Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN ISPA


(Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan)
Dosen Pengampu : Indra Gunawan,S Kep.,NS.,MSN

Disusun Oleh :

Putri Nur Sabrina C2114201010

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan ramat-Nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
Saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu,
terutama dalam pendidikan keperawatan dan kesehatan lainnya khususnya dalam
memahami arti dari Model Konseptual Keperawatan.

Tasikmalaya,27 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.1 Definisi ISPA............................................................................................ 3
2.2 Etiologi ISPA............................................................................................ 3
2.3 Tanda dan Bahaya ISPA ........................................................................... 3
2.4 Penatalaksanaan Kasus ISPA ................................................................... 5
2.5 Perawatan Dirumah .................................................................................. 7
2.6 Pencegahan dan Pemberantasan ISPA ..................................................... 8
2.7 Pelaksana Pemberantasan ......................................................................... 9
BAB III.................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian dampak pneumonia menjadi penyebab primer ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut) pada Indonesia. Pada akhir tahun 2000, terjadi 5
perkara pada antara 1.000 bayi/balita. Berarti, dampak pneumonia sebesar
150.000 bayi/balita mati tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416
perkara sehari atau 17 anak per jam atau seseorang bayi/balita tiap 5 menit.
ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan karena
terdapat cukup banyak kematian bayi dan balita, sekitar 1dari 4 kematian.
40 sampai dengan 60% pasien di indonesia adalah pasien ISPA setiap
tahunnya.Bayi dibawah usia 2 bulan menjadi kematian terbesar yang
disebabkan pneumonia.Infeksi saluran pernapasan atas dan juga infeksi
saluran pernafasan bawah merupakan salah satu penyakit yang diderita
pengidap ISPA. Penyakit saluran napas bayi pada anak juga dapat
menimbulkan kecacatan pada usia yang ditemukan hubungan dengan
terjadinya sumbatan.
Angka kematian ISPA sejauh ini masih sangat tinggi. Kematian sering
disebabkan oleh orang yang datang untuk berobat dalam kondisi dan
sering disertai dengan komplikasi dan malnutrisi.Sejak tahun 1984
program pemberantasan ISPA mencoba mengurangi angka kematian pada
bayi dan balita. tetapi tampaknya tingkat morbiditas dan mortalitas masih
tinggi, seperti yang ditunjukkan pada studi dasar yang disebutkan di atas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu ISPA ?
2. Bagaimana Etiologi penyakit ISPA ?
3. Bagaimana Tanda Bahaya ISPA ?
4. Bagaimana penatalaksanaan kasus ISPA ?
5. Bagaimana perawatan ISPA ?
6. Bagaimana Pencegahan dan Pemberantasan ISPA ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit ISPA

1
2. Untuk mengetahui apasaja tanda dan bahaya ISPA
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan kasus ISPA
4. Untuk mengetahui bagaiamana perawatan ISPA
5. Untuk mengetahui pencegahan dan pemberantasan ISPA

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi ISPA
ISPA adalah singkatan menurut infeksi saluran pernafasan akut, kata ini
disesuaikan menurut kata pada bahasa Inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Istilah ISPA mencakup 3 unsur yakni infeksi, saluran
pernafasan & akut, menggunakan pengertian menjadi berikut:
 Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisma ke pada
tubuh insan & berkembang biak sebagai akibatnya menyebabkan
tanda-tanda penyakit.
 Saluran pernafasan merupakan organ mulai menurut hidung
sampai alveoli bersama organ adneksanya misalnya sinus-sinus,
rongga indera pendengaran tengah & pleura. ISPA secara
anatomis meliputi saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) & organ
adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru
termasuk pada saluran pernafasan (respiratory tract)
 Infeksi akut merupakan infeksi yg berlangsung hingga
menggunakan 14 hari. Batas 14 hari diambil buat memperlihatkan
proses akut meskipun buat beberapa penyakit yg bisa digolongkan
pada ISPA proses ini bisa berlangsung lebih menurut 14 hari.
2.2 Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih menurut 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebabnya antara lain menurut genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella & Korinebakterium.
Virus penyebabnya terdiri menurut golongan Miksovirus, Adenovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri sering
menyertai infeksi virus, biasanya virus penyebab ISPA merupskan virus
ringan & bisa sembuh sendiri.
2.3 Tanda dan Bahaya ISPA

3
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan ditandai menggunakan
keluhan- keluhan dan tanda-tanda-tanda-tanda yg ringan. Dalam beberapa
hari ke depan penyakit mungkin akan membuktikan gejalanya sebagai
lebih berat & apabila semakin berat bisa menyebabkan terjatuh pada
keadaan kegagalan pernapasan bahkan mungkin meninggal. apabila telah
pada kegagalan pernapasan maka diharapkan penatalaksanaan yg lebih
rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan
agar tanda-tanda yg ringan nir sebagai lebih berat supaya tanda-tanda berat
tadi cepat-cepat ditolong menggunakan sempurna supaya nir terjatuh pada
kegagalan pernapasan.
Tanda-perindikasi bahaya bisa dipandang menurut perindikasi-perindikasi
klinis & perindikasi-perindikasi laboratoris, menjadi berikut:
1) Tanda-perindikasi klinis:
 Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tidak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,
cyanosis, bunyi napas lemah atau hilang, grunting expiratoir &
wheezing.
 Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam,
hypertensi, hypotensi & cardiac arrest.
 Pada sistem cerebral adalah: gelisah, gampang terangsang,
sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang & koma.
 Pada hal generik adalah: letih & berkeringat banyak.
2) Tanda-tanda laboratoris:
 Hypoxemia,
 Hypercapnia, dan
 Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-perindikasi bahaya dalam anak golongan umur 2 bulan hingga 5
tahun adalah nir sanggup minum, kejang-kejang, pencerahan menurun,
stridor dan gizi buruk, sedangkan perindikasi bahaya dalam anak golongan
umur kurang menurut 2 bulan adalah kurang sanggup minum (kemampuan
minumnya menurun bahkan kurang menurut 1/2 volume yg biasa

4
diminumnya), kejang-kejang, pencerahan menurun, stridor, Wheezing,
demam & dingin.
2.4 Penatalaksanaan Kasus ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia berdasarkan penatalaksanaan masalah
yg sahih adalah langkah buat mencapai 2 berdasarkan 3 tujuan program
(turunnya kematian lantaran pneumonia & turunnya penggunaan antibiotik
& obat batuk yg kurang sempurna dalam pengobatan penyakit ISPA).
Pedoman penatalaksanaan masalah ISPA bisa menaruh petunjuk baku
pengobatan penyakit ISPA yg akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik buat masalah-masalah batuk pilek biasa, dan mengurangi
penggunaan obat, & batuk yg kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan
masalah meliputi jua petunjuk mengenai anugerah kuliner & minuman
menjadi bagian berdasarkan tindakan penunjang yg krusial bagi pederita
ISPA.
Penatalaksanaan ISPA mencakup langkah atau tindakan menjadi berikut:
a. Pemeriksaan Pemeriksaan merupakan memperoleh keterangan
mengenai penyakit anak menggunakan mengajukan beberapa
pertanyaan pada ibunya, dan melihat & mendengarkan anak. Hal ini
krusial supaya selama inspeksi anak nir menangis (jika menangis akan
menaikkan frekuensi napas), buat ini diusahakan supaya anak
permanen dipangku sang ibunya. Menghitung napas bisa dilakukan
tanpa membuka baju anak. Jika baju anak tebal, mungkin perlu
membuka sedikit buat melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan
dada bagian bawah, baju anak wajib dibuka sedikit. Tanpa inspeksi
auskultasi menggunakan steteskop penyakit pneumonia bisa
didiagnosa & diklasifikasi.
b. Klasifikasi ISPA Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasi ISPA menjadi berikut:
 Pneumonia berat: ditandai secara klinis sang adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).

5
 Pneumonia: ditandai secara klinis sang adanya napas cepat.
lima
 Bukan pneumonia: ditandai secara klinis sang batuk pilek,
sanggup disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis & tonsilitis
tergolong bukan pneumonia (4).
 Berdasarkan output inspeksi bisa dibentuk suatu penjabaran
penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan buat golongan umur
dibawah dua bulan & buat golongan umur dua bulan hingga
lima tahun.

1) Untuk golongan umur kurang 2 bulan, terdapat dua penjabaran penyakit


yaitu:
 Pneumonia berada: diisolasi berdasarkan cacing tanah oleh Ruiz
& bertenaga dinding dalam bagian bawah atau napas cepat.
Batas napas cepat buat golongan umur kurang dua bulan yaitu
60 kali per mnt atau lebih.
 Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, jika tidak ditemukan
perindikasi tarikan bertenaga dinding dada bagian bawah atau
napas cepat.
2) Untuk golongan umur 2 bulan hingga 5 tahun, terdapat tiga pembagian
terstruktur mengenai penyakit yaitu:
 Pneumonia berat: apabila disertai napas sesak yaitu adanya
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam dalam ketika anak
menarik napas (dalam waktu diperiksa anak wajib pada keadaan
hening tldak menangis atau meronta).
 Pneumonia: apabila disertai napas cepat. Batas napas cepat
adalah buat usia 2 -12 bulan merupakan 50 kali per mnt atau
lebih & buat usia 1 -4 tahun merupakan 40 kali per mnt atau
lebih. ➢ Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, apabila nir

6
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah & nir terdapat
napas cepat.
c. Pengobatan
 Pneumonia berat : dirawat pada tempat tinggal sakit, diberikan
antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
 Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Jika
penderita nir mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
menggunakan anugerah kontrmoksasol keadaan penderita
menetap, bisa digunakan obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
 Bukan pneumonia: tanpa anugerah obat antibiotik. Diberikan
perawatan pada rumah, buat batuk bisa dipakai obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yg nir mengandung zat yg
merugikan misalnya kodein,dekstrometorfan &, antihistamin.
Jika demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita menggunakan tanda-tanda batuk pilek jika dalam
inspeksi tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dipercaya
menjadi radang tenggorokan sang kuman streptococcuss &
wajib diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak menggunakan perindikasi bahaya wajib
diberikan perawatan spesifik buat inspeksi selanjutnya.
2.5 Perawatan Dirumah
Beberapa hal yg perlu dikerjakan seseorang bunda buat mengatasi anaknya
yg menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi lima tahun demam diatasi
menggunakan menaruh parasetamol atau menggunakan kompres,
bayi dibawah dua bulan menggunakan demam wajib segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali setiap 6 jam buat saat dua
hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sinkron menggunakan

7
dosisnya, lalu digerus & diminumkan. Memberikan kompres,
menggunakan memakai kain bersih, celupkan dalam air (tidak
perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yg kondusif yaitu ramuan
tradisional contohnya jeruk nipis 1⁄dua sdt dicampur
menggunakan kecap atau madu 1⁄dua sdt, diberikan 3 kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yg relatif gizi, sedikit demi sedikit namun
berulang-ulang yaitu lebih acapkalikali menurut biasanya.
Pemberian ASI dalam bayi yg menyusu permanen diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan hadiah cairan (air putih, air butir & sebagainya) lebih
poly menurut biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yg diderita.
5) Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan sandang atau selimut yg terlalu
tebal & rapat, lebih-lebih dalam anak menggunakan demam.
apabila pilek, bersihkan hidung yg bermanfaat buat meningkatkan
kecepatan kesembuhan & menghindari komplikasi yg lebih parah.
Usahakan lingkungan loka tinggal yg sehat yaitu yg berventilasi
relatif & nir berasap. Jika selama perawatan dirumah keadaan anak
memburuk maka dianjurkan buat membawa kedokter atau petugas
kesehatan. Untuk penderita yg menerima obat antibiotik, selain
tindakan diatas sebaiknya supaya obat yg diperoleh tadi diberikan
menggunakan sahih selama lima hari penuh. Dan buat penderita
yg menerima antibiotik, sebaiknya supaya sesudah dua hari anak
dibawa pulang kepetugas kesehatan buat inspeksi ulang .
2.6 Pencegahan dan Pemberantasan ISPA
Pencegahan bisa dilakukan dengan :
 Menjaga keadaan gizi supaya permanen baik.

8
 Immunisasi.
 Menjaga kebersihan prorangan & lingkungan.
 Mencegah anak herbi penderita ISPA.
Pemberantasan yg dilakukan adalah:
 Penyuluhan kesehatan yg terutama pada tuj ukan dalam para ibu.
 Pengelolaan perkara yg disempurnakan
 imunisasi.
2.7 Pelaksana Pemberantasan
Tugas pemberatasan penyakit ISPA adalah tanggung jawab bersama.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan
pada daerah kerjanya. Sebagian akbar kematiaan dampak penyakit
pneumonia terjadi sebelum penderita menerima pengobatan petugas
Puskesmas. Lantaran itu kiprah dan aktif rakyat melalui aktifitas kader
akan sangat membantu menemukan masalah-masalah pneumonia. yg
perlu menerima pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) & masalah-
masalah pneumonia berat yg perlusegera dirujuk ke tempat tinggal sakit.
Dokter puskesmas mempunyai fungsi :
 Membuat planning aktifitas pemberantasan ISPA sinkron
menggunakan dana atau wahana & energi yg tersedia.
 Melakukan pengawasan & menaruh bimbingan penatalaksanaan
baku perkara-perkara ISPA pada perawat atau paramedis.
 Melakukan inspeksi pengobatan perkara- perkara pneumonia
berat/penyakit menggunakan perindikasi-perindikasi bahaya yg
dirujuk sang perawat/paramedis & merujuknya ke tempat tinggal
sakit apabila dipercaya perlu.
 Memberikan pengobatan perkara pneumonia berat yg nir mampu
dirujuk ke tempat tinggal sakit.
 Bersama menggunakan staff puskesmas memberi kan penyuluhan
pada bunda-bunda yg memiliki anak balita. tentang sosialisasi

9
perindikasi-perindikasi penyakit pneumonia dan tindakan
penunjang pada tempat tinggal ,
 Melatih seluruh petugas kesehatan pada daerah puskesmas yg pada
beri kewenangan mengobati penderita penyakit ISPA,
 Melatih kader buat mampu, mengenal perkara pneumonia dan bisa
menaruh penyuluhan terhadap bunda-bunda mengenai penyaki
ISPA,
 Memantau aktifitas pemberantasan & melakukan penilaian
keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi kendala yg
terdapat dan menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan &
pelaporan dan pencapaian target.
2.8 Paramedis Puskesmas Pembantu
 Melakukan penatalaksanaan baku perkara-perkara ISPA sinkron
petunjuk yg ada.
 Melakukan konsultasi pada dokter Puskesmas buat perkara-perkara
ISPA eksklusif misalnya pneumoni berat, penderita menggunakan
weezhing & stridor.
 Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader. ➢
Memberi penyuluhan terutama pada ibu-ibu.
 Melakukan tugas-tugas lain yg diberikan sang pimpinan
Puskesmas sehubungan menggunakan aplikasi acara
pemberantasan penyakit ISPA.

I. Kader kesehatan
 Dilatih buat mampu membedakan perkara pneumonia (pneumonia
berat & pneumonia nir berat) berdasarkan perkara-perkara bukan
pneumonia.
 Memberikan penerangan & komunikasi ihwal penyakit batuk pilek
biasa (bukan pneumonia) dan penyakit pneumonia pada bunda-

10
bunda dan ihwal tindakan yg perlu dilakukan sang bunda yg
anaknya menderita penyakit
 Memberikan pengobatan sederhana buat perkara-perkara batuk
pilek (bukan pneumonia) menggunakan tablet parasetamol & obat
batuk tradisional obat batuk putih.
 Merujuk perkara pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit
terdekat.
 Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader pada
wilayah- wilayah yg terpencil (atau jika cakupan layanan
Puskesmas nir menjangkau wilayah tersebut) bisa diberi
kewenangan mengobati perkara- perkara pneumonia (nir berat)
menggunakan antibiotik kontrimoksasol.
 Mencatat perkara yg ditolong & dirujuk .

11
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan
anak- anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena
pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan
tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader
kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan
angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta


Corwin E, Patofisiologi (buku Saku), EGC, Jakarta.
Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan
Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-
UNAIR 1980.
Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak.Gawat
Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada
Anak.Surabaya. FK- UNAIR 1987.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Santoso budi,panduan diagnosa keperawatan nanda,prima medika
2005,Jakarta.
Wilkinson,judith M, buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi
NIC dan kretiria NOC.buku kedokter EGC,2007 jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai