Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A

DENGAN DIAGNOSA GASTRITIS

DI PUSKESMAS SALAMAN 1

Disusun oleh :

Arini Khoirun Nisa

P1337420519063

Wisanggeni 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MAGELANG

2020 / 2021
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

Latar Belakang

1. Konsep Dasar Gastritis

A. Definis gastritis

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Hal
492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisihal
749). Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422).

Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster (Sujono
Hadi, 1999, hal: 492). Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa
lambung dan berkembang di penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal: 138)

Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanyaasam lambung yang
berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan
dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut
terasa perih dan mulas.

B. Klasifikasi

Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar merupakan penyakit
ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis yang manifestasi klinisnya adalah :

a. Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muscolaris (otot-otot pelapisan lambung).
b. Gastritis akut hemoragic, disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung
dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung
pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Hirlan, 2009)

2. Gastritis Kronis

Menurut (Muttaqin, 2011) gastritis kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu :
a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan dan erosi
mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada
perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia pernisiosa.
Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada mukosa lambung
yang bersifat ireguler, tipis, dan hemoragik

C. Anatomi Fisiologis

Gaster atau lambung

Ventrikulum atau maag atau lambung merupakan saluran makanan yang paling dapat
mengembang lebih besar terutama pada epigastrium. Bagian gaster atau ventrikulum ini terdiri
atas:

 Osteum kardiak adalah bagian akhir esofagus yang masuk ke dalamlambung


 Fundus fentrikuli adalah bagia yang menonjol ke atas terletak disebelah kiri osteum
kardiak biasanya terisi gas Korpus ventrikuli adalah badan lambung setinggi osteum
kardiak lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
 Kurvatura minor terletak disebelah kanan lambung dari osteum kardiak sampai pilorus
 Kurvatura mayor terletak disebelah kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju
kekanana sampai pilorus inferior.
 Antrium pilorus adalah bagian lambung berbentuk seperti tabung mempunyai otot tebal
yang membentuk sfingter pylorus

 Fungsi gaster antara lain :


1. Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan, dan menghaluskan makanan oleh
peristaltik lambung dan getah lambung
2. Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan semua makan dicairkan dan
dicampurkan dengan asam hidroklorida.
3. Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin
4. Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin.
D. Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :

a. Gastritis Akut, Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti: Obat-obatan seperti
obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan obat yang bersifat mengiritasi mukosa
lambung.

 Minuman beralkohol
 Infeksi bakteri seperti H. pylori, II. heilmanii, streptococci
 Infeksi virus olch sitomegalovirus
 Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis Stress fisik yang
disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
 Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan
kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi mukosa lambung.

b. Gastritis Kronik, Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-
infeksi (Wehbi, 2008).

c. Gastritis infeksi, Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan
manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut :

 H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab utama dari
gastritis kronik (Anderson, 2007).
 Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)
 Infeksi parasit (Wehbi, 2008).
 Infeksi virus (Wehbi, 2008).

d. Gastritis non-infeksi

 Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu kronis dan
kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherjee, 2009).
 Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum terlalu banyak
beredar pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).

E. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan saluran cema
bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi
gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti: anoreksia, rasa penuh, nyeri pada epigastrium,
mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun & Lusianah 2010).

Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis yaitu :

1. Gastritis akut

a) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
b) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.
c) Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan asam
lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
d) Ditemukan pula perdarahan saluran cema berupa hematemesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan

2. Gastritis kronis, Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan.

F. Patofisiologi

1. Gastritis Akut, Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan
meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan
NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan
meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan
mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan
dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan
akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung
maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika crosi ini terjadi dan sampai pada
lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan
hypovolemik.

2. Gastritis Kronik, Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang schingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena
sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

G. Pathway Menurut Hirlan (2001)


Obat-obatan Stress Alkohol

Gangguan mobilitas Koretks


gastrointestinal
Hipotalamus Medula

Refluks gaster duodenum

Sekresi asam lambung


bikarbonat naik turun
Anoreksia Mual Muntah

Iritasi mukosa lambung

Nutrisi Volume
kurang cairan Nyeri
kurang

cemas

H. Komplikasi

1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:

 Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang
perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
 Ulkus, jika prosesnya hebat
 Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.

2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat
kurang pencerapan. B12 menyebabkan anemia pemesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus.

I. Penatalaksanaan

Orientasi utama pengobatan gastritis berpaku pada obat-obatan. Obat-obatan yang


digunakan adalah obat yang mengurangi jumlah asam lambung dan dapat mengurangi gejala
yang mungkin menyertai gastritis, serta memajukan penyembuhan lapisan perut. Pengobatan
ini meliputi (Sukarmin, 2012) :

1. Antasida yang berisi alumunium dan magnesium, serta karbonat kalsium dan magnesium.
Antasida dapat meredakan mulas ringan atau dyspepsia dengan cara menetralisasi asam
diperut. Ion H+ merupakan struktur utama asam lambung. Dengan pemberian alumunium
hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat-obtan ini dapat
menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit, karena dampak penurunan H+
adalah penurunan rangsangan peristaltik usus.

2. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidine. H2 blocker mempunyai dampak
penurunan produksi asam dengan mempengaruhi langsung pada lapisan epitel lambung
dengan cara menghambat rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.

3. Inhibitor Pompa Proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole, dan dexlansoprazole. Obat
ini bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap elektron yang
menimbulkan potensial aksi saraf otonom vagus. PPI diyakini lebih efektif menurunkan
produksi asam lambung daripada H2 blocker. Tergantung penyebab dari gastritis, langkah-
langkah tambahan atau pengobatan mungkin diperlukan.

4. Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan jangka panjang NSAID (Nonsteroid


Antiinflamasi Drugs) seperti aspirin, aspilet, maka penderita disarankan untuk berhenti
minum NSAID, atau beralih ke kelas lain obat untuk nyeri. Walaupun PPI dapat digunakan
untuk mencegah stress gastritis saat pasien sakit kritis.

5. Jika penyebabnya adalah Helycobacter pylori maka perlu penggabungan obat antasida, PPI
dan antibiotik seperti amoksisilin dan klaritromisin untuk membunuh bakteri. Infeksi ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kanker atau ulkus diusus.

6. Pemberian makanan yang tidak merangsang. Walaupun tidak mempengaruhi langsung ada
peningkatan asam lambung tetapi makanan yang merangsang seperti pedas atau kecut,
dapat meningkatkan suasana asam pada lambung sehingga dapat menaikkan resiko
inflamasi pada lambung. Selain tidak merangsang makanan juga dianjurkan yang tidak
memperberat kerja lambung, seperti makanan yang keras (nasi keras).

7. Penderita juga dilatih untuk manajemen stress sebab dapat mempengaruhi sekresi asam
lambung melalui nervus vagus, latihan mengendalikan stress bisa juga diikuti dengan
peningkatan spiritual sehingga penderita lebih pasrah ketika menghadapi stress.

J. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Suratun, 2010) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gastritis meliputi :

1) Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.


2) Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi B12.
3) Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
4) Analisa gaster, bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung. Acholohidria
menunjukkan adanya gastritis atropi.
5) Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi sel parietal dan faktor
intrinsik lambung terhadap Helicobacter pylori.
6) Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada kecurigaan
berkembangnya ulkus peptikum.
7) Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gastritis

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Setiadi, 2012). Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data
sekunder), dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan
proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis.
Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut :

1. Data Dasar (Identitas Klien)

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas.Keluhan utama merupakan keluhan yang
membuat klien meminta bantuan pelayanan kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien
masuk rumah sakit. Pada pasien gastritis, datang dengan keluhan mual muntah, nyeri
epigastrum.Munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa lambung dan menyebabkan
keluhan-keluhan lain yang menyertai (Sukarmin, 2013).

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan


keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit. Pada gastritis, pasien mengeluh tidak dapat
makan, mual dan muntah. Terjadinya gejala mual-muntah sebelum makan dan sesudah
makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol. Gejala yang
berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan minum terlalu banyak atau makan
terlalu cepat. Gejala yang dirasakan berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat
nyeri tekan pada abdomen (Margareth, 2012).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan
dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini. Pada beberapa keadaan apakah ada
riwayat penyakit lambung sebelumnya, pola makan tidak teratur atau pembedahan
lambung (Sukarmin, 2013).

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit


keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak
langsung maupun tidak langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang
mengalami gejala serupa, penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita
pasien.Apakah hal ini ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan,
misalnya minum-minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan pola
kesehatan berlebihan, penggunanaan obat-obatan, alkohol, dan rokok (Sukarmin, 2013).

6. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

Menurut Gordon (2009), pola kebiasaan sehari-hari pada pasien gastritis, yaitu :

a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan

b. Pola Aktivitas-Latihan

c. Pola Istirahat-Tidur

d. Pola Nutrisi-Metabolik

e. Pola Eliminasi

f. Pola Kognitif-Perceptual

g. Pola Konsep diri dan Persepsi diri

h. Pola Hubungan-Peran

i. Pola Seksualitas

j. Pola Koping-Toleransi Stress

k. Pola Keyakinan

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Menurut
Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien gastritis meliputi :

a. Keadaan Umum
1) Tanda-tanda vital

2) Kesadaran Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung tidur,


disorientasi/bingung, sampai koma (tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi)

b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

1) Kepala dan Muka

Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut (Sukarmin, 2013).

2) Mata

Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan oksigen ke jaringan),


konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin, 2013).

3) Mulut dan Faring

Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir pecah-pecah, lidah
kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan personal hygiene
(Sukarmin, 2013).

4) Abdomen

a) Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan bentuk
abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada sering merubah
posisi, menandakan pasien nyeri.

b) Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, dan hipoaktif
setelah perdarahan.

c) Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan hypertimpani


(bising usus meningkat).

d) Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat nyeri tekan pada
regio epigastik (terjadi karena distruksi asam lambung) (Doengoes, 2014).

5) Integumen

Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelemahan
kulit/membran mukosa berkeringan (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik) (Doengoes, 2014).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan perut sakit. (Nanda,
hal 445)

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis(keengganan untuk makan) ditandai


dengan pasien hanya makan 2xsehari. (SDKI, hal 56)

C. Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan perut sakit.

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association for the study of the pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan
dengan durasi kurang dari 3 bulan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan nyeri akut dapat
teratasi dengan kriteria hasil :

1. Rasa nyeri berkurang


2. Klien tampak rileks
3. Skala nyeri klien 1-2

Intervensi :

1. Monitor TTV

2. Manajemen nyeri

3. Beri posisi nyaman pada klien

4. Kompres hangat pada daerah nyeri

5. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian obat

Rasional :

1. Mengetahui TTV klien


2. Meningkatkan relaksasi pada klien
3. Meningkatkan relaksasi pada klien
4. Membantu mengurangi rasa nyeri
5. Menghilangkan nyeri sedang sampai berat
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan) ditandai
dengan pasien hanya makan 2xsehari.

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8jam diharapkan kebutuhan


nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :

1. Porsi makan klien meningkat


2. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :

1. Monitor TTV

2. Manajemen nutrisi

3. Monitor nutrisi

4. Terapi nutrisi

5. Pemberian makanan sedikit tapi sering

Rasional :

1. Mengetahui TTV klien


2. Menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi
4. Memberikan makanan dan cairan untuk membantu pemenuhan nutrisi pasien dari porsi
yang tidak habis menjadi habis
5. Membantu pemenuhan nutrisi pasien dari yang enggan makan menjadi sering makan.
Daftar Pustaka

Agus P., & Sri L., (2008). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika

Chandrasoma, & Parakrama. (2005). Ringkasan patologi Anatomi Edisi 2. Jakarta : EGC

Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen
Publising.

https://eprint.umpo.ac.id/5092/3/BAB%2011.pdf

https://stikesmukla.ac.id/downloads/makalah/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PASIEN
%20dengan%20GASTRITIS.pdf

Anda mungkin juga menyukai