Anda di halaman 1dari 35

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau Congenital Heart Disease, adalah kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adan
ya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan j
anin. Penyakit jantung bawaan dibagi menjadi dua katagori utama, yakni sianotik dan asiano
tik (kasron, 2012)
1. PJB non sianotik
PJB non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tida
k ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari ki
rike kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluarventrikel atau p
embuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Umumnya ditandai dengan se
sak nafas, pucat, berkeringat, cepat lelah dan dyspnea.
Ada 2 kelompok besar PJB non sianotik :
a. PJB non sianotik dengan lesi atau lubangdi jantung sehingga terdapat aliran pirau
dari kiri ke kanan,misalnya ventricular septal defect (VSD),atrial septal defect(ASD)
dan patentductus arteriosus (PDA)
b. PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa ali
ran pirau melalui sekat di jantung , misalnya aortic stenosis(AS),coarctatio aorta (Co
A) dan pulmonary stenosis(PS).
2. PJB Sianotik
Pada PJB sianotik di dapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehin
gga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksi
gen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau ter
dapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa
bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki adalah penampilan utama pada golongan
PJB ini. Tanda gejala lainnya takipnea dan hiperventilasi bahkan disertai kejang.
Secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik :
a. Dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang,misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan
Pulmonal Atresia (PA) denganVSD.
b. Dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya Transposition of the Great
Arteries (TGA) dan Common Mixing
Penyakit Jantung Bawaan pada bayi yang akan di bahas pada makalah ini adalah AVSD.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Memperoleh gambaran mengenai penyakit Atrioventrikuler Septum Defect (AVSD)
2. Mengetahui tanda gejala bayi baru lahir dengan Atrioventrikuler Septum Defect (AVSD)
3. Mengetahui tatalaksana pada bayi baru lahir dengan Atrioventrikuler Septum Defect (AV
SD)
4. Mampu membuat Asuhan Keperawatan pada bayi dengan penyakit Atrioventrikuler Sept
um Defect (AVSD)
C. MATERI KASUS
1. Anatomi fisiologi jantung
Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredar
an darah. Jantung terletak di rongga dada sebelah kiri di atas diafragma, diselaputi oleh su
atu membran pericardium. Jantung mempunyai empat ruang yang terbagi sempurna yaitu
dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel) serta jantung memiliki 3 katup, yakni katup
semilunair yang terdapat dipangkal aorta (arteri besar), katup valvula bikuspidalis yang te
rdapat diantara bilik kiri dan serambi kiri, serta katupvalvula trikuspidalis yang terletak di
antara bilik kanan dan serambi kanan (Purba, 2013).

Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan members
ihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi terseb
ut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memo
mpanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karb
ondioksida, lalu darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompa ke jaringan di sel
uruh tubuh. Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah disebut
diastole, selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung
disebut sistol. Kedua atrium dan ventrikel mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubu
h mengalir melalui 2 vena besar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atriu
m kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ven
trikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis menuju ke
paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang meng
elilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida ya
ng selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pul
monalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru
dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dala
m ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini masu
k ke dalam aorta. (Purba, 2013)
2. Sistem peredaran darah
a. Sistem peredaran darah kecil (sistem peredaran paru-paru)
Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari jantung ke paru-paru k
embali lagi ke jantung.Pada peristiwa ini terjadi difusi gas di paru-paru, yang mengu
bah darah yang banyak mengandung CO2 dari jantung menjadi O2 setelah keluar dar
i paru-paru.Mekanisme aliran darah sebagai berikut:
Ventrikel kanan jantung –> Arteri pulmonalis –> paru-paru –> vena pulmonalis –> at
rium kiri jantung
b. Sistem peredaran darah besar (peredaran darah sistemik)
Merupakan sistem peredaran darah yang membawa darah yang membawa dara
h dari jantung ke seluruh tubuh. Darah yang keluar dari jantung banyak mengandung
oksigen.
Mekanisme aliran darah sebagai berikut:
Ventrikel kiri –> aorta –> arteri superior dan inferior –> sel / jaringan tubuh –> vena
cava inferior dan superior –> atrium kanan jantung

3. Pengertian AVSD
Atrioventrikular Septal Defect (AVSD) adalah kombinasi dari masalah jantung ya
ng mempengaruhi pusat jantung. Bayi yang lahir dengan kondisi ini memiliki lubang di
antara bilik jantung dan masalah dengan katup yang mengontrol aliran darah di jantung.
AVSD memungkinkan darah ekstra mengalir ke paru-paru. Darah ekstra memaksa jantu
ng untuk bekerja terlalu keras, menyebabkan otot jantung membesar. Jika tidak diobati,
cacat saluran atrioventrikular dapat menyebabkan gagal jantung dan tekanan darah tingg
i di paru-paru. Kondisi ini sering terjadi pada bayi dengan Sindrom Down.
Klasifikasi AVSD:
a. AVSD Parsial/intermediate hanya ada atrial septal defect (ASD) primum tanpa ventricula
r septal defect (VSD), dengan dua katup AV (mitral dan tricuspid) yang tidak menutup sempurna
sehingga terdapat mitral regurgitasi.
b. AVSD Complete tidak ada bagian inferior septum atrium dan bagian posterior septum ve
ntrikel. Pada AVSD komplit terdapat lubang besar ditengah jantung dipertemuan antara dinding
bagian atas dan bawah ruang jantung tediri dari dua katup terpisah di kiri dan kanan, salah satu k
atup yang berada antara ruang atas dan bawah. Seringnya katup ini tidak menutup sempurna, sehi
ngga seluruh bagian sentral jantung hilang
c. AVSD incomplete meliputi defek septum primum ASD, common atrium, cleft mitral dan
defek AV septum yang menimbulkan pirau dari ventrikel kiri ke atrium kanan.

4. Manifestasi Klinis
AVSD ada yang melibatkan dua bilik atas jantung (cacat parsial) atau keempat bil
ik (cacat total). Tanda dan gejala tergantung pada jenis AVSD itu sendiri, sebagian atau l
engkap. Gejala klinis dari AVSD tergantung pada defek yang terjadi. Hal ini terjadi pada
beberapa kasus karena sel otot pada arteri kecil paru menjadi besar dan kontriksi mencob
a untuk melindungi paru dari aliran tambahan dan tekanan tinggi yang disebabkan AVSD.
Mnurut Prihatini (2013) Pada kasus yang terjadi gejala yang muncul biasanya adalah :
a. Anamnesa
1. Gagal tumbuh
2. Infeksi saluran nafas berulang
3. Gagal jantung
b. Pemeriksaan fisik
1. Sesak napas
2. Sianosis
3. Bunyi jantung 2 di pulmonal (P2) meningkat dan adanya bising sistolik.
4. Bising (murmur) sistolik dini (early systolic) hingga bising midsistolik pada ruang s
ela iga kedua atau ketiga kiri yang disebabkan tambahan darah yang melewati katup
pulmoneri.
5. Bising diastolik bernada rendah pada tepi sternum kiri bawah dan terdengar lebih je
las pada saat inspirasi. Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aliran darah melal
ui katup tricuspid pada pasien dengan pintasan yang lebar.
6. Bunyi S yang terpecah serta terpisah lebar dan terfiksasi akibat keterlambatan penu
2

tupan katup pulmoner yang disebabkan oleh peningkatan volume darah.


7. Bunyi bising klik sistolik atau bising sistolik lambat pada apeks jantung yang terjad
i karena prolapsus katup mitral pada anak yang lebih besar dengan ASD.
c. Pemeriksaan penunjang
1. EKG didapatkan PR interval memanjang, axis deviasi ke kanan, hipertrofi ventrikel
kanan dan RBBB serta hipertofi ventrikel kanan dan kiri
2. Foto toraks
Didapatkan kardiomegali, corakan vascular paru meningkat, segmen arteri pulmona
lis menonjol
3. Echocardiography
Didapatkan hilangnya septum atrioventricular, konfigurasi abnormal katup atrioven
tricular, disprorposi left ventricular, inlet-outlet, posisi muskulus papilaris ventrikel
kiri abnormal.
5. Etiologi
AVSD terjadi sebelum lahir ketika jantung bayi sedang berkembang. Penyebab AVSD bel
um diketahui, berdasarkan penelitian, diduga bersifat multifactorial yaitu :
a. Genetik
b. Faktor lingkungan, paparan rokok saat kehamilan (baik ibu peorkok aktif maupun
pasif)
c. Konsumsi obat-obatan tertentu, jamu-jamuan, alkoholis
d. Infeksi pada ibu hamil (rubella)
e. Diabetes melitus
f. Sindrom atau kelainan genetik tertentu , seperti Down Syndrome.

6. Patofisiologi
Defek sekat ventrikel terjadi karena terlambatnya penutupan sekat interventrikul
er pada 7 minggu pertama kehidupan intrauterin, yaitu saat terjadi interaksi antara bagian
muskular interventrikular, bagian dari endokardium (bantalan endokardium), dan bagian
dari bulbus kordis.Pada saat itu terjadi kegagalan fungsi bagian-bagian septum interventri
kular, membran, muskular, jalan masuk, jalan keluar, atau kombinasinya, yang bisa bersif
at tunggal atau multipel.
Pada penderita AVSD adanya defek septum interventrikular akan menyebabkan
darah mengalir melalui defek dari ventrikel kiri ke ventnikel kanan (left-to-right shunt) ka
rena pengaruh perbedaan tekanan. Adanya bunyi bising disebabkan oleh derasnya aliran
darah. Darah di ventrikel kanan didorong ke arteri pulmonalis sehingga terjadi peningkat
an aliran darah melalui arteri pulmonalis yang berlanjut sebagai peningkatan tahanan vas
kular pulmonal.

Pada jantung normal :


Jantung dibagi menjadi empat ruang, dua di kanan dan dua di kiri.
Sisi kanan jantung memindahkan darah ke pembuluh yang mengarah ke paru-paru, di ma
na darah menerima oksigen. Darah yang kaya oksigen mengalir kembali ke sisi kiri jantu
ng, dan ke arteri utama tubuh (aorta). Dari sana, darah mengalir ke seluruh tubuh. Katup
mengontrol aliran darah masuk dan keluar dari bilik jantung. Katup jantung ini terbuka un
tuk membiarkan darah masuk dan menutup agar darah tidak mengalir ke belakang.
Namun pada AVSD Partial :
Lubang di dinding jantung (septum) memisahkan ruang atas (atrium). Seringkali katup an
tara ruang kiri atas dan bawah (katup mitral) tidak normal dan membocorkan darah (regur
gitasi katup mitral).
AVSD Complete :
Ada lubang besar di tengah jantung di mana dinding antara bilik atas (atrium) dan bilik ba
wah (ventrikel) bertemu. Campuran darah yang kaya oksigen dan miskin oksigen melalui
lubang itu. Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan re
sistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal. Hal ini me
ngakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum Volume darah di pa
ru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tek.ventr
ikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan berisiko end
okarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot ventrikel kanan sehingga terjadi pe
ningkatan workload dan terjdi pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang
disebabkan oleh pengosongan atrium yang tdk sempurna
7. Patoflow
Faktor Prenatal : Etiologi Faktor Genetik :
Ibu menderita infeksi rubella Anak yang lahir sebelumnya
Ibu alkoholis menderita PJB
Ibu DM Orangtua menderita PJB
Ibu minum obat-obatan penenang/janin Kelainan Kromosom
selama kehamilan

Defek antara atrium dextra & sinistra

Paru-paru menerima darah lebih banyak dari


normal (volume ke paru meningkat)

Jantung bekerja lebih kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh Pengaturan intake
cairan

Kebutuhan O2 dan nutrisi tidak Tekanan ventrikel kanan Hipertropi ventrikel Intake cairan
seimbang kanan menurun

Hipertensi Atrium kanan tidak dapat


Sianosis, berat badan Daya tahan tubuh
sulit naik mengimbangi worklood
menurun
Takipnoe, dispneu Dx : Resiko
Dx : Dx : Resiko infeksi Pembesaran atrium hipovolemiaa
resiko deficit nutrisi
Dx : Murmur, distensi vena
- Pola nafas tidak efektif jugularis, hepatomegali
- Intoleransi aktivitias

Dx :
Penurunan curah jantung
8. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi medikamentosa
1. Terapi gagal jantung
2. Jika terdapat infeksi paru, terapi infeksi paru dengan antibioti
3. Pencegahan terhadap endocarditis
b. Perencanaan terapi intervensi bedah
Indikasi untuk pembedahan tergantung bentuk AVSD, tetapi jika tanda gagal jant
ung kongestif muncul, koreksi pembedahan harus dilakukan segera mungkin tanpa memp
ertimbangkan jenis defek. Untuk complete AVSD, bila memungkinkan usia yang dianjur
kan untuk operasi elektif adalah antara 3 sampai 6 bulan. Bayi usia kurang dari 3 bulan j
aringan katupnya masih sangat halus sehingga reparasinya lebih sulit, sedangkan bila lebi
h dari 6 bulan bahaya hipertensi pulmonal. Tatalaksana dibedakan berdasarkan ada tidakn
ya gagal jantung dan tipe AVSD
1. Complete AVSD tanpa gagal jantung
Operasi koreksi dilakukan pada usia 5-8 bulan sebelum terjadinya vaskuler paru (PV
P) tanpa melakukan kateterisasi jantung terlebih dahulu. Katerisasi dilakukan apabila
usia sudah lebih dari 6 bulan karena pada usia tersebut sudah mulai terjadi penyakit v
ascular paru (PVP)
2. Complete AVSD dengan gagal jantung
Bila ada gagal jantung harus diberikan obat-obat gagal jantung dahulu (digitalis, diur
etic, dan vasodilator). Bila gagal jantung tak teratasi dan keadaan umum pasien buruk,
maka dilakukan pulmonary artery banding (PAB) terlebih dahulu dan operasi koreks
i dilakukan setelah usia 5-9 bulan. PAAB tidak dianjurkan bila terdapat regurgitasi k
atup AV yang bermakna karena akan memperberat derajat regurgitasi.
3. Incomplete atau parsial AVSD
Tatalaksana sama seperti ASD dan VSD

9. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas)
b. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
c. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
d. Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
e. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
f. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

10. Diagnosa Keperawatan


a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung (D. 0008)
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan (D. 0005)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan ke
butuhan oksigen (D. 0056)
d. Resiko hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (D. 0034)
e. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D. 0142)
f. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan (D
0032)

10. Rencana Tindakan Keperawatan


Standar Diagnosa Kep Standar Luaran Keperaw Standar Intervensi Keperawatan I
erawatan Indonesia (S atan Indonesia (SLKI) ndonesia (SIKI)
DKI)

Penurunan curah jantun setelah dilakukan tindakan k Perawatan jantung (I. 02075)
g berhubungan dengan eperawatan selama 3x24 ja Perawatan jantung akut (I. 02076)
perubahan irama jantun m, diharapkan curah jantun Observasi
g (D. 0008) g dan perfusi miokard mem  Identifikasi gejala penurunan
baik dengan kriteria hasil : curah jantung
Curah jantung (L. 02008)  Monitor tekanan darah, nadi,
Perfusi miokard (L. 02011)  Monitor nilai laboratorium
 Kekuatan nadi perife  Monitor nyeri dada
r meningkat
 Heart rate 120-160x/ Terapeutik
menit  Posisikan pasien semi fowler
 Tekanan darah norm dengan kaki kebawah atau posisi
al nyaman
 Edema tidak ada Kolaborasi
 Sianosis menurun  Kolaborasi pemberian antiarit
 Dyspnea menurun mia jika perlu
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (I. 01011)
berhubungan dengan ke keperawatan 3x24 jam, mak Pemantauan respirasi (I. 01014)
lemahan otot pernafasan a pola nafas membaik denga Observasi
n kriteria hasil :  Monitor frekuensi, irama, ked
Pola nafas (L. 01004) alaman, dan upaya nafas
 Penggunaan otot ban  Monitor pola nafas (seperti br
tu pernafasan menurun adipneu, takipneu, hiperventilasi,
 Perpanjangan fase e kussmaul, atelectasis)
kspirasi menurun  Monitor saturasi oksigen
 Dispneu menurun  Auskultasi bunyi nafas
 Frekuensi nafas me  Palpasi kesimetrisan ekspansi
mbaik paru
 Kedalaman nafas me  Monitor nilai AGD
mbaik  Monitor hasil X-Ray thoraks
 Pernafasan cuping hi
dung menurun Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Posisikan semi fowler atau fo
wler
 Atur interval pemantauan res
pirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil peman
tauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantau
an, jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam pemberian
alat bantu nafas tambahan
Intoleransi aktivitas ber Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi (I. 05178)
hubungan dengan ketida keperawatan selama 3x24ja Terapi aktivitas (I. 05186)
kseimbangan antara sup m diharapkan toleransi aktiv Observasi
lai dan kebutuhan oksig itas meningkat dengan kriter  Identifikasi gangguan fungsi t
en (D. 0056) ia hasil : ubuh yang mengakibatkan kelelah
Toleransi aktivitas (L. 0504 an
7)  Monitor lokasi dan ketidakny
 Kekuatan tubuh amanan selama melakukan aktivit
bagian atas meni as
ngkat  Identifikasi deficit tingkat akt
 Kekuatan tubuh ivitas
bagian bawah m  Identifikasi strategi meningka
eningkat tkan partisipasi dalam aktivitas
 Dyspnea saat akt
ivitas menurun Terapeutik
 Dyspnea setelah
 Sediakan lingkungan nyaman
aktivitas menuru dan rendah stimulus
n  Berikan aktivitas distraksi ya
 Frekuensi nadi ng menenangkan
membaik  Fasilitasi aktivitas fisik rutin
 Warna kulit me
 Libatkan keluarga dalam akti
mbaik vitas
 Tekanan darah Edukasi
membaik  Anjurkan tirah baring
 Saturasi oksigen  Anjurkan melakukan aktivita
membaik s secara bertahap
 Frekuensi nafas
membaik Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi te
ntang cara meningkatkan asupan
makanan
Resiko hypovolemia ber Setelah diberikan intervensi Manajemen hypovolemia (I. 03116)
hubungan dengan kekur selama 3x24 jam diharapka Pemantauan cairan (I. 03121)
angan intake cairan (D. n status cairan membaik, de
0034) ngan kriteria hasil : Observasi
 Kekuatan nadi meni  Periksa tanda dan gejala hypo
ngkat volemia (misal frekuensi nadi m
 Turgor kulit membai eningkat, nadi teraba lemah, tek
k anan darah menurun, tekanan na
 Ortopnea menurun di menyempit, turgor kulit menu
 Dyspneu menurun run, membrane mukosa kering,
 Frekeunsi nadi mem volume urin menurun, hematokr
baik it meningkat, haus, lemah)
 Tekanan nadi memb  Monitor intake dan output cai
aik ran
 Tekanan darah mem  Monitor BB
baik  Monitor CRT
 Membrane mukosa l  Monitor jumlah, warna, dan b
embab erat jenis urine
 Kadar HB membaik  Monitor hasil pemeriksaan se
 Kadar HT membaik rum (hematocrit, natrium, kaliu
 Intake cairan memba m)
ik  Identifikasi factor resiko keti
dakseimbangan cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi midline
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asu
pan oral
 Anjurkan menghindari perub
ahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (misal NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (misal glukosa 2,5
%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan
koloid (misal albumin, plasmana
te)
 Kolaborasi pemberian produk
darah
Risiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan infeksi (I. 02075)
keperawatan selama 3x24 ja Observasi
m, diharapkan tingkat infek  Monitor tanda dan gejala infe
si menurun dan status imun ksi local dan sistemik
dengan kriteria hasil :  Berikan lingkungan dengan b
Tingkat infeksi (L. 14137) aik
Status imun (L. 14133)
 Tingkat infeksi men Terapeutik
urun  Batasi jumlah pengunjung
 Suhu tubuh membai  Cuci tangan sebelum dan ses
k udah kontak dengan pasien dan l
 Kadar leukosit mem ingkungan pasien
baik  Jaga lingkungan aseptic saat
 Kultur darah memba mengganti tabung dan botol TP
ik N
 Periode malaise men  Pertahankan Teknik aseptic p
urun ada pasien beresiko tinggi
 Nafsu makan memb Edukasi
aik  Anjurkan meningkatkan asup
 an nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asup
an cairan
 Ajarkan cara cuci tangan bagi
tenaga kesehatan
 Anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat mema
suki dan meninggalkan ruangan
pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunis
asi, antibiotic jika perlu
Resiko defisit nutrisi be Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I. 03119)
rhubungan dengan ketid keperawatan selama 3x24 ja Manajemen gangguan makan (I. 031
akmampuan menelan m m, diharapkan status nutrisi 23)
akanan membaik dengan kriteria ha
sil : Observasi
Status nutrisi (L. 03030)  Identifikasi status nutrisi
 Kekuatan otot pengu  Identifikasi alergi dan intoler
nyah meningkat ansi makanan
 Kekuatan otot menel  Idebtifikasi makanan yang dis
an meningkat ukai
 Serum albumin meni  Identifikasi kebutuhan kalori
ngkat dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggun
 Porsi makanan yang aan selang nasogatrik
dihabiskan meningkat  Monitor asupan makanan dan
 Pengetahuan tentang keluarnya makanan dan cairan se
standar asupan nutrisi m rta kebutuhan kalori
eningkat  Monitor berat badan
 Berat badan membai  Monitor hasil pemeriksaan la
k boratorium.
 Nafsu makan memb
aik Terapeutik
 Bising usus membai  Lakukan oral hygiene sebelu
k m makan
 Index masa tubuh m  Fasilitasi menentukan pedom
embaik an diet
 Berikan makanan tinggi prote
in dan tinggi kalori
 Berikan suplemen makanan
 Hentikan memberikan makan
an melalui selang nasogatrik jik
a asupan oral dapat dilakukan.
 Timbang berat badan secara r
utin
 Rencanakan program pengob
atan untuk perawatan dirumah.
Edukasi
 Anjurkan diet yang di progra
mkan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medik
asi sebelum makan (misal pered
e nyeri, antiemetic)
 Kolaborasi dengan ahli gizi u
ntuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhka
n dan target berat badan.
II. TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.NY. M, DENGAN DIAGNOSA NCB KMK RDS P
JB KKM AVSD PDA CTEV
DI RUANG NICU ON VENTILATOR, RSUP FATMAWATI

A. PENGKAJIAN
Nama : By.Ny.M
Nomor MR : 018-377-33
Tanggal Lahir : 19 July 2022
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal pengkajian : 19 Juli 2022

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pasien masuk ruang Nicu on Ventilator, tanggal 19 July 2022 jam 13.30 WIB. Pasien masuk mel
alui VK bougenville, pasien dr. Nadia SpA, diagnosis masuk NCB KMK RDS PJB KKM AVSD
PDA CTEV, transport dengan incubator, apgar score 6/7, bayi riwayat lahir jam 11.45 secara SC
ai ibu G4P3A0 39 minggu janin KKM (Janin PJT, Hipoplasia Vermis, AVSD, Stenosis Aorta), j
enis kelamin laki-laki, keluhan utama bayi sesak, ada retraksi dada, tidak ada cuping hidung.

RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


Pada saat kehamilan, ibu melakukan ANC di usia kehamilan 5 bulan. Ibu melahirkan SC a/i jani
n kelainan Kromosom G4P3A0, ibu tidak ada riwayat penyakit. Namun ibu mengatakan bahwa a
nak sebelumnya meninggal karena penyakit jantung bawaan saat usia 4 bulan.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat penyakit keluarga, nenek hipertensi.

RIWAYAT KELAHIRAN
Bayi adalah anak keempat, dari 3 bersaudara, bayi lahir dengan SC, umur kehamilan 39 minggu,
terdapat kelainan bawaan, yakni CTEV, PJB, AVSD.

RIWAYAT IMUNISASI
Belum ada.

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK


Belum ada

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Belum ada

KEBUTUHAN DASAR SAAT INI


Bayi sudah ada miksi, belum meconium.

KEADAAN UMUM
Bayi kesadaran apatis, frekuensi nadi 140x/menit, frekuensi nafas 67x/menit, suhu 36,5 C, bayi r
0

awat incubator, suara paru vesikuler, ada retraksi dada, frekuensi nafas 60-67x/menit, pola nafas
ireguler, nafas bayi dibantu dengan ventilator mode NIV FiO2 30%, RR:67, PIP:15, TI:0,33 PEE
P 5, Slope 0,1 berat badan 2000 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 36 cm, lingkar dada
29 cm, lingkar perut 26 cm, lingkar lengan 9 cm. Terpasang infus perifer di tangan kanan dengan
cairan D10% 164 cc/hr.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umu Sakit berat


m
2. Kesadaran Apatis, GCS : 12, E:3 M:5 V:4
3. Kepala Bentuk kepala besar, lingkar kepala 36 cm, tidak ada kaput, tidak ada ed
ema.
4. Mata Pupil isokor, refleks kornea baik, konjungtiva ananemis, sklera tidak ikt
erik, mata Mongolia
5. Hidung Bentuk hidung simetris, tidak ada kelainan, nafas cuping hidung tidak a
da
6. Gigi dan mulu Mukosa bibir lembab, tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan di area
t mulut
7. Tenggorokan Tidak ada tanda-tanda pembengkakan, tidak ada trakeostomi
8. Telinga Tulang rawan pada daun telinga belum cukup, belum elastis sempurna, t
idak ada kelainan,
9. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada massa
10. Jantung Bunyi jantung murmur, heart rate 140x/menit, suhu bayi 36,5C, CRT 3
detik
11. Paru Suara paru vesikuler, ada retraksi dada, frekuensi nafas 60-67x/menit, p
ola nafas ireguler, nafas bayi dibantu dengan ventilator mode NIV FiO2
30%, RR:67, PIP:15, TI:0,33 PEEP 5, Slope 0,1
12. Abdomen Tidak teraba massa, tidak ada luka, abdomen bayi supel, terpasang OGT
dialirkan produksi ada warna coklat 2cc, turgor kulit elastis, tidak ada ke
lainan pada abdomen bayi, bising usus ada.
13. Genitalia & A Sudah ada miksi, balance cairan -15,85 cc/5 jam, diuresis 2,3 cc/5 jam,
nus dan belum ada meconium. anus berlubang. Labia minora tertutup oleh la
bia mayora
14. Ekstermitas Sepuluh jari tangan dan kaki, ada CTEV pada kedua extermitas bawah.
Terpasang infus perifer di tangan kanan dengan cairan D10% 164 cc/hr.
15. Kulit Tidak ada sianosis pada jari kuku, akral hangat, tidak ada lesi.
16. Refleks Refleks sucking belum ada, refleks rooting belum ada
17. NIPS Bayi sedang tertidur, tidak menangis, pola nafas tidak teratur, lengan rel
aks, kaki relaks, NIPS 1 nyeri ringan

SKRINING RISIKO JATUH PADA ANAK (HUMPTY DUMPTY)


parameter Kriteria nilai skor
Usia  < 3 tahun 4 4
 3 – 7 tahun 3
 7 – 13 tahun 2
 ≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin  Laki-laki 2 1
 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4 3
 Perubahan oksigenasi (diagnosis 3
respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia,
sinkop, pusing, dsb.)
2
 Gangguan perilaku / psikiatri 1
 Diagnosis lainnya
Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3 3
 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat 4 2
tidur dewasa
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi 3
diletakkan dalam tempat tidur bayi /
perabot rumah
 Pasien diletakkan di tempat tidur 2
 Area di luar rumah sakit 1
Respons terhadap:  Dalam 24 jam 3 1
 Dalam 48 jam 2
1. Pembedahan/ 1
 > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan
sedasi / anestesi
/ sedasi/ anestesi

2. Penggunaan  Penggunaan multipel: sedatif, obat 3


medikamentosa hipnosis, barbiturat, fenotiazin,
antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
 Penggunaan salah satu obat di atas 2
 Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada 1
medikasi
Total 14
Skor asesmen risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23)
 Skor 7-11: risiko rendah
 Skor ≥ 12: risiko tinggi
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 19 July 2022, jam 16.36

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 15.4 g/dl 15.2-23.6 g/dl
Hematokrit 48,4% 44-72%
Leukosit 14,5 ribu/ul 9.4-34.0 ribu/ul
Trombosit 88 ribu/ul 229-553 ribu/ul
Eritrosit 4,5 juta/ul 4.3-6.3 juta/ul
Indeks Eritrosit
MCV 106,6 fL 98.0-122.0 fL
MCH 33,8 pg 33.0-41.0 pg
MCHC 31.8 g/dl 31.0-35.0 g/dl
RDW-CV 18.8% 11.5-14.5%
DIABETES
Glukosa Sewaktu 85 mg/dl 30-60 mg/dl
SERO-IMUNOLOGI
Golongan Darah O/Rh(+)
CRP Kuantitatif 0.02 mg/dl <=0.5 mg/dl

PEMERIKSAAN HASIL
Pemeriksaan thoraks f Hemidiafragma kiri letak tinggi, DD/ proses subdiafragma.
oto Tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru
(20 July 2022)
Echocardiography AVSD
(20 July 2022) Ruptur AVSD sebesar 6-12cm
USG Kepala Hydrosephalus
(21 July 2022 jam 12.1 Ventrikullomegali lateral kanan-kiri
6) Tidak tampak lesi local maupun perdarahan pada intraparenkim cer
ebri yang tervisualisasi
ANALISA DATA
No. Data Pendukung Etiologi Diagnosa
1. DS :Belum dapat dikaji Kelemahan Pola nafas tida
19/07/2022 DO : otot k efektif
Jam 15.00 Bayi kesadaran apatis, GCS: 12, nafas dengan pernafasan
alat bantu nafas ventilator mode NIV FIO2 30
%, PIP:16, PEEP 5, RR:60, TI:0,33, bayi tam
pak ada retraksi dada, nafas cuping hidung tid
ak ada, frekuensi nafas 60-67x/menit, bayi tid
ak ada cyanosis, merintih tidak ada, air entry a
da. Down score 2, riwayat Apgar Score 6/7.
Saturasi bayi 93-97%, heart rate 140-158x/m
enit, suhu 36,5 C, CRT 3 detik, akral hangat.
0

2. DS : Ibu mengatakan bahwa anak sebelumnya Perubahan Resiko penuru


meninggal di usia 4 bulan karena ada penyakit preload nan curah jantu
jantung bawaan. ng
DO :
Bayi tampak sesak, perabaan nadi sedang, CR
T < 3 detik, akral hangat, bayi heart rate 140-1
58x/menit, turgor kulit baik, suhu 36,5C, muk
osa bibir kering, syianosis tidak ada, aritmia
tidak ada, terpasang infus perifer pada tangan
kanan dengan cairan Dextrose 10%, tidak ada
udema, tidak ada bradikardia, ada bunyi
murmur jantung. Hasil echocardiography
AVSD, Ruptur AVSD sebesar 6-12cm
3. DS : Belum dapat dikaji Kebutuhan Resiko
DO : oksigen Thermogulasi
Bayi rawat incubator, saat ini suhu bayi 36.5 0
meningkat tdk efektif
C, bayi lahir pukul 09.40 tanggal 19 July 2022
dengan berat badan 2000 gram, usia kehamila
n 39 minggu, akral hangat.

4. DS : Belum dapat dikaji Kekurangan Resiko hypovo


DO : intake cairan lemia
Perabaan nadi bayi sedang, CRT < 3 detik, ak
ral hangat, bayi heart rate 140-158x/menit, tur
gor kulit baik, suhu 36,5C, mukosa bibir kerin
g, terpasang OGT produksi ada warna cokelat,
sebanyak 1 cc, terpasang infus perifer pada ta
ngan kanan dengan cairan Dextrose 10%, 164
cc/24 jam
tetesan infus lancar. Bayi dipuasakan. balance
cairan -15,85 cc/5 jam, diuresis 2,3 cc/5 jam
5. DS : Belum dapat dikaji. Umur 2 Resiko jatuh
DO : skor humpty dumpty 14 (skor tinggi).
tahun dan
Kesadaran apatis, tonus otot lemah, tonus otot
lemah
DS: Belum dapat dikaji Prosedur Resiko infeksi
6. DO: invasif
20 July 20 Bayi terpasang akses infus PICC pada tangan
22 kiri, kedalaman PICC 9cm, hasil laboratorium
CRP kuantitatif 0.02 mg/dl, Hb:15.4 g/dl, Ht:
48,4%, L:14,5 ribu/ul, trombosit : 88ribu/ul,
tidak ada tanda-tanda infeksi pada area
penusukan PICC.
RENCANA KEPERAWATAN
No. Standar Diagnosa Ke Standar Luaran Keperawatan Indone Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
perawatan Indonesia sia (SLKI)
(SDKI)
1. Ketidakefektifan pola Setelah diberikan tindakan keperawa Manajemen jalan nafas
19 Jul nafas tan selama 3x24 jam diharapkan pol Pemantauan respirasi
y 202 a nafas membaik dengan kriteria has Observasi
2 il : 1. Monitor pola nafas (frekuensi, upaya nafas, takipneu, bra
Jam 1 - Dispneu menurun, penggunaan oto dipneu)
5.00 t bantu nafas menurun 2. Monitor saturasi oksigen
- Frekuensi nafas normal 40-60x/me 3. Auskultasi bunyi napas
nit 4. Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Retraksi dada berkurang hingga hil 5. Monitor hasil rontgen thoraks
ang, kedalaman nafas membaik 6. Monitor bunyi nafas tambahan (misal gurgling, ronchi,
- Nafas spontan tanpa bantuan oksig wheezing, ronki kering)
en tambahan 8. Monitor adanya produksi sputum
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor kesimetrisan ekspansi paru
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head tilt dan c
hin lift
2. Posisikan semi fowler
3. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
5. Lakukan hiperoksigenisasi sebelum penghisapan
endotrakeal
6. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Informasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam parameter penggunaan alat bantu nafas

2. Resiko thermogulasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermi (I.14507)


tdk efektif keperawatan selama 3x24 jam Regulasi temperatur (I.14578)
diharapkan tidak terjadi hipotermia Observasi:
dengan kriteria hasil : 1. Monitor suhu tubuh tiap jam, jika perlu
- Kulit merah meningkat 2. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan nadi
- Tidak ada cyanosis 3. Monitor warna dan suhu kulit
- Suhu tubuh normal 36,5 -37,5 ℃ 4. Identifikasi penyebab hipotermia (misal terpapar suhu
- Pengisian kapiler < 3 detik lingkungan rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
- Kadar glukosa darah normal metabolisme, kekurangan lemak subkutan)
5. Monitor dan catat tanda dan gejala akibat hipotermi
(Hipotermia ringan; takipneu, disatria, menggigil,
hipertensi, hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis,
reflek menurun. Hipotermia berat: oliguria, reflek
menghilang, edema paru, asam basa abnormal)
Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan yang hangat (misal, atur suhu
ruangan inkubator)
2. Lakukan penghangatan pasif (misal, selimut, topi,
pakaian tebal)
3. Lakukan penghangatan aktif eksternal (misal, kompres
hangat, selimut hangat, perawatan metode kangguru)
4. Lakukan penghangatan aktif internal (misal, infus cairan
hangat, oksigen hangat)
5. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
6. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
7. Pertahankan kelembapan inkubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan panas karena proses
evaporasi
3. Resiko Penurunan Setelah dilakukan tindakan keperaw Perawatan jantung (I.02075)
curah jantung atan selama 3x24 jam, diharapkan Perawatan jantung akut (I.02076)
curah jantung dan perfusi miokard Observasi:
membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi gejala penurunan curah jantung
 Kekuatan nadi perifer  Monitor tekanan darah, nadi,
meningkat  Monitor nilai laboratorium
 Heart rate 120-160x/menit  Monitor nyeri dada
 Edema tidak ada Terapeutik
 Tidak ada takikardi  Posisikan pasien semi fowler dengan kaki kebawah
 Tidak ada bradikardi atau posisi nyaman
 Tidak ada dyspnea Kolaborasi
 Tidak ada pucat dan cyanosis Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu

4. Resiko hypovolemi Setelah diberikan intervensi selama Manajemen hypovolemia (I. 03116)
3x24 jam diharapkan status cairan m Pemantauan cairan (I. 03121)
embaik, dengan kriteria hasil : Observasi
 Kekuatan nadi meningkat  Periksa tanda dan gejala hypovolemia (misal frekue
 Turgor kulit membaik nsi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
 Ortopnea menurun menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menur
 Dyspneu menurun un, membrane mukosa kering, volume urin menurun, h
 Frekeunsi nadi memaik ematokrit meningkat, haus, lemah)
 Tekanan nadi membaik  Monitor intake dan output cairan
 Tekanan darah membaik  Monitor BB
 Membrane mukosa lembab  Monitor CRT
 Kadar HB membaik  Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine
 Kadar HT membaik  Monitor hasil pemeriksaan serum (hematocrit, natri
 Intake cairan membaik um, kalium)
 Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi midline
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (misal NaC
l, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (misal gl
ukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (misal albumin,
plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan keperaw Pencegahan infeksi (I. 02075)
atan selama 3x24 jam, diharapkan ti Observasi
ngkat infeksi menurun dan status im  Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
un dengan kriteria hasil :  Berikan lingkungan dengan baik
Tingkat infeksi (L. 14137) Terapeutik
Status imun (L. 14133)  Batasi jumlah pengunjung
 Tingkat infeksi menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pa
 Suhu tubuh membaik sien dan lingkungan pasien
 Kadar leukosit membaik  Jaga lingkungan aseptic saat mengganti tabung dan
 Kultur darah membaik botol TPN
 Periode malaise menurun  Pertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko tin
Nafsu makan membaik ggi
Edukasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
 Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada sa
at memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, antibiotic jika perlu
6. Resiko Jatuh Setelah diberikan tindakan Pencegahan Jatuh (I. 14540)
keperawatan selama 3x24 jam Manajemen keselamatan lingkungan (I.14513)
diharapkan resiko jatuh tidak terjadi, Observasi :
dengan kriteria hasil:  Identifikasi factor resiko jatuh
 Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan
Tingkat jatuh (L.14138)
resiko jatuh
 Tidak ada kejadian jatuh  Hitung resiko jatuh
Terapeutik :
 Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
 Pasang handrail tempat tidur
 Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
 Gunakan perangkat pelindung
Edukasi :
Ajarkan keluarga mengenai resiko tinggi bahaya
lingkungan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
1.
19/07/22 Pola nafas tid Observasi : S : Belum dapat dikaji
Jam 20. ak efektif 1. Monitor pola nafas, frek O:
00 uensi nafas Kesadaran bayi apatis, GCS 12, E: 3
2. Monitor saturasi oksigen M: 5 V:4, suhu bayi 36.8 , saturasi ok
0

3. Monitor hasil rontgen th sigen 92-95%, heart rate : 140-150x/


orax menit, RR: 62-68x/menit, CRT 3 deti
Terapeutik k, ada retraksi dada pada epigastriu
1.Atur interval pemantauan m, terpasang alat bantu nafas NIV de
respirasi sesuai kondisi pas ngan FIO2 : 30%, RR:60, I:E 1:2, ha
ien sil rontgen thorax hemidiafragma kiri
2. Dokumentasikan hasil p letak tinggi, perabaan nadi sedang, tu
emantauan rgor kulit kurang elastis, mukosa bibi
Kolaborasi r kering, NIPS : 2, skor humpty
1.Kolaborasi dalam pembe dumpty 14, bayi terpasang infus
rian parameter alat bantu n perifer pada tangan kanan, tidak ada
afas tanda ekstravasasi pada area penusuk
an, bayi mendapat cairan parenteral
2. Resiko penur Observasi : D10% 80cc/kgBB, 164cc/24 jam, ba
unan curah ja - Pantau tanda gejala penur yi dipuasakan, bayi terpasang OGT d
ntung unan curah jantung ialirkan, CPL ada kecoklatan 1 cc, B
- Monitor tekanan darah alance cairan per 12 jam -49,3cc, diu
Terapeutik resis 3,7. koreksi hasil GDS jam 16.0
- Berikan posisi semi fowl 0 : 85 mg/dl,CRP:0.02 mg/dl, HB:1
er, atau posisi nyaman 5,4, HT:48,4%, L: 14,5ribu, Trombo
Kolaborasi sit : 88ribu, berat badan 2000 gram, t
-Kolaborasi pemberian oba idak ada kelainan pada area genitalia,
t terdapat kelainan pada extermitas CT
Furosemid 2x1 mg jam 1 EV
0-22
Captropil puyer 0,5mg/kg A:
BB/hari (tunda) Pola nafas tidak efektif
Resiko penurunan curah jantung
3. Resiko therm Observasi : Resiko hypovolemia
ogulasi tdk ef 1. Monitor suhu tubuh Resiko infeksi
ektif 2. Identifikasi penyebab hi Resiko Jatuh
potermia
Terapeutik P:
1. Sediakan lingkungan ya Lanjutkan intervensi:
ng hangat Pemantauan respirasi
2. Lakukan penghangatan Manajemen penurunan curah jantung
pasif Pencegahan infeksi
Resiko
4. Hypovolemi Observasi : Pencegahan jatuh
1. Periksa tanda dan gejala Manajemen keselamatan
hipovelemia misal frekuen lingkunngan
si nadi meningkat, nadi le
mah, turgor kulit menurun,
volume urin menurun, me
mbrane mukosa kering.
2. Monitor intake output ca
iran
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
perhari
2. Beri asupan oral
Edukasi :
1. Anjurkan mem-perbany
ak asupan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pem-b
erian cairan infus
PG 1 180 cc
Lipid 20 cc
Heparin 0,5 cc/jam
Volume cairan total 200cc/
24 jam

Resiko infeksi Observasi :


5. 1. Monitor tanda dan gejal
a infeksi
2. Hand Hygiene sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan

Edukasi :
1. Ajarkan orang tua cara c
uci tangan dengan benar
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemas
angan akses central
2. Lakukan kolaborasi untu
k pemberian antibiotic dan
cek laboratorium secara be
rkala
- Ampicilin 2x100 mg/IV;
jam 18-06
- Gentamicin 10 mg/36 ja
m 05 (21/07/2022)
Observasi :
Resiko Jatuh - Identifikasi factor
6. resiko jatuh
- Identifikasi factor
lingkungan yang
meningkatkan resiko
jatuh
- Hitung resiko jatuh
Terapeutik :
- Pastikan roda tempat
tidur selalu dalam
kondisi terkunci
- Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
1.
20/07/22 Pola nafas ti Observasi : S : Belum dapat dikaji
Jam 20. dak efektif 1. Monitor pola nafas, freku O:
00 ensi nafas Kesadaran bayi apatis, GCS 12, E: 3
2. Monitor saturasi oksigen M: 5 V:4, suhu bayi 37,1 , saturasi ok
0

3. Monitor hasil rontgen tho sigen 92-96%, heart rate : 138-154x/


rax menit, RR: 62-68x/menit, CRT 3 deti
Terapeutik k, ada retraksi dada pada epigastriu
1. Atur interval pemantauan m, terpasang alat bantu nafas NIV de
respirasi sesuai kondisi pasi ngan FIO2 : 30%, RR:60, I:E 1:2 PIP
en 20 PEEP 6, perabaan nadi sedang,
2. Dokumentasikan hasil pe suara jantung terdengar ada murmur,
mantauan turgor kulit elastis, mukosa bibir keri
Kolaborasi ng, NIPS : 2, skor humpty dumpty
1. Kolaborasi dalam pember 14, bayi terpasang infus PICC pada
ian parameter alat bantu naf tangan kiri, kedalaman PICC 9 cm, ti
as dak ada bleeding di area penusukan,
bayi mendapat cairan parenteral, PG
2. Resiko penu Observasi : 1 Lipid dan Heparin. bayi diit ASI 4x
runan curah - Pantau tanda gejala penuru 1cc bayi terpasang OGT ,cairan lamb
jantung nan curah jantung ung jernih, tidak ada kembung, abdo
- Monitor tekanan darah men supel, Balance cairan per12 jam
Terapeutik -49,3cc, diuresis 3,7. Berat badan 20
- Berikan posisi semi fowle 00 gram, tidak ada kelainan pada are
r, atau posisi nyaman a genitalia, terdapat kelainan pada ex
Edukasi termitas CTEV, hasil
- Edukasi bersama dokter te echocardiograpy ada ruptur AVSD 6-
rkait hasil echocardiography 12 cm.
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian obat A :
Furosemid iv 2x1 mg jam 1 Pola nafas tidak efektif
0-22 Resiko penurunan curah jantung
Captropil puyer 0,5mg/kgB Resiko hypovolemia
B/hari (tunda) Resiko infeksi
Resiko Jatuh

P:
Lanjutkan intervensi:
Pemantauan respirasi
Manajemen penurunan curah jantung
Pencegahan infeksi
Pencegahan jatuh
Manajemen keselamatan
lingkunngan
3. Resiko hypo Observasi :
volemia 1. Periksa tanda dan gejala h
ipovelemia misal frekuensi
nadi meningkat, nadi lemah,
turgor kulit menurun, volum
e urin menurun, membrane
mukosa kering.
2. Monitor intake output cai
ran
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
perhari
2. Beri asupan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak
asupan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pember
ian cairan infus
PG 1 180 cc
Lipid 20 cc
Heparin 0,5 cc/jam
Volume cairan total 200cc/2
4 jam
4. Resiko infek
si Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Hand Hygiene sebelum d
an sesudah kontak dengan p
asien dan lingkungan
3. Ganti set infus 22/7/2022
dan incubator berkala 24/7/2
022
Edukasi :
1. Ajarkan orang tua cara cu
ci tangan dengan benar
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemasa
ngan akses central PICC
2. Lakukan kolaborasi untuk
pemberian antibiotic dan ce
k laboratorium secara berkal
a
- Ampicilin 2x100 mg/IV; j
am 18-06
- Gentamicin 10 mg/36 jam
05 (21/07/2022)
5. Resiko Jatuh
Observasi :
- Identifikasi factor resiko
jatuh
- Identifikasi factor
lingkungan yang
meningkatkan resiko
jatuh
- Hitung resiko jatuh
Terapeutik :
- Pastikan roda tempat
tidur selalu dalam
kondisi terkunci
- Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
1.
21/07/22 Pola nafas tid Observasi : S : Belum dapat dikaji
Jam 20. ak efektif 1. Monitor pola nafas (freku O:
00 ensi nafas, irama,Kesadaran bayi apatis, GCS 12, E: 3
kedalaman, dan upaya M: 5 V:4, suhu bayi 37,2 , saturasi o
0

bernapas, bradipneu, ksigen 92-96%, heart rate : 148-164


takhipneu) x/menit, RR: 65-69x/menit, CRT 3
2. Monitor bunyi nafas detik, ada retraksi dada pada epigast
tambahan (misal gurgling, rium, terpasang alat bantu nafas NI
wheezing, mengi, danV dengan FIO2 : 40%, RR:60, I:E
ronchi) 1:2 PIP 20 PEEP 6, perabaan nadi s
3. Monitor saturasi oksigen edang, turgor kulit elastis, mukosa b
4. Monitor adanya produksi ibir lembab, NIPS : 2, bayi terpasan
sputum g infus PICC pada tangan kiri, tidak
5. Monitor adanya ada bleeding di area penusukan, bay
sumbatan jalan napas i mendapat cairan parenteral, PG 2,
Terapeutik Lipid, Dextrose 10%, dan Heparin.
1. Atur interval pemantauan bayi diit ASI 4x3cc bayi terpasang
respirasi sesuai kondisi pasiOGT ,cairan lambung jernih, tidak a
en da kembung, abdomen supel, balanc
2. Dokumentasikan hasil pe e cairan per12 jam -41,6cc, diuresis
mantauan 3,95 cc/jam, volume cairan total 240
Kolaborasi cc/24 jam, berat badan 1960 gram, t
1. Kolaborasi dalam pember idak ada kelainan pada area genitali
ian parameter alat bantu naf a, terdapat kelainan pada extermitas
as CTEV
NIV mode FiO2 40%, PIP A:
20, PEEP 6, I:E 1:2, RR 60, Pola nafas tidak efektif
I:E 1:2 Resiko penurunan curah jantung
Resiko hypovolemia
2. Resiko penuru Observasi : Resiko infeksi
nan curah jant - Pantau tanda gejala penur Resiko Jatuh
ung unan curah jantung
- Monitor tekanan darah P:
Terapeutik Lanjutkan intervensi:
- Berikan posisi semi fowle Pemantauan respirasi
r, atau posisi nyaman Manajemen penurunan curah jantun
Edukasi g
- Edukasi bersama dokter te Pencegahan infeksi
rkait hasil echocardiograph Pencegahan jatuh
y Manajemen keselamatan
Kolaborasi lingkunngan
-Kolaborasi pemberian obat
Furosemid iv 2x1 mg jam 1
0-22
Captropil puyer 2x1 mg jam
16-04

Observasi :
3. Resiko hypov 1. Periksa tanda dan gejala
olemia hipovelemia misal frekuensi
nadi meningkat, nadi lema
h, turgor kulit menurun, vol
ume urin menurun, membra
ne mukosa kering.
2. Monitor intake output cai
ran
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
perhari
2. Beri asupan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak
asupan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pember
ian cairan infus
PG 2 205 cc
Lipid 20 cc
Dextrose 10%+Calci Gluco
nas 15cc
Heparin 0,5 cc/jam
Volume cairan total 240cc/
24 jam

Observasi :
4. Resiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Hand Hygiene sebelum d
an sesudah kontak dengan p
asien dan lingkungan
3. Ganti set infus 22/7/2022
dan incubator berkala 24/7/
2022
Edukasi :
1. Ajarkan orang tua cara cu
ci tangan dengan benar

Kolaborasi
1. Lakukan kolaborasi untu
k pemberian antibiotic dan
cek laboratorium secara ber
kala
- Ampicilin 2x100 mg/IV; j
am 18-06
- Gentamicin 10 mg/36 jam
05 (21/07/2022)

Observasi :
5. Resiko Jatuh - Identifikasi factor
resiko jatuh
- Identifikasi factor
lingkungan yang
meningkatkan resiko
jatuh
- Hitung resiko jatuh
Terapeutik :
- Pastikan roda tempat
tidur selalu dalam
kondisi terkunci
- Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Aoronson, Philip.2007.At a Glance Sistem Kardiovaskuler.Jakarta: Erlangga.

Doengoes, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, dan Alice C. Geissler, 1999. Rencana Asuhan Ke
perawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.Alih
bahasa I Made Kariasa.Jakarta : EGC.

Donald C. Fyler. 1996. Kardiologi Anak Nadas, Boston: Harvard Medical Scholl Associate Chief
Of Cardiology Emeritus Children’s Hospital

Maramis, P.P., Kaunang, E.D., Romphis, J. 2014. Hubungan Penyakit Jantung Bawaan Dengan St
atus Gizi Pada Anak Di Rsup Prof.Dr.R.D. Kandou Manado Tahun 2009-2013.Online : http://ejou
rnal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/ 5050. Diakses pada tanggal 8 September 2017 pad
a pukul 13.30 WIB.

Mayer, Brenna, et al. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.


Prihatini, R.Y. 2013. Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak. Online : http://rumahsakit. unair.ac.i
d. Diakses pada tanggal 8 September 2017 pada pukul 13. 40 WIB.

Anda mungkin juga menyukai