Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY. K DENGAN


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA DIAGNOSA MEDIS
GASTRITIS AKUT DI RUANG BOUGENVILLE I RSUD KABUPATEN
CIAMIS

Disusun oleh :
IMAS MASITOH
1490122002

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Penyakit
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronis, difus dan lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis
superfisial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi, & Huda, 2015). Gastritis
merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung. Peradangan ini
dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada
lambung (Sukarmin, 2011).
Gastritis adalah peradangan lambung baik lokal atau menyebar pada
mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves. J. Charlene). Umumnya gastritis
dibedakan menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek yang terkait
dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak
mukosa gastrik. Agen semacam ini mencakup bumbu, rempah-rempah,
alkohol, obat-obatan, radiasi, kemoterapi dan mikroorganisme inefektif.
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Erosif karena perlukaan hanya
pada bagian mukosa.
Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun. Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh
ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylory
(H. pylory). Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A dan tipe B.
Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan
sel pariental yang menimbulkan atrofi dan infiltras seluler. Anemia pernisiosa
berkembang dengan proses ini dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) mempengaruhi
antrum dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan
dengan bakteri H. pylory yang menimbulkan ulkus dinding lambung. Juga
dikenal tiga bentuk gastritis kronik gastritiskronik superfisialis, gastritis kronik
hipotrofik atau atrofi gaster dan gastritis kronik hipertrofikans.

B. Etiologi
Penyebab dari penyakit gastritis menurut Dermawan & Rahayuningsih
(2010) antara lain :
1. Stress
2. Alkohol dan rokok
3. Obat – obatan anti inflamasi non-steroid seperti aspirin
4. Makanan merangsang (pedas, panas, asam/alkali kuat)
5. Infeksi bakteri Helicobacter Phylori
Penyakit gastritis menurut Sukarmin (2013) sering berkaitan :
1. Pemakaian obat anti inflamasi non-steroid. Beberapa obat anti inflamasi
seperti aspirin, asam mefenamat, aspilets dapat memicu kenaikan produksi
asam lambung yang berlebihan dan mengiritasi mukosa lambung.
2. Konsumsi alkohol berlebih. Bahan etanol merupakan salah satu bahan
yang dapat merusak sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar
memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
3. Banyak merokok. Penyakit gastritis pada perokok dapat dipicu oleh
pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan pada pusat makan,
perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat langsung
mencerna mukosa lambung bukan makanan.
4. Pemberian obat kemoterapi. Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar
merusak sel yang pertumbuhannya abnormal, perusakan ini dapat
mengenai sel inang pada tubuh manusia. Salah satunya kerusakan pada
epitel mukosa lambung.
5. Uremia. Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolism
didalam tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik).
Perubahan ini dapat memicu kerusakan pada epitel mukosa lambung.
6. Infeksi sistemik. Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh
mikroba akan merangsang peningkatan laju metabolik yang terdampak
pada peningkatan aktivitas lambung dalam mencerna makanan.
Peningkatan HCI lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu
timbulnya perlukaan pada lambung.
7. Stress berat. Stress psikologi dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik
yang dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung.
8. Iskemia dan syok. Kondisi iskemia dan syok hipovolemia dapat
mengancam mukosa lambung karena penurunan perfusi jaringan lambung
yang dapat mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.
9. Konsumsi kimia asam / basa. Konsumsi asam maupun basa yang kuat
seperti etanol, thinner, obat – obatan serangga dan hama tanaman. Jenis
kimia ini dapat merusak lapisan mukosa dengan cepat sehingga sangat
beresiko terjadi perdarahan.
10. Trauma mekanik. Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen
seperti benturan saat kecelakaan yang cukup kuat dapat menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah lambung sehingga dapat mengalami
perdarahan hebat.
11. Infeksi mikroorganisme. Koloni bakteri Helicobacter Phylori yang
menghasilkan toksik dapat merangsang pelepasan gastrin dan peningkatan
sekresi asam lambung.

