Anda di halaman 1dari 21

“ISOLASI IDENTIFIKASI DAN UJI KEMAMPUAN

BAKTERI PADA SAMPEL SPUTUM”

Disusun Oleh :
Nama Anggota Kelompok

Amelia Siburian G1C219168


Dina Mardhiyah Agustina G1C219171
Ira Sartika G1C2191168
Uci Puspita Sari G1C219175
Kelas : E (Jalur Khusus)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN
SEMARANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusunan ucapan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Bakteriologi “Isolasi Identifikasi dan Uji Kemampuan Bakteri Pada
Sampel Sputum” ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Dengan
keterbatasan kemampuan penulis dalam menyusun laporan ini, tentunya masih
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya


apabila ada kesalahan dalam penulisan, dan mohon maaf apabila ada perkataan
yang kurang berkenan.

Semarang, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................... ...i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ..................................................... 3
B. Etiologi ......................................................................................................... 3
C. Gejala ........................................................................................................... 4
D. Antibiotik ..................................................................................................... 4
E. Resisten ........................................................................................................ 5
F. Uji Sensitivitas Bakteri ................................................................................ 5
G. Bakteri pada kultur sputum .......................................................................... 6
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................... 8
A. Tujuan .......................................................................................................... 8
B. Alat dan bahan.............................................................................................. 8
C. Cara Kerja .................................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 12
A. HASIL PRAKTIKUM ............................................................................... 12
B. PEMBAHASAN ........................................................................................ 14
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Udara merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, tanpa ada udara manusia tidak dapat bertahan hidup. Adanya
ventilasi di dalam ruangan akan memudahkan pergerakan udara, dari luar
ruang akan masuk ke dalam ruangan, sehingga ada pergantian udara.
Kualitas udara yang buruk dalam kita sudah berkurang kadar
kemurniannya karena seiring dengan perkembangan zaman dan
meningkatnya akrivitas manusia sehingga banyak sekali sumber
pencemaran yang mengkotaminan udara baik kima maupun biologi.
Mikroorganisme di udara merupakan unsur pencemaran yang
sangat berarti sebagai penyebab gejala berbagai penyakit antara lain iritasi
mata, kulit, saluran pernapasan (ISPA) dengan penumonia dan lain-lain.
Mikroorganisme dapat berada di udara melalui berbagai cara terutama dari
debu yang berterbangan. Debu yang mengandung mikroorganisme antara
lain berasal dari tanah, kotoran hewan/manusia dan bahan buangan lain.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau yang sering disebut ISPA
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Setiap tahunnya rata-rata hampir 4 juta orang meninggal disebabkan
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 98%-nya disebabkan
oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Pada bayi, anak-anak, dan orang
lanjut usia rata-rata tingkat mortalitasnya cukup tinggi terutama dinegara-
negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sangat sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. Penyakit
ini menyerang semua usia dari bayi sampai lansia, dan tersebar luas di
mana-mana. Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan antara lain oleh
bakteri, virus, dan jamur, sedangkan kondisi cuaca, status gizi, status
imun, sanitasi, dan polusi udara merupakan faktor –faktor yang

1
mempengaruhi terjadinya ISPA. Infeksi saluran pernapasan akut yang
mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia.
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Menurut Muttaqin (2008) pneumonia adalah proses inflamasi parenkim
paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat
yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda–benda asing yang
menyebabkan paru-paru meradang. Bakteri patogen yang sering
teridentifikasi pada CAP (Community Acquired Pneumonia) adalah
Streptococcus pneumonia, Haemophilus Influenza, Mycoplasma
Pneunomia, Chlamydia Pneumonia, Staphylococcus Aureus, Neisseria
Meningitides, Maraxella Catarrhalis, Klebsiella Pneumonia dan bakteri
gram negatif lainnya.
Pemeriksaan sputum secara bakteriologik/ mikrobiologik penting
dalam diagnosis etiologi berbagai penyakit pernafasan. Warna, bau dan
adanya darah merupakan petunjuk berharga. Pemeriksaan secara
mikroskopik dapat mengetahui organisme penyebab infeksi.

B. Rumusan Masalah
1. Jenis bakteri apa yang terdapat pada sampel sputum ?
2. Bagaimana resistensi antibiotik pada sampel sputum ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bakteri yang terdapat pada sampel sputum
2. Untuk mengetahui pola resistensi antibiotik pada sampel sputum

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Definisi ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut sering disingkat
dengan ISPA. Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute
Respiratory Infections (ARI). ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi,
saluran pernapasan dan akut dengan pengertian (Yudarmawan, 2012),
sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan
bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan
paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan. Dengan batasan ini,
jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan (respiratory tract)
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini
dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut WHO (2007), Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) didefinisikan sebagai penyakit
saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat,
yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
B. Etiologi
Bakteri patogen, yang sering teridentifikasih pada CAP (
Community Acquired Pneumonia ) adalah streptococcus Pneumoniae
yand dilaporkan kira-kira 2/3 dari isolat bakteri. Bakteri patogen yang
sering dijumpai adalah Haemophilus influenza, Mycoplasma pneumonia
Chlamydia pneumonia, Staphylococcus aureus, Nesseria

3
meningitis,Maraxella catarrhalis,Klebsiela pneumoniae, dan gram negatif
lain. Sedangkan pada pneumonia nosokomial organisme yang paling
sering bertanggungjawab adalah pseudomonas aerogrnosa,
Staphylococcus aureus, Enterobacter, Klebsiella pneumoniae dan
Eschericha coli ,Infeksi oleh pseudomonas aerogrnosa dan Acinetobacter
cenderung menyebabkan pneumonia pada bagain pasien tidak stabil pada
terapi antibiotik sebelumnya ( Chestenut, 2002).
C. Gejala
ISPA Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang
sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau
daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium
awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang
kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus
encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak
merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi,
gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran
tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara
umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri
tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas).
D. Antibiotik
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan dalam mikroorganisme dan hasil uji kepekaan, terapi
antibiotikempiris untuk pasein rawat jalan adalah dengan menggunakan
antibiotik golongan makrolid, florokuinolon atau doksisiklin.
1. Azitromisin
Azitromisin sedikit kurang aktif terhadap kompleks M. Avium dan T.
Gondii, azitromisin sedikit kurang aktif dibandingkan eritromisin
terhadap Staphylococcus dan streptococcus,namun sedikit lebih aktif
terhadap H,influenza.

4
2. Levofloksasin
Levofloksasin memiliki antibakteri dengan spektrum luas,aktif
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif termasuk bakteri
anaerob.
3. Cefixime
Cefixime stabil terhadap enzim β- Lactamase yang diproduksi oleh
organisme seperti strain Haemophillus influenza, M. Catarrhalis,
Neisseria gonorrhoeae dan mayoritas
Enterobakteriaceae.dibandingankan senyawa generasi kedua cefixime
kurang begitu aktif terhadap kokus gram positif. Aktifitas cefixime
menurun terhadap staphylococcus aureus,Enterococci,Listeria
monocytogenes, dan Pseudomonas spp.
E. Resisten
Peningkatan nilai KHM menggambarkan tahap awal menuju
resisten (Permenkes, 2011). Beberapa galur streptococcus pneumonia
sudah resisten terhadap trimetoprim/sulfametoksasol. Pseudomonas
aeruginosa yang merupakan salah satu penyebab infeksi pneumonia
nosokomial sudah terdeteksi resistenterhadap
trimetoprim/sulfametoksasol.
F. Uji Sensitivitas Bakteri
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitifitas
bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya
hambat pertumbuhan mikrooranisme oleh antibiotikyang diketahui dari
daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi
mikroorganisme ditandai dengan adanya zona bening disekitar paper
disk.zona hambat pertumbuhan ini lah yang menunjukkan sensitivitas
bakteri terhadap bahan anti bakteri. Kegunaan uji antimikroba adalah
diperoleh nya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien . terdapat
bermacam-macam metode uji antimikroba sebagai berikut :
1. Metode Difusi

5
Metode disc diffusion (Tes Kirby & Baurer) unuk menetukan aktifitas
agen anti mikroba. Cawan yang berisi agen antimikroba diletakkan
pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan
berdifusi media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan
terdifusi tersebut. Area jernih mengidentifikasih adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganime oleh agen antimikroba pada permukaan
media agar
2. Metode Dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution)
dan difusi padat (solid dilution). Metode dilusi cair (broth dilution)
mengukur MIC (Minimun Inhibitory Concentration) atau KHM (
Kadar Hambat Minimum) MBC (Minimum Bactericidal
Concentration atau kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang
dilkukannya adalah dengan membuat seri pengenceran agen
antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji.
Sedangkan metode dilusi padat. Keuntungan metode ini adalah satu
konsentrasi agen antimikroba yang di uji dapat digunakan untuk
menguji beberapa mikroba uji.
G. Bakteri pada kultur sputum
Bakteri yang sering terdeteksi pada kultur sputum yaitu
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus
aureus,dan spesies Klebsiella. Penyakit pneumonia disebabkan oleh
bakteri yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.
Penyebab tersering pneumonia bakterial adalah bakteri gram positif,
streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Streptococcus
hemolitikus grup A juga sering menyebabkan Pseudomonas aeruginosa.
Sedangkan pada pneumonia pada bailta bakteri penyebab yang sering
adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza dan
Staphylococcus aureus. Klebsiella pneumoniae sebagai bakteri yang
paling banyak terdapat pada sputum pasien pneumonia yaitu sebesar
40,18%, kemudian diikuti oleh bakteri streptococcus pneumonia pada

6
posisi kedua sebesar 14,04% dan Pseudomonas aeruginosa dengan
persentase 8, 56% dari seluruh bakteri yang ditemukan.

7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tujuan : Untuk mengetahui spesies bakteri yang terdapatdi dalam sampel


B. Alat dan bahan
a. Alat

1. Ose bulat 6. Inkubator


2. Ose jarum 7. Kertas bekas
3. Spritus 8. Spidol
4. Korek kayu 9. Kertas uji oksidase
5. Objek Glas 10. Rak tabung

b. Bahan

1. Blood agar plate


2. Mac conkey agar
3. Heart infusion agar
4. Tryptophan broth
5. Mr-Vp broth
6. Simmons citrate agar
7. SIM
8. Urea agar
9. TSIA
10. Gula-Gula
11. Mueller Hinton Agar
12. H2O2
13. Kovac’s
14. Methyl Red
15. KOH 40%
16. Nafthol 5%
17. Sampel(sputum)

8
C. Cara Kerja
a. Hari Pertama
1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan 2 ose bulat di atas api spritus hingga pijar dari pangkal
hingga ujung ose, lalu letakkan di rak tabung
3. Setelah ose dingin, gunakan ose pertama untuk mengambil sampel
sputum lalu goreskan di media MCA dan BAP sebanyak 1
kuadran, setelah itu sterilkan ose, gunakan ose kedua untuk
goresan kuadran selanjutnya dengan menarik garis dari kuadran 1,
buat hingga 5 kuadran
4. Sterilkan ose, lalu bungkus media dengan kertas bekas (bagian
bersih/polos di dalam) dan beri keterangan menggunakan spidol
5. Inkubasi media MCA dan BAP selama 24 jam pada suhu 37oC.
b. Hari Kedua
1. Amati koloni dari media MCA yang telah di inkubasi
2. Catat ciri-ciri koloni meliputi
- Warna - Ukuran
- Sifat
- Tepi
- Elevasi
- Konsistensi
3. Karena pada pertumbuhan media MCA bagus dan koloni
seragam, maka koloni diambil dari media MCA dan BAP
digoreskan menggunakan ose jarum pada media HIA diinkubasi
24 jam 37oC
c. Hari Ketiga
1. Lakukan uji katalase menggunakan H2O2 3% hasil yang
didapatkan hasil positif
2. Dilakukan uji oksidase dengan cara menggunakan pada kertas
uji, diamati perubahan warna pada kertas uji biokimia (< 5 detik
= positif, > 5 detik = negatif)

9
3. Melakukan penanaman koloni pada media uji biokimia (Indol,
MR, VP, Citrate, Motil, Urea, TSIA, Glukosa, Laktosa, dan
Sukrosa) dengan cara :
- Melakukan sterilisasi ose jarum dengan spritus sampai
pijar
- Ambil koloni pada media HIA menggunakan ose jarum
yang telah disterilkan
- Menempelkan ose jarum pada bagian dinding media
indol,MR dan VP secara bergantian lalu homogenkan
- Dilanjutkan dengan menggunakan ose jarum pada media
citrate
- Menusukkan ose jarum pada media motil
- Ambil lagi koloni pada media HIA menggunakan ose
jarum yang sama
- Menempelkan ose jarum pada bagian dinding media cair
glukosa,laktosa dan sukrosa
- Menggoreskan ose jarum secara zigzag pada media urea
- Ambil lagi koloni pada media HIA menggunakan ose
jarum yang sama
- Menggoreskan ose jarum pada media padat TSIA secara
zig-zag dan melakukan penusukan sampai dasar tabung
d. Hari keempat
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Melakukan pengamatan pada uji biokimia
3. Menambahkan reagen untuk melihat reaksi perubahan pada
media , yaitu
- Media indol ditambahkan reagen kovac (1-3 tetes)
- Media MR ditambahkan reagen MR (1-3 tetes)
- Media VP ditambahkan KOH40% dan napthol 5% (1-5
tetes) homogenkan
4. Mengamati perubahan warna pada media citrate dan urea

10
5. Mengamati ada atau tidaknya kekeruhan yang menyebar pada
media motil
6. Mengamati prubahan warna pada lereng dan dasar pada media
TSIA, ada atau tidaknya H2s dan gas pada media TSIA
7. Catat hasilnya
e. Hari kelima
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Melakukan pengenceran bakteri sesuai dengan standar
Mc.Farland 0,5 (suspensi bakteri)
3. Melakukan uji API 20 NE dengan cara
- Masukkan suspensi bakteri kedalam semua tabung API
sampai bagian leher
- Perhatikan tanda |__| maka suspensi ditambah hingga
tabung penuh, Perhatikan tanda ___ tabung ditambah
dengan parafencair sampai penuh
- Memasukkan kit API kedalam wadahnya yangtelah di isi
dengan aquades
- Beri identitas sampel yang dikerjakan dengan nama
kelompok
- Inkubasi dengan suhu 37oC selama 24-48 jam
4. Melakukan uji sensitivitas dengan cara
- Celupkan cotton bud kedalam suspensi bakteri
- Goreskan ke media MHA secara rapat sebanyak 2 kali
- Diamkan selama 5- 10 menit
- Tempelkan disk obat dengan jarak masing-masing disk 2
cm
- Beri identitas sampel pada plate
- Inkubasi dengan suhu 37ocm selama 24 jam
f. Hari keenam
Melakukan pengamatan dan pencatatan hasil pada API 20 NE
dan mengamati uji resistensi pada media MHA.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PRAKTIKUM
 Hasil Pengamatan pada Media BAP
 Bentuk : Circular
 Ukuran : 1 mm
 Warna : Hijau Metalik keabuan
 Tepi : Entire
 Elevasi : Convex
 Konsistensi : Smooth dan mucoid
 Sifat Hemolisa : Alfa Hemolisa

Pada media MCA terdapat 3 macam bentuk koloni

 Hasil Pengamatan pada Media MCA (Koloni A)


 Bentuk : Circular

12
 Ukuran : 1,5 mm
 Warna : Kuning
 Tepi : Entire
 Elevasi : Convex
 Konsistensi : Smooth
 Sifat Hemolisa : Non Fermenter Lactosa
 Hasil Pengamatan pada Media MCA (Koloni B)
 Bentuk : Circular
 Ukuran : 1,25 mm
 Warna : Pink
 Tepi : Entire
 Elevasi : Convex
 Konsistensi : Smooth
 Sifat Hemolisa : Lactosa Fermenter Cepat
 Hasil Pengamatan pada Media MCA (Koloni C)
 Bentuk : Circular
 Ukuran : 1 mm
 Warna : Pink
 Tepi : Entire
 Elevasi : Convex
 Konsistensi : Smooth
 Sifat Hemolisa : Lactosa Fermenter Cepat
 Hasil Uji Biokimia
 Indol : Negatif (-)
 MR : Positif (+)
 VP : Negatif (-)
 Urea : Positif (+)
 Citrate : Negatif (-)
 TSIA : kuning/kuning, H2S (-), Gas (-)
 Motiliti : Negatif (-)

13
 Glukosa : Positif (+)
 Laktosa : Negatif (-)
 Sukrosa : Positif (+)
 Uji Katalase : Positif (+)
 Uji Oksidase : Positif (+)
 Uji Koagulase : Negatif (-)
 Uji MSA : Positif (+)
 Uji Novobiosin : Resisten
 Uji Sensitivitas
 NitroFurantion (F) : 300 µg
 AmoxyCillin (AML) : 25 µg
 Metronidazole (MTZ) : 5 µg
Bakteri sensitif terhadap antibiotik MTZ

 Uji API 20 NE
 NO3 : +  NAG : +
 TRP : -  MAL : -
 GLU : +  GNT : -
 ADH : +  CAP : -
 URE : +  ADI : -
 ESC : -  MLT : -
 GEL : -  CIT : -
 PNG : +  PAC : -
 GLU : -
 ARA : -
 MNE : -
 MAN : -

B. PEMBAHASAN

14
Dari pengamatan bakteri yang telah dilakukan selama 6 hari mulai
dari hari pertama dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri yang ditanam
pada media BAP dan MCA dari sampel sputum dengan cara digores
setelah itu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C, dihari kedua
dilanjutkan dengan melakukan pengamatan pada media agar BAP daan
MCA yang telah di tanam, kemudian melakukan sub kultur bakteri dari
media BAP dan MCA ke media HIA, setelah itu dilakukan uji katalase, uji
koagulase, dan uji oksidase, uji novobisin, uji MSA dan uji biokimia dan
dihari terakhir dilakukan uji sensitivitas pada uji sensitivitas bakteri
sensitif terhadap antibiotik MTZ, dan dilakukan uji Api didapati hasil
bakteri yang kurang signifikan 99,3% menuju pada bakteri
Photobacterium damselae, bakteri ini merupakan salah satu bakteri
patogen yang menginfeksi hewan (khusunya ikan) dan manusia, tetapi
bakteri ini umumnya jarang ditemukan, ini disebabkan karena goresan
pada media agar dan uji biokimia yang kurang akurat dan bisa jadi
terkontaminasi dari bakteri lain, sehingga saat dikonfirmasi pada uji Api
hasil tidak sesuai.
 Hasil uji api 20 NE pada aplikasi

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Photobacterium damselae salah satu bakteri patogen yang
menginfeksi hewan (khususnya ikan) dan manusia. Patogenisitas bakteri
tersebut dikontrol melalui terapi antibiotik, tetapi aplikasi antibiotik yang
berkelanjutan menimbulkan resistensi bakteri.
Dahak atau sputum adalah mukus yang keluar saat batuk dari saluran
pernapasan atas. Dalam dunia kedokteran, sampel dahak biasanya
digunakan untuk investigasi mikrobiologi infeksi pernapasan dan
investigasi sitologi sistem pernapasan.
Pada praktikum bakteriologi ini dengan sampel sputum setelah
dilakukan isolasi dan identifikasi pada media agar BAP dan MCA dengan
melakukan sub kultur dan berbagai uji, seperti uji biokimia, uji katalase,

16
uji koagulase, uji novobisin, dan uji API untuk mengetahui bakteri apa
yang terdapat pada sampel sputum, akan tetapi karena adanya kesalahan
dari praktikan menjadi penyebab tidak terdeteksi secara akurat dan benar
karena goresan pada saat menggores di media agar yang kurang baik
mungkin juga karena saat diuji biokimia juga kurang baik juga bisa jadi
karena adanya kontaminasi dari bakteri lain sehingga saat dikonfirmasi di
media API 20NE hasilnya tidak sesuai.

LAMPIRAN

17
`

18

Anda mungkin juga menyukai