Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DENGAN PNEUMONIA

Fasilitator: Caturia Sasti S., S.Kep.Ns., M.Kep

Oleh :
1. Niluh Putu Aryani A. 2112001
2. Silvia Anwar Mahmuda 2112002
3. Dewi Kartika Sari 2112003
4. Shintya Eka H. 2112004

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADI HUSADA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami mengucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkati kami sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DENGAN
PNEUMONIA” dapat di selesaikan.
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.
Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah
kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini lebih
sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat.

Surabaya, 23 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB 1 ............................................................................................................................1
KONSEP DASAR PNEUMONIA...................................................................................1
I. DEFINISI ................................................................................................................1 II.
ETIOLOGI.............................................................................................................1 III.
PATOFISIOLOGI/PATHWAY.............................................................................3
Suhu tubuh......................................................................................................................5
Bakteri, Jamur dan Virus.................................................................................................5
IV. TANDA DAN GEJALA .......................................................................................6 V.
PENATALAKSANAAN........................................................................................6 VI.
KOMPLIKASI......................................................................................................8 BAB 2
............................................................................................................................9 ASUHAN
KEPERAWATAN .........................................................................................9 I.
PENGKAJIAN ........................................................................................................9 I.
Pemeriksaan.......................................................................................................10 II.
Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................12 III.
Diagnosa Keperawatan ....................................................................................13 IV.
Intervensi Keperawatan ...................................................................................15 BAB 3
..........................................................................................................................23 STUDI
KASUS ............................................................................................................23 I.
PENGKAJIAN ......................................................................................................23 I.
Diagnosa Keperawatan.......................................................................................28 II.
Intervensi Keperawatan.....................................................................................29 II.
Implementasi Keperawatan ...............................................................................32 IV.
Evaluasi Keperawatan .....................................................................................36

ii
BAB 1

KONSEP DASAR PNEUMONIA

I. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut
(ISNBA) merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru dari
bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran udara (Nofitasari, 2019).
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi berkurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bekerja. Inilah penyebab
penderita pneumonia dapat meninggal, selain dari penyebaran infeksi ke
seluruh tubuh (Amin, 2019).
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana
pulmonary alveolus (alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap
oksigen dari atmosfer, mengalami peradangan dan terisi oleh cairan (Amin,
2019)
Jadi pneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bawah akut yang
mengenai jaringan paru (alveoli) dengan gejala batuk, sesak nafas, ronkhi
dan tampak infiltrate pada foto rongten.

II. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya
adalah bakteri. Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat
yaitu bakteri Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan
pneumonia yang disebabkan karena virus umumnya adalah Respiratory
Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) (Damayanti & Ryusuke, 2017).
a. Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu:

1
1) Typical organisme Penyebab pneumonia berasal dari gram positif
berupa :
- Streptococcus pneumonia merupakan bakteri anaerob
fakultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%,
sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU
sebanyak 33%.
- Staphylococcus aureus bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien
yang diberikan obat secara intravena (intravena drug
abusers) 17 memungkan infeksi kuman ini menyebar secara
hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke
paruparu. Apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini
akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan
pembentukan abses.
- Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2) Atipikal Organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp,
chlamedia sp, Legionella sp.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui
droplet, biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi.
Diduga virus penyebabnya adalah cytomegali virus, herpes simplex
virus, varicella zooster virus.
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh
jamur oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat
menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp,
Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat
mempengaruhi untuk terjadinya pneumonia salah satunya yaitu
pencemaran udara. Pencemaran udara dalam rumah dipengaruhi

2
oleh berbagai factor antara lain, bahan bangunan (misal; asbes),
struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture
serta interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas
udara luar rumah (ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd),
formaldehid, debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selainitu,
kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti
dalam hal penggunaan energy tidak ramah lingkungan, penggunaan
sumber energi yang relative murah seperti batu bara dan biomasa
(kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku
merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan
kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
mengeluarkan polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk
jangka waktu yang cukup lama (Kemenkes RI, 2011).

III. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian
perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi
jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya
kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit
di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. 19 Stadium ini disebut
stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di
alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner
jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal (Amin, 2019).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan
edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak,
kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini
bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus yang sama, atau mungkin ke bagian
3
lain dari paru- paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui
saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro
viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas
vital dan comliance paru menurun, serta aliran darah yang mengalami
konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi
perfusi yang mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung
mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan
hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas (Amin,
2019).

4
∙ Pathway

Bakteri,
PNEUMONIA Jamur dan Virus
Terhirup
Suplai O2
Masuk ke alveoli
Compliance paru

Proses Pola Nafas


Peradangan Tidak Efektif

Cairan eksudat masuk Disfusi

Intoleransi
Aktivitas
tertelan ke lambung
Suhu tubuh
kedalam alveoli
Berkeringat
Gangguan
nafsu makan,
Hipertermia Pertukaran Gas
Kerja sel goblet
aaaaaaaa
produksi sputum
Konsolidasi cairan
Cairan menekan
Infeksi
syaraf frenikus

minum Sputum
sputum di jalan nafas sputum di

Risiko Hipovolemia

Konsolidai cairan Nyeri Akut


SDKI DPP PPNI, 2017)
Ber
lambung
sihan Jalan Asam
Nafas Tidak Efektif Lambung Mual & Muntah
Defisit
Nutrisi
(Amin, 2019) (Tim Pokja

5
IV. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil,
berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan
sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis
dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat
pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup
sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan
ronki(Nursalam, 2016).

Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan


gejala klinis sebagai berikut:

a. Batuk
b. Sputum produktif
c. Sesak nafas
d. Ronki
e. Demam tidak setabil
f. Leukositosis
g. Infiltrat

V. PENATALAKSANAAN
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya
pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan
dan pengobatan pada penderita pneumonia tergantung dari tinggkat
keparahan gejala yang timbul dari infeksi pneumonia itu sendiri (Amin,
2019).
a. Bagi Pneumonia yang berhubungan dengan bakteri
Maka pemberian antibiotik adalah yang paling tepat. Pengobatan
haruslah benar-benar komplit sampai benar-benar tidak lagi adanya
gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum
harus tidak lagi menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika

6
pengobatan ini tidak dilakukan secara komplit maka suatu saat
pneumonia akan kembali mendera si penderita (Amin, 2019). 1. Untuk
bakteri Streptococus Pneumoniae
Bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada
dua vaksin tersedia, yaitu pneumococcal conjugate vaccine dan
pneumococcal polysacharide vaccine. Pneumococcal conjugate
vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari imunisasi bayi dan
direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2 tahun dan
anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu pneumococcal
polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa. 26
Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan tipe
pneumonia ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid,
serta macrolide antibiotics, termasuk erythromycin (Wahyudi,
2020).
2. Untuk bakteri Hemophilus Influenzae
Antibiotik yang bermanfaat dalam kasus ini adalah generasi
cephalosporins kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid,
fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral, gatifloxacin
oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim (Wahyudi, 2020).
3. Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan cara memberikan antibiotik macrolides (erythromycin,
clarithomycin, azithromicin dan fluoroquinolones), antibiotik ini
umum diresepkan untuk merawat mycoplasma pneumonia
(Wahyudi, 2020).
b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pengobatannya hampir sama dengan pengobatan pada
penderita flu. Namun, yang lebih ditekankandalam menangani penyakit
pneumonia ini adalah banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang
baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Sebab bagaimana
pun juga virus akan dikalahkan jika daya tahan tubuh sangat baik
(Wahyudi, 2020).
c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur

7
Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati panyakit
jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti
jamur agar bisa mengatasi pneumonia (Wahyudi, 2020).

VI. KOMPLIKASI
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa
menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya
kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi
seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan
bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang
menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi
ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10%
pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi
ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis,
peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi
cairan pada rongga pleura atau biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi
pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Efusi pleura eksudatif
yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan
nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di
drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Damayanti &
Ryusuke, 2017)

8
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis (Nursalam,
2016).
- Usia : usia >65 tahun & anak-anak usia <5 tahun sangat rentang
terkena pneumonia.
- Jenis kelamin : tidak mempengaruhi terjadinya penyakit pneumonia
- Pekerjaan : pekerjaan yang dilakukan sehari-sehari juga dapat
menjadi faktor yang meningkatkan risiko pneumonia. Jika bekerja
dalam lingkungan yang sarat polusi udara dan asap beracun, risiko
terserang pneumonia tentu akan lebih tinggi. Kecenderungan
tertular pneumonia juga bisa lebih tinggi jika bekerja di pusat
pemrosesan ayam, toko hewan peliharaan, atau klinik hewan.
- Penyebab dari pneumonia biasanya juga menyerang beberapa orang
perokok dengan riwayat perokok aktif.
- Pernah dirawat di rumah sakit : jika pernah menerima perawatan
intensif di rumah sakit, risiko mengalami penyakit ini bisa lebih
tinggi. Pneumonia yang mungkin Anda dapat akibat faktor ini
dinamakan hospital-acquired pneumonia atau pneumonia yang
didapat di rumah sakit.
(Damayanti & Ryusuke, 2017)
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk
mengenal tanda serta gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam
keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah,
produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama

9
pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif,
mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Nursalam,
2016).
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan
seperti menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan
hingga klien meminta pertolongan.Misalnya sejak kapan keluhan
bersihan jalan napas tidak efektifdirasakan, berapa lama dan berapa
kali keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus
ditanyakan kepada klien dengan sedetail-detailnya dan semua
diterangkan pada riwayat kesehatan sekarang.
- Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami
klien sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah sistem
pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya,
dengan sakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat,
pengobatan yang pernah dijalanidan riwayat alergi.
- Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem
pernapasan adalah hal yang mendukung keluhan penderita, perlu
dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan presdiposisi
keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk dalam jangka
waktu lama, sputum berlebih dari generasi terdahulu (Nursalam,
2016).

I. Pemeriksaan
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya
muncul yaitu dikeadaan umum pasien tampak lemah dan sesak nafas,
untuk kesadaran tergantung tingkat keparahan penyakit. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah hipertensi, nadi takikardi,
respirasi takipnea atau dispnea serta nafas dangkal, dan suhu tubuh

10
hipertermi. Pemeriksaan di bagian kepala tidak ada kelainan, pemeriksaan
mata terdapat konjungtiva tampak anemis, pemeriksaan hidung jika pasien
mengalami sesak akan terdengar nafas cuping hidung. Pemeriksaan pada
paru-paru saat infeksi terlihat ada penggunaan otot bantu 46 nafas. Palpasi
di dapatkan adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada daerah
yang terkena. Perkusi terdengar suara pekak karena terjadi penumpukan
cairan di alveoli. Dan saat dilakukan auskultasi terdengarronki. Pada
pemeriksaan Jantung jika tidak ada kelainan jantung, maka pemeriksaan
jantung tidak ada kelemahan. Pemeriksaan ekstremitas tampak sianosis
(Jahya, 2019).

1) B1 (Breathing)
- Bentuk dada dan gerakan pernapasan.
- Gerakan nafas simetris.
- Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan
frekuensi nafas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum
dan intercosta space (ICS). Nafas cuping hidung pada sesak berat.
- Pada klien biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan
adanya batuk dengan produksi sputum yang purulen.
- Adanya gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernafasan,
getaran suara ( vokal fremitus ) biasanya teraba normal, Nyeri dada
yang meningkat karena batuk.
- Pneumonia yang disertai komplikasi biasanya di dapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
- Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan
apabila bronchopneumonia menjadi suatu sarang (konfluens). - Pada
klien dengan pneumonia juga di dapatkan bunyi nafas melemah dan
bunyi nafas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
2) B2 (Blood)
- Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Biasanya klien
tampak melindungi area yang sakit.

11
- Denyut nadi perifer melemah, 17 batas jantung tidak mengalami
pergeseran, tekanan darah biasanya normal, dan bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
3) B3 (Brain)
- Pada klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer bila gangguan perfusi
jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak
meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat
4) B4 (Bladder)
- Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan
dengan intake cairan. Pada penderita pneumonia, perlu memonitor
adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syok.
5) B5 (Bowel)
- Klien biasanya mengalami mual, muntah, anoreksia, dan penurunan
berat badan.
6) B6 (Bone)
- Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
(Nursalam, 2016)

II. Pemeriksaan Penunjang


Menurut (Damayanti & Ryusuke, 2017) pemeriksaan penunjang
penyakit pneumonia adalah sebagai berikut:
a. Rontgen thorax atau sinar X : Mengidentifikasi distribusi structural,
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empysema (stapilococcus).
Infiltrasi penyebaran atau terlokalisasi (bakterial) atau
penyebaran/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikroplasma
sinar X dada mungkin bersih.

12
Normal Pneumonia

b. Pemeriksaan laboratorium lengkap : Terjadi peningkatan leukosit dan


peningkalan LED. LED meningkat terjadi karena hipoksia, volume
menurun, tekanan jalan napas meningkat.
c. Pemeriksaan mikrobiologi yaitu pemeriksaan gram atau kultur sputum
dan darah yang diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, atau
biopsi atau pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d. Analisis gas darah : Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari
luasnya kerusakan paru-paru.

III. Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan patofisiologis penyakit dan manifestasi klinis yang
muncul maka diagnose keperawatan yang muncul adalah:
a. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan
b. (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
c. (D.0005)Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas

13
d. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis e.
(D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna
makanan
f. (D.0130) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit g. (D.0056)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
h. (D.0034) Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara
aktif

(PPNI,2017)

14
IV. Intervensi Keperawatan
Tabel 1 Intervensi Keperawatan (PPNI T.P., 2019) (PPNI T.P.,2018)

No. Diagnosa keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


(D.0001)
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria
hasil:
Bersihan jalan nafas (L.01001)
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Wheezing menurun
- Dispnea menurun
- Sianosis menurun
- Frekuensi nafas membaik
- pola nafas membaik
Intervensi utama:
Latihan batuk efektif (I.01006)
Observasi
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas 4. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah
dan karakteristik)
Terapeutik
1. Atur posisi semi-fowler atau fowler
2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien 3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan) selam 8 detik 3. Anjurkan tarik nafas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika

15

2. Gangguan
pertukaran gas
(D.0003)
berhubungan dengan
perubahan membrane alveolus-kapiler

3. Pola nafas tidak efektif (D.0005)


berhubungan dengan
hambatan upaya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil:
Pertukaran gas (L.01003)
- Dispnea menurun
- Bunyi nafas tambahan menurun - Pusing menurun
- Penglihatan kabur menurun
- Nafas cuping hidung menurun
- PCO2 dan PO2 membaik
- Takikardi membaik
- Sianosis membaik
- Pola nafas membaik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nafas membaik dengan kriteria hasil:
Pola nafas (L.010004)
perlu

Intervensi utama:
Pemantauan respirasi (I.01014)
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas 2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6. Auskultasi bunyi nafas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor AGD
9. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Intervensi utama:
Manajemen jalan nafas (I.01011)
Observasi
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

16
nafas - Kapasitas vital meningkat - Tekanan ekspirasi meningkat
- Tekanan inspirasi meningkat
- Dispnea menurun
- Penggunaan otot bantu nafas menurun
- Pernafasan cuping hidung menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Kedalaman nafas membaik
- Ekskursi dada membaik
2. Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi, wheezing, ronki)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik
1. Posisikan semi-fowler atau fowler
2. Berikan minum hangat
3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik 5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika perlu

4. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan


agen pencedera
fisiologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:
Tingkat nyeri (L.08066)
- Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
Intervensi utama:
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi sekala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

17

5. Defisit nutrisi (D.0019)


berhubungan dengan
- Kesulitan tidur menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola nafas membaik
- Tekanan darah membaik
- Nafsu makan membaik
- Pola tidur membaik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria hasil:
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri (misalkan suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Intervensi utama:
Manajemen nutrisi (I.03119)
Observasi

18
ketidak mampuan menelan makanan
Status nutrisi membaik (L.03030) - Porsi makan yang dihabiskan meningkat - Perasaan cepat
kenyang menurun - Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik
- Membran mukosa membaik
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dari intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastik 6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda nyeri, antlemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

6. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Intervensi utama :

19
(D.0130)
Berhubungan dengan proses penyakit
maka hipertermia menurun dengan keriteria hasil:
-Menggigil menurun
-Tidak tampak kulit yang memerah -Tidak ada kejang

-Tidak tampak Akrosianosis


-Konsumsi oksigen menurun
-Piloereksi menurun
-tidak tampak pucat
-Tidak terdapat takikardia
-Tidak tampak takipnea
- Tidak ada hipoksia
- Suhu tubuh membaik
Manajemen hipertermia (I.15506)
Observasi
1. identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Dehidrasi,terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
2. monitor suhu tubuh
3. monitor kadar elektrolit
4. monitor haluaran urine
5. monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik
1. sediakan lingkungan dingin
2. longgarkan atau lepaskan pakaian
3. basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. berikan cairan oral
5. ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
6. lakukan pendinginan eksternal
7. hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. berikan oksigen,jika perlu

Edukasi
1. anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu

20
7. Intoleransi aktivitas (D.0056)
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria
hasil:
Toleransi aktivitas (L.05047)
- Saturasi oksigen meningkat
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
- Keluhan lelah menurun
- Dispnea saat aktivitas menurun - Dispnea setelah aktivitas menurun - Sianosis menurun
- Tekanan darah membaik 8) Frekuensi nafas membaik
Intervensi utama:
Manajemen energi (I.05178)
Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama aktivitas Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktif c) Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

21
8. Resiko hipovolemia (D.0034) ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan status cairan membaik dengan kriteria hasil:
Status cairan (L.03028)
- Tugor kulit meningkat
- Dispnea menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Tekanan darah membaik
- Tekanan nadi membaik 6) Membrane mukosa membaik
- Suhu tubuh membaik
Intervensi utama:
Manajemen hipovolemia (I.03116)
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misalnya nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tugor
kulit menurun, membrane mukosa kering, dan lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL) 2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) c) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)

22
BAB 3

STUDI KASUS

Ny. S dirawat di ruang rawat inap keluhan pasien mengeluh batuk darah,
demam dan sesak kurang lebih sejak satu bulan lalu.Datang bersama seorang
anaknya . Pada hari Selasa tgl 15 April 2021 . Ditemukan data dari hasil
pemeriksaan adanya nilai dari pemeriksaan tekanan darah ditemukan 120/70 ,
suhu : 37, Rr: 22x/m . N : 94x/m. Ditemukan juga ronkhi +/+, batuk, Cor : CTR <
0.5 aorta normal.

I. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 20 Desember 2018
Tanggal/jam Pengkajian : 26 Desember 2018
Nomor Registrasi : 40-42-xx
Diagnosa Medis : Pneumonia
1. Identitas Pasien
Biodata pasien
- Nama Pasien : Ny, S
- Jenis kelamin : Perempuan
- Tempat/tgl lahir : Malang, 21 Januari 1967
- Umur : 51 tahun
- Pendidikan : SMA
- Nama penanggungjawab : Tn. S (suami)
- Pekerjaan penanggung jawab: PNS
- Agama : Islam
- Alamat rumah : Jln. Pattimura 07
- Suku / bangsa : Jawa / Indonesia

1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
- Pasien mengeluh sesak napas, demam, dan batuk.

23
b. Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat penyakit sekarang pasien mengeluh batuk darah dan
sesak kurang lebih sejak satu bulan lalu. Pada tanggal 20
Desember 2018 pasien dibawah ke IGD, lalu pada pukul
00.00 WIB pasien dipindahkan ke ruangan Isolasi Melati.
Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak dan batuk
yang tak kunjung berhenti terutama pada saat malam hari ,
pasien juga ditemukan demam.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menular dan menahun, pasien juga mengatakan tidak memiliki
riwayat diabetes mellitus maupun hipertensi. Pasien juga tidak
memiliki alergi terhadap obat dan riwayat operasi sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga Pasien
mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit
menular maupun menahun.
- Lingkungan Rumah dan komunitas
Pasien mengatakan tinggal di lingkungan padat penduduk,
dengan kondisi rumah yang sedikit cahaya yang masuk,
jendela rumah yang jarang dibuka.
- Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pasien mengatakan saat belanja ke pasar tidak pernah
mengenakan masker sedangkan jarak rumah dengan pasar
cukup jauh. Pasien juga mengatakan bahwa suami dan
anaknya setiap hari merokok didalam rumah.

2. Pemeriksaan Fisik
a) Pernapasan (B1)
Bentuk dada normal, irama nafas teratur, respirasi 26x/menit,
tidak terdapat retraksi otot bantu nafas, perkusi thorax redup
pada lobus sinistra anterior, alat bantu nafas yang digunakan O2

24
nasal kanul 4 liter/menit, vocal fremitus antara kanan dan kiri
sama, terdapat suara nafas tambahan ronchi pada lobus sinistra
anterior, tidak ada nyeri dada saat bernafas, terdapat batuk
dengan sputum berwarna putih kental, dan pasien sesak saat
bernafas.
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif
b) Kardiovaskuler (B2)
Nyeri dada tidak ada, irama jantung teratur, denyut nadi perifer
teraba kuat, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat
bunyi jantung tambahan, tidak terdapat sianosis, dan tidak
terdapat clubbing finger. terpasang infus Futrolit 20 tpm di
tangan kanan , Nadi 80 x/menit. suhu 38°C
Masalah keperawatan: Hipertermia
c) Persyarafan (B3)
Kesadaran compos mentis dengan GCS 4-5-6, orientasi pasien
terhadap tempat, waktu, dan orang baik, pasien tidak nyeri
kepala maupun pusing, istirahat tidur siang kurang lebih 3 jam
dan malam 8 jam, pupil isokor, reflek terhadap cahaya pupil
mengecil saat diberi cahaya.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
d) Perkemihan (B4)
Bentuk alat kelamin normal, kebersihan alat kelamin bersih,
frekuensi berkemih 4-5 x/hari, jumlah 600cc/24 jam, berbau
khas, warna kuning jernih, pasien mengatakan jika ditinggal
anaknya dia mengenakan popok jika ditunggu oleh anaknya
pasien berkemih di kamar mandi, pasien tidak mengenakan alat
bantu berkemih.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan.
e) Pencernaan (B5)
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak nafsu makan karena
sesak nafas, pola makan saat sakit 3x½ porsi sedangkan sebelum
sakit 3x1 porsi, menu diet sekarang nasi, lauk, dan sayur. Pasien
25
tidak mempunyai pantangan makan dan alergi makanan. Jenis
minuman yang di konsumsi oleh pasien adalah air putih kurang
lebih 600 ml. Saat ditanya tentang diet, 33 pasien mengatakan
tidak mengetahui tentang diet yang harus di konsumsi. Pasien
juga mengatakan baru akan makan bila muncul nafsu makan.
Pasien dan keluarga tampak bingung saat ditanya tentang menu
diet. Berat badan pasien saat ini 40kg sedangkan sebelum sakit
pasien mengatakan berat badannya 48kg.
Keadaan mulut pasien bersih, mukosa bibir lembab, bentuk bibir
normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi pasien mengatakan
selama kurang lebih 6 hari di rumah sakit tidak pernah gosok
gigi, abdomen supel, kebiasaam BAB saat di rumah sehari sekali
sedangkan selama di rumah sakit kurang lebih 6 hari klien
belum BAB. Peristaltik usus 8x/menit.
Masalah Keperawatan : Defisit nutrisi dan konstipasi.
f) Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) Bebas. Tidak
ada fraktur, tidak ada dislokasi, akral hangat, kelembaban
lembab, tugor kulit < 3 detik, CRT < 2 detik, tidak ditemukan
oedema, kebersihan 36 kulit bersih, kemampuan melakukan
aktivitas parsial, pasien mengatakan bahwa ganti pakaian, dan
mengganti popok masih di bantu oleh anaknya, pasien tampak
lemah dan pasien terbaring ditempat tidur. Pasien mandi dengan
diseka.
Masalah Keperawatan: Intoleransi aktifitas

26
3. Pemeriksaan penunjang

Tabel 2 Pemeriksaan Penunjang pada Kasus


Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan laboratorium

WBC (White Blood Cell) 10,38 H10³/u (4,0-9,0) RBC (Red

Blood Cell) 4,160H/ul (3,80-5,30) HCT (Hematokrit) 30,67%

(36.0-56.0)

MCH (Mean Corpuscular 24,89 pg (27.0-32.0) 18.4H


Hemoglobin)
PDW(Platelet Distribution (12.0-18.0)

Width)

- Hasil Photo Thorax: Terlihat bercak-bercak pada paru-paru anterior


sinistra
4. Terapi
Infus Futrolit 20 tpm
Injeksi anbacim 3x1g per IV
Injeksi kalnex 3x250mg per IV
Codein 3x 10 mg per oral
Pamol 3x1g per IV
Nebul Combivent 2x 2,5 mg

27
1. Analisa Data

Tabel 3 Analisis Data pada Kasus

No Data Penyebab Masalah


- Batuk berdahak dengan - Terpasang O² 4 lpm, dengan
1 DS : sputum menggunakan nasal kanul.
- Pasien mengatakan batuk berwarna putih kental. - TTV: Tekanan darah: 130/90
sejak 1 - Terdapat adanya suara nafas mmHg Nadi : 80 kali per menit.
bulan yang lalu. tambahan yaitu ronchi pada Respirasi :26 kali per menit.
DO : daerah sinistra anterior. Suhu
: 38°C Peningkatan produksi infeksi.
2 DS : pasien mengatakan sekret Bersihan jalan napas tidak
badan panas - efektif
DO :
- Suhu tubuh meningkat 38°C
- Akral hangat.
- Mukosa bibir lembab

3. DS : Pasien mengatakan
mual, muntah DO :
- Nafsu makan menurun
- Pola makan saat sakit 3x½
porsi Proses penyakit (infeksi)
sedangkan sebelum sakit 3x1
porsi habis. Hipertermia
- Minum 600ml
Terjadi penurunan berat badan 8
kg
dengan berat badan awal 48kg
menjadi Peningkatan
40kg. kebutuhan
metabolik
sekunder Defisit nutrisi
I. Diagnosa Keperawatan terhadap demam dan proses

1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan


penumpukan secret
2. Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)

28
3. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder
29
II. Intervensi Keperawatan
Tabel 4 Intervensi Keperawatan pada Kasus

No.
Tujuan Keperawatan danKriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional Dx
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas klien kembali
efektif dengan kriteria hasil :
- Pasien mampu mengidentifikasi
penyebab dan cara mencegah
terhambatnya jalan nafas.
- Pasien melaporkan mampu
mengeluarkan dahak - Pasien
melaporkan bahwa sesaknya berkurang. - Pasien mampu mendemonstrasikan
batuk efektif dan nafas dalam.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah : 100- 139/60-90 mmHg Nadi : 80-100
x/menit Respirasi : 16-2-
x/menit Suhu : 36,5-37,5°C - Tidak
menggunakan alat bantu nafas.
- Suara nafas bersih.
1. Jelaskan kepada pasien tentang penyebab dan cara mencegah terhambatnya jalan nafas.
2. Ajarkan kepada pasien tentang cara batuk efektif dan nafas dalam.
3. Berikan posisi semi fowler
4. Observasi suara nafas
5. Anjurkan untuk minum minuman hangat.
6. Observasi tandatanda vital.
7. Kolaborasi pemberian tindakan pemasangan O² nasal kanul, nebul dan obat mucolitik
1. Untuk meningkatkan pengetahun pasien dan membantu pasien dalam menangani penyakitnya.
2. Nafas dalam mempermudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk
adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia utuk mempertahankan jalan nafas
paten.
3. Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis.
4. Berguna untuk mengetahui pada daerah mana saja terjadinya suara nafas tambahan.
5. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
6. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. 7. Alat untuk menurunkan
spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.

29
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dalam
batas normal dengan kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga mampu
mengidentifikasi tentang penyebab dan
cara mengatasi demam.
- Pasien mampu melaporkan bahwa suhu tubuh menurun.
- Pasien mampu mendemonstrasikan
tentang cara mengatasi demam.
- Suhu tubuh pasien dalam rentang
normal 36,5-37,5°C.
- Respiras dan nadi pasien dalam rentang normal.
- Tidak ada perubahan warna kulit dan akral hangat.

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi
dengan kriteria hasil:
- Pasien mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
- Pasien mampu mendemonstrasikan
makan sedikit tapi sering.
- Pasien mampu melaporkan bahwa nafsu makan meningkat.
- Bising usus dalam batas normal 5-15
x/menit.
- Tidak ada penurunan berat badan.
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyebab dan cara mengatasi saat timbulnya
demam.
2. Observasi suhu tubuh pasien. 3. Ajarkan pada pasien untuk kompres air hangat pada lipatan
tubuh.
4. Anjurkan pasien mengenakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik.
1. Jelaskan kepada pasien tentang kebutuhan dan pentingnya nutrisi yang tepat dan sesuai.
2. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dan makan selagi makanan hangat.
3. Observasi asupan nutrisi pasien. 4. Anjurkan pasien untuk oral hygien sedikitnya 2x sehari. 5.
Observasi bising usus. 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai untuk
pasien.
1. Berguna untuk menambah pengetahuan pasien untuk mengatasi demam.
2. Untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien dan efektifan penggunaan terapi obat.
3. Pemberian kompres hangat mempu mendilatasi pembuluh darah, sehingga akan mempercepat
perpidahan panas dari tubuh ke kulit.
4. Pakaian yang tipis dapat membantu mempermudah proses penguapan. 5. Pemberian obat
antipireetik membantu mempercepat penyembuhan dan menurunkan demam.
1. Menjelaskan kepada pasien dapat menambah informasi dan pengetahuan pasien tentanf penyakit.
2. Tindakan ini dapat meningkatkan masukan nutrisi meskipun nafsu makin mungkin lambat unttuk
kembali. Makanan hangat dapat menurunkan rasa mual yang dirasakan klien.
3. Untuk membantu mengetahui tingkat asupan pan pasien.
4. Oral hygien juga dapat menekan

30
rasa mual yang dirasakan pasien. 5. Bila bising usu menurun dapat dianjurkan dengan penggantian
diet yang sesuai dengan pasien. 6. Untuk menentukan nutrisi yang sesuai dengan pasien.

31
II. Implementasi Keperawatan
Tabel 5 Implementasi Keperawatan pada Kasus

No.dx Tgl Jam Pelaksanaan Jam Respon

1 27- 12-
18
14.00 14.40 Menganjurkan untuk
pasien untuk mengeluarkan
minum minuman dahak.
hangat. Respon 15.33
2. Mengajarkan pasien patuh
pasien batuk
dengan anjuran
efektif dan nafas
perawat.
dalam yaitu
dengan cara : 6. Mengobservasi Pasien mengatakan
-Minta pasien tanda-tanda vital. nyaman dengan
15.37
untuk tarik nafas Tekanan darah : posisinya dan
dalam sebanyak 3x 120/90 mmHg sesaknya
15.30
-kemudian saat Nadi : 90 x/menit berkurang.
tarik nafas yang Respirasi : 24 15.40 15.45
ketiga minta x/menit
pasien untuk Suhu : 38°C Terdapat suara
menahan nafas tambahan ronchi
7. Melakukan pada bagian
15.35 15.38 kurang lebih 5- 10
detik kemudian pemberian terapi sinistra anterior.
batukan dengan obat :
injeksi anbacim 1g 20.00 Pasien patuh
sengaja.
per IV Pasien dengan anjuran
15.40 17.00 memperhatikan perawat.
3. Memberikan injeksi kalnex 250
saat diberi
posisi semi fowler mg per IV Nebul Hasil TTV:
penjelasan dan
dengan combiven 1 unit Tekanan darah :
pasien mampu
menanyakan per 120/90 mmHg,
menjelaskan
kenyamanan posisi inhalasi. Nadi : 90 x/menit,
kembali tentang
1. Menjelaskan pasien. codein 10 mg per penyebab dan cara Respirasi : 24
Respon : pasien oral x/menit, Suhu :
kepada pasien mencegah
14.05 14.45 38°C
tentang penyebab mengatakan terhambatnya jalan
dan cara mencegah nyaman dengan nafas.
terhambatnya jalan posisinya dan pasien
Tidak ada reaksi
nafas. sesaknya mendemonstrasika
alergi
berkurang. n apa yang
4. Mengauskultasi diajarkan oleh
perawat, pasien
suara nafas. 5.
masih kesulitan

32
2 26- 12-
18
Tidak ada reaksi
alergi.
14.10 17.00
20.00 14.05 Pasien
1. Menjelaskan 2.
menmperhatikan
kepada pasien Mengobservasi penjelasan
dan keluarga asupan nutrisi perawat dan
tentang pasien. pasien mampu
penyebab dan Mengobservasi menjelaskan
caramengatasi bising usus. kembali tentang
saat demam.
pentingnya
3. Menganjurkan 14.14
kebutuhan
pasien untuk
nutrisi.
3 26- 12- melakukan oral
18
hygien. Bising usus
14.00
2. 4. memberikan 14.20 17.10 8x/menit. Pasien
Mengobservasi nutrisi sesuai
mengatakan
suhu tubuh kebutuhan pasien Pasien
pasien. yaitu memperhatikan nafsu makan
penjelsan menurun.
3. Mengajarkan dengan
Pasien patuh
pasien untuk memberikan diet perawat dan dengan anjuran
mengompres lunak 2100 kkal pasien mampu perawat.
bagian lipatan putih telur. menjelaskan
14.30 14.40 tubuh dengan air 14.05 kembali tentang Pasien mencoba
biasa. penyebab dan makan sedikit
cara mengatasi tapi sering, dan
4. Memberikan saat demam pasien langsung
terapi obat timbul. memakan
antipiretik drip Hasil observasi makanan jika
17.00 14.00 pamol 1 g per IV. suhu 38°C sudah diantar
1. Menjelaskan Pasien mengikuti oleh petugas.
kepada pasien 14.35 14.45 hal yang diajarkan
tentang perawat. untuk
mengompres
pentingnya
bagian lipatan
kebutuhan
tubuh dengan air
nutrisi. biasa.
14.10
tindakan batuk efektif dan mengeluarkan dahak
1. 27- 12- nafas Dengan jumlah
18
dalam yag dilakukan pasien lumayan banyak
20.30 1. Mengobservasi 20.35 Pasien mengatakan berwarna putih
sudah mulai bisa kental.

33
1 unit per
inhalasi.
- Codein 10 mg
per oral. 05.05 05.10 06.10
20.30 22.30 1.
Mengobservasi Tidak ada reaksi
tindakan alergi
mengompres
pasien pada
05.00 20.30
bagian lipatan
tubuh dengan air Pasien
hangat. mengatakan
2. Melakukan sudah tidak
10.00
terapi obat demam.
20.40 20.50 antipiretikdrip
pamol 1 g per
IV. Tidaka ada reaksi
3. alergi
20.30 23.00
2. Memberikan Mengobservasi
suhu tubuh Hasil observasi
posisi semi
suhu 37°C
fowler dengan pasienSuhu :
menanyakan 37°C.
05.05 20.30
pasien mencoba
2. 27- 12- kenyamanan makan sedikit
posisi klien. 1. Menganjurkan
18 pasien untuk tapi sering, dan
makan sedit tapi pasien langsung
3. memakan
Mengauskultasi sering dan untuk makanan jika
suara Nafas makan selagi
sudah diantar
4. Menganjurkan makanan hangat. 20.45 20.55 oleh petugas.
pasien untuk Pasien
3. 27- 12- minum minuman mengatakan
hangat. 5. 2.
18 Pasien nyaman nafsu makan
Mengobservasi Mengobservasi
22.30 dengan posisinya menurun.
tanda-tanda vital. asupan nutrisi
dan sesaknya
Tekanan darah : pasien. Bising usus
berkurang.
120/90mmHg 9x/menit.
05.00 05.05 06.00 Nadi : 3. Terdapat suara
90x/menit
Respirasi:24 Mengobservasi tambahan ronchi.
bising usus. Pasien patuh
x/menit dengan anjuran
Suhu : 37°C Bising usus
perawat.
6. Memberikan 9x/menit. Hasil TTV:
terapi obat : - memberikan
Tekanan darah :
injeksi anbacim nutrisi sesuai
1g per IV - kebutuhan klien 120/90mmHg
Nadi : 90x/menit
injeksi kalnex yaitu dengan Respirasi:24
07.00 250 mg per IV - memberikan diet x/menit Suhu :
22.30
Nebul combiven 37°C

34
18
1. 28- 12-
x/menit RR : 21 putih telur. mengatakan
x/menit S : 37°C nyaman dengan
5. memberikan 21.05 posisinya dan
terapi obat : 1. sesaknya
injeksi anbacim berkurang.
21.00 21.10 1g Terdapat suara
per IV tambahan ronchi
2. injeksi kalnex pada bagian
250 sinistra
mg per IV anterior.
22.30 22.35 06.10
3. Nebul Hasil TTV: TD :
21.35 combiven 1 100/70 mmHg
lunak 2100 kkal unit per inhalasi. N : 86 x/menit
putih telur. 1. 4. codein 10 mg 10.00 RR : 21 x/menit
Mengobservasi per S : 37°C Tidak
tindakan batuk oral ada reaksi alergi
efektif dan nafas 1.
dalam yag Mengobservasi
dilakukan asupan nutrisi
pasien. pasien.

2. Menganjurkan
pasien untuk 21.05 21.30
2. Memberikan makan sedikit Pasien
2. 28- 12-
posisi semi tapi sering dan mengatakan
18 fowler dengan untuk makan nafsu makan
21.00 menanyakan selagi makanan menurun.
kenyamanan hangat. Pasien mencoba
posisi pasien. 21.40 makan sedikit
Pasien tapi sering, dan
3. mengatakan pasien langsung
3. Mengobservasi sudah mulai bisa memakan
Mengauskultasi bising usus. mengeluarkan makanan jika
suara nafas. Bising usus dahak Dengan sudah diantar
22.30 22.31 06.00
10x/menit. jumlah lebih oleh petugas.
memberikan banyak dari Bising usus
4. nutrisi sesuai kemarin 10x/menit.
07.00 Mengobservasi kebutuhan klien berwarna putih
tanda-tanda vital. yaitu dengan kental.
TD : 100/70 memberikan diet pasien
mmHg N : 86 lunak 2100 kkal

35
IV. Evaluasi Keperawatan
Tabel 6 Evaluasi Keperawatan pada Kasus
Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
Tanggal/ jam
bersihan jalan nafas O:
29-12-18/ 12.00 S : pasien mengatakan - Pasien mampu
Ketidakefektifan sesaknya berkurang.
alat bantu nafas.

mengidentifikasi
penyebab dan cara
mencegah
terhambatnya jalan
nafas.
- Pasien melaporkan
mampu mengeluarkan
dahak dengan jumlah
lebih sedikit dari
kemarin berwarna putih
kental.
- Pasien melaporkan
bahwa sesaknya
berkurang.
- Pasien mampu
mendemonstrasikan

- Suara nafas ronchi


pada daerah sinistra
anterior. TD : 120/90 mmHg
- TTV N : 94 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 36,8°C
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dihentikan pasien KRS.

batuk efektif dan nafas


dalam.
- Tidak menggunakan
29-12-18 /12.00 mampu
Hipertermia S : - mengidentifikasi
tentang penyebab dan
O: cara mengatasi demam.
- Pasien dan keluarga - Pasien mampu

36
Defisit nutrisi S : - pasien
mengatakan nafsu makan
membaik.
O : - Pasien mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
- Pasien mampu
mendemonstrasikan
makan sedikit tapi
sering.
- Pasien mampu
29-12-18/ 12.00
melaporkan nafsu
melaporkan bahwa
makan meningkat 3x1
suhu tubuh menurun.
porsi + snack
- Pasien mampu
- Bising usus dalam batas
mendemonstrasikan
normal 12x/menit.
tentang cara mengatasi
- Tidak ada penurunan
demam.
berat badan.
- Suhu tubuh pasien
A : Masalah Teratasi
36,8°C. P : intervensi dihentikan pasien
A : Masalah teratasi KRS
P : intervensi dihentikan Pasien
KRS

37
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z. (2019). Konsensus Pneumonia Viral. Journal of Chemical Information


and Modeling, 53(9), 111.

Damayanti, K., & Ryusuke, O. (2017). Pneuminia. Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana, 7–41.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f331a8a1e413579027
127d4509a339e5.pdf

Jahya, B. (2019). No Title. ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A.D DENGAN


PNEUMONIA DI RUANG CENDANA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
Drs. TITUS ULLY KUPANG.

Nofitasari, E., Maryoto, M., Arni, R. N., & Purnanto, T. N. (2019). Hubungan
tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan
pneumonia pada balita. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat,
1(4), 1–10.

Nursalam. (2016). No Title. In Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Vol.


Edisi 3. Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Indikasi dan indikator


Diagnostik (Edisi II).

Wahyudi, K. (2020). Asuhan keperawatan pada pasien pneumonia yang dirawat di


rumah sakit. Jurnal Keperawatan, 1(2). http://repository.poltekkes
kaltim.ac.id/1066/1/KTI KRIS WAHYUDI.pdf

38

Anda mungkin juga menyukai