Seorang anak laki-laki 4 tahun datang dengan keluhan sering terlihat sesak dan mudah capek
bila bermain. Hal ini sudah dialami sejak bayi. Anak tidak pernah terlihat biru. Anak sering
menderita betuk-pilek berulang dan berkeringat banyak. Pada pemeriksaan fisis ditemukan :
perawakan kecil dan kurus. Sianosis (-). Nadi dan tekanan darah normal. Pemeriksaan
toraks : terlihat voussure cardiac (+). Aktivitas ventrikel kiri dan kanan meningkat. Thrill
teraba di LSB 4. BJ : 1&2 terdengar mengeras. Terdengar bising pansistol derajat 4/6, p.m. di
LSB 4 menyebar ke RSB, Aksiler dan suprasternal.A. Femoralis teraba normal. Tidak
terdapat jari tabuh.
Kata sulit
1. Sianosis : Sianosis adalah kondisi patologis yang ditandai dengan perubahan warna
kebiruan pada kulit atau selaput lendir.
2. Bising pansistol : Murmur pansistolik yang disebabkan oleh aliran darah retrograde
(kembali) melalui arteri akibat tidak kompeten katup ventrikel atau melalui defek
septum ventrikel.
3. Voussure cardiac : Merupakan penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium,
di antara sternum dan apeks codis. Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi jantung
4. Thrill : getaran karena adanya bising jantung
5. Jari tabuh : Kondisi pembengkakan ujung jari dan kuku yang melengkung ke bawah
Kata kunci
1. Seorang anak laki-laki 4 tahun
2. Sering terlihat sesak dan mudah capek bila bermain, keluhan sejak bayi
3. Tidak pernah terlihat biru
4. Batuk pilek berulang dan berkeringat banyak
5. Perawakan kecil dan kurus
6. Sianosis (-)
7. Nadi dan tekanan darah normal
8. Terlihat voussure cardiac (+)
9. Aktivitas ventrikel kiri dan kanan meningkat
10. Thrill teraba di LSB 4
11. BJ : 1 dan 2 terdengar mengeras
12. Bising pansistol derajat 4/6, p.m. di LSB 4 menyebar ke RSB, Aksiler dan
suprasternal
13. Arteri femoralis teraba normal
14. Tidak terdapat jari tabuh
Identifikasi masalah
1) Bagaimana anatomi dan fisiologi dari skenario tersebut ?
2) Jelaskan Patomekanisme terjadinya batuk dan pilek berulang?
3) Jelaskan Patomekanisme terjadinya berkeringat banyak,sesak dan mudah capek?
4) Apa yang menyebabkan terjadinya perawakan kecil dan kurus pada anak tersebut?
5) Apa penyebab sianosis dan mengapa tidak terjadi sianosis pada skenario tersebut?
6) Apa yang menyebabkan terjadinya voussure cardiac pada skenario tersebut?
7) Apa saja diferensial diagnosis yang didapatkan berdasarkan skenario?
8) Bagaimana tatalaksana penegakkan diagnosis berdasarkan scenario
9) Bagaimana patofisiologi untuk setiap differential diagnosis?
10) Bagaimana etiologi dan epidemiologi untuk setiap differential diagnosis
11) Bagaimana tatalaksana farmakoterapi dan non farmakoterapi sesuai diagnosis?
12) Apa saja faktor resiko yang dapat memicu timbulnya penyakit berdasarkan diagnosis
yang ada?
13) Apa saja upaya preventif yang dapat dilakukan dari masing masing DD?
14) Bagaimana komplikasi dan prognosis dari masing-masing DD
Brainstorming
1. Anatomi: Jantung
Fisiologi: Memompa darah ke paru-paru dan seluruh tubuh
2. Adanya edema paru
3. Adanya disfungsi kompleks dan rangsangan berlebih, peningkatan aktivitas jantung
4. Kurang asupan dan pengaruh hrmn prtmbhn , masukan kalori yg tdk adekuat , factor
prenatal
5. Adanya pnngktn heoglobin yg teroksigenasi.kasus tergolong non sianotik, walau ada
defek tapi tdk trjdi sianosis
6. Aktvts jntung brlbh saat masa prtmbhn
7. Pda, vsd, asd
8. Anamnesis, pemfis, pem penunjang. Dsv: radio thorax dn
9. Pda: respon terhadap kandungan oksigen yang beredar dalam arteri dan keberadaan
prostaglandin E2.
Asd: lubang antra atrium kiri dn kanan- o2 co2 trcmpr
Vsd: pada atrium, kggln pda embriologi
10. Vsd: Menggnggu septal ventrikel. Di indo 662 orang
Asd: malformasi , genetic. Indo: 82rb anak yg lahir dgn asd
Pda: tdk mntpnya DA. 70% pada bayi premature
11. Vsd: non farmako-op,
Pda: farmako- indometasin, pct . non farmako- pntpn pda, op
Asd: trpi nutrisi , op ttup asd
12. Pda: prenatal dn genetic
Vsd: rwyt pjb keluarga, down syn
Asd: prenatal, genetic, hemodinamik
13. Pda: blm ada cra psti
Vsd: konsumsi mknn brgzi, batasi alcohol,rokok,olhrga
Asd: ibu hndri alcohol, asap rokok, narkoba (kokain)
14. Pda: hiprtnsi. Baik trgntung pnybb
Vsd: baik namun brsko aritmia . bsa kena endocarditis
Jawaban panjang
1. Jantung
a. Anatomi
Jantung terletak di rongga dada ( thorax ) antara paru kiri dan kanan ( rongga mediastinum ).
Bagian ujung atas jantung yang lebar disebut basis cordis mengarah ke bahu kanan,
sedangkan bagian ujung bawah yang mengerucut disebut apex cordis mengarah ke panggul
kiri, pada janin : terdapat foramen ovale : lubang antara atrium kiri dan atrium kanan.
sehingga darah atrium kanan dan kiri bercampur. foramen ovale ini akan menutup setelah
bayi lahir / tali pusar di potong sehingga paru" nya berfungsi . Jantung terdiri dari empat
ruang jantung yang dipisahkan oleh sekat-sekat jantung. empat ruang jantung tersebut
adalah :
Ruang jantung ini terbentuk karena adanya sekat interventrikuler dan sekat atrioventrikuler.
Pada sekat atrioventrikuler terdapat dua buah katup jantung, yaitu katup trikuspidalis ( 3
katup ) dan katup bicuspidalis ( 2 katup )
Fungsi atrium kanan : menerima darah dari vena kava superior dan inverior, atrium kiri
menerima darah dari vena pulmonalis
fungsi ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke arteri
pulmonalis, ventrikel kiri menerima dari atirum kiri dan memompakan darah ke aorta
- katup bikuspidalis / mitral : 2 daun katup, terletak antara atrium kiri dan
ventrikel kiri
- katup trikuspidalis : 3 daun katup, terletak antara atrium kanan dan ventrikel
kanan
- katup semilunaris pulmonalis : antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis
- katup semilunalis aorta : antara ventrikel kiri dengan aorta
Untuk pembuluh darahnya ada vena cava yang membawa darah kaya co2 dari seluruh tubuh
dan vena pulmonalis membawa darah kaya o2 dari paru - paru
Proyeksi jantung di rongga dada : dimana denyutan apeks teraba pada ics 5 linea
midklavikula sinistra.
§ Perikardium parietalis (lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput
paru).
2. Miokardium, ( lap. otot jantung ) merupakan lapisan tengah (lapisan inti) dari
jantung dan paling tebal serta terdiri dari otot-otot jantung yaitu atrium ventrikel dan serat
khusus . Fungsinya ialah kontraksi jantung;
Mekanisme 1
Mekanisme 2
Oksigen yang
Dspsneu
diikat
Adapun mekanisme sesak nafas (dyspnea) yaitu berawal dari aktivasi sistem sensorik
yeng terlibat dalam sistem respirasi lalu kemudian informasi sensorik sampai pada pusat
pernapasan di otak dan memproses respiratoryrelated signals dan menhasilkan pengaruh
kognitif, kontekstual, dan perilaku sehingga terjadi sensasi dyspnea.
4. Pertumbuhan terlmbat
Pada penyakit Defek Septum Ventrikel dinding pemisah kedua ventrikel tidak tertutup
sempurna, akibatnya darah dari ventrikel kiri langsung mengalir ke ventrikel kanan dan
sebaliknya. Besarnya defek/cacat/kerusakan umumnya bervariasi diameternya mulai dari
beberapa mm sampai beberapa cm. Semakin besar defek/cacat, maka semakin besar pula
pirau dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
Shunt/pirau ini merupakan bagian di mana darah bergerak dari satu area (pembuluh darah
atau ruang jantung) ke area lain dalam pola yang tidak normal.Sebuah shunt/pirau jantung
adalah cacat jantung bawaan, yang muncul saat lahir.
Semakin besar pirau maka darah yang melalui katup aorta berkurang dan volume darah
semakin banyak di jaringan intratorakal. Karena darah banyak di intratorakal menyebabkan
berkurangnya volume darah pada sisitem sirkulasi menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Selain itu sering terjadi infeksi saluran pernafasan sehingga mengakibatkan pertambahan
berat badan anak minimal.
Masukan kalori Masukan kalori yang tidak adekuat terjadi apabila anak dengan
yang tidak penyakit jantung bawaan mulai kehilangan nafsu makan atau akibat
adekuat oleh ketidakmampuan tubuh memakai zat-zat gizi untuk pertumbuhan
bayi/anak oleh karena anoksia, asidosis, malabsorpsi dan peningkatan
kebutuhan zat gizi.
Peningkatan Peningkatan laju metabolik dinilai dengan mengetahui konsumsi
laju metabolic oksigen. Konsumsi oksigen pada anak dengan penyakit jantung bawaan
dan gagal tumbuh meningkat jika dibandingkan dengan anak dengan
penyakit jantung bawaan tanpa disertai gagal tumbuh
Faktor-faktor Faktor-faktor tersebut adalah tinggi badan orang tua, faktor genetik,
prenatal faktor intrauterine dan berat lahir. Faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan gagal tumbuh yang menetap pasca operasi. Skrining
prenatal, termasuk penggunaan ultrasonografi dengan teknik outflow
tract dapat membantu diagnosis kelainan jantung bawaan secara tepat
dan lebih dini.
5. dn astry
Sianosis adalah perubahan warna biru abnormal pada kulit dan selaput lendir, yang
disebabkan oleh peningkatan kadar hemoglobin terdeoksigenasi hingga di atas 5 g/dL
6. Vossure Cardiac merupakan penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, di
antara sternum dan apeks codis. Kadang-kadang voussure cardiac dapat memperlihatkan
pulsasi jantung. Adanya voussure Cardiaque, menunjukkan adanya : kelainan jantung
organis, kelainan jantung yang berlangsung sudah lama terjadi sebelum penulangan sempurna
hipertro" ataupun bisa terlihat karena adanya dilatasi ventrikel. Pada pasien dengan kelainan
jantung bawaan atau karena demam rematik, terutama berkaitan dengan aktifitas jantung
yang berlebihan pada masa pertumbuhan hamper selalu ditemukan voussure cardiac
1). ASD Sinus Venosus ( Bag. Dekat superior vena cava pada atrium kanan )
ASD sinus venosus terjadi pada 5-10% total kasus ASD secara keseluruhan. ASD tipe ini
ditandai dengan adanya malposisi dari pintu masuk vena cava superior yang malah
menduduki septum atrium (terjadi fusi abnormal). Komunikasi antara atrium kanan dan kiri
terjadi melalui lubang masuk vena yang menduduki atrium dan terletak di area fossa ovalis.
Seringnya juga terdapat suatu saluran anomali dari vena pulmonalis superior kanan. Anomali
ini dapat bermuara ke atrium kanan, vena cava superior, atau vena cava inferior.
ASD ostium sekundum terjadi pada 70% kasus ASD. Letak ASD ostium sekundum biasanya
ada di dekat septum fossa ovalis. ASD jenis ini dapat disebabkan karena salah satu dari dua
hal: yakni pertumbuhan septum sekundum yang terhambat atau resorbsi yang berlebihan pada
septum primum. Ukuran defeknya bervariasi antara 3 mm hingga lebih dari 20 mm.
ASD ostium sekundum biasanya terjadi sendiri atau dapat bersamaan dengan ASD jenis lain,
seperti ASD sinus venosus atau ASD ostium primum. Sejumlah pasien dengan tipe ASD ini
juga didapati memiliki kelainan katup mitral berupa prolaps katup mitral.
Kelainan kongenital lain yang sering terjadi bersamaan dengan ASD ostium sekundum adalah
sindrom Noonan, sindrom Treacher Collins, dan Thrombocytopenia-absent radii syndrome.
ASD ostium primum terjadi pada 15-20% dari total jumlah keseluruhan kasus ASD. Defek
pada bagian ini disebabkan fusi yang tak lengkap dari septum primum dengan bantalan
endokardium. Lokasi defeknya sangat berdekatan dengan katup atrioventrikuler (AV),
sehingga pada beberapa kasus ikut mempengaruhi katup AV menjadi terdeformasi dan tidak
kompeten. Misalnya, bagian daun katup anterior atau yang berdekatan dengan septum
interatrial pada katup mitral memiliki celah. Katup trikuspidal biasanya tidak terpengaruh.
Gejala klinis :
1. VSD kecil
Biasanya pasien tidak ada keluhan. Bayi biasanya dibawa ke cardiologist karena ditemukan
adanya murmur selama pemeriksaan rutin.
2. VSD sedang
Bayi terlihat berkeringat akibat rangsangan saraf simpatis, terlihat saat diberi makanan.
Terlihat lelah selama makan oleh karena aktifitas makan memerlukan cardiac output yang
tinggi. Adanya tachypnea saat istirahat ataupun saat makan. Gangguan pertumbuhan bisa
juga dijumpai karena meningkatnya kebutuhan kalori dan kurangnya kemampuan bayi untuk
makan secara adekuat. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan juga bisa ditemukan
3. VSD besar
Ditemukan gejalan yang sama dengan VSD sedang, tetapi lebih berat. Pertumbuhan
terhambat dan seringnya mengalami infeksi saluran nafas
8. ASD
Gejala dan Tanda ASD:
•Kebanyakan Pasien ASD tidak bergejala dan tidak terdiagnosis sampai di usia
decade ketiga hingga keempat
•Bayi dengan ASD dapat bergejala (sangat jarang) : infeksi saluran napas akut
berulang dan gagal tumbuh
•Pasien anak yang sudah lebih besar : rasa letih dan dispnea yang memberat
seiring bertambahnya usia
•Pasien ASD dengan sindrom Eisenmenger : sianosis dan pingsan saat
beraktivitas
Pem. Fisik
Inspeksi : iktus kordis menonjol
Palpasi : impuls ventrikel kanan yang prominen di sepanjang lower left sternal
border dan area subcostal
Auskultasi : S1 normal, S2 wide fixed split; dapat tedengar murmur ejection
systolic di sela iga 2 garis parasternal kiri akibat peningkatan aliran melalui katup
pulmoner.
Pem. Penunjang
Dapat muncul deviasi aksis QRS ke kanan dan gelombang P tinggi ->
menggambarkan pembesaran atrium kanan
Dapat ditemukan gambaran defective T wave, yang artinya T di sadapan
precordial kanan muncul sesudah puncak gelombang T di V6
Adanya incomplete RBBB (Right Bundle Branch Block)
VSD (Astry) : Anamnesis (membangun sambung rasa, mencari gejala hf, Riwayat
kehamilan dan keluarga, keadaan dan kondisi yg memperberat), pemfis (pada mitral
terdapat suara bergemuruh, suara jantung 2 keras, tentukan ada hf , derajat sakit,
menilai kadar umum, ttv, memeriksa sianosis, antropometri, memeriksa kelainan atau
sindrom pada kepala dan leher), pemeriksaan penunjang (ecg, rontgen dada, oksimetri
nadi, katerisasi jantung, MRI, ekokardiografi).
PDA (kevin) : anamnesis (apakah terdapat tanda seperti murmur, nyeri dada, gejala
pada organ lain, riwayat penyakit keluarga, riw. demam reumatik, gejala sulit makan,
bb sulit naik, hf kongestive), pemfis (murmur kontinyu, denyut nadi menonjol,
murmur decrescendo), pem penunjang (ecg dan ekokardiografi)
1. ASD (Diva) :
PDA : Sumber O2 janin selama masa intra-uterin berasal dari plasenta, bukan dari paru-
paru seperti pada bayi baru lahir. Paru-paru belum berfungsi sebagai alat pertukaran gas
selama masa intra-uterin karena tidak dilewati oleh darah. Hal ini disebabkan karena
tekanan di paru masih sangat tinggi pada masa uteri. Selain itu, bayi berada dalam air
ketuban yang juga memenuhi saluran napas sampai ke saluran napas yang terkecil
sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pertukaran gas.Darah yang mengandung
O2 tinggi dari plasenta akan mengalir melalui vena umbilikalis dan akan melintasi hati
melalui duktus venosus. Dari duktus venosus darah akan masuk ke vena kava inferior
untuk selanjutnya masuk ke atrium kanan. Sebagian besar (dua pertiga) darah dari atrium
kanan akan menyeberang ke atrium kiri melalui foramen ovale untuk
selanjutnya mengalir ke ventrikel kiri dan akhirnya dipompakan ke aorta untuk dibagi-
bagikan ke seluruh tubuh. Sepertiga lagi darah dari atrium kanan akan mengalir ke
ventrikel kanan lalu dipompakan ke arteri pulmonalis. Dari arteri pulmonalis darah tidak
mengalir ke paru, melainkan darah akan menyeberang ke aorta melalui duktus arteriosus
untuk dipompakan ke seluruh tubuh. Paru – paru tidak dapat dialiri darah karena
tekanannya yang sangat tinggi. Kalaupun ada sedikit yang masuk ke paru, darah tidak
akan mengalami pertukaran gas di paru dan akan kembali ke atrium kiri seperti
semula. Selanjutnya darah yang sudah dipakai oleh tubuh akan dikembalikan ke plasenta
melalui arteri umbilikalis untuk menjalani pertukaran gas di plasenta. Di
dalam kandungan, darah dengan O2 tinggi dan darah dengan O2 rendah bercampur di
dalam jantung sehingga saturasi O2 darah arteri rendah.
Di dalam kandungan terdapat beberapa keadaan yang mempertahankan agar duktus arteriosus
tetap terbuka yaitu: (1) kadar prostaglandin (PG) yang tinggi dalam darah yang dibuat oleh
plasenta, (2) katabolisme PG yang rendah akibat belum berfungsinya paru-paru dan (3) saturasi
O2 darah yang relatif rendah. Setelah bayi lahir otomatis kadar PG akan menurun
akibat dikeluarkannya plasenta, katabolisme PG di paru meningkat dengan mulai berfungsinya
paru serta O2 darah meningkat. Ketiga hal inilah yang menyebabkan PDA menutup setelah bayi
lahir. Jika ditemukan keadaan yang membuat oksigen darah tidak meningkat seperti pada bayi
yang mengalami distres pernapasan, atau bayi prematur dengan kadar PG masih tinggi
serta terdapat imaturitas duktus yang tidak memberikan respons dengan kenaikan O2, maka
terjadilah PDA yang angkanya meningkat terutama pada bayi prematur dibandingkan dengan
BCB.
2. ASD: berhubungan dengan syndrome turner, syndrome down, paparan ibu terhadap
obat-obatan , kelainan genetic, cacat konduktif. Menjadi pjb tersering saat dewasa,
lebih sering pada wanita
VSD: disebakan oleh factor genetic. Biasanya ditemukan dengan asd, 537 orang di
Indonesia. Peningkatan insidennya di Australia, jerman,
PDA: karena kondisi genetic. 1 dari 2000 kelhiran hidup dan 1 dari 8000 kelahiran
premature.
3. PDA : Pada bayi yang lebih matang secara gestasional, manajemen konservatif
PDA mungkin cukup untuk mendukung bayi sambil menunggu penutupan spontan.
Penatalaksanaan konservatif termasuk pembatasan cairan secara hati-hati (110
hingga 130ml/kg/hari sambil memantau produksi urin) dan meningkatkan tekanan
puncak akhir ekspirasi (PEEP) untuk mengobati edema paru. Diuretik kontroversial
karena kurangnya bukti bahwa mereka meningkatkan hasil pada bayi yang sangat
prematur, dapat mencegah penutupan PDA, dan menyebabkan gangguan elektrolit
yang sulit ditangani pada bayi yang sangat prematur.
Pengobatan farmakologis dengan indometasin, ibuprofen, atau
asetaminofen/parasetamol harus dipertimbangkan untuk bayi prematur dengan PDA
simtomatik. Bayi yang lahir dengan berat lebih dari 1000 gram tidak mungkin
memerlukan terapi farmakologis untuk menutup duktus. Meskipun duktus pada bayi
prematur > 1000g saat lahir tidak menutup secepat bayi cukup bulan yang sehat
(rata-rata waktu penutupan adalah 7 hari pada bayi >1000g), sebagian besar
menutup secara spontan sebelum keluar dari rumah sakit dan tidak memerlukan
pengobatan. .
Untuk bayi yang menunjukkan gejala meskipun dengan manajemen konservatif
(meningkatkan PEEP dan membatasi cairan), ada tiga pilihan terapi farmakologis:
indometasin, ibuprofen, dan asetaminofen/parasetamol. Indometasin biasanya
diberikan dalam 3 dosis, dengan selang waktu 12 jam. Dosis keempat dapat
diberikan 24 jam setelah dosis ketiga untuk memastikan penutupan. Ibuprofen
biasanya diberikan dalam 3 dosis, dengan selang waktu 24 jam. Indomethacin dan
ibuprofen memiliki efikasi yang cukup setara (sekitar 66% sampai 70%). Dalam
kasus yang resisten, pengobatan kedua dapat dipertimbangkan, tetapi efek kumulatif
pada fungsi ginjal harus dievaluasi sebelum memulai pengobatan kedua. Efek
samping indometasin dan ibuprofen serupa, tetapi indometasin dikaitkan dengan
lebih banyak perhatian pada perfusi usus dan necrotizing enterocolitis. Namun,
Asetaminofen/parasetamol menjanjikan untuk mengobati paten duktus arteri.
Beberapa penelitian kecil menunjukkan kesamaan yang dekat dengan indometasin
dan ibuprofen, meskipun mungkin kurang efektif pada bayi yang sebelumnya diobati
dengan indometasin atau ibuprofen atau pada bayi yang paling kecil. Ini diberikan
secara intravena 15 mg/kg/dosis setiap 6 jam selama 3 sampai 8 hari, dan sebagian
besar penelitian adalah 3 hari, berlanjut hingga 6 hari jika penutupan tidak tercapai.
Enzim hati harus dipantau untuk toksisitas.
Jika PDA signifikan secara hemodinamik meskipun dengan terapi farmakologis dan
menghasilkan dukungan pernapasan yang meningkat, gangguan ginjal, atau jika ada
kontraindikasi untuk penggunaan terapi farmakologis, ligasi bedah dapat dilakukan.
4. PDA : viral infection, demam trimester pertama, diabetes pada ibu, usia ibu lanjut,
hipertermia
DSV : usia ibu diatas 35 tahun, gang genetik
ASD : Cacat septum atrium (ASD) terjadi ketika jantung bayi berkembang selama
kehamilan. Kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan obat selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko bayi mengalami cacat septum atrium atau kelainan jantung bawaan
lainnya. Ini termasuk:
Beberapa jenis kelainan jantung bawaan berjalan dalam keluarga (diturunkan). Sehingga
penting dilakukan skrining oleh konselor genetik dapat membantu menentukan risiko
kelainan jantung tertentu pada anak-anak di masa depan.
6. VSD : 90% menutup dengan sendirinya. Komplikasi nya bissa menjadi endocarditis
ASD : dapat menutup sendiri. Komplikasinya dapat terjadi hf
PDA: prognosisnya baik. dapat menyebabkan hf dan endocarditis