OLEH:
NPM:17.11.029
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Karena atas segala Rahmat
dan Karunia Nya saya bisa menyelesaikan penyususnan makalah ini. Makalah
saya ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS”, yang merupakan salah
satu persyaratan bagi saya dalam menyelasaikan tugas-tugas sebagai seorang
mahasiswa SI keperawatan. Penyajian Materi dalam makalah ini, saya tampilkan
dalam bentuk yang mudah dipahami. Berdasarkan Penyusunan seperti ini, saya
berharap dapat memahami konsep Perawatan ini dengan mudah serta mengenal
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.Namun Demikian kami menyadari
keterbatasan saya dalam penyususnan makalah ini. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama dosen keperawatan demi
penyempurnaan makalah pada edisi-edisi beriukutnya. Akhir kata, kritik dan saran
yang bersifat membangun akan saya terima dengan senang hati.
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................... i
Kata Pengantar..........................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 2
1.3 rumusan masalah........................................................................................2
1.4 manfaat ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar penyakit................................................................................ 3
2.1.1definisi ................................................................................................. 3
2.1.2 etiologi ............................................................................................... 3
2.1.3 klasifikasi ........................................................................................... 3
2.1.4 manifestasi klinik................................................................................4
2.1.5 patofisiologi........................................................................................5
2.1.6 pem.penunjang....................................................................................6
2.1.7 penatalaksanaan..................................................................................7
2.1.8 komplikasi...........................................................................................8
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................................8
3.1.1 Pengkajian................................................................................................8
3.1.2 diagnosa...................................................................................................11
3.1.3 intervensi..................................................................................................12
3.1.4 implementasi............................................................................................16
3.1.5 sop suction...............................................................................................18
Daftar Pustaka................................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu
keperawatan dan juga sebagai pedoman untuk penatalaksanaan kasus pneumonia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Klasifikasi
1) Berdasarkan anatomi:
a) Pneumonia lobaris
melibatkan seluruh atau satu sebagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila
kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda.
3
b) Pneumonia lobularis
terjadi pada ujung akhir bronkhiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
disebut juga pneumonia lobularis.
c) Pneumonia interstitial
a) Pneumonia komunitas
Dijumpai pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram negatif pada
pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopulmonal atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
b) Penumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan toksik,
akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makana atau lambung, edema paru,
dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
Terjadi akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat terjadi
disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen,
berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.
4
Tanda gejala lainnya, antara lain:
1) Batuk nonproduktif
4) Demam
5) Ronkhi
6) Sianosis
8) Sesak nafas
9) Menggigil
2.1.5 Patofisiologi
5
edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Kuman
pneumokokus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit
mengalami pembesaran dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Alveoli dan
septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta
relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi
tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lebih lanjut,
aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit.
Kuman pneumokokus di fagositosis oleh leukosit dan sewaktu rseolusi
berlangsung, makrofag masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit bersama
kuman pnumokokus didalamnya.
Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu
kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin
dibuang dari alevoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali
tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas. Akan tetapi apabila proses
konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan
terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami
kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen
pada alveolus. Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah
oksigen yang dibawa oleh darah. Penurunan itu yang secara klinis penderita
mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada alveolus .
1) Pemeriksaan laboratorium
6
batuk, bahan dapat diperoleh swap tenggorok atau laring, pengisapan lewat
trakhea, brokhoskopi, atau penghisapan lewat dada tergantung indikasinya.
Pemeriksaan analisa gas darah menunjukkan hipoksemia sebab terdapat
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi didaerah pneumonia.
2) Pemeriksaan radiologis
3) Pemeriksaan mikrobiologik
Pemeriksaan ini dapat dibiak dari spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring,
bilasan bronkus atau sputum, trakhea, fungsi pleura atau aspirasi paru.
2.1.7 Penatalaksanaan
2) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena,
biasanya diperlukan campuran glukosa 5% danNacl 0,9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan Kcl 10 mEq/500ml/botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosid metabolik akibat kurang
makan dan hipoksia,maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas
darah arteri.
7
5) Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan slin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosillier. Seperti pemberian terapi
nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan untuk mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
2.1.8 Komplikasi
2) Gagal pernafasan
3) Atelektasis
4) Efusi pleura
5) Delirium
3.1.1 Pengkajian
8
pengkajian keperawatan seperti 11 pola kesehatan fungsional (Gordon, 2009).
Sedangkan menurut (Sujono & Sukarmin 2009) pengkajian dengan pneumonia
meliputi:
1) Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumoni auntuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk, dan peningkatan
suhu tubuh/demam.
2) Riwayat penyakit saat ini Pengakajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan
utama. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan
sudah berapa lama keluhan batuk muncul. Pada klien pneumonia, keluhan
batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat
batuk yang biasa ada dipasaran. Pada awalnya keluhan batuk nonproduktif, tapi
akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuningan,
kehijauan, kecoklatan atau kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil serta sesak nafas,
peningkatan frekuensi pernafasan, dan lemas.
4) Pemeriksaan fisik
c) Tanda-tanda vital:
9
e) Berat badan dan tinggi badan Kecenderungan berat badan mengalami
penurunan.
f) Integumen kulit:
2. Suhu: pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi
teratasi kulit anak teraba dingin.
g) Kepala:
h) Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorak dan
paru-paru:
2.Palpasi: Adanya nyeri tekan, peningkatan fokal fremitus pada daerah yang
terkena.
3. Perkusi: Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi
udara) resonansi.
4.Auskultasi:
10
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut (Muttaqin, 2014) diagnosa yang muncul pada kasus pneumonia adalah :
11
No Diagnosa Noc Nic
1. Ketidakefekifan bersihan jalan kriteria hasil : Manajemen jalan nafas :
nafas berhubungan dengan mendemostrasikan batuk monitor status
sekresi yang tertahan efektif dan suara napas yang pernapasan
Definisi : ketidakmampuan bersih tidak ada sianosis dan observasi
untuk membersihkan sekresi dyspnue (mampu sumbatan jalan
atau obstruksi dari saluran mengeluarkan sputum, napas
pernapasan untuk mampu bernapas dengan posisikan pasien
mempertahankan kebersihan mudah) untuk
jalan napas. menunjukkan jalan napas memaksimalkan
Batasan karakteristik: yang paten (tidak ada suara ventilasi
tidak ada batuk napas abnormal) lakukan
suara napas tambahan mampu mengidentifikasi dan fisioterapi dada
perubahan frekuensi mencegah faktor yang dapat jika perlu
napas menghambat jalan napas keluarkan secret
sputum dalam jumlah dengan batuk
berlebihan atau suction
Airway Suction:
pastikan
kebutuhan
oral/tracheal
suctioning
auskultasi suara
nafas sebelum
dan sesudah
suction
informasikan
pada klien dan
keluarga tentang
suctioning
minta klien nafas
12
dalam sebelum
suction dilakukan
berikan o 2
dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suction
nasotrakheal
gunakan alat
steril setiap
melakukan
tindakan
anjurkan pasien
untuk istirahat
dan napasa dalam
setelah kateter
suction
dikeluarkan
monitor status
oksigenisasi
hentikan suction
dan berikan
oksigen apabila
pasien
menujukkan
bradikardi,penuru
nan saturasi o2.
13
berhubungan dengan perubahan mendemostrasikan posisikan pasien
membran alveolar-kapiler. prningkatan ventilasi dan untuk
Definisi : oksigenisasi yang adekuat memaksimalkan
Kelebihan atau defisit pada memelihara kebersihan paru ventilasi
oksigenisasi atau eliminasi bebas dari tanda distress pasang mayo bila
karbon dioksida pada membrane pernafasan perlu
alveolar-kapiler. mendemostrasikan batuk lakukan
Batasan karakteristik: efektif dan suara nafas fisioterapi dada
pernapasan abnormal bersih,tidak ada sianosis dan jika perlu
hipoksemia dyspnue(mampu keluarkan secret
hipoksia mengeluarkan sputum) dengan batuk
sianosis ttv dalam rentang normal atau suction
napas cuping hidung auskultasi jalan
gelisah napas catat ada
takikardi suara napas
tambahan
berikan
bronkodilator jika
perlu
monitor saturasi
oksigen
Respiratory monitoring
monitor rata-
rata ,kedalaman
irama dan usaha
respirasi
monitor suara
napas
monitor pola
napas
14
otot pernafasan. efektif, suara napas yang memaksimalkan
Definisi : bersih,tidak ada sianosis dan ventilasi
Inspirasi dan ekspirasi yang dyspnue (mampu lakukan
tidak efektif mengeluarkan sputum) fisioterapi dada
Batasan karakteristik: menunjukkan jalan napas jika perlu
perubahan kedalaman yang paten keluarkan secret
napas ttv dalam rentang normal dengan batuk
perunahan ekskursi dada atau suction
bradipnue auskultasi suara
penurunan tekanan nafas dan catat
ekspirasi adanya suara
pernapasan cuping napas tambahan
hidung pasang mayo bila
perlu
monitor satuurasi
oksigen
berikan
bronkodilator jika
perlu
Oxygen Therapy:
bersihkan mulut
hidung dan secret
pertahankan jalan
napas yang paten
atur peralatan
oksigenasi
observasi adanya
tanda
hipoventilasi
3.1.4 Implementasi
15
N Diagnosa Implementasi
o
1. 1) Ketidakefekifan bersihan jalan Manajemen jalan nafas :
nafas berhubungan dengan sekresi memonitor status pernapasan
yang tertahan. mengobservasi sumbatan jalan napas
memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
melakukan fisioterapi dada jika perlu
mengeluarkan secret dengan batuk atau
suction
Airway Suction:
memastikan kebutuhan oral/tracheal
suctioning
mengauskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suction
menginformasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
meminta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan
memberikan o 2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suction
nasotrakheal
menggunakan alat steril setiap melakukan
tindakan
menganjurkan pasien untuk istirahat dan
napasa dalam setelah kateter suction
dikeluarkan
monitor status oksigenisasi
menghentikan suction dan berikan oksigen
apabila pasien menujukkan
bradikardi,penurunan saturasi o2.
2. Gangguan pertukaran gas Airway Management:
16
berhubungan dengan perubahan memposisikan pasien untuk
membran alveolar-kapiler. memaksimalkan ventilasi
memasang mayo bila perlu
melakukan fisioterapi dada jika perlu
mengeluarkan secret dengan batuk atau
suction
mengauskultasi jalan napas catat ada suara
napas tambahan
memberikan bronkodilator jika perlu
memonitor saturasi oksigen
Respiratory monitoring
memonitor rata-rata ,kedalaman irama dan
usaha respirasi
memonitor suara napas
memonitor pola napas
17
1.Definisi
2. indikasi
3. prosedur
langlah –langkah :
18
secara cepat dan gentle masukkan kateter suction jangan lakukan suction
saat kateter dimasukkan
tarik 1-2 cm dan mulai lakukan suction lakukan suction secara
internitten,tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar, jangan
pernah melakukan suction lebih dari 10 detik
hiperoksigenisasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan sao2 pasien normal
ulangi prosedur sampai secret berkurang
catat tindakan dan dokumentasikan
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Athena & Ika Dharmayanti. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 8. No. 8. H. 359-360.
Berty dkk. 2013. Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir ETT Terhadap Kadar
Saturasi Oksigen Pada Pasien Diruang PICU. Jurnal Keperawatan. H. 56.
Dinkes Kesehatan Jawa Tengah. 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013 di lihat 8 Maret 2017. http://www.Dinkes Jateng Prov.Go.Id.
Fauzi dkk. 2015. ISO Indonesia Volume 49. Jakarta: PT. ISFI.
21