Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

ASMA BRONKIALE

Disusun oleh:
dr. Ni Kadek Ari Chintya Vedantari, S.Ked
dr. I Putu Gede Yoga Saptahadi, S.Ked
dr. Angelo Sukarto, S.Ked

Pembimbing:
dr. Wayan Arya PutraManuaba

DALAM RANGKA MENJALANI


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
DI PUSKESMAS SELEMADEG BARAT
PROVINSI BALI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul “Asma Bronkiale” ini tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam menjalani Program Internsip
Dokter Indonesia di Puskesmas Selemadeg Barat. Dalam penyusunan laporan kali
ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, petunjuk dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Wayan Arya Putra Manuaba selaku dokter pendamping yang telah m
emberikan banyak masukan selama menjalani kegiatan saat internsip.
2. Teman-teman sejawat dokter internsip yang telah membantu banyak dal
am penyelesaian laporan ini.
3. Pasien dan keluarga pasien yang telah memberikan informasi dan data-d
ata yang sangat penulis perlukan untuk penyelesaian laporan ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Tabanan, 17 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................I
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
1.1 DEFINISI...........................................................................................................3
1.2 EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI..................................................................3
1.3 KLASIFIKASI...................................................................................................4
1.4 PATOFISIOLOGI..............................................................................................4
1.5 DIAGNOSIS......................................................................................................5
1.6 DIAGNOSIS BANDING...................................................................................6
1.7 PENATALAKSANAAN...................................................................................6
1.8 KOMPLIKASI...................................................................................................7
1.9 PENCEGAHAN.................................................................................................8
1.10 PROGNOSIS...................................................................................................8
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................................9
3.1 IDENTITAS PASIEN........................................................................................9
3.2 ANAMNESIS....................................................................................................9
3.3 PEMERIKSAAN FISIK..................................................................................10
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................11
3.5 DIAGNOSIS....................................................................................................11
3.6 DIAGNOSIS BANDING................................................................................11
3.7 PENATALAKSANAAN.................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................12
BAB V SIMPULAN.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

3
2

BAB I
PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai


dengan wheezing episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran
napas. Ciri-ciri klinis yang dominan pada asma adalah riwayat episode sesak,
terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Asma dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu genetik dan lingkungan. Mengingat patogenesisnya tidak jelas, asma
didefinisikan secara deskripsi yaitu penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, dengan
gejala episodik berulang berupa batuk, sesak napas, wheezing, dan rasa berat di
dada terutama pada malam dan atau dini hari, yang umumnya bersifat reversibel
baik dengan atau tanpa pengobatan. 1
Menurut National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011,
mengatakan bahwa prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada anak dan
8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin yaitu 7,2% pada laki-laki
dan 9,7% pada perempuan. Berdasarkan laporan Riskesdas Nasional 2018,
prevalensi asma di Bali cukup tinggi yaitu menempati peringkat ke-3 di Indonesia
setelah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan provinsi Kalimantan Timur.
Tercatat prevalensi asma di Bali sebesar 3,9 %. 2,3
Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju
maupun negara sedang berkembang. Peningkatan tersebut diduga berkaitan
dengan pola hidup yang berubah dan peran faktor lingkungan, terutama polusi
baik indoor maupun outdoor. Serangan asma bervariasi mulai dari ringan sampai
berat dan mengancam kehidupan. Berbagai faktor menjadi pencetus timbulnya
serangan asma, antara lain adalah alergen, infeksi, perubahan suhu yang
mendadak, atau pajanan terhadap iritan respiratorik seperti asap rokok, debu
polusi, dan lain-lain. Selain itu, berbagai faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya prevalensi asma suatu tempat, misalnya usia, jenis kelamin, ras,
sosioekonomi, dan faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi
prevalensi asma, derajat penyakit asma, terjadinya serangan asma, berat ringannya
serangan, dan kematian akibat penyakit asma.4
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas. Hal ini menyebabk
an peningkatan hiperresponsif jalan nafas yang ditandai dengan wheezing, suli
t bernafas, dada terasa berat,dan batuk, terutama terjadi malam hari atau menje
lang pagi hari. Asma adalah gangguan aliran udara intermitten dan reversibel
yang hanya mempengaruhi jalan nafas, tidak sampai pada alveoli. Gangguan a
liran udara terjadi dengan dua cara yaitu inflamasi dan hiperresponsif jalan na
fas. Inflamasi terjadi pada lumen saluan napas sehingga menimbulkan
obstruksi jalan napas. Hiperresponsif jalan napas terjadi karena konstriksi otot
bronkial sehingga menyebabkan penyempitan jalan napas kearah luar.5 Asma a
dalah kondisi umum dan berpotensi serius yang mempengaruhi sekitar 300 jut
a individu dari segala usia di seluruh dunia, terdiri dari 1–18% dari populasi di
berbagai negara. 6

1.2 Epidemiologi dan Etiologi


Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2011, 235 juta orang
di seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian lebih dari 8% di
negara-negara berkembang. Prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada
anak dan 8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin yaitu 7,2%
pada laki-laki dan 9,7% pada perempuan.2
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur
adalah 4,5%, dengan prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah
(7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), D.I. Yogyakarta (6,9%),
Sulawesi Selatan (6,7%), untuk Jawa Tengah memiliki prevalensi asma
sebesar 4,3%. 7 Di Bali sendiri berdasarkan laporan Riskesdas Nasional 2018,
memiliki prevalensi asma yang cukup tinggi yaitu sebesar 3,9 %.3
Asma sering terjadi pada awal masa kanak-kanak, sekitar setengah orang
yang menderita asma memiliki riwayat gejala asma yang muncul pertama kali
selama masa kanak- kanak. Menurut CDC (2018), setiap tahunnya, 1 dari 6
anak yang menderita asma memerlukan perawatan di IGD dengan 1 dari 20
anak dengan asma dirawat inap di rumah sakit oleh karena asma yang
diderita.8
Atopi merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi perkembangan
asma. Asma alergi sering dihubungkan dengan riwayat penyakit alergi pribadi
maupun keluarga seperti rinitis, urtikaria, dan eksema. Keadaan ini dapat pula
disertai dengan reaksi kulit terhadap injeksi intradermal dari ekstrak antigen
yang terdapat di udara, dan dapat pula disertai dengan peningkatan kadar IgE
5

dalam serum dan atau respon positif terhadap tes provokasi yang melibatkan
inhalasi antigen spesifik. 5
Faktor lingkungan yang berhubungan dengan imun dan nonimunologi juga
merupakan pencetus asma termasuk perokok dan perokok pasif. Kira-kira
25% sampai 30% dari penderita asma adalah seorang perokok. Hal ini
menyimpulkan bahwa merokok ataupun terkena asap rokok akan
meningkatkan morbiditas dan keparahan penyakit dari penderita asma.
Terpapar asap rokok yang lama pada pasien asma akan berkontribusi terhadap
kerusakan dari fungsi paru, yaitu 3 penurunan kira-kira 18% dari FEV 1
selama 10 tahun.5

1.2 Klasifikasi
Tabel 1 Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis 9
6

Tabel 2. Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Serangan 9

Berdasarkan derajat kendali


Tujuan utama tata laksana asma adalah terkendalinya penyakit.
Asma terkendali adalah asma yang tidak bergejala,dengan atau tanpa
obat pengendali dan kualitas hidup pasien baik. Klasifikasi derajat
kendali dipakai untuk menilai keberhasilan tata laksana yang tengah
dijalani dan untuk penentuan naik jenjang (step up), pemeliharaan
(maintenance) atau turun jenjang (step down) tatalaksana yang akan
diberikan.

Tabel 3 Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Derajat Kendali 9


7

1.4 Patofisiologi
1.5 Diagnosis
1.6 Diagnosis Banding
1.7 Tatalaksana
1.8 Komplikasi
1.9 Pencegahan
1.10 Prognosis
Prognosis asma dewasa tidak dijelaskan dengan baik seperti
penyakit paru obstruktif kronik. Gangguan fungsi paru permanen terjadi
pada beberapa pasien asma, dan risiko ini meningkat pada perokok. Studi
longitudinal menunjukkan bahwa asma serangan berat memiliki
prognosis yang lebih buruk sehubungan dengan perkembangan gangguan
fungsi paru secara permanen. Secara khusus, pasien yang sebelumnya
dirawat di unit perawatan intensif dan yang mengalami asma serangan
berat terus menerus berisiko tinggi mengalami komplikasi asma yang
parah. Studi terbaru menunjukkan bahwa pengobatan dini dan
berkelanjutan dengan steroid inhalasi memiliki efek menguntungkan,
tidak hanya pada gejala asma tetapi juga pada peningkatan fungsi paru-
paru.10
8

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : WES
Tanggal Lahir : 20 Mei 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Br. Beja, Desa Lalanglinggah
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Kewarganegaraan : Bali/Indonesia
Tanggal Masuk : 15 Desember 2022

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama: Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keadaan sadar ke UGD Puskesmas Selemadeg
Barat dengan keluhan sesak napas. Sesak napas dirasakan sejak 3 jam SMRS
(15/12/2022) dan memberat sejak 30 menit sebelum masuk puskesmas. Sesak
napas yang dirasakan disertai bunyi napas “ngik-ngik”dan pasien kesulitan
untuk menghirup udara hingga pasien kesulitan beraktivitas. Sesak napas
dikatakan lebih baik bila dalam keadaan duduk dan pasien merasakan sesak
napas lebih berat saat berjalan atau beraktivitas. Sesak napas awalnya disertai
dengan batuk-batuk. Batuk-batuk dirasakan sesaat sebelum sesak nafas
dirasakan, batuk yang dirasakan berdahak, namun dahak dirasakan susah
untuk dikeluarkan. Batuk dirasakan semakin memberat sesaat sebelum sesak
napas dengan warna dahak dikatakan berwarna putih kekuningan dan sedikit
lengket.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sebelumnya pernah mengalami gejala serupa. Dikatakan pasien
akan mengalami kembali keluhan serupa jika berada pada suhu dingin
ataupun terpapar asap rokok. Riwayat hipertensi dan DM disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum sempat mengonsumsi obat apapun
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
9

Pasien mengatakan anggota keluarga ada yang memiliki riwayat asma


bronkiale
Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien adalah seorang wiraswasta yang memiliki riwayat merokok, namun
dikatakan sudah berhenti sejak 2 bulan. Di lingkungan kerja pasien rata-rata
merokok.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Presen
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah : 120/80 MmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 25 x/menit

Suhu : 36,5oC

Saturasi Oksigen : 94% menjadi 99% via nasal kanul

Status Generalis
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, Refleks pupil +/+ isokor 3m
m/3mm
THT :  Telinga : hiperemis -/-, sekret -/-
Hidung : hiperemis -/-, sekret -/-
Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-), Nodul tiroid (-)
Thorax: Simetris (+), Retraksi (-)
Cor      :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V MCL sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS II sinistra
Batas bawah : ICS V sinistra
Batas kanan : ICS IV PSL dekstra
Batas kiri : ICS V MCL sinistra
10

Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)


Pulmo :
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor / Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+ ; Wheezing  +/+ ; Rhonki -/-
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), scar (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Nyeri tekan (-)


Ekstremitas :
Superior : Hangat +/+ ; Edema -/-; CRT <2 detik/<2 detik
Inferior : Hangat +/+ ; Edema -/-; CRT <2 detik/<2 detik
3.4 Rencana Pemeriksaan Penunjang
- Spirometri
- IgE spesifik
- Kultur sputum

3.5 Diagnosis
- Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut Serangan Sedang

3.6 Diagnosis Banding


- Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut Serangan Sedang
- Penyakit Paru Obstruktif Kronis
- Infeksi Saluran Napas Atas

3.7 Penatalaksanaan
Farmakologis
- O2 3 liter/menit via nasal kanul
- Nebul Meprovent 1 respul + 2 cc NaCL 0,9% dapat diulang tiap 20
menit maksimal selama 60 menit (pemberian ketiga + dengan
metilprednisolon oral)
-Metilprednisolon 4 mg 3x1 p.c
11

-Salbutamol 4 mg 3x1 p.c


-Ambroxol 3x1 p.c

Non Farmakologis
- Keadaan pasien saat ini dan rencana penatalaksanaan 
- Upaya mencegah perburukan kondisi dengan cara menghindari faktor
pencetus asma serta gaya hidup sehat.
-Melakukan kontrol rutin ke Rumah Sakit untuk mencegah kekambuhan
berulang dari serangan asma
-Pentingnya kepatuhan pengobatan untuk mencegah kekambuhan dan
perburukan kondisi pasien.
BAB IV
PEMBAHASAN

12
15

BAB V
SIMPULAN
16

DAFTAR PUSTAKA

1. Imaniar, E. 2015. Asma Bronkial pada Anak: Laporan Kasus. J Agromed


Unila Volume 2, Nomor 4 P: 361-364
2. World Health Organization. Asthma[internet]. Geneva: WHO; 2013
[disitasi tanggal 17 April 2023]. Tersedia
dari:http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs307/en_
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2018.
Jakarta: Kemenkes RI; 2018.
4. Masoli, M., Fabian, D., Holt, S., Beasley, R. Global burden of asthma.
2013. New Zealand: Medical Research Institute of New Zealand.
5. Sundaru, H., Sukamto. 2006, Asma Bronkial, In: Sudowo, AW.
Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S. (eds), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Keempat, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp:
247-252.
6. Holgate, S.T., Thomas, M. 2017. ‘Asthma’ In Middleton Allergy
Essentials, Elsevier, China, pp.184.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2013.
Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
8. CDC, 2018 , ‘Asthma in children’ [disitasi tanggal 17 April 2023].
Tersedia dari:
https://www.cdc.gov/vitalsigns/childhood-asthma/index.html
9. Rukmi, R. 2019. Bronchial Asthma in Children. JK Unila. Volume 3.
Nomor 1. P 154-159
10. Erdik, Baran. 2022. Prognosis For Asthma From Childhood To
Adulthood. [disitasi tanggal 17 April 2023]. Tersedia dari:
https://healthmatch.io/asthma/asthma-prognosis

Anda mungkin juga menyukai