C. Klasifikasi Penyakit Gastritis


Klasifikasi penyakit gastritis menurut Sukarmin (2013) antara lain :
1. Gastritis akut hemoragik erosive
Gastritis akut hemoragik erosif adalah suatu peradangan permukaan
lambung yang akut dengan kerusakan – kerusakan erosi. Gastritis pada tipe
ini sering menyebabkan ulkus aktif. Gastritis akut hemoragik erosif
disebabkan oleh :
a) Iskemia dan syok
b) Stress
c) Penggunaan alkohol dan zat kimia erosive
d) Penggunaan obat anti inflamasi non-steroid
e) Trauma
f) Sinar radiasi
2. Gastritis kronik non-erosif
Gastrtitis kronik non-erosif adalah suatu peradangan bagian
permukaan lambung yang menahun. Jenis peradangan ini banyak terjadi
pada daerah antrum. Penyebab utama terjadinya gastritis aktif kronik non-
erosif adalah infeksi bakteri Helicobacter Pylori.
Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk merusak imunitas
sehingga tidak dianggap benda asing oleh limfosit-T, tetapi justru
sebaliknya dianggap sebagai bagian dari lambung sehingga leluasa untuk
berkembang biak. Bakteri Helicobacter Pylori dapat ditularkan melalui
makanan yang terkontaminasi kuman, vector lalat, maupun fecal-oral.
3. Gastritis atropi
Penyebab tersering tipe ini adalah autoantibodi. Immunogolobulin
G dan limfosit B kehilangan daya kenal terhadap sel lambung sehingga
justru malah merusaknya. Sel parietal lambung mengalami atropi dan
mengalami gangguan terhadap reseptor gastrin, karbohidrase, ATP dan
faktor intrinsik. Atropi sel parietal mengakibatkan penurunan sekresi getah
lambung dan faktor intrinsic menurun tetapi justru terjadi peningkatan
sekresi gastrin. Penurunan faktor intrinsic akan menurunkan ikatan
kobalamin dengan factor intrinsic sehingga terjadi defisienisi kobalamin
(berakibat anemia pernisiosa).
4. Gastritis reaktif
Gastritis reaktif tersering disebabkan pasca operasi daerah antrum
atau daerah pylorus yang mengakibatkan refluks enterogastrik yang
menyebabkan enzim pancreas dan garam empedu menyerang mukosa
lambung sehingga mengalami pengikisan.
D. Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis pada penyakit gastritis menurut Dermawan &
Rahayumingsih (2010) adalah :
1. Nyeri seperti terbakar
2. Nyeri ulu hati setelah makan
3. Anoreksia
4. Mual, muntah, cegukan
5. Sakit kepala
6. Malaise
7. Perut kembung
8. Rasa asam di mulut
9. Hemorhagi
10. Kolik usus dan diare
Gambaran klinis pada penyakit gastritis berdasarkan klasifikasi
menurut Sukarmin (2013) adalah :
1. Gastritis akut hemoragik erosive
a) Nyeri yang hilang timbul pada ulu hati. Terjadi akibat peningkatan
sekresi gastrin yang menyebabkan terjadinya iritasi pada mukosa
lambung.
b) Mual – mual dan muntah. Terjadinya gangguan pada saluran
pencernaan dapat memicu peningkatan sekresi lambung dan rangsangan
saraf vagus yang berakibat mual dan muntah.
c) Perdarahan saluran cerna. Perdarahan pada saluran cerna dapat terjadi
akibat dari perlukaan pada organ pencernaan
2. Gastritis kronis non-erosif
a) Perasaan penuh, anoreksia. Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi
yang berlebihan pada lambung ketika ada makanan yang masuk.
Sehingga kapasitas makanan menjadi menurun karena sebagian besar
telah terisi oleh mucus dan cairan hasil sekresi.
b) Distress epigastrik yang tidak nyata. Distress epigastrik yang tidak
nyata sering berkaitan dengan perasaan gaster seperti penuh. Respon ini
terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama.
c) Cepat kenyang. Penjelasan mengenai cepat kenyang prosesnya seperti
lambung terasa cepat penuh.
3. Gastritis atropi
a) Nyeri epigastrik. Terjadi akibat peningkatan sekresi gastrin, yang
menyebabkan iritasi dan muncul nyeri.
b) Anemia pernisiosa. Penurunan ikatan terhadap kobalamin pada
intestinum dapat mengakibatkan anemia pernisiosa.
c) Mual dan muntah. Terjadinya gangguan pada saluran pencernaan dapat
memicu peningkatan sekresi lambung dan rangsangan saraf vagus yang
berakibat mual dan muntah.
4. Gastritis reaktif
a) Muntah yang berlebihan. Ketidak sempurnaan hasil operasi organ
abdomen dapat mengakibatkan refluks enzim lipase dari pankreas dan
mengakibatkan peningkatan sekresi lambung.
b) Nyeri epigastrium. Rusaknya mukosa oleh enzim atau garam empedu
dapat menurunkan ambang nyeri.
c) Lemah. Lemah dapat diakibatkan oleh penurunan jumlah cairan dan
nutrisi oleh muntah yang berlebihan.
E. Clinical Pathways
F. Data Fokus Pengkajian
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal pengkajian, diagnosis
medis, no medrek, tanggal masuk.
- Nama : Pendataan nama pasien sebagai tanda pengenal yang
dimiliki pasien sejak lahir.
- Nomor registrasi : Merupakan nomor urut pendaftaran pasien dan
sebagai pembeda dari pasien lain.
- Jenis kelamin : Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih sering
terkena penyakit gastritis. Hal ini disebabkan karena wanita sering
diet terlalu ketat, makan tidak teratur, dan disamping itu wanita
lebih emosional dibanding pria (Ronald H. Sitorus, 1996 dalan
Jurnal Hanik Murjayanah, 2010).
- Alamat : Tempat dimana pasien tinggal dapat dijadikan acuan
sebagaimana kondisi lingkungan di tempat tinggal pasien.
Lingkungan yang tidak sehat beresiko terdapat bakteri H. Phylori
yang mengakibatkan penyakit gastritis.
- Usia : Penyakit gastritis dapat timbul atau menyerang segala usia,
mulai anak – anak hingga lansia. Walaupun seperti itu, gastritis
dapat mencapai puncaknya pada usia 40 tahun (Sujono Hadi, 2002
dalam Jurnal Hanik Murjayanah, 2010).
- Pekerjaan : Semakin rendah tingkat sosial ekonomi, maka semakin
tinggi prevalensi infeksinya. Perbaikan tingkat sosial ekonomi dapat
menurunkan prevalensi kejadian infeksi. Fedorek SC, dkk. dalam
penelitiannya juga mendapatkan hubungan antara tingginya
prevalensi infeksi Hellicobacter Phylori dengan makin rendahnya
tingkat sosial ekonomi (Sudaryat Suraatmaja, 2007 dalam Jurnal
Hanik Murjayanah, 2010).
b) Riwayat penyakit
- Keluhan Utama
Pada kasus gastritis pasien datang dengan keluhan nyeri
epigastrium. Munculnya keluhan ini diakibatkan iritasi mukosa
lambung, dan menyebabkan keluhan – keluhan lain yang menyertai
(Sukarmin, 2013).
- Riwayat penyakit sekarang
a. Apakah pasien mengeluh nyeri ulu hati, tidak dapat makan,
mual muntah?
b. Kapan terjadinya gejala, apakah sebelum makan, sesudah
makan, setelah mencerna makanan pedas, obat – obatan tertentu
atau alkohol?
c. Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi,
makan minum terlalu banyak / makan terlalu cepat?
d. Bagaimana gejalanya berkurang atau hilang?
e. Apakah ada muntah darah atau tidak?
f. Adakah nyeri tekan abdomen?
g. Adakah dehidrasi atau perubahan turgor kulit atau membrane
mukosa kering? (Margareth, 2012).
- Riwayat penyakit dahulu
Pada beberapa keadaan apakah ada riwayat penyakit
lambung sebelumnya, pola makan tidak teratur atau pembedahan
lambung.
- Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit
keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita pasien.
Apakah hal ini ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan
pola makan, misalnya minum minuman yang panas, bumbu
penyedap yang berlebihan, penggunaan obat, alkohol dan rokok.
(Sukarmin, 2013).
c) Perubahan pola kesehatan
1. Pola manajemen kesehatan
Apa yang diharapkan pasien pada saat itu mengenai kesehatannya.
2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Bagaimana asupan nutrisi pasien sebelum kunjungan dan saat
kunjungan. Nafsu makan pada pasien gastritis cenderung menurun
akibat mual muntah dan bisa juga karena terjadinya perdarahan
saluran cerna. Pada pasien gastritis kemampuan mencerna akan
terganggu karena terjadinya peradangan pada mukosa lambung,
sebagai responnya pasien dapat mengalami anoreksia, mual,
muntah.
3. Pola eliminasi
BAK : Penurunan produksi jumlah urine < 500 ml/hari yaitu
sebagai kategori oliguria.
BAB : Mengalami susah BAB, distensi abdomen, diare, dan
melena.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan beraktivitas sehari – hari normal atau berkurang
tergantung kondisi pasien. Pasien bisa mengalami penurunan
kekuatan otot ekstremitas, kelemahan karena asupan nutrisi yang
tidak adekuat meningkatkan resiko kebutuhan energi menurun.
5. Pola istirahat tidur
Adanya keluhan tidak dapat beristirahat, sering terbangun pada
malam hari karena nyeri atau regurgitasi makanan.
6. Pola perseptual
Depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebabnya (pada
gastritis akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada epigastrik
dan rasa nyeri ulu hati).
7. Hubungan komunikasi dan social
Bagaimana peran pasien di keluarga, interaksi pasien dengan orang
lain, apakah ada perubahan konflik atau peran yang dialami pasien.
8. Konsep diri Kaji
Bagaimana gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan
identitas diri pasien.
9. Pola manajemen koping stress Kaji adanya perasaan sedih, takut,
cemas, putus asa, stress dirumah atau di lingkungan rumah, dan
kemampuan apa yang bisa dilakukan pasien untuk menangani hal
tersebut.
10. Sistem nilai dan keyakinan Bagaimana agama dan keyakinan yang
dianut pasien di masyarakat.
d) Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan TTV
Pemeriksaan TTV pada pasien gastritis umumnya normal.
2. Pemeriksaan antropometri
Pada pasien gastritis yang mengalami masalah nutrisi indeks masa
tubuh cenderung menurun.
3. Pemeriksaan fisik head to toe
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, perkusi, palpasi
dan auskultasi yang disesuaikan dengan bagian tubuh yang
diperiksa.
- Keadaan umum
Pada pasien gastritis keadaan umunya lemah, tingkat kesadaran
composmetis dan GCS 4 / 5 / 6.
- Pemeriksaan kepala dan wajah
Pada pasien gastritis wajah tampak pucat dan sayu (kekurangan
nutrisi).
- Pemeriksaan mata
Pada pasien gastritis mata tampak cekung (penurunan cairan
tubuh), konjungtiva anemis (penurunan oksigen ke jaringan).
- Pemeriksaan hidung
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
hidung, namun tetap dilakukan pengkajian untuk
mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan telinga
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
hidung, namun tetap dilakukan pengkajian untuk
mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan mulut
Pada pasien gastritis mukosa mulut kering (penurunan cairan
intrasel mukosa), bibir pecah – pecah, lidah kotor, bau mulut
tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan personal hygiene).
- Pemeriksaan leher
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
leher, namun tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi
kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan payudara dan ketiak
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
payudara dan ketiak, namun tetap dilakukan pengkajian untuk
mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan dada
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
dada, namun tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi
kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan paru
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
paru, namun tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi
kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan jantung
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
jantung, namun tetap dilakukan pengkajian untuk
mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan :
I : Terjadi distensi abdomen
A : Terdengar peningkatan peristaltik lambung dan bising usus
P : Nyeri tekan pada epigastrium, antara kuadran 1 dan 2
abdomen
P : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan
hypertympani
- Pemeriksaan genetalia dan anus
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
genetalia dan anus, namun tetap dilakukan pengkajian untuk
mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan ekstremitas
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada
ekstremitas, namun tetap dilakukan pengkajian untuk
mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah lain.
- Pemeriksaan integument
Pada pasien gastritis kulit tampak kering (penurunan cairan
tubuh).
4. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan kaku
kuduk, pemeriksaan saraf cranial, fungsi motorik / sensorik, serta
reflek fisiologis dan reflek patologis.
5. Data penunjang
a. Pemeriksaan darah
Tes ini dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat
H.Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung
karena gastritis.
b. Uji nafas urea
Suatu metode diagnostic berdasarkan prinsip bahwa urea
diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak
dan karbondioksida. Karbondioksida cepat diabsorbsi melalui
dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori
dalam feses atau ridak. Hasil yang positif dapat
mengidentifikasi terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses, hal ini menunjukkan adanya
perdarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalan
pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X. tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecilyang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk
kedalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan lebih terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
telihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian kaan
dibawa le laboratoriumm untuk diperiksa.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasnya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat jelas ketika di
rontgen.
f. Analisis lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan
teknik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung.
Suatu tabung nasogastrik dimasukan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis.
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam
maksimal ( MAO, maximum acid output) setelah pemberian
obat yang merangsang sekresi asam seperti histamine atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui terjadinya aklorhidria
atau tidak.

G. Etiologi dan Masalah keperawatan


Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
Data subjektif Stres, zat kimia, Nyeri akut
- Klien mengatakan makanan yang pedas,
perut sebelah kiri atas panas, asam
terasa sakit
P : klien mengatakan Gastritis akut
nyeri disarakan saat
terlalu banyak Penurunan produksi
bergerak atau mokus oleh sel
beraktifitas kolumner
Q : nyeri terasa
seperti ditarik-tarik Pengelupasan sel
R : klien mengatakan mukosa lambung
nyeri diperut dibagian
atas sebelah kiri Iritasi mukosa
S : skala 4 (rentang 0- lambung
10)
T : nyeri yang
dirasakan hilang
timbul

Data objektif
- KU lemah
- Klien tampak
meringis
- Kes. Composmentis
Data subjektif Stres, zat kimia, Perubahan nutrisi
- Klien mengatakan makanan yang pedas, kurang dari
nyeri pada abdomen panas, asam kebutuhan
dan nafsu makan
menurun Gastritis akut

Data objektif Merangsang saraf


- Klien terlihat lemas, simpatis/nervus vagus
kesadaran
composmentis Peningkatan produksi
- Makan tidak habis 1 HCL di lambung
porsi
Anoreksia, mual,
muntah
Data subjektif Stres, zat kimia, Resiko kekurangan
- Klien mengatakan makanan yang pedas, volume cairan
dirinya merasa mual panas, asam
dan muntah terus
Gastritis akut
Data objektif
- Klien Nampak Penurunan produksi
terpasang cairan mokus oleh sel
infuse kolumner
- Klien Nampak lemas
Pengelupasan sel
mukosa lambung

Iritasi mukosa
lambung

Perdarahan gaster

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan mukosa lambung.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan
tidak adekuat/ output cairan yang berlebih (mual dan muntah)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah.
I. Nursing Care Plan
Tujuan
Dx. Kep Intervensi Rasional
Tupan Tupen
Nyeri akut Setelah dilakukan setelah dilakukan
- Identifikasi lokasi, - Mengetahui lokasi dan
berhubungan dengan asuhan asuhan keperawatan karakteristik, durasi, karakteristik nyeri untuk
peradangan mukosa keperawatan selama 2x24 jam, frekuensi, intensitas nyeri penentuan intervensi
lambung. selama 3 hari, maka diharapkan
- Identifikasi skala nyeri - Mengurangi skala nyeri dan
diharapkan keluhan tingkat nyeri
- Identifikasi faktor yang memberikan efek relaksasi
nyeri klien teratasi. menurun dan control memperberat dan - Memperbaiki pola koping
nyeri meningkat memperingan nyeri klien
dengan criteria hasil
- Berikan teknik - Mengurangi nyeri dan
; nonfarmakologi untuk memberikan efek relaksasi
- Keluhan nyeri
mengurangi rasa nyeri - Membantu mengurangi rasa
menurun - Control lingkungan yang nyeri
- Meringis memperberat rasa nyeri - Membantu pasien dalam
menurun - Fisilitasi istirahat dan tidur memahami pengetahuan
- Gelisah menurun - Pertimbangkan jenis dan tentang penyebab nyeri
- Sikap protektif
sumber nyeri dalam - Membantu klien dalam
menurun pemilihan strategi mengatasi nyeri
- Frekuensi nadi
meredakan nyeri. - Membantu mengurangi rasa
membaik - Jelaskan penyebab, nyeri yang dirasakan pasien.
- Tekanan darah
periodedan pemicu nyeri
membaik - Jelaskan strategi mengatasi
- Nafsu makannyeri
membaik - Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgetik
Resiko kekurangan setelah dilakukan Setelah dilakukan - Monitor status hidrasi - Menunjukkan status dehidrasi
volume cairan asuhan asuhan keperawatan - Berikan asupan cairan atau kemungkinan kebutuhan
Tujuan
Dx. Kep Intervensi Rasional
Tupan Tupen
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam, sesuai kebutuhan/ anjurkan untuk peningkatan
masukan cairan tidak selama 3 hari, diharapkan kondisi klien untuk minum penggantian cairan
adekuat/ output cairan diharapakan klien volume cairan - Berikan cairan tambahan - Mengganti kehilangan cairan
yang berlebih (mual akan menunjukkan membaik dengan intravena sesuai indikasi dan memperbaiki
dan muntah) perbaikan criteria hasil : - Monitor berat badan harian keseimbangan cairan dalam
keseimbangan - Perasaan lemah - Monitor tanda-tanda vital fase segera
cairan menurun - Awasi masukan dan - Mengganti kehilangan cairan
- Intake cairan haluaran dan hubungkan dan memperbaiki
membaik dengan perubahan berat keseimbangan cairan dalam
- Keluhan mual badan fase segera
menurun - Kolaborasi pemberian - Perubahan tanda-tanda vital
- Perasaan ingin antiemetic, jika perlu dapat digunakan untuk
muntah menurun perkiraan kasar kehilangan
cairan
- Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan
- Mengontrol mual dan muntah
pada keadaan akut
Perubahan nutrisi Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Identifikasi status nutrisi - Membantu mengetahui tanda
kurang dari kebutuhan asuhan asuhan keperawatan - Identifikasi status alergi dan gejala nutrisi kurang dari
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam dan intoleransi makanan kebutuhan
anoreksia, mual dan selama 3 hari, diharapkan status - Monitor asupan makanan - Membantu mengetahui
muntah. diharapkan status nutrisi pasien - Monitor berat badan riwayat alergi pasien terhadap
nutrisi membaik meningkat dengan - Kaji nafsu makanklien makanan tertentu
dan teratasi. kriteria hasil : - Anjurkan klien untuk - membantu pasien mengetahui
- Porsi makan makan porsi sedikit tapi perubahan berat badan setelah
yang dihabiskan sering. diberikan informasi tentang
meningkat - Anjurkan dan ajarkan memenuhi kebutuhan nutrisi
- Nyeri abdomen melakukan kebersihan - Membantu mengetahui
menurun mulut sebelum makan. penyebab tidak inginan pasien
Tujuan
Dx. Kep Intervensi Rasional
Tupan Tupen
- Frekuensi makan - Kolaborasi dengan ahli makan
membaik gizi untuk menentukan - Porsi yang sedikit tapi
- Nafsu makan jumlah kalori dan jenis seringmembantu menjaga
membaik nutrien yang dibutuhkan pemasukan dan rangsangan
mual/muntah.
- Menimbulkan rasa
segar,mengurangi rasa tidak
nyaman, sehingga berefek
meningkatkan nafsu makan.
- Diet sesuai dengan kebutuhan
pasien
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4344/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf.
Diakses pada 08-10-2022 pukul: 20.00 WIB.
https://www.academia.edu/12214942/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_Gas
tritis. Diakses pada 08-10-2022 pukul: 20.00 WIB.
https://www.studocu.com/id/document/poltekkes-kemenkes-palu/keperawatan/laporan-
pendahuluan-gastritis/21568192. Diakses pada 08-10-2022 pukul: 20.00 WIB.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2129/1/KTI%20PAK%20DWI%20S.pdf. Diakses pada 08-
10-2022 pukul: 20.00 WIB.
http://eprints.umpo.ac.id/6117/3/BAB%202.pdf. Diakses pada 08-10-2022 pukul: 20.00 WIB.
https://www.academia.edu/37222178/LAPORAN_PENDAHULUAN_GASTRITIS. Diakses
pada 08-10-2022 pukul: 20.00 WIB.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2129/1/KTI%20PAK%20DWI%20S.pdf. Diakses pada 08-
10-2022 pukul: 20.00 WIB.
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/469/1/KTI%20Izza%20avtarina%20pdf.pdf.
Diakses pada 08-10-2022 pukul: 20.00 WIB.
https://repo.stikmuhptk.ac.id/jspui/bitstream/123456789/225/1/KIA%20BARU.pdf. Diakses
pada 08-10-2022 pukul: 20.00 WIB.
https://www.academia.edu/28958713/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_GAST
RITIS. Diakses pada 08-10-2022 pukul: 20.00 WIB.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2129/1/KTI%20PAK%20DWI%20S.pdf. Diakses pada 08-
10-2022 pukul: 20.00 WIB.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2288/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada 08-10-2022
pukul: 20.00 WIB.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Kepewatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai