KEPERAWATAN GERONTIK
OLEH :
RESVI ADRIZA
21219058
A. PENGERTIAN
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer dkk,
2007), sedangkan menurut (Wijaya dan Yessie, 2013) gastritis adalah
peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang
bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain.
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat akut, dengan kerusakan “Erosive” karena hanya pada bagian
mukosa (Inaya, 2014).
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan
penuh di perut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah
(Ardiansyah, 2010).
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan gastritis adalah
suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, diffus
atau lokal dengan kerusakan “ Erosive” karena permukaan hanya pada
bagian mukosa.
B. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), mengatakan Etiologi dari
gastritis ini adalah sebagai berikut:
1. Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indimetasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol: seperti whisky, vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri: seperti H.phlori (paling sering), H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Proteus species, Clostridium spesies,
E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur: seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis
6. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar sepsis, trauma,
pembedahan, gagal pernapasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf
pusat, dan refluks usus-lambung.
7. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
8. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
C. KLASIFIKASI
Menurut Sharif (2012), Gastritis dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan
konsumsi agen kimia atau makanan mengganggu dan merusak mucosa
gastrik.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. gastritis tipe A mampu
menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari
kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi
gastrik mempengaruhi produksi antibody. Anemia Pernisiosa
berkembang dengan proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim,
tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri helocobakter pylori, yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Wijaya dan Yessie (2013), manifestasi gastritis yaitu:
1. Manifestasi Klinis Akut
a. Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu
sebelumnya dan sebagiab besar hanya mengeluh nyeri
epigastrium yang tidak hebat
b. Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
c. Anoreksia
d. Gejala yang berat:
1) Nyeri epigastrium hebat
2) Pendarahan
3) Vomitus
4) Hematemisis
2. Manifestasi Klinis Kronik
a. Perasaan penuh pada abdomen
b. Anoreksia
c. Distress epigastrik yang tidak nyata
d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik
e. Keluhan-keluhan anemia
E. PATOFISIOLOGI
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak
dibagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa
memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk
menampung makanan atau minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung
dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip seperti sebuah
akordion. Ketika lambung mulai terisi dan dan mengembang, lipatan-
lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut
ini lambung yang terkena paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri
yang berlebihan, infeksi bakteri atau virus, maka hal tersebut akan
merusak epitel-epitel sawar pada lambung. Ketika asam berdifusi ke
mukosa, dengan keadaan epitel sawar yang dihancurkan tadi akan terjadi
penghancuran sel mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini
mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam
tidak bisa di control sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida di
lambung dan ketika mengenal di dinding lambung akan menimbulkan
nyeri lambung (perih) karena dinding lambung yang inflamasi tersebut,
masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut.
Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka
mengakibatkan peningkatan histamine sehingga meningkatkan
permeabilitas terhadap protein meningkat kemudian plasma bocor ke
intestinum terjadi edema dan akhirnya plasma bocor ke dalam lambung
sehingga terjadi perdarahan (Syarif, 2012).
F. PATHWAY
me barrier lambung
terhadap asam dan pepsin
Inflamasi
Erosi mukosa
lambung
Nyeri epigastrium
Muntah
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap, yang bertujuan untuk mengetahui adanya
anemia.
2. Pemeriksaan serum vitamin B12, yang bertujuan untuk mengetahui
adanya defisiensi B12.
3. Analis feses, yang bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam
feses.
4. Analis gaster, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI
lambung.
5. Achlorhidria (kurang/tidak adanya produksi asam lambung)
menunjukkan adanya gastritis atropi.
6. Uji serum antibody, yang bertujuan untuk mengetahui adanya antibody
sel pariental dan faktor intrinsik lambung.
7. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bilaa
ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
8. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung
(Adriansyah, 2012).
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
ANALISIS JURNAL
1. Pertanyaan klinis
Apakah dengan dilakukan teknik relaksasi terhadap pasien gastritis dapat
menurunkan nyeri ?
2. PICO
a. Validity
a. Desain : Desain penelitian yang digunakan adalah dengan metode one group
pre test and post test design
b. Sampel : sampel yang digunakan secara total sampling
c. Kriteria inklusi & eksklusi : tidak ada
d. Randomisasi : tidak ada
c. Applicability
a. Diskusi : penelitian dilakukan secara pre test dan post test, hasil
pengukuran skala nyeri sebelum relaksasi didapatkan yang tertinggi adalah
skala nyeri 6 (nyeri sedang) sejumlah 12 responden dari total 30 responden.
Setelah dilakukan teknik relaksasi hasil pengukuran skala nyeri yang
tertinggi adala skala nyeri 3 (nyeri ringan) dan skala nyeri 4 (nyeri sedang)
sejumlah 9 responden dari total 30 responden.
b. Karakteristik klien : penelitian dilakukan pada pasien berdasarkan usia,
jenis kelamin, status pernikahan, suku bangsa,
c. Fasilitas : -
d. Biaya : -
1. Diskusi
Hasil pengukuran skala nyeri pre relaksasi pada pasien gastritis diketahui
skala nyeri sebelum dilakukan relaksasi yang tertinggi adalah skala nyeri 6
(nyeri sedang) sejumlah 12 responden (40%), kemudian skala nyeri 5 (nyeri
sedang) sejumlah 10 responden (33.3%) dan yang terendah skala nyeri 4 (nyeri
sedang) sejumlah 8 responden (26.7%). Dengan rata-rata skala nyeri 5.13
Terjadinya peradangan akan menimbulkan gejala rubor, kalor dan dolor. Kalor
(nyeri) disebabkan akibat terjadinya jaringan yang rusak sehingga suplai
oksigen kejaringan menurun. Mekanisme koping terhadap nyeri bagi setiap
orang akan berbeda dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis
kelamin, usia dan pengalaman nyeri sebelumnya. Hasil pengukuran skala nyeri
setelah relaksasi pada pasien gastritis. Hasil pengukuran skala nyeri setelah
relaksasi pada pasien gastritis dapat diketahui bahwa distribusi skala nyeri
setelah dilakukan relaksasi yang tertinggi adalah skala nyeri 3 (nyeri ringan)
dan skala nyeri 4 (nyeri sedang) sejumlah 9 responden (28.1%), kemudian
skala nyeri 2 (nyeri ringan) sejumlah 7 responden (21.9%), selanjutnya skala
nyeri 1 (nyeri ringan) sejumlah 4 responden (12.5%) dan yang terendah skala
nyeri 5 (nyeri sedang) sejumlah 3responden (9.4%). Dengan ratarata skala
nyeri 3.07. Dengan dilakukannya relaksasi menunjukkan adanya
kecenderungan penurunan jumlah responden yang mengalami nyeri. Hal ini
dikarenakan pemberian tehnik distraksi relaksasi dapat memberikan perubahan
signifikan pada penurunan rasa nyeri, penggunaan relaksasi juga dirasakan
lebih efektif, sederhana dan pilihan yang tepat disamping terapi medis.
2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian jurnal dan sudah di telaah, skala intensitas
nyeri pada pasien gastritis sebelum relaksasi terbanyak adalah skala intensitas
nyeri 6. Skala intensitas nyeri pada pasien gastritis sesudah relaksasi terbanyak
adalah skala intensitas nyeri 3. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien gastritis, dimana
didapatkan nilai p 0,000 (<0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Erni nuryanti, dkk. (2020). Pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan nyeri
epigastrium pada pasien gastritis.
Ardiansyah. 2010. Patofisiologi Penyakit Dalam. Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddart. 2008.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG
Doenges Marylin dkk. 2015. Rencana Tindakan Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran ECG
Inaya. 2014. Buku Saku Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG
Mansjoer.Arief,Triyanti.K.dkk.2001.Kapita Selecta Kedokteran edisi ketiga jilid
1 : Media Aesculapius fakultas Kedokteran UI
Syaifudin.2006.Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan,edisi 3.jakarta
:Penerbit buku kedokteran EGC
Wijaya & Yessie. 2013. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Salemba Medika