LP Konstipasi
LP Konstipasi
NIM : P17240223060
TINGKAT :3B
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
2024
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR
NIM : P17240223060
RUANG : MAWAR
I. DEFINISI KASUS :
Eliminasi adalah pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau
bowel (feses). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Frekuensi
defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali per hari sampai 2-3 kali
per minggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Gangguan eliminasi alvi
adalah keadaan seorang individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada
usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, feses keras dan kering (Mubarak et al,
2015).
Konstipasi atau disebut juga dengan susah buang besar atau sembelit. Konstipasi
adalah gangguan pada pola eliminasi akibat adanya feses kering atau keras yang melewati
usus besar. Perjalanan feses yang lama karena jumlah air yang diabsorbsi sangat kurang
menyebabkan feses menjadi kering dan keras (Mubarak & Chayatin, 2007). Konstipasi
berhubungan dengan jalan yang kecil, kering, kotoran yang keras, atau tidak ada
lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Hal ini terjadi ketika pergerakan feses
melalui usus besar lambat. Hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar.
usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi (Mubarak et al, 2015).
gejala seperti sulit buang air besar, kembung atau keras atau kecil. Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses defekasi/ buang air besar antara lain : diet atau pola nutrisi,
misalnya asupan serat yang tidak adekuat, dehidrasi, obat-obatan, penyakit, kurang
latihan fisik atau imobilisasi, psikologis atau kondisi kurang nyaman. Vazquez (2010)
konstipasi fungsional. Komplikasi konstipasi mulai dari mual, muntah, penurunan nafsu
makan, hemoroid hingga menjadi fisura ani, inkontinensia alvi, perdarahan pada rektum,
1) Diet
Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Sebagai
keinginan defekasi.
2) Asupan cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras, karena jumlah
3) Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Obat-obatan yang dapat
mengganggu pola defekasi antara lain analgesik narkotik, opiat, dan antikolinergik.
4) Penyakit
5) Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak atau
6) Nyeri
Normalnya defekasi tidak menimbulkan nyeri. Akan tetapi, pada kondisi tertentu
peristaltik untuk sementara waktu. Kondisi ini umumnya berlangsung antara 24 dan
1) Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh, seperti hormon tiroid, dan
kadar kalsium.
2) Foto Rontgen, untuk mendeteksi tinja di dalam usus atau penyumbatan dalam usus.
3) Kolonoskopi, untuk memeriksa kondisi usus dan rektum menggunakan selang lentur
berkamera (kolonoskop).
kembali
5) Defecography atau foto Rontgen rektum dengan barium, untuk mendeteksi gangguan
pada fungsi otot rektum dengan memasukkan barium ke dalam rektum kemudian
teknologi MRI
dalam usus, dengan meminta pasien menelan pil yang dilengkapi perekam atau zat
penanda yang pergerakannya di dalam usus akan diamati selama 24–48 jam
V. MASALAH KEPERAWATAN
Konstipasi berhubungan dengan Pola defekasi tidak teratur serta kurangnya asupan
makanan berserat.
1) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat pencahar supositoria anal, jika
perlu.
A. SKEMA
Diet rendah serat, asupan cairan kurang, penyakit yang Penggunaan obat-obatan
diderita, gaya hidup, nyeri, pembedahan dan anastesi tertentu (seperti gol.opiat) dan
mengandung Al dan Ca
Absorbsi cairan
dan elektrolit Memberi efek pada
segmen usus
Memperpanjang waktu
transit di kolon karena Memperpanjang waktu
absorbsi terus transit di kolon
berlangsung
Kontraksi tidak
Feses mengeras mendorong
Spasme setelah makan, nyeri kolik pada abdomen bawah Nyeri akut
Konstipasi adalah kondisi yang ditandai dengan sulit buang air besar atau
frekuensi BAB yang lebih sedikit daripada biasanya. Penyebab konstipasi diantaranya
akibat dari diet rendah serat, asupan cairan kurang, penyakit yang diderita, gaya hidup,
nyeri, pembedahan dan anastesi. Konstipasi juga berarti pelannya pergerakan tinja
melalui kolon. Kondisi ini sering berhubungan dengan sejumlah besar tinja yang
kering dan keras pada kolon desendens yang menumpuk karena penyerapan carian
yang berlangsung lama (Guyton dan Hail, 1996). Konstipasi dalam konsep diagnosa
seseorang, disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya
feses yang sangan keras dan kering (Wilkinson, 2006). Penyebab lain konstipasi yaitu
akibat dari penggunaan obat-obatan tertentu (seperti golongan opiat) dan mengandung
Al dan Ca. Obat-obatan ini akan memberikan efek pada segmen usus dan
defekasi. Dorongan defekasi secara normal dirangsang oleh distensi rektal melalui
empat tahap yaitu rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter
internal, relaksasi sfingter eksternal dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan
tekanan intra-abdomen. Gangguan salah satu dari empat proses ini dapat menimbulkan
konstipasi (Smeltzer & Bare, 2008). Membran mukosa rektal dan muskulatur menjadi
tidak peka terhadap adanya massa fekal apabila dorongan untuk defekasi diabaikan.
Hal ini mengakibatkan perlunya rangsangan yang lebih kuat untuk menghasilkan
dorongan peristaltik tertentu agar terjadi defekasi. Perlunya dorongan yang lebih kuat
tersebut akan menyebabkan kelemahan. Efek awal retensi fekal adalah untuk
menimbulkan kepekaan kolon, dimana pada tahap ini sering mengalami spasme,
khususnya pada saat makan. Kondisi ini dapat menimbulkan nyeri kolik mid
abdominal atau abdomen bawah. Setelah proses ini berlangusng sampai beberapa
tahun, kolon kehilangan tonus dan menjadi sangat responsif terhadap rangsang normal
Menurut Mubarak & Chayatin (2007), pengkajian keperawatan pada klien denan
gangguan eliminasi alvi difokuskan pada riwayat keperawatan, pemriksaan fisik, dan
pemeriksaan diangostik.
1) Riwayat keperawatan
a) Pola defekasi :
- Apa penyebabnya?
b) Perilaku defekasi :
c) Deskripsi feses :
- Warna
- Tekstur
- Bau
d) Diet :
h) Stress :
- Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah yang dapat mengganggu pola
defekasinya?
gastrointestinalnya?
2) Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada daerah abdomen, rektum, anus, dan
feses.
kualitasnya.
berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah pada bagian kanan atas dan
seterusnya.
b) Rektum dan anus. Pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
- Palpasi. Palpasi dinding rektum dan rasakan adanya nodul, massa, nyeri tekan.
c) Feses. Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna, dan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi berhubungan dengan Pola defekasi tidak teratur serta kurangnya asupan
makanan berserat.
Definisi : Konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses
Subjektif :
- Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
Objektif :
- Feses keras.
Subjektif :
Objektif :
- Distensi abdomen.
- Kelemahan umum.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Konstipasi berhubungan dengan Pola defekasi tidak teratur serta kurangnya asupan
makanan berserat.
kriteria hasil :
a) Observasi :
b) Terapeutik :
c) Edukasi :
usus.
gas.
d) Kolaborasi :
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Embuai, Selpina. Desember 2019. Upaya Melancarkan BAB pada Anak dengan Melakukan Foot
Massage, Pengaturan Diet dan Toilet Traning. Moluccas Health Journal, (online),
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Mubarak WI, Indrawati L, Susanto J. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta :
Salemba Medika.
Mubarak WI dan Chayatin N. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi
Putri, Yurissa Adela. 2019. Pengaruh Senam Hamil (Pregnancy Exercises) Terhadap Kejadian
KONSTIPASI
NIM : P17240223060
TINGKAT :3B
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
2022
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN
BIODATA
Nama : Ny. Y
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : Perawat
Agama : Islam
Tanggal dan Jam MRS : Jumat, 25 Maret 2022 pukul 06.00 WIB
dan merasakan nyeri pada daerah abdomen bawah dengan skala nyeri 6. Pasien mengatakan
Pasien mengatakan anggota keluarganya yaitu ibu dari pasien mempunyai riwayat penyakit
hipertensi.
Genogram :
WIB.
tidak mengalami
gangguan tidur.
untuk mempermudah
tidur
terbangun.
B. POLA ELIMINASI
rutin. rutin.
seperti kotoran
mengatakan tidak
mengalami kesulitan
BAK.
1. Jumlah dan Jenis Makanan Pola nutrisi pasien Pola makan pasien
menurun.
malam. malam.
3. Jumlah dan Jenis Cairan Pasien mengatakan Pasien mengatakan
minuman. minuman.
minum
sore hari
merasa kotor.
E. POLA KEGIATAN / AKTIVITAS LAIN
kemudian pergi ke RS
untuk dinas.
A. Konsep diri :
Gambaran diri / citra diri : Pasien mempunyai sifat optimis, dan memiliki
harapan tinggi untuk sembuh
Ideal diri : Pasien seorang ibu rumah tangga sekaligus
perawat, sehingga di rumah berperan untuk mengurus keluarganya, sedangkan
pada saat di rumah sakit berperan untuk memberikan asuhan keperawatan.
Harga diri : Pasien mengatakan bahwa beliau sangat disayangi
oleh keluarganya.
Peran : Pasien seorang Ibu Rumah Tangga sekaligus
Perawat
Identitas : Ny. Y seorang perempuan berumur 31 tahun.
Beliau anak pertama dari 2 bersaudara. Ny. Y seorang ibu rumah tangga dan
seorang perawat.
C. Pola seksual :
Ny. Y seorang ibu mempunyai 3 orang anak, 2 orang anak perempuan dan 1 anak laki-
laki. Ny. Y tidak ada masalah reproduksi.
D. Pola mekanisme koping :
Adaptif : Pasien mampu berbicara dengan orang lain, pasien bisa menyelesaikan masalah
sederhana dengan orang lain.
Maladaptif : Pasien sering marah-marah tanpa sebab.
Status mental : Mental psikologis pasien pada saat sakit yaitu pasien
kooperatif dan selalu optimis akan segera sembuh.
Pola komunikasi : Pasien dalam kehidupan sehari-harinya menggunakan
bahasa jawa, ada feedback ketika diajak berkomunikasi.
Orientasi : Orientasi klien terhadap orang dan lingkungannya baik.
DATA SPIRITUAL :
PEMERIKSAAN FISIK :
B. Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh : 36,7 C Nadi : 88 x/menit
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris kanan kiri
b. Kelopak mata (Palpebra) : Tidak ada oedema
c. Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
d. Pupil : Normal, ada refleks cahaya
e. Kornea dan iris : Normal
f. Pergerakan bola mata : Seirama/simetris kanan dan kiri serta dapat
mengikuti objek
g. Ketajaman penglihatan / visus *) : Dapat membedakan warna, pandangan
jelas
h. Medan penglihatan : Normal
i. Tekanan bola mata *) : Tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris dan normal, tidak ada
nyeri tekan
b. Lubang hidung : Tidak terdapat kotoran hidung,
lubang simetris kanan kiri
c. Cuping hidung : Tidak ada pernapasan cuping
hidung
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris kanan kiri
Ukuran telinga : Daun telinga kanan dan kiri sama besar
b. Lubang telinga : Ada sedikit serumen
c. Pemeriksaan pendengaran : Fungsi pendengaran baik/normal
6. Leher :
a. Posisi trakea : Simetris, berada di tengah-tengah leher
b. Tiroid : Tidak ada pembengkakan
c. Suara ucapan : Normal, mampu berbicara dengan baik
d. Kelenjar lymphe : Tidak ada pembengkakan
e. Vena jugularis : Teraba, tidak mengalami pembesaran
f. Denyut nadi carotis : Teraba
2. Pemeriksaan paru :
a. Inspeksi : RR : 18 x/menit
b. Palpasi : Teraba sama antara kanan dan kiri
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Suara nafas vasikular, ronchi (-), wheezing (-)
F. Pemeriksaan abdomen :
a. Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan
b. Auskultasi : Bising usus 12 x/menit
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, permukaan halus
d. Perkusi : Terdengar bunyi timpani
J. Pemeriksaan neurologi
1. Tingkat kesadaran (secara kuantitatif) / GCS :
Respon membuka mata : 4
Respon verbal : 5
Respon motorik : 6
2. Tanda-tanda rangsangan otak (Meningeal sign) :
Kaku kuduk : -
Nyeri kepala : -
Mual muntah : -
Kejang : -
UMUR : 31 tahun
RUANG : Sakura
- Pasien mengatakan
feses keras
DO :
seperti kotoran
kambing
- Nadi : 88
x/menit
- Tekanan darah :
120/80 mmH
- Respirasi : 18
x/menit
abdomen bawah.
- Pasien mengatakan
BAB.
DO:
- Nadi : 88
x/menit
mmH
- Respirasi : 18
x/menit
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
UMUR : 31 tahun
RUANG : Sakura
dibuktikan dengan :
DS :
air besar
DO :
kotoran kambing
- Nadi : 88 x/menit
- Respirasi : 18 x/menit
DS:
DO:
- Nadi : 88 x/menit
- Respirasi : 18 x/menit