung
Terdapat bunyi S1 dan S2 Terdapat bunyi S1 dan S2
11 Abdomen
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal
b. Bising usus Bising usus 12x/menit Bising usus 10x/menit
12 Ekstrimitas Tidak ada pembatasan gerak Tidak ada pembatasan gerak

a. Atas Pergerakan normal Pergerakan normal


b. Pergerakan Tidak ada pembatasan gerak Tidak ada pembatasan gerak
c. Bawah
d. Pergerakan Pergerakan normal Pergerakan normal
e. Kekuataan otot Kuat Kuat
25

K. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN

No Daftar Masalah Kesehatan

1 Ancaman

Keadaan lingkungan rumah Ny. S dipinggiran sawah, sehingga membuat


cuaca ingkungan dingin dan berangin.

2 Kurang/Tidak Sehat

Ny. S menderita asma bronchial yang masih sering kambuh dan masih
pengibatan rutin
3 Defisit

Ny. S sekarang jarang berobat kepuskesmas, dan hanya meneruskan obat


yang pernah diberikan dari dokter sebelumnya.

L. PENGKAJIAN KHUSUS BEDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA


No Kriteria Pengkajian

1 Mengenai masalah Pengetahuan keluarga tentang


penyakit kurang baik. Tn. D sering
mengelak tentang kesehatan
yang sedang dialaminya dan Ny.
S tidak mengetahui tentang
mengatasi jika terjadi serangan
asma, dan tidak mengeahui
tentang pencegahan asma.

2 Mengambil keputusan yang tepat Kebiasaan dalam keluarga, jika


penyakit yang diderita dirasa tidak
terlalu mengganggu, Ny.S sering
memakai obat tradisional yang dia
tau.

3 Merawat anggota keluarga yang sakit Keluarga Tn. D tau tentang cara
atau punya masalah merawat anggota keluarga yang
sakit, namun sering denail jika
ada keluhan yang dirasakan.

4 Memodifikasi lingkungan Keluarga tidak merenovasi atau


memodifikasi rumah karena
kurang mengetahui bagaimana
ingkungan yang sehat.

5 Memanfaatkan sarana kesehatan Semenjak pandemi keluarga Ny.


S jarang pergi ke pelayanan
kesehatan karena takut.
Sehingga status kesehatan Tn. D
dan Ny. S tidak terkontrol.
26

M. DAFTAR MASALAH
No Data Problem

1 Data Subyektif: Ketidakefektifan manajemen


kesehatan
- Ny. N mengatakan kurang tau tentang
pencegahan hipertensi

- Ny. N mengatakan saat sakit kepala


hanya di diamkan hingga sakitnya
sedikit berkurang dan hilang

- Keluarga Ny. N mengatakan tidak


terlalu mengetahui bagaimana cara
merawat anggota yang sakit

Data obyektif:

- Keadaan Umum : Baik

Tekanan Darah: 160/120 mmHg

Nadi : 95x /menit

Suhu : 36,5 ºC

Pernafasan : 18x /menit

- Pengetahuan tentang penyakit


hipertensi kurang baik

- Penghasilan keluarga hanya cukup


untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari

2 Data subyektif: Perilaku kesehatan


cenderung beresiko
- Ny. N suka mengkonsumsi ikan asin

- Ny. N mengatakan tidak biasa minum


obat hipertensi

- Ny. N mengatakan jarang periksa


kepuskesmas jika sakit ringan dan
hanya membeli obat di warung

Data obyektif:

- Keadaan Umum : Baik

Tekanan Darah: 160/120 mmHg

Nadi : 95x /menit

Suhu : 36,2ºC
27

Pernafasan : 18x /menit

- Ny. N hanya mendiamkan jika sakit


kepala atau pusing

N. PENAPISAN MASALAH SKORING


1. Diagnosa ketidakefektifan manajemen kesehatan
No Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah 1

- Tidak/kurang sehat 3 3/3 x 1 = 1


- Ancaman kesehatan 2
- Krisis/keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2

- Dengan mudah 2 2/2 x 2 = 2


- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0

3. Potensial masalah untuk dicegah 1

- Tinggi 3 2/3 x 1 =
- Cukup 2 2/3
- Rendahs 1

4. Menonjolnya masalah 1

- Masalah berat harus segera ditangani 2 1/2 x 1 = ½


- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
- Masalah tidak rasakan 0

Total 3

2. Diagnosa perilaku cenderung beresiko


No Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah 1

- Tidak/kurang sehat 3 2/3 x 1 =


- Ancaman kesehatan 2 2/3
- Krisis/keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2

- Dengan mudah 2 1/2 x 2 = 1


- Hanya sebagian
28

- Tidak dapat 1
0

3. Potensial masalah untuk dicegah 1

- Tinggi 3 1/3 x 1 =
- Cukup 2 1/3
- Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1

- Masalah berat harus segera ditangani 2 0/2 x 1 = 0


- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
- Masalah tidak rasakan 0

Total 1
29

O. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA INTEGRASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN NANDA/INCP, NOC,
NIC

Diagnosa
NOC NIC
Data Keperawatan

Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Intervensi

Data Subyektif: 00080 Ketidakefktifan 1831 Keluarga mampu mengenal 5510 Pendidikan kesehatan:
manajemen masalah tentang mengajarkan proses penyakit yang
- Ny. N mengatakan kurang
kesehatan pengetahuan dan perilaku dialami
tahu tentang tentang tanda
kesehatan
gejala hipertensi Mengajarkan : diet yang tepat
Pengetahuan : anjurkan 5614
- Ny. N mengatakan saat Dukungan memberi perawatan
diet
sakit kepala/pusing hanya 1802 7040
Dukungan keluarga
di diamkan hingga sakitnya Pengetahuan : regimen
sedikit berkurang dan pengobatan 7140
Mengunjungi fasilitas kesehatan
hilang
1813 Keluarga mampu 7560

- Keluarga Ny. N memanfaatkan fasilitas


mengatakan tidak terlalu kesehatan
mengetahui bagaimana
Pengetahuan proses
cara merawat anggota
penyakit
yang sakit
30

Data obyektif: Pengetahuan tentang


sumber kesehatan
- Keadaan Umum : Baik 1602

Tekanan Darah : 160/120


mmHg
1806
Nadi : 95x /menit

Suhu : 36,2ºC

Pernafasan : 18x /menit

- Pengetahuan tentang
penyakit hipertensi kurang
baik

- Pendidikan keluarga rata-


rata berpendidikan rendah

- Penghasilan keluarga
hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari

Data subyektif: 00188 Perilaku 1803 Keluarga mampu mengenal 7560 Mengunjungi fasilitas kesehatan
kesehatan
31

- Ny. N suka mengkonsumsi cenderung masalah kesehatan 5606 Pengajaran : individu


ikan asin beresiko
Pengetahuan kesehatan 5602 Pengajaran : proses penyakit
- Ny. N mengatakan jarang
1602 Pengetahuan proses 7140 Dukungan keluarga
periksa kepuskesmas jika
penyakit
sakit ringan dan hanya
membeli obat di warung Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
Data obyektif:
1603 kesehatan
- Keadaan Umum : Baik
Perilaku mencari pelayanan
Tekanan Darah: 160/120 kesehatan
mmHg

Nadi : 95x /menit

Suhu : 36,2ºC

Pernafasan : 18x /menit

- Ny. N hanya mendiamkan


jika sakit timbul atau
sedang sakit kepala/pusing

P. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA


Fasilitas Yankes : Pokesedes Desa Simpang Layang Register/Hari/Tanggal : Selasa, desember 2018
32

Nama Perawat : Lita Wulandari Nama Penanggungjawab : Ny. N


Nama Individu/keluarga : Ny. N Alamat : Desa Simpang Layang RT 08
Diagnosis
Tgl/No Implementasi Evaluasi TTD Perawat
Keperawatan

25 Ketidakefktifan 1. Memberikan S:
Desember manajemen pendidikan kesehatan
1. Ny. N mengatakan sudah mengerti
2018 kesehatan tentang hipertensi khususnya
dan mengetahui mengenai penyakit
mengenai : pengertian,
yang di derita (yaitu hipertensi)
penyebab, tanda gejala,
2. Ny. N mengatakan sudah
akibat, klasifikasi, dampak
mengetahui dampah jika tidak di
dari hipertensi
obati dan ditangani
2. Memberikan
O:
pendidikan mengenai diet
yang tepat untuk mencegah 1. Keadaan Umum : baik
kekambuhan penyakit Tekanan Darah: 190/120 mmHg
hipertensi yang dialami Nadi : 95x /menit
3. Memotivasi keluarga Suhu : 36,2
dan memberi dukungan Pernafasan : 18x /menit
dalam memenuhi kebutuhan 2. Keluarga Ny. N tampak tidak
yang diperlukan pasien menanyakan tentang penyakitnya
33

4. Memotivasi pasien A : Masalah belum teratasi


dan keluarga untuk
P : intervensi di lanjutkan
mengunjungi fasilitas
kesehatan (puskesmas) jika
mengalami sakit

25 Perilaku 1. Memotivasi pasien dan S:


Desember kesehatan keluarga untuk 1. Keluarga Ny. N mengatakan
2018 cenderung mengunjungi fasilitas mengerti dengan apa apa yang
beresiko kesehatan (puskesmas) jika telah di anjurkan oleh perawat
mengalami sakit mengenai fasilitas kesehatan dan
2. Memberikan pendidikan berobat ke fasilitas kesehatan
kesehatan mengenai terapi (puskesmas) itu penting.
komplementer (pais 2. Ny. N mengatakan mengerti
bakatul) untuk mengatasi proses penyakit yang di alaminnya
hipertensi dan menjelaskan 3. Ny. N mengatakan sudah
bahan-bahan yang dapat mengetahui bahan dan cara
digunakan serta meolah untuk mengobati hipertensi
mempraktekkan cara dengan cara komplementer
mengolahannya. O:
3. Memotivasi pasien dan
34

keluarga untuk 1. Keadaan Umum : baik


mempertahan derajat Tekanan Darah: 190/120 mmHg
kesehatan keluarga dengan Nadi : 95x /menit
menjalani pola hidup yang Suhu : 36,2
sehat dengan makan 3 kali Pernafasan : 18x /menit
sehari. 2. Ny. N dapat menjawab
4. Memotivasi pasien atau pertannyaan yang di ajukan
keluarga untuk rutin perawat mengenai jenis-jenis
mengosumsi terapi yang bahan yang digunakan dan cara
telah diberikan serta mengolahnya.
menganjurkan keluarga A : masalah teratasi sebagian
untuk menghindari
P : intervensi di lanjutkan
makanan atau minuman
yang dapat memicu
terjadinnya penyakit
gastritis kambuh lagi,
seperti kopi, rokok ataupun
yang lainnya.
27 Ketidakefktifan 1. Memberikan pendidikan S:
Desember manajemen kesehatan tentang hipertensi
1. Ny. N mengatakan sudah mengerti
2018 kesehatan khususnya mengenai :
dan mengetahui mengenai penyakit
35

pengertian, penyebab, tanda yang di derita (yaitu hipertensi)


gejala, akibat, klasifikasi, 2. Ny. N mengatakan sudah
dampak dari hipertensi mengetahui dampah jika tidak di
2. Memberikan pendidikan obati dan ditangani
mengenai diet yang tepat O:
untuk mencegah kekambuhan
1. Keadaan Umum : baik
penyakit hipertensi yang
Tekanan Darah: 170/110 mmHg
dialami
Nadi : 92x /menit
3. Memotivasi keluarga dan
Suhu : 36,3 ͦ C
memberi dukungan dalam
Pernafasan : 19x /menit
memenuhi kebutuhan yang
2. Ny. N tampak tidak menanyakan
diperlukan pasien
tentang penyakitnya
4. Memotivasi pasien dan
keluarga untuk mengunjungi A : Masalah teratasi sebagian
fasilitas kesehatan
P : intervensi di lanjutkan
(puskesmas) jika mengalami
sakit
27 Perilaku 1. Memotivasi pasien dan S:
Desember kesehatan keluarga untuk mengunjungi 1. Keluarga Ny. N mengatakan
2018 cenderung fasilitas kesehatan mengerti dengan apa apa yang telah
beresiko (puskesmas) jika mengalami di anjurkan oleh perawat mengenai
36

sakit fasilitas kesehatan dan berobat ke


2. Memberikan pendidikan fasilitas kesehatan (puskesmas) itu
kesehatan mengenai terapi penting.
komplementer (pais bakatul) 2. Ny. N mengatakan mengerti proses
untuk mengatasi hipertensi penyakit yang di alaminnya
dan menjelaskan bahan- 3. Ny. N mengatakan sudah
bahan yang dapat digunakan mengetahui bahan dan cara meolah
serta mempraktekkan cara untuk mengobati hipertensi dengan
mengolahannya. cara komplementer
3. Memotivasi pasien dan O:
keluarga untuk mempertahan
1. Keadaan Umum : baik
derajat kesehatan keluarga
Tekanan Darah: 170/110 mmHg
dengan menjalani pola hidup
Nadi : 92x /menit
yang sehat dengan makan 3
Suhu : 36,3 ͦ C
kali sehari.
Pernafasan : 19x /menit
4. Memotivasi pasien atau
2. Ny. N dapat menjawab pertannyaan
keluarga untuk rutin
yang di ajukan perawat mengenai
mengosumsi terapi yang telah
jenis-jenis bahan yang digunakan
diberikan serta menganjurkan
dan cara mengolahnya.
keluarga untuk menghindari
makanan atau minuman yang
37

dapat memicu terjadinnya A : masalah teratasi sebagian


penyakit gastritis kambuh lagi,
P : intervensi di lanjutkan
seperti kopi, rokok ataupun
yang lainnya.
29 Ketidakefktifan 1. Memberikan pendidikan S:
Desember manajemen kesehatan tentang hipertensi
1. Ny. N mengatakan sudah mengerti
2018 kesehatan khususnya mengenai :
dan mengetahui mengenai penyakit
pengertian, penyebab, tanda
yang di derita (yaitu hipertensi)
gejala, akibat, klasifikasi,
2. Ny. N mengatakan sudah
dampak dari hipertensi
mengetahui dampah jika tidak di
2. Memberikan pendidikan
obati dan ditangani
mengenai diet yang tepat
O:
untuk mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi yang 1. Keadaan Umum : baik
dialami Tekanan Darah: 150/100 mmHg
3. Memotivasi keluarga dan Nadi : 85x /menit
memberi dukungan dalam Suhu : 36,5 ͦ C
memenuhi kebutuhan yang Pernafasan : 20x /menit
diperlukan pasien 2. Ny. N tampak tidak menanyakan
4. Memotivasi pasien dan tentang penyakitnya
keluarga untuk mengunjungi
38

fasilitas kesehatan A : Masalah teratasi


(puskesmas) jika mengalami
P : intervensi di hentikan
sakit
29 Perilaku 1. Memotivasi pasien dan S:
Desember kesehatan keluarga untuk mengunjungi 1. Keluarga Ny. N mengatakan
2018 cenderung fasilitas kesehatan mengerti dengan apa apa yang telah
beresiko (puskesmas) jika mengalami di anjurkan oleh perawat mengenai
sakit fasilitas kesehatan dan berobat ke
2. Memberikan pendidikan fasilitas kesehatan (puskesmas) itu
kesehatan mengenai terapi penting.
komplementer (pais bakatul) 2. Ny. N mengatakan mengerti proses
untuk mengatasi hipertensi penyakit yang di alaminnya
dan menjelaskan bahan- 3. Ny. N mengatakan sudah
bahan yang dapat digunakan mengetahui bahan dan cara meolah
serta mempraktekkan cara untuk mengobati hipertensi dengan
mengolahannya. cara komplementer
3. Memotivasi pasien dan O:
keluarga untuk mempertahan
1. Keadaan Umum : baik
derajat kesehatan keluarga
Tekanan Darah: 150/100 mmHg
dengan menjalani pola hidup
Nadi : 85x /menit
yang sehat dengan makan 3
39

kali sehari. Suhu : 36,5 ͦ C


4. Memotivasi pasien atau Pernafasan : 20x /menit
keluarga untuk rutin 2. Ny. N dapat menjawab pertannyaan
mengosumsi terapi yang telah yang di ajukan perawat mengenai
diberikan serta menganjurkan jenis-jenis bahan yang digunakan
keluarga untuk menghindari dan cara mengolahnya.
makanan atau minuman yang
A : masalah teratasi
dapat memicu terjadinnya
penyakit gastritis kambuh lagi, P : intervensi di hentikan
seperti kopi, rokok ataupun
yang lainnya.
40
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,

mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi

data-data yang ada pada keluarga. mengingat begitu pentingnya pengkajian

maka diharapkan perawat keluarga memahami betul lingkup, metode, alat

bantu, dan format pengkajian yang digunakan.

Secara teori bahwa etiologi untuk penyakit Hipertensi, yang pertama

adalah hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan,

hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam

ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang

meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

Namun pada kasus penyakit hipertensi yang terjadi pada Ny. N disebabkan

oleh hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hal ini disebabkan karena

pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data pemeriksaan fisik Ny. N TD

160/120 mmHg, BB 80 Kg, kemudian Ny. N mengatakan masih suka makan

ikan asin.

Tanda dan gejala Hipertensi secara teori yaitu tengkuk terasa pegal,

wajah merah, gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, mudah marah,

telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah, mata berkunang-

kunang, dan mimisan. Namun yang ditemukan pada kasus keluarga Ny. N

khususnya Ny. N yaitu pada saat dilakukan pengkajian hanya mengeluh

43
44

sakit kepala dan pusing tak tertahankan, tengkuk terasa pegal dan

nyeri, mata berkunang-kunang, dan mudah lelah.

Pengkajian keperawatan keluarga menggunakan teori beuty neuman.

Secara teori tidak ada perbedaan dengan pengkajian yang dilakukan di

keluarga Ny. N adapun yang dikaji adalah data umum, riwayat dan tahap

perkembangan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan

koping keluarga, harapan keluarga, data tambahan dan pemeriksaan fisik . 5

tugas keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya adalah kemampuan

keluarga dalam mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga

mengambil keputusan, kemampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga, kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, dan

kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah kumpulan pernyataan, uraian dari hasil

wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukan

status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi sampai dengan masalah

aktual. Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga diambil dari 5 tugas

keluarga, maka kesenjangan antara teori dan kasus yang dijumpai pada

keluarga Ny. N berikut ini penulis akan membahas setiap masalah.

Diagnosa keperawatan secara tipologi dalam teori dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu. Actual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami

keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Resiko tinggi

adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,tetapi tanda untuk menjadi

masalah kesehatan actual yang dapat terjadi dengan cepat apabila tidak

segera mendapatkan bantuan perawat. Potensial adalah suatu keadaan


45

sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan

kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang

memungkinkan dapat ditingkatkan. Sedangkan diagnosa yang ditemukan

pada kasus keluarga Ny. N yaitu aktual, ketidakefektifan manajemen

kesehatan dan potensial yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko.

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan yang pertama adalah penapisan masalah yang perlu

diperhatikan adalah kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah untuk

diubah, potensial masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah. Secara

teori sifat masalah terbagi menjadi tiga yaitu aktual dengan nilai 3, resiko

dengan nilai 2, potensial dengan nilai 1 dan bobot dengan nilai 1. Namun

dikeluarga Ny. N pada diagnosa keperawatan aktual ketidakefktifan

manajemen kesehatan dan potensial yaitu perilaku kesehatan cenderung

beresiko. Intervensi yang bisa dilakukan adalah memberikan pendidikan

kesehatan tentang hipertensi, penerapan terapi komplementer dan

pengajaran keluarga tentang pengukuran tekanan darah.

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah

disusun sebelumnya. Pelaksanaan secara teori yaitu berdasarkan

pelaksanaan yang mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat,

pelaksanaan dilakukan dengan tetap mempertahankan prioritas masalah,

dan kekuatan-kekuatan keluarga berupa financial, motivasi dan sumber-

sumber pendukung lainnya. Pelaksanaan yang dibuat pada kasus tidak ada

perbedaan dengan yang ada pada teori.


46

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah menjelaskan

pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari hipertensi, memotivasi keluarga

untuk menjelaskan kembali pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari

hipertensi. Penerapan terapi komplenter pais bakatul untuk penanganan dari

hipertensi yang terjadi pada Ny. N dan melakukan pengajaran pemeriksaan

tekanan darah pada keluarga Ny. N.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan

keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan

dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan di rencana keperawatan.

Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi

formatif bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai

dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan. Evaluasi

sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa

pada saat melakukan evaluasi terhadap masalah keluarga Ny. N

menggunakan evaluasi formatif dan sumatif dimana evaluasi formatif

diharapakan pada pencapaian tujuan khusus. Pada saat dilakukan evaluasi

formatif keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi, menyebutkan 2

dari 5 penyebab hipertensi,dan 2 dari tanda dan gejala hipertensi, yaitu :

Keluarga Ny. N, mengatakan hipertensi adalah tekanan darah tinggi,

penyebab dari hipertensi adalah suka makan asin, dan tanda dan gejala dari

hipertensi adalah sakit kepala dan telinga berdengung, penerapan terapi

komplementer dan pengajaran pengukuran tekanan darah sudah bisa

sehingga menyimpulkan rencana sudah tercapai. Pada saat kunjungan

terakhir yaitu kunjungan ke 6 tekanan darah Ny. N sudah mengalami

penurunan yaitu 150/100 mmHg.


47

F. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat seluruh data


yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, perencanaan,
tindakan keperawatan dan penilaian keperawatan yang disusun secara
sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum.
Melakukan pendokumentasian pada keluarga Ny. N selama 2 minggu di bagi
dalam 6 kali pertemuan
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam melakukan pengkajian tidak ditemukannya perbedaan antara


kasus dan teori karena pada saat melakukan pengkajian tahap awal meliputi
kunjungan kedua, dalam pengkajian terhadap etiologi dari penyakit
hipertensi dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan antara teori dan kasus
dimana penyebab dari Hipertensi pada keluarga Ny. N disebabkan oleh
hipertensi esensial atau hipertensi primer dimana Ny. N mengalami dari
faktor gaya hidup. Sedangkan faktor hipertensi sekunder tidak ditemukan
pada Ny. N, tanda dan gejala penyakit hipertensi secara teori dan kasus
dapat disimpulkan bahwa gejala yang muncul pada Ny. N hanya sakit kepala
dan pusing , tengkuk terasa berat dan mata berkunang-kunang, dan mudah
lelah. Dalam pelaksanaan struktur peran keluarga tidak ditemukannya
perbedaan karena keluarga dapat menjalankan peran dan fungsinya masing-
masing dengan baik dan secara fleksibel.

Komplikasi pada Ny. N belum terjadi, hal ini disebabkan karena Ny. N
sering mengkonsumsi obat warung untuk komplikasi yang lainnya seperti
penyakit jantung koroner, penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal,
stroke, kebutaan tidak ditemukan pada Ny. N.

48
49

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan asuhan keperawatan diatas, beberapa saran yang


dapat penulis sampaikan adalah:
1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, mahasiswa atau perawat

hendaknya tetap mempertahankan dan mengupayakan pendekatan

keluarga yang optimal baik secara pisikososial, spiritual, dan tindakan

yang di lakukan perlu memperhatikan sumberdaya dan sumber dana

2. yang ada pada keluarga. Perawat dapat mendokumentasikan dalam

peoses keperawatan keluarga agar setiap perawat dapat melanjutkan

asuhan keperawatan yang di berikan.

3. Dalam memberi asuhan keperawatan, mahasiswa hendaknya mampu

membina kerja sama denga keluarga melalui dari pengkajian sampai

evaluasi untuk lebih dipertahankan dan di pertingkatkan, Mahasiwa

diharapkan dapat membantu masalah kesehatan yang ada pada

masyarakat yang mengalami masalah kesehatan.


50

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M.G.,Howard, K.B.,Joanne, M. D., & Wagner, M.C (2016). Nursing


intervention classification (NIC). United States of America: Elsevier
Mosby.
Djojodibroto, R.D. (2017). Respirologi (Respiratory Medicine) Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, F., Murr, A. C. Dkk. 2015. Manual diagnosis
keperawatan : rencana, intervensi & dokumentasi asuhan keperawatan .
editor edisi bahasa indonesia, Karyuni, P. E. dkk edisi 3. Jakarta : EGC.
Herdman & Kamitsuru. (2015). Diagnosis keperawatan : definisi keperawatan &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, S.,Johnson, M., & Mass, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
outcomes classification (NOC). United States of America: Elsevier Mosby.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Priscilla, L., Karen, M. B., Gerene, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Putri, H. & Soemarno, S. (2013). Perbedaan Postural Drainage Dan Latihan Batuk
Efektif Pada Intervensi Nabulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk
Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi Volume 13
Nomor 1.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : keperawatan
dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai