A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau Congenital Heart Disease, adalah kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adan
ya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan j
anin. Penyakit jantung bawaan dibagi menjadi dua katagori utama, yakni sianotik dan asiano
tik (kasron, 2012)
1. PJB non sianotik
PJB non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tida
k ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari ki
rike kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluarventrikel atau p
embuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Umumnya ditandai dengan se
sak nafas, pucat, berkeringat, cepat lelah dan dyspnea.
Ada 2 kelompok besar PJB non sianotik :
a. PJB non sianotik dengan lesi atau lubangdi jantung sehingga terdapat aliran pirau
dari kiri ke kanan,misalnya ventricular septal defect (VSD),atrial septal defect(ASD)
dan patentductus arteriosus (PDA)
b. PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa ali
ran pirau melalui sekat di jantung , misalnya aortic stenosis(AS),coarctatio aorta (Co
A) dan pulmonary stenosis(PS).
2. PJB Sianotik
Pada PJB sianotik di dapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehin
gga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksi
gen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau ter
dapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa
bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki adalah penampilan utama pada golongan
PJB ini. Tanda gejala lainnya takipnea dan hiperventilasi bahkan disertai kejang.
Secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik :
a. Dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang,misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan
Pulmonal Atresia (PA) denganVSD.
b. Dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya Transposition of the Great
Arteries (TGA) dan Common Mixing
Penyakit Jantung Bawaan pada bayi yang akan di bahas pada makalah ini adalah AVSD.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Memperoleh gambaran mengenai penyakit Atrioventrikuler Septum Defect (AVSD)
2. Mengetahui tanda gejala bayi baru lahir dengan Atrioventrikuler Septum Defect (AVSD)
3. Mengetahui tatalaksana pada bayi baru lahir dengan Atrioventrikuler Septum Defect (AV
SD)
4. Mampu membuat Asuhan Keperawatan pada bayi dengan penyakit Atrioventrikuler Sept
um Defect (AVSD)
C. MATERI KASUS
1. Anatomi fisiologi jantung
Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredar
an darah. Jantung terletak di rongga dada sebelah kiri di atas diafragma, diselaputi oleh su
atu membran pericardium. Jantung mempunyai empat ruang yang terbagi sempurna yaitu
dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel) serta jantung memiliki 3 katup, yakni katup
semilunair yang terdapat dipangkal aorta (arteri besar), katup valvula bikuspidalis yang te
rdapat diantara bilik kiri dan serambi kiri, serta katupvalvula trikuspidalis yang terletak di
antara bilik kanan dan serambi kanan (Purba, 2013).
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan members
ihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi terseb
ut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memo
mpanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karb
ondioksida, lalu darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompa ke jaringan di sel
uruh tubuh. Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah disebut
diastole, selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung
disebut sistol. Kedua atrium dan ventrikel mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubu
h mengalir melalui 2 vena besar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atriu
m kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ven
trikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis menuju ke
paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang meng
elilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida ya
ng selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pul
monalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru
dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dala
m ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini masu
k ke dalam aorta. (Purba, 2013)
2. Sistem peredaran darah
a. Sistem peredaran darah kecil (sistem peredaran paru-paru)
Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari jantung ke paru-paru k
embali lagi ke jantung.Pada peristiwa ini terjadi difusi gas di paru-paru, yang mengu
bah darah yang banyak mengandung CO2 dari jantung menjadi O2 setelah keluar dar
i paru-paru.Mekanisme aliran darah sebagai berikut:
Ventrikel kanan jantung –> Arteri pulmonalis –> paru-paru –> vena pulmonalis –> at
rium kiri jantung
b. Sistem peredaran darah besar (peredaran darah sistemik)
Merupakan sistem peredaran darah yang membawa darah yang membawa dara
h dari jantung ke seluruh tubuh. Darah yang keluar dari jantung banyak mengandung
oksigen.
Mekanisme aliran darah sebagai berikut:
Ventrikel kiri –> aorta –> arteri superior dan inferior –> sel / jaringan tubuh –> vena
cava inferior dan superior –> atrium kanan jantung
3. Pengertian AVSD
Atrioventrikular Septal Defect (AVSD) adalah kombinasi dari masalah jantung ya
ng mempengaruhi pusat jantung. Bayi yang lahir dengan kondisi ini memiliki lubang di
antara bilik jantung dan masalah dengan katup yang mengontrol aliran darah di jantung.
AVSD memungkinkan darah ekstra mengalir ke paru-paru. Darah ekstra memaksa jantu
ng untuk bekerja terlalu keras, menyebabkan otot jantung membesar. Jika tidak diobati,
cacat saluran atrioventrikular dapat menyebabkan gagal jantung dan tekanan darah tingg
i di paru-paru. Kondisi ini sering terjadi pada bayi dengan Sindrom Down.
Klasifikasi AVSD:
a. AVSD Parsial/intermediate hanya ada atrial septal defect (ASD) primum tanpa ventricula
r septal defect (VSD), dengan dua katup AV (mitral dan tricuspid) yang tidak menutup sempurna
sehingga terdapat mitral regurgitasi.
b. AVSD Complete tidak ada bagian inferior septum atrium dan bagian posterior septum ve
ntrikel. Pada AVSD komplit terdapat lubang besar ditengah jantung dipertemuan antara dinding
bagian atas dan bawah ruang jantung tediri dari dua katup terpisah di kiri dan kanan, salah satu k
atup yang berada antara ruang atas dan bawah. Seringnya katup ini tidak menutup sempurna, sehi
ngga seluruh bagian sentral jantung hilang
c. AVSD incomplete meliputi defek septum primum ASD, common atrium, cleft mitral dan
defek AV septum yang menimbulkan pirau dari ventrikel kiri ke atrium kanan.
4. Manifestasi Klinis
AVSD ada yang melibatkan dua bilik atas jantung (cacat parsial) atau keempat bil
ik (cacat total). Tanda dan gejala tergantung pada jenis AVSD itu sendiri, sebagian atau l
engkap. Gejala klinis dari AVSD tergantung pada defek yang terjadi. Hal ini terjadi pada
beberapa kasus karena sel otot pada arteri kecil paru menjadi besar dan kontriksi mencob
a untuk melindungi paru dari aliran tambahan dan tekanan tinggi yang disebabkan AVSD.
Mnurut Prihatini (2013) Pada kasus yang terjadi gejala yang muncul biasanya adalah :
a. Anamnesa
1. Gagal tumbuh
2. Infeksi saluran nafas berulang
3. Gagal jantung
b. Pemeriksaan fisik
1. Sesak napas
2. Sianosis
3. Bunyi jantung 2 di pulmonal (P2) meningkat dan adanya bising sistolik.
4. Bising (murmur) sistolik dini (early systolic) hingga bising midsistolik pada ruang s
ela iga kedua atau ketiga kiri yang disebabkan tambahan darah yang melewati katup
pulmoneri.
5. Bising diastolik bernada rendah pada tepi sternum kiri bawah dan terdengar lebih je
las pada saat inspirasi. Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aliran darah melal
ui katup tricuspid pada pasien dengan pintasan yang lebar.
6. Bunyi S yang terpecah serta terpisah lebar dan terfiksasi akibat keterlambatan penu
2
6. Patofisiologi
Defek sekat ventrikel terjadi karena terlambatnya penutupan sekat interventrikul
er pada 7 minggu pertama kehidupan intrauterin, yaitu saat terjadi interaksi antara bagian
muskular interventrikular, bagian dari endokardium (bantalan endokardium), dan bagian
dari bulbus kordis.Pada saat itu terjadi kegagalan fungsi bagian-bagian septum interventri
kular, membran, muskular, jalan masuk, jalan keluar, atau kombinasinya, yang bisa bersif
at tunggal atau multipel.
Pada penderita AVSD adanya defek septum interventrikular akan menyebabkan
darah mengalir melalui defek dari ventrikel kiri ke ventnikel kanan (left-to-right shunt) ka
rena pengaruh perbedaan tekanan. Adanya bunyi bising disebabkan oleh derasnya aliran
darah. Darah di ventrikel kanan didorong ke arteri pulmonalis sehingga terjadi peningkat
an aliran darah melalui arteri pulmonalis yang berlanjut sebagai peningkatan tahanan vas
kular pulmonal.
Jantung bekerja lebih kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh Pengaturan intake
cairan
Kebutuhan O2 dan nutrisi tidak Tekanan ventrikel kanan Hipertropi ventrikel Intake cairan
seimbang kanan menurun
Dx :
Penurunan curah jantung
8. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi medikamentosa
1. Terapi gagal jantung
2. Jika terdapat infeksi paru, terapi infeksi paru dengan antibioti
3. Pencegahan terhadap endocarditis
b. Perencanaan terapi intervensi bedah
Indikasi untuk pembedahan tergantung bentuk AVSD, tetapi jika tanda gagal jant
ung kongestif muncul, koreksi pembedahan harus dilakukan segera mungkin tanpa memp
ertimbangkan jenis defek. Untuk complete AVSD, bila memungkinkan usia yang dianjur
kan untuk operasi elektif adalah antara 3 sampai 6 bulan. Bayi usia kurang dari 3 bulan j
aringan katupnya masih sangat halus sehingga reparasinya lebih sulit, sedangkan bila lebi
h dari 6 bulan bahaya hipertensi pulmonal. Tatalaksana dibedakan berdasarkan ada tidakn
ya gagal jantung dan tipe AVSD
1. Complete AVSD tanpa gagal jantung
Operasi koreksi dilakukan pada usia 5-8 bulan sebelum terjadinya vaskuler paru (PV
P) tanpa melakukan kateterisasi jantung terlebih dahulu. Katerisasi dilakukan apabila
usia sudah lebih dari 6 bulan karena pada usia tersebut sudah mulai terjadi penyakit v
ascular paru (PVP)
2. Complete AVSD dengan gagal jantung
Bila ada gagal jantung harus diberikan obat-obat gagal jantung dahulu (digitalis, diur
etic, dan vasodilator). Bila gagal jantung tak teratasi dan keadaan umum pasien buruk,
maka dilakukan pulmonary artery banding (PAB) terlebih dahulu dan operasi koreks
i dilakukan setelah usia 5-9 bulan. PAAB tidak dianjurkan bila terdapat regurgitasi k
atup AV yang bermakna karena akan memperberat derajat regurgitasi.
3. Incomplete atau parsial AVSD
Tatalaksana sama seperti ASD dan VSD
9. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas)
b. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
c. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
d. Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
e. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
f. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
Penurunan curah jantun setelah dilakukan tindakan k Perawatan jantung (I. 02075)
g berhubungan dengan eperawatan selama 3x24 ja Perawatan jantung akut (I. 02076)
perubahan irama jantun m, diharapkan curah jantun Observasi
g (D. 0008) g dan perfusi miokard mem Identifikasi gejala penurunan
baik dengan kriteria hasil : curah jantung
Curah jantung (L. 02008) Monitor tekanan darah, nadi,
Perfusi miokard (L. 02011) Monitor nilai laboratorium
Kekuatan nadi perife Monitor nyeri dada
r meningkat
Heart rate 120-160x/ Terapeutik
menit Posisikan pasien semi fowler
Tekanan darah norm dengan kaki kebawah atau posisi
al nyaman
Edema tidak ada Kolaborasi
Sianosis menurun Kolaborasi pemberian antiarit
Dyspnea menurun mia jika perlu
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (I. 01011)
berhubungan dengan ke keperawatan 3x24 jam, mak Pemantauan respirasi (I. 01014)
lemahan otot pernafasan a pola nafas membaik denga Observasi
n kriteria hasil : Monitor frekuensi, irama, ked
Pola nafas (L. 01004) alaman, dan upaya nafas
Penggunaan otot ban Monitor pola nafas (seperti br
tu pernafasan menurun adipneu, takipneu, hiperventilasi,
Perpanjangan fase e kussmaul, atelectasis)
kspirasi menurun Monitor saturasi oksigen
Dispneu menurun Auskultasi bunyi nafas
Frekuensi nafas me Palpasi kesimetrisan ekspansi
mbaik paru
Kedalaman nafas me Monitor nilai AGD
mbaik Monitor hasil X-Ray thoraks
Pernafasan cuping hi
dung menurun Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan
nafas
Posisikan semi fowler atau fo
wler
Atur interval pemantauan res
pirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil peman
tauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantau
an, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian
alat bantu nafas tambahan
Intoleransi aktivitas ber Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi (I. 05178)
hubungan dengan ketida keperawatan selama 3x24ja Terapi aktivitas (I. 05186)
kseimbangan antara sup m diharapkan toleransi aktiv Observasi
lai dan kebutuhan oksig itas meningkat dengan kriter Identifikasi gangguan fungsi t
en (D. 0056) ia hasil : ubuh yang mengakibatkan kelelah
Toleransi aktivitas (L. 0504 an
7) Monitor lokasi dan ketidakny
Kekuatan tubuh amanan selama melakukan aktivit
bagian atas meni as
ngkat Identifikasi deficit tingkat akt
Kekuatan tubuh ivitas
bagian bawah m Identifikasi strategi meningka
eningkat tkan partisipasi dalam aktivitas
Dyspnea saat akt
ivitas menurun Terapeutik
Dyspnea setelah
Sediakan lingkungan nyaman
aktivitas menuru dan rendah stimulus
n Berikan aktivitas distraksi ya
Frekuensi nadi ng menenangkan
membaik Fasilitasi aktivitas fisik rutin
Warna kulit me
Libatkan keluarga dalam akti
mbaik vitas
Tekanan darah Edukasi
membaik Anjurkan tirah baring
Saturasi oksigen Anjurkan melakukan aktivita
membaik s secara bertahap
Frekuensi nafas
membaik Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi te
ntang cara meningkatkan asupan
makanan
Resiko hypovolemia ber Setelah diberikan intervensi Manajemen hypovolemia (I. 03116)
hubungan dengan kekur selama 3x24 jam diharapka Pemantauan cairan (I. 03121)
angan intake cairan (D. n status cairan membaik, de
0034) ngan kriteria hasil : Observasi
Kekuatan nadi meni Periksa tanda dan gejala hypo
ngkat volemia (misal frekuensi nadi m
Turgor kulit membai eningkat, nadi teraba lemah, tek
k anan darah menurun, tekanan na
Ortopnea menurun di menyempit, turgor kulit menu
Dyspneu menurun run, membrane mukosa kering,
Frekeunsi nadi mem volume urin menurun, hematokr
baik it meningkat, haus, lemah)
Tekanan nadi memb Monitor intake dan output cai
aik ran
Tekanan darah mem Monitor BB
baik Monitor CRT
Membrane mukosa l Monitor jumlah, warna, dan b
embab erat jenis urine
Kadar HB membaik Monitor hasil pemeriksaan se
Kadar HT membaik rum (hematocrit, natrium, kaliu
Intake cairan memba m)
ik Identifikasi factor resiko keti
dakseimbangan cairan
Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi midline
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asu
pan oral
Anjurkan menghindari perub
ahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (misal NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (misal glukosa 2,5
%, NaCl 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan
koloid (misal albumin, plasmana
te)
Kolaborasi pemberian produk
darah
Risiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan infeksi (I. 02075)
keperawatan selama 3x24 ja Observasi
m, diharapkan tingkat infek Monitor tanda dan gejala infe
si menurun dan status imun ksi local dan sistemik
dengan kriteria hasil : Berikan lingkungan dengan b
Tingkat infeksi (L. 14137) aik
Status imun (L. 14133)
Tingkat infeksi men Terapeutik
urun Batasi jumlah pengunjung
Suhu tubuh membai Cuci tangan sebelum dan ses
k udah kontak dengan pasien dan l
Kadar leukosit mem ingkungan pasien
baik Jaga lingkungan aseptic saat
Kultur darah memba mengganti tabung dan botol TP
ik N
Periode malaise men Pertahankan Teknik aseptic p
urun ada pasien beresiko tinggi
Nafsu makan memb Edukasi
aik Anjurkan meningkatkan asup
an nutrisi
Anjurkan meningkatkan asup
an cairan
Ajarkan cara cuci tangan bagi
tenaga kesehatan
Anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat mema
suki dan meninggalkan ruangan
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunis
asi, antibiotic jika perlu
Resiko defisit nutrisi be Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I. 03119)
rhubungan dengan ketid keperawatan selama 3x24 ja Manajemen gangguan makan (I. 031
akmampuan menelan m m, diharapkan status nutrisi 23)
akanan membaik dengan kriteria ha
sil : Observasi
Status nutrisi (L. 03030) Identifikasi status nutrisi
Kekuatan otot pengu Identifikasi alergi dan intoler
nyah meningkat ansi makanan
Kekuatan otot menel Idebtifikasi makanan yang dis
an meningkat ukai
Serum albumin meni Identifikasi kebutuhan kalori
ngkat dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggun
Porsi makanan yang aan selang nasogatrik
dihabiskan meningkat Monitor asupan makanan dan
Pengetahuan tentang keluarnya makanan dan cairan se
standar asupan nutrisi m rta kebutuhan kalori
eningkat Monitor berat badan
Berat badan membai Monitor hasil pemeriksaan la
k boratorium.
Nafsu makan memb
aik Terapeutik
Bising usus membai Lakukan oral hygiene sebelu
k m makan
Index masa tubuh m Fasilitasi menentukan pedom
embaik an diet
Berikan makanan tinggi prote
in dan tinggi kalori
Berikan suplemen makanan
Hentikan memberikan makan
an melalui selang nasogatrik jik
a asupan oral dapat dilakukan.
Timbang berat badan secara r
utin
Rencanakan program pengob
atan untuk perawatan dirumah.
Edukasi
Anjurkan diet yang di progra
mkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medik
asi sebelum makan (misal pered
e nyeri, antiemetic)
Kolaborasi dengan ahli gizi u
ntuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhka
n dan target berat badan.
II. TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.NY. M, DENGAN DIAGNOSA NCB KMK RDS P
JB KKM AVSD PDA CTEV
DI RUANG NICU ON VENTILATOR, RSUP FATMAWATI
A. PENGKAJIAN
Nama : By.Ny.M
Nomor MR : 018-377-33
Tanggal Lahir : 19 July 2022
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal pengkajian : 19 Juli 2022
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pasien masuk ruang Nicu on Ventilator, tanggal 19 July 2022 jam 13.30 WIB. Pasien masuk mel
alui VK bougenville, pasien dr. Nadia SpA, diagnosis masuk NCB KMK RDS PJB KKM AVSD
PDA CTEV, transport dengan incubator, apgar score 6/7, bayi riwayat lahir jam 11.45 secara SC
ai ibu G4P3A0 39 minggu janin KKM (Janin PJT, Hipoplasia Vermis, AVSD, Stenosis Aorta), j
enis kelamin laki-laki, keluhan utama bayi sesak, ada retraksi dada, tidak ada cuping hidung.
RIWAYAT KELAHIRAN
Bayi adalah anak keempat, dari 3 bersaudara, bayi lahir dengan SC, umur kehamilan 39 minggu,
terdapat kelainan bawaan, yakni CTEV, PJB, AVSD.
RIWAYAT IMUNISASI
Belum ada.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Belum ada
KEADAAN UMUM
Bayi kesadaran apatis, frekuensi nadi 140x/menit, frekuensi nafas 67x/menit, suhu 36,5 C, bayi r
0
awat incubator, suara paru vesikuler, ada retraksi dada, frekuensi nafas 60-67x/menit, pola nafas
ireguler, nafas bayi dibantu dengan ventilator mode NIV FiO2 30%, RR:67, PIP:15, TI:0,33 PEE
P 5, Slope 0,1 berat badan 2000 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 36 cm, lingkar dada
29 cm, lingkar perut 26 cm, lingkar lengan 9 cm. Terpasang infus perifer di tangan kanan dengan
cairan D10% 164 cc/hr.
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN HASIL
Pemeriksaan thoraks f Hemidiafragma kiri letak tinggi, DD/ proses subdiafragma.
oto Tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru
(20 July 2022)
Echocardiography AVSD
(20 July 2022) Ruptur AVSD sebesar 6-12cm
USG Kepala Hydrosephalus
(21 July 2022 jam 12.1 Ventrikullomegali lateral kanan-kiri
6) Tidak tampak lesi local maupun perdarahan pada intraparenkim cer
ebri yang tervisualisasi
ANALISA DATA
No. Data Pendukung Etiologi Diagnosa
1. DS :Belum dapat dikaji Kelemahan Pola nafas tida
19/07/2022 DO : otot k efektif
Jam 15.00 Bayi kesadaran apatis, GCS: 12, nafas dengan pernafasan
alat bantu nafas ventilator mode NIV FIO2 30
%, PIP:16, PEEP 5, RR:60, TI:0,33, bayi tam
pak ada retraksi dada, nafas cuping hidung tid
ak ada, frekuensi nafas 60-67x/menit, bayi tid
ak ada cyanosis, merintih tidak ada, air entry a
da. Down score 2, riwayat Apgar Score 6/7.
Saturasi bayi 93-97%, heart rate 140-158x/m
enit, suhu 36,5 C, CRT 3 detik, akral hangat.
0
4. Resiko hypovolemi Setelah diberikan intervensi selama Manajemen hypovolemia (I. 03116)
3x24 jam diharapkan status cairan m Pemantauan cairan (I. 03121)
embaik, dengan kriteria hasil : Observasi
Kekuatan nadi meningkat Periksa tanda dan gejala hypovolemia (misal frekue
Turgor kulit membaik nsi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
Ortopnea menurun menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menur
Dyspneu menurun un, membrane mukosa kering, volume urin menurun, h
Frekeunsi nadi memaik ematokrit meningkat, haus, lemah)
Tekanan nadi membaik Monitor intake dan output cairan
Tekanan darah membaik Monitor BB
Membrane mukosa lembab Monitor CRT
Kadar HB membaik Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine
Kadar HT membaik Monitor hasil pemeriksaan serum (hematocrit, natri
Intake cairan membaik um, kalium)
Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi midline
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (misal NaC
l, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (misal gl
ukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (misal albumin,
plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan keperaw Pencegahan infeksi (I. 02075)
atan selama 3x24 jam, diharapkan ti Observasi
ngkat infeksi menurun dan status im Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
un dengan kriteria hasil : Berikan lingkungan dengan baik
Tingkat infeksi (L. 14137) Terapeutik
Status imun (L. 14133) Batasi jumlah pengunjung
Tingkat infeksi menurun Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pa
Suhu tubuh membaik sien dan lingkungan pasien
Kadar leukosit membaik Jaga lingkungan aseptic saat mengganti tabung dan
Kultur darah membaik botol TPN
Periode malaise menurun Pertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko tin
Nafsu makan membaik ggi
Edukasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada sa
at memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, antibiotic jika perlu
6. Resiko Jatuh Setelah diberikan tindakan Pencegahan Jatuh (I. 14540)
keperawatan selama 3x24 jam Manajemen keselamatan lingkungan (I.14513)
diharapkan resiko jatuh tidak terjadi, Observasi :
dengan kriteria hasil: Identifikasi factor resiko jatuh
Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan
Tingkat jatuh (L.14138)
resiko jatuh
Tidak ada kejadian jatuh Hitung resiko jatuh
Terapeutik :
Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
Pasang handrail tempat tidur
Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
Gunakan perangkat pelindung
Edukasi :
Ajarkan keluarga mengenai resiko tinggi bahaya
lingkungan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
1.
19/07/22 Pola nafas tid Observasi : S : Belum dapat dikaji
Jam 20. ak efektif 1. Monitor pola nafas, frek O:
00 uensi nafas Kesadaran bayi apatis, GCS 12, E: 3
2. Monitor saturasi oksigen M: 5 V:4, suhu bayi 36.8 , saturasi ok
0
Edukasi :
1. Ajarkan orang tua cara c
uci tangan dengan benar
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemas
angan akses central
2. Lakukan kolaborasi untu
k pemberian antibiotic dan
cek laboratorium secara be
rkala
- Ampicilin 2x100 mg/IV;
jam 18-06
- Gentamicin 10 mg/36 ja
m 05 (21/07/2022)
Observasi :
Resiko Jatuh - Identifikasi factor
6. resiko jatuh
- Identifikasi factor
lingkungan yang
meningkatkan resiko
jatuh
- Hitung resiko jatuh
Terapeutik :
- Pastikan roda tempat
tidur selalu dalam
kondisi terkunci
- Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
1.
20/07/22 Pola nafas ti Observasi : S : Belum dapat dikaji
Jam 20. dak efektif 1. Monitor pola nafas, freku O:
00 ensi nafas Kesadaran bayi apatis, GCS 12, E: 3
2. Monitor saturasi oksigen M: 5 V:4, suhu bayi 37,1 , saturasi ok
0
P:
Lanjutkan intervensi:
Pemantauan respirasi
Manajemen penurunan curah jantung
Pencegahan infeksi
Pencegahan jatuh
Manajemen keselamatan
lingkunngan
3. Resiko hypo Observasi :
volemia 1. Periksa tanda dan gejala h
ipovelemia misal frekuensi
nadi meningkat, nadi lemah,
turgor kulit menurun, volum
e urin menurun, membrane
mukosa kering.
2. Monitor intake output cai
ran
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
perhari
2. Beri asupan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak
asupan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pember
ian cairan infus
PG 1 180 cc
Lipid 20 cc
Heparin 0,5 cc/jam
Volume cairan total 200cc/2
4 jam
4. Resiko infek
si Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Hand Hygiene sebelum d
an sesudah kontak dengan p
asien dan lingkungan
3. Ganti set infus 22/7/2022
dan incubator berkala 24/7/2
022
Edukasi :
1. Ajarkan orang tua cara cu
ci tangan dengan benar
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemasa
ngan akses central PICC
2. Lakukan kolaborasi untuk
pemberian antibiotic dan ce
k laboratorium secara berkal
a
- Ampicilin 2x100 mg/IV; j
am 18-06
- Gentamicin 10 mg/36 jam
05 (21/07/2022)
5. Resiko Jatuh
Observasi :
- Identifikasi factor resiko
jatuh
- Identifikasi factor
lingkungan yang
meningkatkan resiko
jatuh
- Hitung resiko jatuh
Terapeutik :
- Pastikan roda tempat
tidur selalu dalam
kondisi terkunci
- Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
1.
21/07/22 Pola nafas tid Observasi : S : Belum dapat dikaji
Jam 20. ak efektif 1. Monitor pola nafas (freku O:
00 ensi nafas, irama,Kesadaran bayi apatis, GCS 12, E: 3
kedalaman, dan upaya M: 5 V:4, suhu bayi 37,2 , saturasi o
0
Observasi :
3. Resiko hypov 1. Periksa tanda dan gejala
olemia hipovelemia misal frekuensi
nadi meningkat, nadi lema
h, turgor kulit menurun, vol
ume urin menurun, membra
ne mukosa kering.
2. Monitor intake output cai
ran
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
perhari
2. Beri asupan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak
asupan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pember
ian cairan infus
PG 2 205 cc
Lipid 20 cc
Dextrose 10%+Calci Gluco
nas 15cc
Heparin 0,5 cc/jam
Volume cairan total 240cc/
24 jam
Observasi :
4. Resiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Hand Hygiene sebelum d
an sesudah kontak dengan p
asien dan lingkungan
3. Ganti set infus 22/7/2022
dan incubator berkala 24/7/
2022
Edukasi :
1. Ajarkan orang tua cara cu
ci tangan dengan benar
Kolaborasi
1. Lakukan kolaborasi untu
k pemberian antibiotic dan
cek laboratorium secara ber
kala
- Ampicilin 2x100 mg/IV; j
am 18-06
- Gentamicin 10 mg/36 jam
05 (21/07/2022)
Observasi :
5. Resiko Jatuh - Identifikasi factor
resiko jatuh
- Identifikasi factor
lingkungan yang
meningkatkan resiko
jatuh
- Hitung resiko jatuh
Terapeutik :
- Pastikan roda tempat
tidur selalu dalam
kondisi terkunci
- Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, dan Alice C. Geissler, 1999. Rencana Asuhan Ke
perawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.Alih
bahasa I Made Kariasa.Jakarta : EGC.
Donald C. Fyler. 1996. Kardiologi Anak Nadas, Boston: Harvard Medical Scholl Associate Chief
Of Cardiology Emeritus Children’s Hospital
Maramis, P.P., Kaunang, E.D., Romphis, J. 2014. Hubungan Penyakit Jantung Bawaan Dengan St
atus Gizi Pada Anak Di Rsup Prof.Dr.R.D. Kandou Manado Tahun 2009-2013.Online : http://ejou
rnal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/ 5050. Diakses pada tanggal 8 September 2017 pad
a pukul 13.30 WIB.