Anda di halaman 1dari 17

ISPA PADA ANAK

DI

OLEH : kelompok 1

NURUL MAGHFIRAH YANDA

RIZHAYANTI

ADINDA HAIFA

ASVINA

FAJAR SAPUTRA

PEMBIMBING : Ns. M. Ikhsan, S. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIkes )


PROGRAM ILMU KEPERAWATAN
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
AJARAN 2019
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................. 1


A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………

BAB II : TINJAUAN TEORI ..................................................................


A. Definisi ISPA .........................................................................
B. Eiologi ISPA ..........................................................................
C. Patofisiologi ISPA .................................................................
D. Sign and system ....................................................................
E. Komplikasi ...........................................................................

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................


A. Pengkajian ..............................................................................
B. Diagnosa keperawatan............................................................
C. Intervensi................................................................................
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam
keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam Jahiliah ke alam
yang berilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan,
dikarenakan pengalaman dan kemampuan yang kami miliki masih sangat minim. Adapun, judul
yang kami angkat dalam makalah ini adalah tentang “ISPA ”.
Dan kami juga menyadari bahwa makalah yang kami sajikan masih jauh dari
kesempurnaan, kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun juga sangat kami
harapkan, agar makalah ini lebih baik dan berguna bagi penulis sendiri juga bagi pembaca
lainnya.
Akhir kata kami memohon sehingga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis, Amin…

Penulis

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan
masalah pendidikan , perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak
merupakan usia yang rentan penyakit. Kegiatan pemberantasan Penyakit Menular ( P2M
) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif disemua aspek
lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan. Hingga saat ini salah satu penyakit yang
banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ).
Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu kerongkongan,
pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran pernapasan diagnosis umum
untuk yang termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis virus (flu biasa), sinusitis akut,
dan pharyngitis akut. Sistem saluran pernapasan atas lain, yang lebih serius termasuk
epigglotis dan penyakit batuk yang disertai dengan sesak napas. Terjadinya ISPA karena
masuknya virus, dan bakteri. Sebab utama ISPA adalah virus dan kemudian diikuti oleh
bakteri. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang akan sembuh dengan sendirinya,
tanpa pemberian obat-obat terapeutik, namun pemberian antibiotic dapat mempercepat
penyembuhan.
World Health Organization ( WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40
per 1000 kelahiran hidup adalah 15 %-20%pertahun pada golongan usia balita. Menurut
WHO sekitar 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar
kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana peunomia merupakan salah
satu penyebab utama kematian dengan membunuh sekitar 4 juta anak balita setiap tahun.
Penyakit ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan angka kematian
yang cukup tinggi pada balita. Penyakit ini dapat berupa batuk, pilek pada balita dengan
angka kesakitan di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali pertahun. Sebanyak
40%-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian
rawat jalan dan rawat inap rumah sakit yang disebabkan oleh ISPA.
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa keteraturan ibu dalam melakukan pencegahan
penyakit ISPA masih sangat perlu mendapatkan perhatian serius karena hal tersebut
merupakan faktor yang terkait dengan tingginya angka kematian dan angka kesakitan
akibat penyakit ini.
Untuk mengendalikan angka kematian dan angka kesakitan dapat dilakukan
dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan pemberian pendidikan
kesehatan mencakup pencegahan penyakit ISPA. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus
mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya
penurunan angka kematian dan angka kesakitan melalui upaya preventif, promotor,
kuratif dan rehabilitatif..
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik membahasnya lebih lanjut
dalam bentuk penyusunan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep medis ISPA, yang meliputi : definisi, etiologi, patofisiologi, tanda
dan gejala, komplikasi ?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan ISPA, yang meliputi : pengkajian,
diagnose keperawatan, dan intervensi ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis ISPA
1. Definisi
ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernapasan di atas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan (Nelson,edisi 15).
Infeksi saluran pernapasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing, dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada padaa saat
melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts ; 1990 ;450).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah). . Yang
termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit
telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah saatunya
adaalah pneumonia (WHO).
ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran
pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14
hari.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk, pilek, dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan
jarang memiliki ciri area anatomic tersendiri. Infeksi sering menyebar dari satu
struktur ke struktur lainnya karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi
seluruh saluran. Akibatnya, infeksi saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area
tidak hanya satu struktur, meskipun efek pada suatu individu dapat mendominasi
penyakit lain.

2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptococcus, staphylococcus,
pneumococcus, haemophylus, bordetella dan corinebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus, coronavirus, picornavirus,
mycoplasma, herpesvirus dan lain-lain.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk
dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada
anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.
Etiologi pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya
sukar diperoleh. Penetapan etiologi pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada
hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian diberbagai
Negara menunjukkan bahwa di Negara berkembang streptococcuspneumonia dan
haemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga
dari hasil isolasi, yakni 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari specimen
darah. Sedangkan di Negara maju, dewasa ini pneumonia pada anak umumnya
disebabkan oleh virus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit.

3. Patofisiologi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman
golongan A streptococcus, stapilocosus, haemophylus influenza, clamydia
trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi
saluran pernapasan ( hidung, pharing, laring ) dan memiliki manifestasi klinis seperti
demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare, abdominal pain, sumbatan pada
jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing, stridor, crackles, dan tidak terdapatnya
suara pernapasan.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus kea rah
faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe,1974). Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktivitas kelenjar mucus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan
cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending dan Chernick,
1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan
batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya faktor-faktor
seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa
dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang
lain dalam tubuh, sehingga dapat meyebabkan kejang, demam, dan juga bisa
menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteri
pun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya
hanya di temukan dalam saluran pernapasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus,
dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann,
1985).
Penanganan penyakit saluran pernapasan pada anak harus diperhatikan aspek-
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran
nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun
sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan
jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas sistem imun mukosa. Ciri khas
berikutnya adalah IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG
pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan
mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

4. Sign and symptoms atau tanda dan gejala


ISPA akan memunculkan gejala khususnya terjadi pada hidung dan paru-paru.
Gejala penyakit ISPA muncul sebagai tanda respon terhadap racun yang dikeluarkan
oleh virus atau bakteri yang melekat di saluran pernapasan. Beberapa gejala penyakit
ISPA antara lain :
a. Pilek biasa.
b. Keluar sekret atau lender cair dan jernih dari hidung.
c. Kadang bersin-bersin.
d. Sakit tenggorokan.
e. Batuk.
f. Sakit kepala.
g. Sekret menjadi kental.
h. Demam.
i. Muntah.
j. Anoreksia.
Anda bisa memberikan penanganan pertama yang biasa dilakukan seperti
mengompres, memberikan paracetamol, dan memberikan konsumsi air yang
cukup pada anak. Namun, jika daya tahan tubuh anak dalam keadaan baik, gejala
awal tersebut bisa sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan pengobatan tertentu.
Jika ISPA bertambah parah, gejala penyakit ISPA yang lebih serius akan timbul
seperti kesulitan bernapas, pusing, tingkat oksigen dalam darah rendah, demam
tinggi dan menggigil, bahkan yang lebih parah kesadaran menurun hingga
pingsan. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan hingga 5 tahun
adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor ( suara nafas seperti
mendengkur), dan kekurangan gizi. Sementara tanda bahaya yang diidap anak
golongan umur kurang dari dua bulan adalah kemampuan minumnya menurun
hingga kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya, demam, dingin,
kejang, kesadaran menurun, dan stridor. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada
umumnya berlangsung dari satu sampai dua minggu, dan hampir sebagian besar
pengidap ISPA akan mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama.
Penyakit ISPA di Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai
penyakit yang paling banyak diidap masyarakat, dan yang paling banyak adalah
anak-anak. Rata-rata balita di Indonesia mengalami sakit batuk pilek paling tidak
tiga hingga enam kali per tahunnya. Berdasarkan data World Health
Organization, angka kejadian ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia ( radang
paru-paru) sering terjadi pada anak-anak terutama jika mengalami gizi kurang dan
dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat. Pada balita di
Indonesia jumlahnya cukup tinggi yakni 10-20 % per tahun.

5. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6
hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
a. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil, Sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar, nyeri
kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis
dan maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan
transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan
gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar).
Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin
yang terus menerus disertai secret perulen dapat unilateral ataupun bilateral.
Bila didapatkan pernapasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang
menetap tanpa sebab yang jelas perlu dipikirkan terjadinya komplikasi
sinusitis. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotic.
b. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthacii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus
langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).
Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi
(hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah,
terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri
(pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi
akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengan sehingga menyebabkan terjadinya OMA
dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian
THT. Biasanya dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan
antibiotika keadaan tidak membaik. Parasentesis (penusukan selaput telinga)
dimaksudkan mencegah membrane timpani pecah sendiri dan terjadi otitis
media perforate (OMP).
c. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis,
trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia. Selain itu dapat pula terjadi
komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep asuhan keperawatan ISPA


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan
dengan cara berurutan, perawat harus mengetahui data actual apa yang diperoleh,
faktor resiko yang penting, keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-
lain.(Nursalam,2001).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan kesehatan.
Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam
proses keperawatan.
Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis / wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang / diagnostik.
Klasifikasi dan Analisa Data
a. Klasifikasi data adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau keadaan
tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan
berdasarkan kriteria permasalahannya. Klasifikasi ini dikelompokkan dalam
data subjektif dan data obyektif.
b. Analisa data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan.
c. Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : data, penyebab,
dan masalah. Kolom data berisi : data subyektif, data obyektif dan faktor resiko.
Kolom penyebab berisi : 1 (satu) kata / kalimat yang menjadi penyebab utama
dari masalah. Kolom masalah berisi : pernyataan masalah keperawatan.
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi : nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien dating dengan
keluhan batuk pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu,
riwayat kesehatan keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada sistem pencernaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher,
mulut, abdomen.
d. Aktivitas dan istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada malam
hari, karena badan demam. Eliminasi
Gejala : tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau,atau berair.
Tanda : kadang-kadang terjadi peningkatan bising usus.
e. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB.
Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial.( NANDA 2018 )
Diagnosa keperawatan menggambarkan bagaimana keadaan pasien saat
ini dan mencerminkan perubahan-perubahan pada kondisi pasien.(NANDA
2018)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam memasukkan dan mencerna makanan.
3. Kurang pengetahuan tentang ISPA berhubungan dengan kurang informasi.

3. Intervensi keperawatan
Diagnosa I : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.

Intervensi :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
6. Lakukan suction pada mayo.
7. Berikan bronkodilator bila perlu.
8. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab.
9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
10. Monitor respirasi dan status O2.
11. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
12. Pertahankan jalan nafas yang paten.
13. Atur peralatan oksigenisasi.
14. Pertahankan posisi pasien.
15. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenisasi.
Diagnosa II : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakmampuan dalam memasukkan dan mencerna makanan.

Intervensi :
1. Kaji adanya alergi makanan.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
7. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
8. BB pasien dalam batas normal.
9. Monitor turgor kulit.
10. Monitor mual dan muntah.
11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.

Diagnosa III : kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA


berhubungan dengan kurang informasi.

Intervensi :
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
penyakit yang spesifik.
2. Jelaskan patofisiologi dari pennyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat.
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dalam
penulisan makalah ini adalah :
1. Penyakit ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka timbul
persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Smpai saat ini belum
ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bacterial adalah
pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien
mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab.untuk dapat
melakukan hal ini, kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan
mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan
mikrobiologik, baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.
2. Asuhan keperawatan klien ISPA berpusat pada peningkatan ventilasi khususnya pada
saluran pernapasan dengan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal,
meningkatkan rasa nyaman dengan peredaan nyeri, pola nafas efektif, meningkatkan
masukan nutrisi, dan peningkatan poengetahuan tentang proses penyakit dan
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Wijayaningsih Kartika Sari 2013 buku asuhan keperawatan anak Jakarta Timur CV. Trans Info
Media

https://www.halodoc.com/ini-gejala-penyakit-infeksi-saluran-pernapasan-akut-yang-perlu
diwaspadai

https://www.guesehat.com/ketahui -tanda-dan-gejala-penyakit-ispa-pada-anak-berikut-ini

https://www.academia.edu>askep ispa pada anak

Herdman, T.H. (2018). NANDA internasional Nursing Diagnoses: definitions and classification
2018-2020. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai