Anda di halaman 1dari 55

PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI 10 PENYAKIT

TERBANYAK DI POLI UMUM


DAN
FORMULARIUM OBAT PUSKESMAS KREMBUNG

PUSKESMAS KREMBUNG
Jalan Sungai Kapuas No.2, Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo
TELP 031-8851542, FAX 031 8851542
Email : puskesmas.krembungsidoarjo@gmail.co.id
Website: www.puskesmaskrembungsidoarjo.blogspot.co.id

1|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga
penyusunan Pedoman Diagnosis dan Terapi serta formularium obat
Puskesmas Krembung Kabupaten Sidoarjo Tahun 2017 dapat
terselesaikan. Keberadaan Pedoman Diagnosis dan Terapi serta
formularium obat ini bagi Puskesmas Krembung sangat penting sekali
karena akan memberikan panduan secara rinci terhadap seluruh gerak
langkah yang terkait dengan Sistem Pedoman Diagnosis dan Terapi serta
formularium obat di Puskesmas Krembung. Pedoman Diagnosis dan
Terapi serta formularium obat ini juga merupakan sebuah persyaratan
yang sangat penting bagi pelaksanaan Puskesmas Krembung sebagai
sebuah puskesmas dengan menjalankan sistem puskesmas akreditasi.
Secara umum ruang lingkup Pedoman Diagnosis dan Terapi serta
formularium obat ini meliputi seluruh penataan Sistem Pedoman
Diagnosis dan Terapi serta formularium obat di Puskesmas Krembung
mulai dari etiologi,pemeriksaan fisik dan terapi suatu penyakit..
Penyusunan Pedoman Diagnosis dan Terapi serta formularium obat
ini masih memerlukan perbaikan karena Pedoman Diagnosis dan Terapi
serta formularium obat adalah bersifat dinamis dan bahkan harus selalu
diperbaiki secara terus menerus seiring dengan perkembangan
Puskesmas Krembung. Harapan kami Pedoman Diagnosis dan Terapi
serta formularium obat yang dimiliki Puskesmas Krembung ini benar-
benar diimplementasikan oleh seluruh penanggung jawab dan unit-unit
yang terkait pada Puskesmas Krembung Kabupaten Sidoarjo.
Krembung, 01Januari 2017
Kepala UPT Puskesmas Krembung Penyusun,

dr. TRIDIANA LIBRIAWATY dr.Arif Rahman Nurdianto,M.Imun


NIP. 19681008 200212 2 006 NIP.198704162011011007

2|Page
DAFTAR ISI

Sampul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Poli Umum
1.Infeksi Saluran Pernafasan atas 4
2.Myalgia 9
3.Gastritis 13
4.Hipertensi 17
5.Diabetes Mellitus 22
6.Penyakit Kulit Alergi 28
7.Asthma 34
8.Penyakit Kulit Infeksi 38
9.Bronkitis 47
10.Diare 50
Daftar Pustaka 55

3|Page
POLI UMUM
1. INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS

Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA


adalah infeksi yang mengganggu proses pernafasan seseorang. Infeksi ini
umumnya disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea (pipa
pernafasan), atau bahkan paru-paru.
ISPA menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu. Jika
tidak segera ditangani, infeksi ini dapat menyebar ke seluruh sistem
pernapasan dan menyebabkan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen.
Kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan sampai berujung pada kematian.
ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Orang-
orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh dan orang-orang
lanjut usia akan lebih mudah terserang penyakit ini. Anak-anak juga
memiliki risiko yang sama, karena sistem kekebalan tubuh mereka belum
terbentuk sepenuhnya.
Seseorang bisa tertular ISPA ketika dia menghirup udara yang
mengandung virus atau bakteri. Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh
penderita infeksi saluran pernapasan melalui bersin atau ketika batuk.
Selain itu, cairan yang mengandung virus atau bakteri yang
menempel pada permukaan benda bisa menular ke orang lain saat
mereka menyentuhnya. Ini disebut sebagai penularan secara tidak
langsung. Untuk menghindari penyebaran virus maupun bakteri,
sebaiknya mencuci tangan secara teratur, terutama setelah Pasien
melakukan aktivitas di tempat umum.
Di Indonesia, ISPA menduduki peringkat pertama sebagai penyakit
yang paling banyak diderita masyarakat, khususnya anak-anak. Tercatat,
rata-rata balita di Indonesia mengalami sakit batuk pilek setidaknya tiga
hingga enam kali per tahunnya. Dari data WHO didapatkan bahwa angka
kejadian pneumonia pada balita di Indonesia cukup tinggi, yakni 10-20%
per tahun.

4|Page
Gejala yang Muncul Akibat ISPA
ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada hidung
dan paru-paru. Umunya, gejala ini muncul sebagai respons terhadap
racun yang dikeluarkan oleh virus atau bakteri yang menempel di saluran
pernapasan. Contoh-contoh gejala ISPA antara lain:
 Sering bersin
 Hidung tersumbat atau berair.
 Paru-paru terasa terhambat.
 Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit.
 Kerap merasa kelelahan dan timbul demam.
 Tubuh terasa sakit.
Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan muncul,
seperti:
 Pusing
 Kesulitan bernapas.
 Demam tinggi dan menggigil.
 Tingkat oksigen dalam darah rendah.
 Kesadaran menurun dan bahkan pingsan.
Gejala ISPA biasanya berlangsung antara satu hingga dua minggu,
di mana hampir sebagian besar penderita akan mengalami perbaikan
gejala setelah minggu pertama. Untuk kasus sinusitis akut, gejala
biasanya akan berlangsung kurang dari satu bulan, sedangkan untuk
infeksi akut di paru-paru seperti bronkitis, gejalanya berlangsung kurang
dari tiga minggu.

Penyebab ISPA
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ISPA ditularkan oleh
virus dan bakteri. Berikut ini adalah beberapa mikroorganisme yang
menjadi penyebab munculnya ISPA:
 Adenovirus. Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan
pneumonia bisa disebabkan oleh virus yang memiliki lebih dari 50 jenis ini.

5|Page
 Rhinovirus. Virus ini menyebabkan pilek. Tapi pada anak kecil dan orang
dengan sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa berubah menjadi
ISPA pada tahap yang serius.
 Pneumokokus. penyakit meningitis disebabkan oleh virus jenis ini.
Bakteri ini juga bisa memicu gangguan pernapasan lain, seperti halnya
pneumonia.
Sistem kekebalan tubuh seseorang sangat berpengaruh dalam
melawan infeksi virus maupun bakteri terhadap tubuh manusia. Risiko
seseorang mengalami infeksi akan meningkat ketika kekebalan tubuh
lemah. Hal ini cenderung terjadi pada anak-anak dan orang yang lebih
tua, serta siapa pun yang memiliki penyakit atau kelainan dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah.
ISPA juga akan lebih mudah menjangkiti orang yang menderita
penyakit jantung atau memiliki gangguan dengan paru-parunya. Perokok
juga berisiko tinggi terkena infeksi saluran pernapasan akut dan
cenderung lebih sulit untuk pulih dari kondisi ini.

Diagnosis ISPA
Diagnosis ISPA umumnya ditegakkan melalui anamnesa
(wawancara seputar riwayat penyakit dan gejala), pemeriksaan fisik, dan
apabila diperlukan, pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik,
suara napas akan diperiksa untuk mengetahui apakah ada penumpukan
cairan atau terjadinya peradangan pada paru-paru. Hidung dan
tenggorokan juga akan diperiksa.
Pemeriksaan tambahan yang mungkin dilakukan adalah
prosedur pulse oxymetry. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa
seberapa banyak oksigen yang masuk ke paru-paru, dan biasanya
dilakukan pada pasien yang mengalami kesulitan bernafas.
Selain itu, dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan
pengambilan sampel dahak untuk pemeriksaan pengecatan BTA (Batang
Tahan Asam). Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan jenis virus
atau bakteri penyebab ISPA.

6|Page
Pengobatan
Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus yang
menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan selama ini biasanya
hanya untuk meredakan gejala yang muncul akibat infeksi virus.Istirahat
yang cukup dan mengonsumsi banyak air mineral bisa membantu
meredakan gejala itu.
Beberapa jenis obat yang sering diberikan untuk meredakan gejala-
gejala ISPA diantaranya:
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen, untuk
mengurangi efek demam dan nyeri di tubuh.
 Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk mengatasi hidung
yang berair dan tersumbat.
 Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk.
 Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, mungkin diresepkan
pada kondisi tertentu untuk mengurangi peradangan dan pembekakan
yang terjadi di saluran pernapasan bagian atas.
Apabila infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri, serangkaian
tes akan dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri. Setelah itu, dokter bisa
menentukan antibiotik yang paling tepat untuk membasmi bakteri
penyebab infeksi. Agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya,
antibiotik harus sesuai dengan resep dokter.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, komplikasi yang terjadi akibat
ISPA sangat serius dan bisa berakibat fatal. Komplikasi yang sering kali
terjadi bersamaan dengan ISPA adalah gagal napas dan gagal jantung
kongestif.

Pencegahan
Pencegahan adalah cara terbaik dalam menangani ISPA. Berikut
ini adalah beberapa pola hidup higienis yang bisa dilakukan sebagai
tindakan pencegahan terhadap ISPA.

7|Page
 Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat
umum.
 Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata
dengan tangan agar Pasien terlindung dari penyebaran virus dan bakteri.
 Hindari merokok.
 Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
 Ketika bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.
 Berolahraga secara teratur juga bisa membantu meningkatkan kekebalan
tubuh dan mengurangi risiko penularan infeksi. Semakin sering
berolahraga, semakin kecil pula risiko tertular ISPA.

Standar Terapi ISPA Puskesmas Krembung


Antipiretik : Parasetamol 3X500 mg, Ibuprofen 3X500 mg,
Protexinal 3X500 mg, Alpara 3X500 mg
Antipiretik injeksi : antrain
Antipiretik supposituria : Ibuprofen supp, melox supp
Antibiotik : Amoxicilin 3X500 mg, Cotrimoxazole 2X500
mg,Eritromycin 4X500 mg
Bronchodilator : Salbutamol 3X2 mg, Aminophylin 3X1
Mucolitik expectorant : Ambroxol 3X 30 mg
Antitusif : Codein 3X 10 mg, DMP 3X1
Decongestan : Pseudoefedrine 3X1/2 tab
Steroid : Dexamethasone 3X1, Prednison 3X1,methyl
pred 3X1
Antihistamin : CTM 3X1, Cetirizine 2X1,Loratadin 1x10 mg
Nebulisasi : Ventolin 2 mg, bisolvon syrup

8|Page
2. MYALGIA

Nyeri otot atau myalgia adalah rasa sakit atau nyeri yang muncul
pada bagian otot. Ini adalah kondisi yang umum dan bisa terjadi pada
semua orang. Nyeri otot biasanya terkait dengan tingkat ketegangan,
terlalu banyak beraktivitas, atau cedera dari olahraga dan/atau bekerja.
Nyeri otot mulai terasa ketika sedang melakukan aktivitas atau
setelahnya.
Nyeri otot bisa dirasakan pada bagian mana pun karena hampir
seluruh bagian tubuh memiliki jaringan otot dan biasanya tidak hanya
melibatkan satu otot saja. Kondisi ini bisa melibatkan ligamen, tendon, dan
fasia. Fasia adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan otot
dan jaringan di sekitarnya seperti saraf dan pembuluh darah.

Faktor etiologi
Nyeri otot yang dirasakan seseorang sering kali menghilang hanya
dalam beberapa hari, tapi kondisi ini bisa juga bertahan hingga berbulan-
bulan. Nyeri otot bisa juga menjadi tanda dari kondisi lain yang berdampak
kepada seluruh bagian tubuh, seperti terkena infeksi dan menderita
penyakit lupus (kelainan yang memengaruhi jaringan ikat yang ada di
seluruh tubuh).
Berikut ini beberapa penyebab umum yang bisa mengakibatkan
munculnya nyeri otot.
 Terlalu memaksakan otot saat beraktivitas fisik secara berlebih, cepat,
dan terlalu sering.
 Otot terkilir dan tegang karena cedera atau trauma.
 Ketegangan atau stres yang terjadi pada salah satu atau beberapa bagian
tubuh.
Nyeri otot bisa terjadi akibat penyakit atau kondisi di bawah ini.
 Fibromyalgia. Kondisi pada saat otot dan jaringan lunak akan terasa sakit
saat disentuh, disertai dengan kesulitan tidur, kelelahan, dan sakit kepala.

9|Page
 Dermatomiositis. Penyakit peradangan yang cukup langka, disertai
tpasien-tpasien ruam dan otot yang terasa lemas.
 Lupus. Ini adalah penyakit peradangan kronis di mana sistem kekebalan
tubuh keliru menyerang jaringan dan organ tubuhnya sendiri.
 Infeksi. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus bisa menimbulkan
nyeri otot pada tubuh Pasien. Misalnya flu, penyakit Lyme,
infeksi Staphylococcus.
 Polimiositis. Penyakit peradangan yang menyebabkan otot lemah dan
terjadi pada kedua sisi tubuh.
 Rheumatoid arthritis. Peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan
rasa sakit, bengkak, dan kaku pada persendian.
 Distonia. Kondisi yang menyebabkan otot-otot Pasien berkontraksi
secara tidak disengaja.
 Rabdomiolisis. Kondisi di mana jaringan otot hancur dan masuk ke
dalam aliran darah. Kondisi ini bisa membahayakan nyawa seseorang jika
tidak segera ditangani.
 Efek samping obat-obatan. Beberapa obat yang bisa menyebabkan
nyeri otot adalah statin yang berfungsi menurunkan kolesterol, kelompok
obat penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) untuk
menurunkan tekanan darah, dan kokain.

Pengobatan Myalgia
Mengenai teknik mengobati nyeri otot tidak terbatas pada satu cara
karena upaya ini bisa dilakukan di mana saja, baik sendiri maupun oleh
tenaga medis.

Penanganan di Rumah (edukasi untuk pasien)


Biasanya, nyeri otot tidak memerlukan penanganan medis secara
khusus, jadi Pasien bisa menerapkan beberapa cara sederhana di rumah
untuk meredakan gejala yang dialami, misalnya:
 Mengonsumsi obat pereda rasa sakit yang dijual bebas, seperti
parasetamol atau ibuprofen.

10 | P a g e
 Untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, kompres bagian yang sakit
dengan es batu selama 1-3 hari.
 Mengistirahatkan bagian yang terasa sakit dan nyeri.
 Pijatan lembut juga bagus untuk meredakan rasa nyeri pada otot.
 Tidur yang cukup dan menghindari stres.
 Yoga dan meditasi juga bisa meredakan ketegangan pada otot-otot yang
bermasalah.
 Latihan dan olahraga secara rutin bisa membantu mengembalikan
ketegangan otot , misalnya dengan berjalan, bersepeda, atau berenang.
Mulailah dengan porsi latihan dan olahraga secara ringan agar tidak
memperparah kondisi yang sudah dialami.

Penanganan oleh Tenaga Medis Profesional


Nyeri otot umumnya bukanlah gejala dari kondisi medis yang
berbahaya dan bisa ditangani sendiri di rumah. Meski begitu, terdapat
beberapa tanda bahwa nyeri otot yang dialami merupakan gejala dari
penyakit serius hingga memerlukan penanganan medis.
 Rasa sakit yang dirasakan sulit dijelaskan dan sangat parah.
 Setelah penanganan sendiri, nyeri otot tidak juga menghilang.
 Nyeri otot disertai ruam atau pembengkakan di sekitar otot yang terasa
sakit.
 Muncul tpasien-tpasien telah terjadi infeksi seperti demam.
 Nyeri otot muncul setelah gigitan kutu.
 Nyeri otot muncul setelah Pasien mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Jika gejala di bawah ini muncul, Pasien harus menganggapnya sebagai
kondisi darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit atau klinik medis
terdekat.
 Kesulitan menelan.
 Sesak napas.
 Berat badan bertambah dengan cepat.
 Urine yang dibuang lebih sedikit dari biasanya.

11 | P a g e
 Pasien tidak bisa menggerakkan beberapa bagian tubuh atau mengalami
otot lemas.
 Bagian leher terasa kaku.
 Demam tinggi.
 Muntah-muntah.

Hal-hal yang Bisa Dilakukan Untuk Mencegah Nyeri Otot


Nyeri otot yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh aktivitas
fisik secara berlebihan dan memaksakan bagian otot tertentu untuk
bekerja lebih keras. Untuk menurunkan risiko mengalami nyeri otot,
Pasien bisa lakukan beberapa cara di bawah ini:
 Lakukan pemanasan dan pendinginan saat berolahraga.
 Lakukan peregangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik
tertentu.
 Bagi yang bekerja di balik meja atau berada di posisi yang sama untuk
waktu yang lama bisa meningkatkan risiko Pasien mengalami nyeri otot.
Cobalah lakukan peregangan secara teratur dan bangun dari tempat
duduk Pasien untuk berjalan-jalan sejenak. Setidaknya lakukan satu jam
sekali.
 Jika Pasien sering melakukan aktivitas fisik yang menguras tenaga,
pastikan untuk minum banyak air untuk menghindari dehidrasi.

Standar Terapi Myalgia di Puskesmas Krembung


Anti nyeri oral : Asam mefenamat 3 X5 00 mg, Parasetamol 3
X 500 mg, Analsix 3 X 500 mg,Piroxicam 2X 15
mg, Meloxicam 1X 15 mg, Ibuprofen 3 X 400
mg
Anti nyeri injeksi IV : antrain 1 gr
Anti nyeri supposituria : Meloxicam supp, Kaltrophen supp, Ibuprofen
supp
Roborantia : Neurosanbe 5000 1x1, BC 2X1, Vit C 1X50
mg, elkana 1X!

12 | P a g e
3. GASTRITIS
Gastritis adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi,
peradangan atau pengikisan. Berdasarkan jangka waktu perkembangan
gejala, gastritis dibagi menjadi dua, yaitu akut (berkembang secara cepat
dan tiba-tiba) dan kronis (berkembang secara perlahan-lahan).
Lambung memiliki sel-sel penghasil asam dan enzim yang berguna
untuk mencerna makanan. Untuk melindungi lapisan lambung dari kondisi
radang atau pengikisan asam, sel-sel tersebut juga sekaligus
menghasilkan lapisan “lendir” yang disebut mucin.
Ketika gastritis terjadi, ada penderita yang merasakan gejalanya
dan ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:
 Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung
 Hilang nafsu makan
 Cepat merasa kenyang saat makan
 Perut kembung
 Cegukan
 Mual
 Muntah
 Sakit perut
 Gangguan saluran cerna
 BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
 Muntah darah
Sakit atau nyeri di perut tidak selalu menpasienkan adanya
gastritis. Pengobatan biasanya bergantung pada penyebab penyakit ini.

Penyebab Gastritis
Berikut ini sejumlah hal yang bisa menyebabkan gastritis, di antaranya:
 Infeksi bakteri H. pylori

13 | P a g e
 Efek samping konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen
dan aspirin) secara berkala
 Stres
 Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
 Penyalahgunaan obat-obatan
 Reaksi autoimun
 Pertambahan usia
 Infeksi bakteri dan virus
 Penyakit Crohn
 Penyakit HIV/AIDS
 Refluks empedu
 Anemia pernisiosa
 Muntah kronis

Diagnosis Gastritis
Sejumlah hal akan dilakukan oleh dokter dalam mendiagnosis
gastritis, mulai dari menanyakan gejala, meninjau riwayat kesehatan
pribadi dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, hingga melakukan
pemeriksaan lanjutan. Beberapa contoh pemeriksaan lanjutan tersebut di
antaranya adalah:
 Tes napas guna melihat keberadaan bakteri H. pylori.
 Endoskopi guna melihat adanya peradangan di dalam lambung.
Pemeriksaan ini terkadang dikombinasikan dengan biopsi (pengambilan
sampel jaringan pada daerah yang dicurigai mengalami radang untuk
selanjutnya diteliti di laboratorium). Metode biopsi juga bisa diterapkan
oleh dokter untuk melihat keberadaan bakteri H. pylori.
 Pemeriksaan X-ray dan cairan barium guna melihat adanya tukak di
dalam lambung.
 Pemeriksaan tinja untuk melihat adanya pendarahan dan infeksi di dalam
lambung.
 Pemeriksaan kadar sel darah untuk melihat apakah pasien menderita
anemia.

14 | P a g e
Pencegahan dan Pengobatan Gastritis
Jika Pasien rentan terkena gejala gastritis, cobalah untuk membagi
porsi makan Pasien ke jadwal makan baru. Sebagai contoh, jika
sebelumnya Pasien suka makan dengan porsi besar tiap jadwal makan,
ubah porsinya menjadi sedikit-sedikit sehingga jadwal makan Pasien
menjadi lebih sering dari biasanya. Selain itu, hindari makanan berminyak,
asam, atau pedas.
Jika Pasien termasuk seseorang yang aktif mengonsumsi minuman
beralkohol, maka kurangilah kebiasaan tersebut karena alkohol juga dapat
menyebabkan gejala gastritis. Selain itu, kendalikan stres Pasien.
Jika gejala gastritis sering kambuh setelah Pasien menggunakan
obat pereda sakit jenis anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) konsultasikan
hal tersebut kepada dokter. Dalam kasus ini, dokter biasanya akan
mengganti OAINS dengan obat pereda nyeri golongan lain
seperti paracetamol.
Gejala penyakit gastritis bisa reda jika ditangani dengan benar. Ada
beberapa obat yang biasanya diresepkan oleh dokter, di antaranya:
 Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu meredakan
gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi asam di dalam
lambung. Salah satu contoh obat penghambat histamin 2 adalah
ranitidine.
 Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki kinerja yang
sama seperti penghambat histamin 2, namun lebih efektif. Salah satu
contoh obat penghambat pompa proton adalah omeprazole.
 Obat antasida. Obat ini mampu meredakan gejala gastritis (terutama rasa
nyeri) secara cepat dengan cara menetralisir asam lambung.
 Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang
kondisinya diketahui disebabkan oleh infeksi bakteri. Contoh obat
antibiotik adalah amoxicillin, clarithromycin, dan metronidazole.

Komplikasi Gastritis

15 | P a g e
Komplikasi akibat gastritis bisa saja terjadi jika kondisi tersebut
tidak diobati. Beberapa di antaranya adalah:
 Tukak lambung
 Pendarahan di dalam lambung
 Kanker lambung

Standar Terapi Gastritis di Puskesmas Krembung


Penghambat histamin 2 (H2 blocker) : ranitidine 2X1, Famotidine 2X1,
Cimetidine 2X1.
Penghambat pompa proton (PPI) : omeprazole 2X1, Lansoprazole
1X1
Obat penetralisisr asam lambung : antasida tab 3X1, Antasida
syrup 3X C1
Antibiotik : amoxicillin, clarithromycin, dan
metronidazole. Cefixime 2X1,
Cefadroxil 2X 500
Mukoprotektan : Sucralfat syrup 3XC1
Anti nyeri : Spasminal 3X1, Braxidin 3X1,
Analsix 3X1, parasetamol 3X1
Injeksi h2 blocker : ranitidineamp, ondansetron 1
amp
Anti muntah : domperidon
3X1,metoclopramide 3X1
Anti muntah injeksi : metoclopramide amp

16 | P a g e
4. HIPERTENSI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana
tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat.
Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki
gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah Pasien memiliki
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.
Jika Pasien belum memeriksa dan tidak tahu tekanan darah
Pasien, mintalah kepada dokter untuk memeriksanya. Semua orang
dewasa sebaiknya memeriksa tekanan darah mereka setidaknya setiap
lima tahun sekali.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan
bahwa penderita hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 25,8
persen dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Dari angka tersebut,
penderita hipretensi perempuan lebih banyak 6 persen dibanding laki-laki.
Sedangkan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya mencapai
sekitar 9,4 persen. Ini artinya masih banyak penderita hipertensi yang
tidak terjangkau dan terdiagnosa oleh tenaga kesehatan dan tidak
menjalani pengobatan sesuai anjuran tenaga kesehatan. Hal tersebut
menyebabkan hipertensi sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi
di Indonesia.

Risiko Mengidap Hipertensi


Penyebab hipertensi belum bisa dipastikan pada lebih dari 90
persen kasus. Seiring bertambahnya usia, kemungkinan Pasien untuk
menderita hipertensi juga akan meningkat. Berikut ini adalah faktor-faktor
pemicu yang diduga dapat memengaruhi peningkatan risiko hipertensi.
 Berusia di atas 65 tahun.
 Mengonsumsi banyak garam.

17 | P a g e
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan hipertensi.
 Kurang makan buah dan sayuran.
 Jarang berolahraga.
 Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
 Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Risiko mengidap hipertensi dapat dikurangi dengan mengubah hal-
hal di atas dan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Pemeriksaan
tekanan darah secara rutin juga bisa membantu diagnosis pada tahap
awal. Diagnosis hipertensi sedini mungkin akan meningkatkan
kemungkinan untuk menurunkan tekanan darah ke taraf normal.
Hal ini bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih
sehat tanpa perlu mengonsumsi obat.

Mengukur Tekanan Darah


Kekuatan darah dalam menekan dinding arteri ketika dipompa oleh
jantung ke seluruh tubuh menentukan ukuran tekanan darah. Tekanan
yang terlalu tinggi akan membebani arteri dan jantung Pasien, sehingga
pengidap hipertensi berpotensi mengalami serangan jantung, stroke, atau
penyakit ginjal.
Pengukuran tekanan darah dalam takaran merkuri per milimeter
(mmHG) dan dicatat dalam dua bilangan, yaitu tekanan sistolik dan
diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak
memompa darah keluar. Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan
darah saat jantung tidak berkontraksi (fase relaksasi) . Saat ini darah yang
baru saja dipompa keluar jantung (tekanan sistolik), berada di pembuluh
arteri dan tekanan diastolik juga menunjukkan kekuatan dinding arteri
menahan laju aliran darah.
Tekanan darah Pasien 130 per 90 atau 130/90 mmHG, berarti
Pasien memiliki tekanan sistolik 130 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. Angka normal tekanan darah adalah yang berada di bawah
120/80 mmHG.

18 | P a g e
Pasien akan dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika
hasil dari beberapa kali pemeriksaan, tekanan darah Pasien tetap
mencapai 140/90 mmHg atau lebih tinggi.

Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi


Jika tekanan darah Pasien tinggi, pantaulah dengan ketat sampai
angka tersebut turun dan bisa dikendalikan dengan baik. Dokter biasanya
menyarankan perubahan pada gaya hidup yang termasuk
dalam pengobatan untuk hipertensi sekaligus pencegahannya. Langkah
tersebut bisa diterapkan melalui:
 Mengonsumsi makanan sehat.
 Mengurangi konsumsi garam dan kafein.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
 Mengurangi konsumsi minuman keras..

Tatalaksana sesuai JNC VIII


Rekomendasi JNC 8 berbeda dengan rekomendasi JNC 7 yang
dikeluarkan sebelumnya, terkait perubahan dalam tatalaksana terapi
farmakologi dan klasifikasi tekanan darah yang lebih spesifik dibandingkan
JNC 7. Pedoman tatalaksana hipertensi menurut JNC 8 dibuat
berdasarkan laporan dari anggota panel yang ditunjuk, antara lain Paul A
James MD, Suzanne Oparil MD, dan Barry L Carter PharmD.
Rekomendasi yang diusulkan adalah sebagai berikut:
Rekomendasi 1
Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg.
Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 150
mmHg dan diastolik menjadi < 90 mmHg. (Rekomendasi kuat, tingkat
rekomendasi A).

19 | P a g e
Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, bila terapi farmakologi
menghasilkan penurunan tekanan darah sitolik yang lebih rendah dari
target (misalnya < 140 mmHg) dan pasien dapat mentoleransi dengan
baik, tanpa efek samping terhadap kesehatan dan kualitas hidup, maka
terapi tersebut tidak perlu disesuaikan lagi (Opini ahli, tingkat rekomendasi
E).
Rekomendasi 2
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target penurunan tekanan
darahnya adalah < 90 mmHg. (Untuk umur 30 – 59 tahun, rekomendasi
kuat, tingkat rekomendasi A) (Untuk umur 18 – 29 tahun, opini ahli, tingkat
rekomendasi E).
Rekomendasi 3
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg. Target terapi adalah
menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg (Opini ahli,
rekomendasi E).
Rekomendasi 4
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita penyakit ginjal kronik,
terapi farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg
atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah
menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik <
90 mmHg. (Opini ahli, tingkat rekomendasi E)
Rekomendasi 5
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita diabetes, terapi
farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau
diatoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah
sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg. (Opini ahli, tingkat
rekomendasi E)
Rekomendasi 6
Pada populasi umum yang bukan ras berkulit hitam, termasuk yang
menderita diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk

20 | P a g e
diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium, penghambat enzim
ACE, atau penghambat reseptor angiotensin. (Rekomendasi sedang,
tingkat rekomendasi B).
Rekomendasi 7
Pada populasi umum ras berkulit hitam, termasuk yang menderita
diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe
tiazida atau penghambat saluran kalsium. (Untuk populasi kulit hitam
secara umum: rekomendasi sedang, tingkat rekomendasi B) (Untuk ras
kulit hitam dengan diabetes: rekomendasi lemah, tingkat rekomendasi C)
Rekomendasi 8
Pada populasi berumur ≥ tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
antihipertensi awal atau tambahan hendaknya temasuk penghambat
enzim ACE atau penghambat reseptor angiotensin untuk memperbaiki
fungsi ginjal. Hal ini berlaku bagi semua pasien penderita penyakit ginjal
kronik tanpa melihat ras atau status diabetes. (Rekomendasi sedang,
tingkat rekomendasi B).
Rekomendasi 9
Tujuan utama tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga
target tekanan darah. Bila target tekanan darah tidak tercapai dalam
waktu sebulan terapi, naikkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua
dari kelompok obat hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika tipe tiazida,
penghambat saluran kalsium, penghambat enzim ACE, dan penghambat
reseptor angiotensin). Penilaian terhadap tekanan darah hendaknya tetap
dilakukan, sesuaikan regimen terapi sampai target tekanan darah
tercapai. Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan terapi oleh 2
jenis obat, tambahkan obat ketiga dari kelompok obat yang tersedia.
Jangan menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat
reseptor angiotensin bersama-sama pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat-obat antihipertensi
yang tersedia pada rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau
kebutuhan untuk menggunakan lebih dari 3 macam obat, maka obat

21 | P a g e
antihipertensi dari kelompok yang lain dapat digunakan. Pertimbangkan
untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi.

Standar Terapi Hipertensi di Puskesmas Krembung


ACE inhibitor : Captopril 2X1, Lisinopril 1x1
Ca Channel blocker : Nifedipin 2x10 mg, Amlodipin 1X10 mg
Diuretik : HCT 1X1 pagi hari, Furosemide !x1
Beta blocker : Bisoprolol 1x1
Vasodilator : ISDN 1X 5mg

22 | P a g e
5. DIABETES MELLITUS
Diabetes (diabetes melitus) adalah penyakit jangka panjang atau
kronis yang ditpasieni dengan kadar gula darah (glukosa) yang jauh di
atas normal. Glukosa sangat penting bagi kesehatan kita karena
merupakan sumber energi utama bagi otak maupun sel-sel yang
membentuk otot serta jaringan pada tubuh kita.
Penyakit ini memiliki dua jenis utama, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe
2.
Indonesia sendiri termasuk dalam 10 negara terbesar penderita
diabetes. Pada tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan
mencapai sekitar 8,5 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip
dari Federasi Diabetes Internasional). Tetapi kurang dari 50% dari mereka
yang menyadarinya.
Gejala Diabetes
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa
minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan banyak penderita
diabetes tipe 2 yang tidak menyadari bahwa mereka telah mengidap
diabetes selama bertahun-tahun karena gejalanya cenderung tidak
spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
 Sering merasa haus.
 Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
 Rasa lapar yang ekstrem.
 Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
 Berkurangnya massa otot.
 Terdapat keton dalam air seni. Keton adalah produk sampingan dari
metabolisme otot dan lemak yang terjadi ketika produksi insulin tidak
cukup.

23 | P a g e
 Kelelahan.
 Ppasienngan yang kabur.
 Luka yang lama sembuh.
 Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran
kemih.
Apabila Pasien mengalami gejala-gejala tersebut, segera
periksakan diri Pasien ke dokter. Pendeteksian sedini mungkin
memungkinkan kita untuk mencegah bertambah parahnya kondisi
diabetes kita.

Pengaruh Hormon Insulin dan Diabetes


Seluruh sel dalam tubuh manusia membutuhkan glukosa agar
dapat bekerja dengan normal. Kadar zat gula dalam darah biasanya
dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu
organ yang terletak di belakang lambung.
Tetapi organ pankreas milik penderita diabetes tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-
sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.

Diabetes Tipe 1
Penderita diabetes tipe 1 sangat bergantung kepada insulin karena
sistem kekebalan tubuh penderita akan menyerang dan menghancurkan
sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini memicu peningkatan
kadar glukosa sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh.
Hingga saat ini, penyebab di balik diabetes tipe 1 belum diketahui secara
pasti.
Penderita jenis diabetes ini umumnya berusia di bawah 40 tahun,
biasanya muncul pada masa remaja atau anak-anak. Karena itu, diabetes
tipe 1 juga disebut sebagai diabetes anak-anak.
Diabetes tipe 1 lebih jarang terjadi dibandingkan dengan diabetes
tipe 2. Di antara 10 orang penderita diabetes, diperkirakan hanya sekitar 1
orang yang mengidap tipe 1.

24 | P a g e
Selain harus menerima suntikan insulin setiap hari, penderita
diabetes tipe 1 juga disarankan untuk menjaga kadar glukosa dalam darah
agar tetap seimbang. Misalnya dengan menerapkan pola makan sehat
dan menjalani tes darah secara rutin.

Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih umum terjadi.
Sekitar 90 persen penderita diabetes di dunia mengidap diabetes tipe ini.
Diabetes jenis ini disebabkan oleh kurangnya produksi insulin dalam tubuh
atau sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin.
Kekurangpekaan sel-sel tubuh ini dikenal dengan istilah resistensi
terhadap insulin.
Gejala pada penderita diabetes tipe ini biasanya dapat dikendalikan
dengan pola makan sehat dan memantau kadar glukosa dalam darah.
Tetapi, tetaplah waspada karena penyakit ini akan terus berkembang
dalam tubuh dan lambat laun Pasien akan membutuhkan langkah
pengobatan.
Diabetes tipe 2 sering dihubungkan dengan obesitas. Memang
tidak semua orang yang mengidap obesitas akan otomatis menderita
diabetes tipe 2. Tetapi, makin tinggi indeks massa tubuh seseorang, maka
risiko diabetes tipe ini juga meningkat. Diabetes akibat obesitas umumnya
menyerang para manula.

Risiko Diabetes Kehamilan


Diabetes juga kerap menyerang para ibu hamil. Terdapat sebagian
wanita yang memiliki kadar glukosa dalam darah yang sangat tinggi
selama masa kehamilan, sehingga tubuh mereka tidak dapat
memproduksi cukup insulin untuk menyerapnya. Diabetes yang dikenal
sebagai diabetes kehamilan ini dapat terjadi pada sekitar 15 hingga 18
orang di antara 100 wanita yang hamil.
Penderita diabetes tipe 1 yang hamil juga akan memiliki risiko tinggi
karena dapat berdampak pada ibu serta janin. Sangatlah penting bagi

25 | P a g e
penderita diabetes yang sedang hamil untuk menjaga keseimbangan
kadar gula darahnya.
Ibu yang sedang hamil sebaiknya lebih cermat memantau kadar
gula darah pada trimester kedua (minggu 14-26). Pada masa itulah
diabetes kehamilan umumnya berkembang dan kemudian hilang setelah
melahirkan. Meski demikian, risiko diabetes tipe 2 pada wanita yang
pernah mengalami diabetes kehamilan adalah sekitar tiga kali lebih tinggi
dibandingkan populasi pada umumnya.

Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada
penduduk umumnya (mass-screening = pemeriksaan penyaring) tidak
dianjurkan karena disamping biaya yang mahal, rencana tindak lanjut bagi
mereka yang positif belum ada. Bagi mereka yang mendapat kesempatan
untuk pemeriksaan penyaring bersama penyakit lain (general check up) ,
adanya pemeriksaan penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan
tersebut sangat dianjurkan.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah
satu faktor risiko untuk DM, yaitu :
- kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
- kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
- tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
- riwayat keluarga DM
- riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
- riwayat DM pada kehamilan
- dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
- pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu)

Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus


Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas
DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat

26 | P a g e
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang
mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur
dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien
wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl juga digunakan
untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas
DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja
abnormal , belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis klinis DM.
Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan menddapatkan sekali lagi
angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar
glukosa darah sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil
tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang abnormal.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1985)


- 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa
- kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
- puasa semalam, selama 10-12 jam
- kadar glukosa darah puasa diperiksa
- diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan
dalam air 250 ml dan diminum selama/dalam
waktu 5 menit
- diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban
glukosa; selama pemeriksaan subyek yang
diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

Kriteria diagnostik Diabetes Melitus


Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ³ 200 mg/dl , atau
Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ³ 126 mg/dl
(Puasa berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir ) atau
Kadar glukosa plasma ³ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa
75 gram pada TTGO

27 | P a g e
Standar Terapi DM Puskesmas Krembung
OAD : Gliblenclamide 1X1, Gludepatic 1X1,
Glimepiride 1X1
Biguanide : Metformin 2X1
Insulin : Novorapide, Lantus
6. PENYAKIT KULIT DAN ALERGI
Alergi merupakan salah satu bentuk reaksi tubuh pada zat yang
menurutnya tidak cocok dan mengganggu kondisi atau keadaan tubuh.
Alergi kulit merupakan suatu indikasi bahwa kulit pasien mengalami
iritasi. Biasanya ditpasieni dengan gatal-gatal, memerah, dan timbul bintik-
bintik. Beberapa orang yang sudah dalam kondisi alergi parah sampai
muncul kantung cairan berisi nanah. Di dunia kedokteran lebih terkenal
dengan istilah vesikel.
Penyebab dari Alergi Kulit
Sebenarnya hanya ada tiga hal yang paling berpengaruh pada
kondisi seseorang yang terkena alergi kulit. Tiga hal tersebut adalah
bahan makanan, obat-obatan, dan kosmetik (terutama wewangian).

1. Keturunan Secara Genetis


Suatu penyakit maupun kelainan adalah hal yang paling bisa
diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Dalam kasus alergi ini, anak
bukan memiliki gangguan alergi sejak lahir. Namun ia ‘berbakat’ atau
‘sangat rentan’ untuk alergi suatu hal tertentu yang sifatnya mirip atau
sama dengan orang tua.

2. Karena Perubahan Metal Perhiasan


Menurut penelitian di Klinik Mayo, adanya perubahan metal pada
logam perhiasan mampu memicu terjadinya alergi. Dapat mengidentifikasi
sendiri bahwa hal tersebut adalah alergi karena munculnya ruam di bagian
kulit yang biasanya tertutupi perhiasan.

28 | P a g e
Zat yang menyebabkan alergi ini disebut nikel. Selain dicampurkan
pada perhiasan, zat ini juga merupakan komposisi gasper (penjepit) dan
kancing pakaian.

3. Parfum
Parfum tertentu yang mengandung zat balsam peru (Myroxylon
pereirae) mampu memicu adanya alergi. Bahan ini ada pada getah potoh.
Menurut penelitian yang dilaksanakan di klinik Mayo, dari 1500 pasien,
allergen getah pohon paling berpengaruh ini menduduki posisi nomor 3.
Biasanya ditpasieni dengan ruam yang memerah. Terjadinya hal ini
menjadi indikasi bahwa kulit mengalami infeksi. Sebaiknya penggunaan
parfum tersebut dihentikan sebelum semakin parah.

4. Bahan Antiseptic
Kandungan antiseptic juga memicu terjadinya alergi pada kulit. Zat
tersebut dikenal dengan nama thimerosal. Salah satu senyawa merkuri
yang banyak digunakan sebagai pengawet baik pada antiseptic dan
vaksin.

5. Kandungan pada Antibiotic


Antibiotic topical biasanya digunakan untuk mengatasi pertolongan
pertama pada kecelakaan. Jenis yang dipakai berupa salep dan krim.
Namun kadang kala, adanya zat Neomycin sulfate yang digunakan malah
menimbulkan masalah baru. Beberapa orang mengalami iritasi ketika
kulitnya bersinggungan dengan zat ini. Jika jenis kulit pasien sensitive,
maka disarankan untuk tidak menggunakanya.

6. Wangi Makanan
Aroma pada makanan juga meningkatkan resiko terjadinya alergi.
Bentuknya dalam fragrance mix. Selain dalam makanan, juga dapat

29 | P a g e
menemukanya dalam kosmetik, antiseptic, sabun, dan beberapa produk
yang berhubungan langsung dengan masalah gigi serta mulut.

7. Pengawet Cat dan Kertas


Selain pengawet pada makanan, zat yang digunakan untuk
mengawetkan kertas dan cat juga berpotensi meningkatkan resiko alergi.
Hal ini disebabkan adanya kandungan formaldehida, salah satu zat kimia
yang sifatnya keras. Bahkan ketika pasien secara tidak sengaja terkena
cairan pada kulit, langsung bereaksi gatal-gatal sampai memerah. Zat ini
banyak ditemukan pada obat-obatan, pembersih rumah tangga serta
beberapa produk yang menggunakan bahan dasar kain.

8. Logam pada Pewarna Rambut


Banyak wanita yang gemar berganti cat pada rambutnya sangat
rentan terkena alergi kulit. Sebab kandungan logam yang ada dalam
pigmen mengandung Cobalt chloride. Zat inilah yang menyebabkan kulit
pasien mudah teriritasi

9. Antibiotik untuk Penyembuh Luka


Jenis antibiotic topical yang digunakan sebagai obat luka misal
terbakar dan terkena sayatan juga beresiko alergi. Kandungan
zat bacitracin inilah yang meningkatkan resiko alergi. Karena berbagai
macam antibiotik ini, pasien perlu tahu jenis-jenis antibiotik dan
manfaatnya agar tidak salah mengkonsumsi antibiotik. Namun tidak juga
mengkonsumsi antibiotik secara terus menerus, sebeb dapat
menimbukan efek samping antibiotik jika dalam jangka waktu yang
panjang.

10. Pengawet pada Shampoo


Selain produk kosmetik, adanya pengawet pada shampoo juga
beresiko meningkatkan alergi. Hal ini disebabkan adanya
zat Quaternium 15 dalam bentuk pengawet agar produk tersebut tahan

30 | P a g e
lama dan tidak rusak nutrisinya dalam kemasan. Bukan hanya pada
shampoo, namun pada pengawet cat kuku, tabir surya, serta beberapa
produk lilin dan cat juga menggunakanya.

11. Memakan Seafood


Banyak orang yang mengaku gatal-gatal ketika mengonsumsi
seafood. Ada dua alasan mengapa hal ini terjadi. Yakni orang tersebut
memang alergi pada seafood, seperti tidak tahan pada kondisi amis dan
asin. Ada juga karena senyawa pada seafood yang meningkatkan resiko
alergi.

12. Kutu Debu


Merupakan debu rumahan yang sudah tercampur dengan debu dari
serat kain, hewan yang kulitnya sudah mengelupas, jamur, spora,
bakteri,bahan mentah makanan, kulit tanaman mati dan cendawan.
Biasanya letaknya dibawah bantal guling atau di kasur. Meski tidak semua
orang mengalami alergi ini, namun untuk kulit yang sangat sensitive
pengaruhnya sampai 90% merusak kulit

13. Sari Bunga dan Pohon


Akan ketahuan ketika seseorang mau memotong bunga atau
pohon. Salah satu zat allergen yang mempengaruhi orang-orang sampai
70%. Untuk menguranginya dengan menggunakan masker saat hendak
memotong rumput.

14. Hewan Peliharaan


Reaksi alergi juga muncul pada hewan peliharaan. Biasanya anak
sudah mengalami kelainan atau penyakit asma. Mereka juga alergi pada
protein kulit hewan dan air seninya.

31 | P a g e
15. Jamur
Ini dijumpai dalam bentuk spora yang meleyang-layang diudaara.
Karena ukuranya yang mikroskopis, pasien kadang tidak menyadari
bahwa penyebab alergi pasien adalah jamur ini.
Bagaimana Mengatasi Alergi?

 Temukan Penyebabnya
Untuk mengatasi alergi, hal yang paling utama dilakukan adalah
cari tahu penyebab alergi tersebut. Jika pasien mengalami alergi pada
zat formaldehida, maka besok ketika membeli obat jangan yang memiliki
komposisi formaldehida. Begitu semuanya.

 Konsumsi Makanan yang Mengandung Magnesium


Salah satu fungsinya yakni sebagai manipulasi susbstansi
polyphosphate seperti ATP. Hal ini sangat baik untuk memanipulasi hal
yang membuat kita alergi menjadi terkurangi efek alerginya.
Makanan yang mengandung zat ini adalah almond, alpukat, bayam,
rempah-rempah, kopi,kacang tanah dan soba.

 Konsumsi Makanan Mengandung Beta Karoten


Si manis wortel ternyata juga memiliki kelebihan untuk mengatasi
alergi. kandunganya mampu meningkatkan sistem imunnitas. selain itu
juga membantu memperbaiki sistem pernafasan, serta merupakan
antioksidan yang ampuh menangkal radikal bebas. beberapa makanan
yang mengandung beta karoten adalah papaya, mangga, dan bayam.
Menyembuhkan Alergi
Sebenarnya belum ada obat yang secara pasti untuk
menyembuhkan alergi. Sebab hal ini merupakan suatu keturunan. Namun
menurut perkembangan saat ini, menggunakan terapi juga mampu
mengurangi alergi.

Standar Terapi Penyakit Kulit dan Alergi di Puskesmas Krembung

32 | P a g e
Steroid : Dexamethasone 3X1, Prednison 3X1,methyl
pred 3X1
Antihistamin : CTM 3X1, Cetirizine 2X1,Loratadin 1x10 mg
Salep : Hydrocortison zalf, Cholramphenicort zalf
Antibiotik :amoxicillin, clarithromycin, dan metronidazole.
Cefixime 2X1, Cefadroxil 2X 500
Antipiretik : Parasetamol 3X500 mg, Ibuprofen 3X500 mg,
Protexinal 3X500 mg, Alpara 3X500 mg
Antipiretik injeksi : antrain amp
Antipiretik supposituria : Ibuprofen supp, melox supp

33 | P a g e
7. ASTHMA
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada
saluran pernapasan yang ditpasieni dengan peradangan dan penyempitan
saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit
bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri
dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan
usia, baik muda atau tua.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas,
namun ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok,
debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan
terpapar zat kimia.
Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran
pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup
dengan kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi pemicu di atas, maka otot-
otot saluran pernapasan penderita asma akan menjadi kaku dan membuat
saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi
dahak yang menjadikan bernapas makin sulit dilakukan.

Penderita asma di Indonesia


Laporan riset kesehatan dasar oleh Kementrian Kesehatan RI
tahun 2013 memperkirakan jumlah pasien asma di Indonesia mencapai
4.5 persen dari total jumlah penduduk. Provinsi Sulawesi Tengah
menduduki peringkat penderita asma terbanyak sebanyak 7.8 persen dari
total penduduk di daerah tersebut.
Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014,
angka kematian akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24.773

34 | P a g e
orang atau sekitar 1,77 persen dari total jumlah kematian penduduk.
Setelah dilakukan penyesuaian umur dari berbagai penduduk, data ini
sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 di dunia perihal
kematian akibat asma.
Diagnosis asma
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit
asma, maka dokter perlu melakukan sejumlah tes. Namun sebelum tes
dilakukan, dokter biasanya akan mengajukan pertanyaan pada pasien
mengenai gejala apa saja yang dirasakan, waktu kemunculan gejala
tersebut, dan riwayat kesehatan pasien serta keluarganya.
Jika seluruh keterangan yang diberikan pada pasien mengarah
pada penyakit asma, maka selanjutnya dokter bisa melakukan tes untuk
memperkuat diagnosis, misalnya:
 Spirometri
 Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE)
 Uji Provokasi Bronkus
 Pengukuran Status Alergi
 CT Scan
 Rontgen
Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak,
gejalanya mungkin bisa menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali
saat usianya lebih dewasa. Namun gejala asma yang tergolong
menengah atau berat di masa kanak-kanak, akan cenderung tetap ada
walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia
berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.

Pengobatan asma
Ada dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma, yaitu meredakan
gejala dan mencegah gejala kambuh. Untuk mendukung tujuan tersebut,
diperlukan rencana pengobatan dari dokter yang disesuaikan dengan
kondisi pasien. Rencana pengobatan meliputi cara mengenali dan

35 | P a g e
menangani gejala yang memburuk, serta obat-obatan apa yang harus
digunakan.
Penting bagi pasien untuk mengenali hal-hal yang dapat memicu
asma mereka agar dapat menghindarinya. Jika gejala asma muncul, obat
yang umum direkomendasikan adalah inhaler pereda.
Bilamana terjadi serangan asma dengan gejala yang terus
memburuk (secara perlahan-lahan atau cepat) meskipun sudah ditangani
dengan inhaler atau obat-obatan lainnya, maka penderita harus segera
mendapatkan penanganan di rumah sakit. Meski jarang terjadi, serangan
asma bisa saja membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis,
peradangan pada saluran napas yang sudah berlangsung lama dan
berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen.

Komplikasi asma
Berikut ini adalah dampak akibat penyakit asma yang bisa saja
terjadi:
 Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi).
 Menurunnya performa di sekolah atau di pekerjaan.
 Tubuh sering terasa lelah.
 Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak.
 Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon dengan terapi
normal).
 Pneumonia.
 Gagal pernapasan.
 Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru.
 Kematian.

Mengendalikan penyakit asma


Jika Pasien kebetulan mengidap asma atau hidup dengan asma
sejak lama, jangan cemas dengan kondisi ini karena asma merupakan
penyakit yang masih dapat dikendalikan asalkan Pasien:
 Mengenali dan menghindari pemicu asma.

36 | P a g e
 Mengikuti rencana penanganan asma yang dibuat bersama dokter.
 Mengenali serangan asma dan melakukan langkah pengobatan yang
tepat.
 Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara
teratur.
Memonitor kondisi saluran napas Pasien.

Standar Terapi Asthma Puskesmas Krembung


Antipiretik : Parasetamol 3X500 mg, Ibuprofen 3X500 mg,
Protexinal 3X500 mg, Alpara 3X500 mg
Antipiretik injeksi : antrain
Antipiretik supposituria : Ibuprofen supp, melox supp
Antibiotik : Amoxicilin 3X500 mg, Cotrimoxazole 2X500
mg,Eritromycin 4X500 mg
Bronchodilator : Salbutamol 3X2 mg, Aminophylin 3X1
Mucolitik expectorant : Ambroxol 3X 30 mg
Antitusif : Codein 3X 10 mg, DMP 3X1
Decongestan : Pseudoefedrine 3X1/2 tab
Steroid : Dexamethasone 3X1, Prednison 3X1,methyl
pred 3X1
Antihistamin : CTM 3X1, Cetirizine 2X1,Loratadin 1x10 mg
Nebulisasi : Ventolin 2 mg, bisolvon syrup

37 | P a g e
8. PENYAKIT KULIT INFEKSI
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh kita yang berfungsi
melindungi otot, jaringan, tulang, dan organ. Infeksi pada kulit umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Mereka yang menderita infeksi
kulit bisa merasakan gejala yang beragam pada kulitnya dengan atau
tanpa disertai gejala pada bagian tubuh yang lain. Misalnya seseorang
yang tubuhnya terdapat cacar akan dipenuhi bintik-bintik berair disertai
sakit kepala, nyeri otot, atau demam.

Diagnosis Infeksi Kulit


Sebagian besar penyakit infeksi kulit bisa langsung dikenali dokter
hanya dari melihat bentuk kelainan di kulit saja tanpa harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan diperkuat oleh gejala-gejala yang
dirasakan pasien.
Apabila pengamatan luar saja dirasa belum cukup, dokter bisa
melakukan tes lanjutan untuk memastikan diagnosis. Salah satu tes yang
paling sering diterapkan dalam kasus infeksi kulit adalah biopsi atau
pengambilan sampel sel pada kulit yang mengalami inflamasi untuk
selanjutnya diteliti di laboratorium. Selain biopsi, pemeriksaan darah
terkadang perlu dilakukan untuk mengidentifikasi jenis virus pada kasus
cacar.

Pencegahan Infeksi Kulit


Beberapa cara bisa kita lakukan agar terhindar dari penyakit infeksi
kulit, salah satunya adalah menghindari paparan virus, bakteri, atau jamur
yang menyebabkannya. Hindari bersentuhan dengan penderita infeksi

38 | P a g e
kulit atau jangan menggunakan barang-barang yang penderita juga
gunakan.
Selalu jaga kebersihan tubuh kita, terutama bagian tangan, agar
bakteri, virus, atau jamur tidak bisa dengan mudah menjangkiti tubuh kita.
Jika ada luka pada kulit, usahakan untuk menutupnya agar
mikroorganisme penyebab infeksi tidak bisa masuk.
Pada kasus infeksi kulit akibat jamur, hindari dengan selalu menjaga
kebersihan pakaian atau sepatu yang kita pakai. Selain itu, dianjurkan
untuk segera mengganti pakaian yang kita kenakan apabila terasa
lembap, misalnya akibat keringat.
Beberapa jenis infeksi kulit, terutama yang disebabkan oleh virus,
biasanya bisa ditangani di rumah tanpa perlu ke dokter. Berbeda dengan
virus, infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri biasanya harus diobati
dengan antibiotik. Apabila masih tergolong ringan, antibiotik berbentuk
krim atau salep bisa Pasien oleskan langsung pada kulit yang terinfeksi.
Namun jika tingkat keparahan infeksi cukup tinggi, dokter biasanya akan
meresepkan antibiotik minum atau bila perlu memberi Pasien antibiotik
suntik. Begitupula dengan infeksi kulit oleh jamur, dokter dapat
memberikan Pasien obat anti jamur oles, minum, maupun suntik.
Untuk membantu mengurangi peradangan dan rasa gatal, Pasien
bisa mengompres bagian kulit yang terinfeksi dengan air dingin atau
minum obat antihistamin yang dijual bebas di apotek.

Pengobatan Cacar
Karena cacar disebabkan oleh virus, maka penanganan oleh dokter
umumnya tidak diperlukan kecuali pada pasien dengan kondisi tertentu,
misalnya bayi yang baru lahir, ibu hamil, dan pasien yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang rendah. Untuk ketiga kasus tersebut, dokter
biasanya akan meresepkan aciclovir.
Jangan menggaruk cacar meskipun terasa gatal karena bisa
meninggalkan bekas luka setelah sembuh atau kering. Apabila cacar
sampai menyebabkan gejala demam, konsumsi obat pereda rasa sakit

39 | P a g e
yang dijual bebas, seperti ibuprofen dan parasetamol. Meski dijual bebas,
penting untuk membaca dan mematuhi petunjuk pemakaian yang tertera
pada kemasan untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.

Pengobatan Herpes Zoster


Obat antivirus seperti aciclovir, famciclovir, dan valaciclovir mungkin
akan diresepkan guna mempercepat kesembuhan, mengurangi tingkat
keparahan, dan mencegah terjadinya komplikasi. Selain itu, Pasien juga
bisa mengonsumsi obat pereda rasa sakit, seperti parasetamol, untuk
meredakan gejala nyeri.
Selama masa penyembuhan herpes zoster, Pasien dianjurkan
untuk menjaga ruam tetap kering dan bersih. Selain itu, dilarang menutup
ruam dengan perban karena dapat memperlambat masa penyembuhan.

Pengobatan Bisul, Impetigo, Selulitis, dan Kusta


Karena kelima kondisi ini terjadi akibat infeksi bakteri, maka
penanganan utamanya adalah dengan menggunakan antibiotik. Selain itu,
obat pereda rasa sakit, misalnya parasetamol, bisa digunakan untuk
meringankan nyeri.
Untuk kasus bisul yang cukup berat, dokter mungkin akan
memberikan Pasien antibiotik golongan penicillin, clarithromycin, ataupun.
Selain itu, penanganan dengan bedah kecil untuk mengeluarkan nanah di
dalam bisul bisa dilakukan apabila diperlukan.
Untuk kasus impetigo, antibiotik oles biasanya diberikan apabila
tingkat keparahan penyakit masih tergolong ringan. Apabila sudah cukup
parah, maka dokter biasanya akan memberikan antibiotik minum.
Untuk kasus selulitis, dokter biasanya meresepkan antibiotik
golongan penicillin. Namun jika Pasien alergi terhadap penicillin, maka
dokter dapat menggantinya dengan clarithromycin atau erythromycin.
Apabila tingkat keparahan selulitis Pasien cukup parah, misalnya sampai
mengalami gejala mual, muntah, dan demam, maka kemungkinan besar
akan dibutuhkan penanganan di rumah sakit. Gejala mual, muntah, dan

40 | P a g e
demam bisa saja menjadi tpasien bahwa infeksi selulitis telah menyebar
ke aliran darah.
Pada kasus kusta, antibiotik diaminodifenil sulfon, rifampisin, serta
klofazimin biasanya digunakan sebagai terapi awal, biasanya untuk jangka
waktu selama setengah tahun lebih. Untuk mencegah kerusakan saraf
atau kerusakan lainnya, dokter juga biasanya meresepkan obat-obatan
antiinflamasi.

Pengobatan Kurap, Kandidiasis, Penyakit Kaki Atlet, Sporotrikokis,


dan Jamur Kuku
Karena kelima kondisi ini merupakan infeksi kulit yang disebabkan
oleh jamur, maka penanganan utamanya adalah dengan menggunakan
obat antijamur. Obat antijamur tersedia dalam bentuk tablet (misalnya
griseofulvin dan terbinafine), krim, obat semprot, maupun sampo
(misalnya ketoconazole dan selenium sulphide).
Sangat penting untuk memematuhi nasihat dokter atau petunjuk
yang tertera pada kemasan produk obat mengenai tata cara penggunaan
dan dosis agar pengobatan infeksi jamur bisa berjalan aman dan lebih
efektif.
Impetigo adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri, berupa
lepuh atau bercak luka terbuka pada kulit, yang kemudian menimbulkan
kerak berwarna kuning atau cokelat. Penyakit ini bisa menular karena
kontak secara langsung antara kulit dengan kulit atau dengan barang-
barang perantara, seperti handuk, baju, atau peralatan makan yang telah
terkontaminasi bakteri.
Impetigo lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Tingginya interaksi fisik dengan teman-teman sebaya di
lingkungan sekolah atau taman bermain membuat anak-anak lebih sering
menjadi korban impetigo.
Berdasarkan gejalanya, impetigo dibagi dua, yaitu:

41 | P a g e
 Impetigo bulosa, ditpasieni dengan kulit yang melepuh dan berisi cairan.
Kemunculan impetigo bulosa biasanya juga disertai dengan demam dan
pembengkakan kelenjar getah bening.
 Impetigo nonbulosa, ditpasieni dengan munculnya bercak-bercak merah,
seperti luka yang meninggalkan kerak berwarna kuning kecokelatan.
Meski tidak melepuh, impetigo nonbulosa lebih menular dibandingkan
dengan impetigo bulosa.
Gejala Impetigo
Gejala impetigo tidak langsung muncul setelah penderita terinfeksi.
Gejala itu biasanya baru terlihat setelah 4-10 hari sejak terpapar bakteri.
Impetigo nonbulosa lebih sering ditemukan dibanding impetigo bulosa.
Untuk mencegah penyebaran infeksi, disarankan agar tidak menyentuh
area kulit yang terinfeksi.
Infeksi impetigo bulosa biasanya muncul di bagian tengah tubuh
antara pinggang dan leher atau lengan dan tungkai. Sedangkan infeksi
impetigo nonbulosa biasa terjadi di sekitar mulut dan hidung, tapi dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui perantara jari, handuk, atau
baju yang telah terpapar bakteri.
Berikut ini adalah perkembangan gejala impetigo bulosa:
 Kulit melepuh dan berisi cairan berukuran 1-2 sentimeter yang terasa sakit
dan membuat kulit di sekitarnya gatal.
 Kulit yang melepuh, dalam waktu singkat dapat menyebar kemudian
pecah dalam beberapa hari.
 Pecahan kulit yang melepuh kemudian meninggalkan kerak berwarna
kuning.
 Setelah sembuh, kerak kuning tersebut hilang tanpa meninggalkan bekas
sama sekali.
Berikut ini adalah perkembangan gejala impetigo nonbulosa:
 Munculnya bercak merah menyerupai luka yang tidak terasa sakit, namun
gatal.
 Bercak bisa menyebar dengan cepat ketika disentuh atau digaruk,
kemudian berganti menjadi kerak berwarna kecokelatan.

42 | P a g e
 Setelah kerak yang ukurannya sekitar 2 sentimeter ini kering, yang tersisa
adalah bekas berwarna kemerahan.
 Bekas berwarna kemerahan ini dapat sembuh tanpa bekas dalam jangka
waktu beberapa hari atau minggu.

Penyebab Impetigo
Penyebab utama impetigo adalah bakteri Staphylococcus
aureus atau Streptococcus pyogenes. Penularan bakteri ini dapat terjadi
melalui kontak fisik langsung dengan penderita atau melalui perantara,
seperti baju, handuk, serbet, dan sebagainya yang sebelumnya dipakai
penderita.
Bakteri akan lebih mudah menginfeksi seseorang yang memiliki
luka, misalnya luka akibat gigitan serangga, terjatuh, atau teriris benda
tajam. Bisa juga karena luka yang ditimbulkan oleh infeksi kulit lain,
seperti eksim, kudis, atau infeksi kutu.
Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan impetigo di
antaranya:
 Melakukan aktivitas yang rentan terjadi kontak kulit, misalnya
olahraga bela diri, bola basket, atau sepak bola.
 Lingkungan yang padat. Bakteri penyakit impetigo lebih mudah menular
di lingkungan ramai yang mana intensitas interaksi orang-orangnya tinggi.
 Usia kanak-anak. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak berusia 2-
5 tahun, dimana sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk
sempurna.
 Suhu lembap dan hangat. Bakteri penyebab impetigo lebih mudah
berkembang biak pada tempat yang lembap dan hangat.
 Lemahnya sistem kekebalan tubu Sistem kekebalan tubuh yang lemah
akan membuat seseorang mudah terinfeksi bakteri.
 Menderita diabetes. Luka yang dimiliki penderita diabetes akan
memudahkan bakteri impetigo untuk masuk dan menginfeksi kulit.

43 | P a g e
 Memiliki luka terbuka pada kulit. Kuman penyebab impetigo dapat
masuk melalui luka kecil pada permukaan kulit, seperti luka gigitan
serangga atau ruam kulit.

Diagnosis Impetigo
Untuk memastikan diagnosa impetigo, dokter hanya akan melihat
tanda yang tampak di kulit yang terinfeksi. Tes laboratorium biasanya
hanya dilakukan jika gejala impetigo terus memburuk walau telah
diberikan obat guna mengetahui apakah bakteri telah resisten terhadap
antibiotik. Selain itu, tes laboratorium juga bisa dilakukan apabila dokter
mencurigai adanya diagnosa lain yang memberikan gambaran lesi kulit
yang serupa, misalnya herpes.

Pengobatan Impetigo
Sebagian besar kasus impetigo bisa sembuh dengan sendirinya
dalam jangka waktu satu sampai tiga minggu tanpa diobati. Jika
diperlukan, impetigo bisa diobati dengan menggunakan antibiotik, baik
antibiotik oles maupun antibiotik minum.
Antibiotik oles digunakan jika infeksi yang terjadi masih ringan,
berada pada satu area, dan belum menyebar ke mana-mana. Sedangkan
antibiotik minum digunakan jika gejala impetigo tidak bisa ditangani
dengan antibiotik oles, kondisinya semakin parah, dan menyebar ke
bagian lainnya.
Biasanya efek samping penggunaan antibiotik oles terjadi di sekitar
area kulit yang diolesi, contohnya adalah rasa gatal, kulit menjadi
berwarna kemerahan, dan iritasi. Sedangkan efek samping yang dapat
terjadi setelah mengonsumsi antibiotik minum adalah diare, mual, dan
muntah.
Jika pengobatan dengan antibiotik tidak berpengaruh, dokter akan
melakukan pemeriksaan sampel kulit yang terinfeksi di laboratorium untuk
melihat kemungkinan adanya infeksi penyakit lain selain impetigo.

44 | P a g e
Pemeriksaan laboratorium juga perlu dilakukan jika impetigo kerap
kambuh.
Biasanya impetigo kambuh karena masih ada bakteri yang
bersarang di area tertentu, seperti hidung, sehingga mudah menginfeksi
daerah sekitarnya yang kebetulan mengalami luka. Jika terbukti benar,
maka bakteri tersebut harus dibasmi dengan obat antiseptik khusus yang
dapat digunakan pada hidung.

Komplikasi Impetigo
Jika tidak ditangani dengan benar, impetigo dapat menyebabkan
komplikasi meliputi:
 Selulitis, infeksi bakteri yang terjadi di lapisan kulit dalam.
 Glomerulonefritis, infeksi di pembuluh darah kecil di ginjal.
 Septikemia, infeksi bakteri yang terjadi di dalam darah.
 Psoriasis gutata, kondisi ini sering muncul setelah terjadi infeksi kulit.
 Demam Scarlet, demam langka yang disertai ruam merah di seluruh
tubuh.
 Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS), infeksi kulit yang
membuat kulit terlihat melepuh seperti tersiram air panas.
 Penyakit ektima, terjadi ketika infeksi menyebar lebih jauh ke dalam
lapisan kulit dan dapat meninggalkan bekas luka permanen.
Pencegahan Impetigo
Penularan impetigo bisa dicegah dengan beberapa cara, di antaranya:
 Hindari sentuhan fisik dengan penderita. Sentuhan fisik secara
langsung dengan penderita atau berbagi penggunaan barang dengan
mereka, seperti handuk, baju, kasur, atau peralatan makan.
 Selalu menjaga kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulitakan
mengurangi risiko penularan impetigo, terutama padakulit yang memiliki
luka terbuka, misalnya akibat teriris benda tajam, cakaran, atau bahkan
luka akibat penyakit kulit lain, seperti eksim.

45 | P a g e
 Membersihkan barang-barang. Setelah digunakan, ada baiknya barang-
barang dicuci sampai bersih agar bakteri mati. Hal ini bisa mengurangi
risiko penularan penyakit impetigo.
 Jangan menyentuh luka. Hindari kontak dengan luka atau koreng akibat
impetigo, apalagi dengan menggaruk, untuk menghindari penyebaran
bakteri melalui tangan.
 Beristirahat. Jangan melakukan kegiatan seperti memasak, mengasuh
anak, atau membersihkan rumah sampai infeksi benar-benar pulih.
Perbanyak istirahat agar infeksi cepat hilang.
 Mencuci tangan. Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan setelah
selesai mengobati impetigo dengan antibiotik oles dan menutup luka
impetigo dengan perban kasa.
 Menghindari tempat umum. Hindarilah tempat-tempat umum yang
rawan penularan bakteri selama terjangkit impetigo atau setidaknya dua
hari setelah pengobatan dimulai.

Standar Pengobatan Penyakit Kulit Infeksi


Steroid : Dexamethasone 3X1, Prednison 3X1,methyl
pred 3X1
Antihistamin : CTM 3X1, Cetirizine 2X1,Loratadin 1x10 mg
Salep : Hydrocortison zalf, Cholramphenicort zalf,
Acyclovir zalf, Oxytetracycline zalf
Antibiotik : amoxicillin, clarithromycin, dan metronidazole.
Cefixime 2X1, Cefadroxil 2X 500
Antipiretik : Parasetamol 3X500 mg, Ibuprofen 3X500 mg,
Protexinal 3X500 mg, Alpara 3X500 mg
Antipiretik injeksi : antrain amp
Antipiretik supposituria : Ibuprofen supp, melox supp
Anti virus : Acyclovir 5X800 mg

46 | P a g e
9. BRONKITIS
Bronkitis adalah infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-
paru atau bronkus yang menyebabkan terjadinya peradangan atau
inflamasi pada saluran tersebut. Kondisi ini termasuk sebagai salah satu
penyakit pernapasan.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang diakibatkan oleh bronkitis:
 Batuk-batuk disertai lendir berwarna kuning keabu-abuan atau hijau.
 Sakit pada tenggorokan.
 Sesak napas.
 Hidung beringus atau tersumbat.
 Sakit atau rasa tidak nyaman pada dada.
 Kelelahan.
 Demam ringan.
Bronkitis terbagi menjadi dua jenis. Pertama, bronkitis akut yang
bertahan selama dua hingga tiga minggu. Bronkitis akut adalah salah satu
infeksi sistem pernapasan yang paling umum terjadi dan paling sering
menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Kedua, bronkitis kronis
adalah infeksi bronkus yang bertahan setidaknya tiga bulan dalam satu
tahun dan berulang pada tahun berikutnya. Bronkitis kronis lebih sering
terjadi pada orang dewasa di atas usia 40 tahun.

Penyebab Terjadinya Bronkitis

47 | P a g e
Bronkus adalah saluran udara pada sistem pernapasan yang
membawa udara ke paru-paru dan sebaliknya. Dinding bronkus
menghasilkan mukosa atau lendir untuk menahan debu dan partikel lain
yang bisa menyebabkan iritasi agar tidak masuk ke dalam paru-paru.
Bronkitis akut berasal dari infeksi paru-paru yang kebanyakan
disebabkan oleh virus. Iritasi dan peradangan menyebabkan bronkus
menghasilkan mukosa atau lendir lebih banyak. Dan tubuh berusaha
mengeluarkan lendir atau mukosa yang berlebihan dengan cara batuk.
Penyebab bronkitis kronis yang paling umum adalah kebiasaan
merokok. Tiap isapan rokok berpotensi merusak bulu-bulu kecil di dalam
paru-paru yang disebut rambut silia. Rambut silia berfungsi menghalau
dan menyapu keluar debu, iritasi, dan mukosa atau lendir yang
berlebihan. Setelah beberapa lama, kandungan rokok bisa menyebabkan
kerusakan permanen pada silia dan lapisan dinding bronkus. Saat ini
terjadi, kotoran tidak bisa dikeluarkan dan dibuang dengan normal. Lendir
dan kotoran yang menumpuk di dalam paru-paru membuat sistem
pernapasan menjadi lebih rentan terserang infeksi.
Pada kebanyakan kasus, bronkitis bisa diatasi dengan mudah di
rumah. Pasien hanya perlu menemui dokter jika gejala bronkitis yang
muncul menjadi semakin parah dan tidak seperti biasanya, misalnya:
 Batuk yang dialami lebih parah dan bertahan lebih lama dari tiga minggu.
 Mengalami demam selama lebih dari tiga hari.
 Batuk berdahak yang diikuti dengan darah.
 Pasien menderita penyakit jantung atau paru-paru yang jadi penyebab
dasarnya. Misalnya penyakit asma, emfisema, atau gagal jantung.
Untuk mendiagnosis bronkitis, dokter akan menanyakan gejala
yang dialami, memeriksa dan juga mendengarkan rongga dada memakai
stetoskop.

Pengobatan Untuk Berbagai Tipe Bronkitis


Bronkitis akut biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam
beberapa minggu, jadi terkadang tidak diperlukan pengobatan untuk

48 | P a g e
bronkitis. Selagi menunggu penyakit ini berlalu, Pasien disarankan minum
banyak cairan dan juga banyak istirahat. Pada beberapa kasus, gejala
bronkitis bisa bertahan lebih lama.
Gejala bronkitis kronis biasanya akan bertahan setidaknya tiga
bulan. Belum ada obat yang bisa menyembuhkan bronkitis kronis, tapi ada
obat yang bisa digunakan untuk meredakan gejala yang muncul.
Sebaiknya Pasien hindari merokok atau lingkungan dengan banyak
perokok di sekitarnya. Kondisi ini bisa memperparah gejala yang muncul
jika Pasien menderita bronkitis kronis.

Komplikasi Yang Mungkin Terjadi


Komplikasi bronkitis yang paling umum terjadi adalah pneumonia.
Komplikasi ini terjadi ketika infeksi menyebar lebih jauh ke dalam paru-
paru. Infeksi ini menyebabkan kantong udara dalam paru-paru terisi
dengan cairan. Sekitar 5 persen kasus bronkitis berujung pada
pneumonia.
Orang yang lebih rentan terkena pneumonia, seperti orang tua,
perokok, dan orang yang dalam kondisi sakit, mungkin perlu dirawat di
rumah sakit. Ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan terjadinya
pneumonia.

Standar Terapi Bronkitis Puskesmas Krembung


Antipiretik : Parasetamol 3X500 mg, Ibuprofen 3X500 mg,
Protexinal 3X500 mg, Alpara 3X500 mg
Antipiretik injeksi : antrain
Antipiretik supposituria : Ibuprofen supp, melox supp
Antibiotik : Amoxicilin 3X500 mg, Cotrimoxazole 2X500
mg,Eritromycin 4X500 mg
Bronchodilator : Salbutamol 3X2 mg, Aminophylin 3X1
Mucolitik expectorant : Ambroxol 3X 30 mg
Antitusif : Codein 3X 10 mg, DMP 3X1
Decongestan : Pseudoefedrine 3X1/2 tab

49 | P a g e
Steroid : Dexamethasone 3X1, Prednison 3X1,methyl
pred 3X1
Antihistamin : CTM 3X1, Cetirizine 2X1,Loratadin 1x10 mg
Nebulisasi : Ventolin 2 mg, bisolvon syrup

10. DIARE
Diare merupakan kondisi yang ditpasieni dengan encernya tinja
yang dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih
sering dibandingkan dengan biasanya. Pada umumnya, diare terjadi
akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri,
virus, atau parasit. Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari,
namun pada sebagian kasus memanjang hingga berminggu-minggu.

Penderita diare di Indonesia


Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dalam
masyarakat Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2007, diare menduduki peringkat
ketigabelas sebagai penyebab kematian semua umur dengan proporsi
sebesar 3,5 persen. Sedangkan berdasarkan kategori penyakit menular,
diare menduduki urutan ketiga penyebab kematian setelah Pneumonia
dan TBC. Dari data tersebut, golongan usia yang paling banyak
mengalami diare adalah balita dengan prevalensi sebesar 16,7 persen.
Diare bisa berdampak fatal apabila penderita mengalami dehidrasi
akibat kehilangan banyak cairan dari tubuh. Oleh sebab itu diare tidak
boleh dianggap enteng walaupun kondisi ini umum terjadi.

Gejala diare

50 | P a g e
Gejala diare bermacam-macam, dimulai dari yang hanya
merasakan sakit perut singkat dengan tinja yang tidak terlalu encer hingga
ada yang mengalami kram perut dengan tinja yang sangat encer. Pada
kasus diare parah, kemungkinan penderitanya juga akan
mengalami demam dan kram perut hebat.

Faktor penyebab diare secara umum


Penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak umumnya
adalah infeksi usus. Infeksi usus bisa terjadi ketika kita mengonsumsi
makanan atau minuman yang kotor dan terkontaminasi. Mikroorganisme
yang sering menyebabkan infeksi usus adalah bakteri, parasit, dan virus
seperti norovirus dan rotavirus.
Diare juga bisa timbul akibat faktor-faktor berikut ini:
 Efek samping obat-obatan tertentu,
 Faktor psikologi, misalnya gelisah,
 Konsumsi minuman beralkohol dan kopi yang berlebihan.

Diagnosis diare
Dalam mendiagnosis diare, dokter biasanya akan menanyakan
seputar gejala yang dialami dan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk
mencari apakah terjadi dehidrasi. Pada sebagian kasus, dokter perlu
melakukan pemeriksaan rektum, meneliti sampel tinja, atau bahkan
pemeriksaan darah.

Pengobatan diare
Jika parah, diare bisa berujung kepada dehidrasi. Dehidrasi
memiliki konsekuensi yang fatal dan berpotensi merenggut nyawa
penderita, terutama jika terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan
tubuh anak-anak terhadap dehidrasi jauh lebih rendah dibandingkan orang
dewasa. Maka dari itu, orang tua disarankan untuk mewaspadai tpasien-
tpasien dehidrasi pada anak. Penderita juga disarankan untuk meminum
banyak cairan selama diare masih berlangsung.

51 | P a g e
Oralit bisa diminum untuk menghindari dehidrasi, tetapi
konsultasikan pemakaiannya terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker,
terutama jika Pasien menderita penyakit tertentu, seperti penyakit jantung.
Obat antidiare biasanya tidak terlalu dibutuhkan, kecuali bagi
mereka yang memiliki aktivitas padat atau yang ingin bepergian jarak jauh.
Salah satu obat antidiare yang efektif dan cepat dalam menghentikan
diare adalah loperamide. Meski begitu, loperamide tidak boleh diberikan
kepada anak-anak.
Sebagian besar penderita diare sembuh setelah beberapa hari
tanpa melakukan pengobatan. Pada orang-orang dewasa, diare biasanya
sembuh setelah 2-4 hari. Sedangkan pada anak-anak, diare biasanya
berlangsung lebih lama, yaitu antara 5-7 hari.
Jika anak Pasien mengalami diare yang parah, berkelanjutan, atau
jika dia mulai menunjukkan tpasien-tpasien dehidrasi, segera periksakan
anak Pasien ke dokter. Diare sebanyak enam kali atau lebih dalam jangka
waktu 24 jam pada anak juga sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.
Begitu juga dengan diare yang membuat kondisi tubuh Pasien
menurun drastis harus dikonsultasikan kepada dokter, terlebih jika ada
darah atau nanah pada tinja Pasien.
Pemeriksaan tinja di laboratorium mungkin diperlukan sebagai
bagian dari penelitian lebih jauh. Diare yang berlangsung lebih dari
beberapa minggu pada orang dewasa bisa diakibatkan oleh sindrom iritasi
usus, kanker usus, atau penyakit Crohn.

Cara mencegah diare


Diare bukan saja berdampak kepada diri penderita, tapi juga
berpotensi menyebar, terutama kepada anggota keluarga. Oleh sebab itu,
diare sebaiknya dicegah mulai dari kontak pertama hingga
penyebarannya.
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat
kontaminasi:
 Mencuci tangan sebelum makan.

52 | P a g e
 Menjauhi makanan yang kebersihannya diragukan dan tidak minum air
keran.
 Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang.
 Utamakan bahan makanan yang segar.
 Menyimpan makanan di kulkas dan tidak membiarkan makanan tertinggal
di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan.
Jika mengalami diare, Pasien boleh mengambil langkah-langkah seperti
berikut ini untuk mencegah diare menyebar kepada orang-orang di sekitar
Pasien.
 Jika tinggal satu rumah, pastikan penderita menghindari penggunaan
handuk atau peralatan makan yang sama dengan anggota keluarga
lainnya.
 Membersihkan toilet dengan disinfektan tiap setelah buang air besar.
 Tetap berada di rumah setidaknya 48 jam setelah periode diare yang
terakhir.
 Mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau sebelum makan dan
sebelum menyiapkan makanan.

Standar Terapi ISPA Puskesmas Krembung


Antipiretik : Parasetamol 3X500 mg,
Ibuprofen 3X500 mg, Protexinal
3X500 mg, Alpara 3X500 mg
Antipiretik injeksi : antrain
Antibiotik : Amoxicilin 3X500 mg,
Cotrimoxazole 2X500 mg,
Tetracycline 3x500 mg, cefixime
2x100
Antidiare :Attapulgit 3X2, Diaform 3x2,
loperamide 3X2 mg
Penghambat histamin 2 (H2 blocker) : ranitidine 2X1, Famotidine 2X1,
Cimetidine 2X1.

53 | P a g e
Penghambat pompa proton (PPI) : omeprazole 2X1, Lansoprazole
1X1
Obat penetralisisr asam lambung : antasida tab 3X1, Antasida
syrup 3X C1
Antibiotik : amoxicillin, clarithromycin, dan
metronidazole. Cefixime 2X1,
Cefadroxil 2X 500
Mukoprotektan : Sucralfat syrup 3XC1
Injeksi h2 blocker : ranitidineamp, ondansetron 1
amp
Anti muntah : domperidon
3X1,metoclopramide 3X1
Anti muntah injeksi : metoclopramide amp
Roborantia : Oralite, zinc 1X1

54 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD,


Handler J, dkk, 2014, 2014 evidence based guideline for the
management of high blodd pressure in adults: report from the panel
member appointed to the eight joint national committee (JNC
8),JAMA, 311 (5): 507-520)
2. World Health Organization Department of Noncommunicable
Disease Surveillance (1999). "Definition, Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus and its Complications"
3. Tim FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Media
Aesculapius, Jakarta: 1999. ISBN 979-95607-0-5

55 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai