Anda di halaman 1dari 15

ANALISA JURNAL

KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH :

RESVI ADRIZA
21219058

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

A. PENGERTIAN
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer dkk,
2007), sedangkan menurut (Wijaya dan Yessie, 2013) gastritis adalah
peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang
bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain.
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat akut, dengan kerusakan “Erosive” karena hanya pada bagian
mukosa (Inaya, 2014).
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan
penuh di perut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah
(Ardiansyah, 2010).
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan gastritis adalah
suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, diffus
atau lokal dengan kerusakan “ Erosive” karena permukaan hanya pada
bagian mukosa.

B. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), mengatakan Etiologi dari
gastritis ini adalah sebagai berikut:
1. Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indimetasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol: seperti whisky, vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri: seperti H.phlori (paling sering), H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Proteus species, Clostridium spesies,
E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur: seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis
6. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar sepsis, trauma,
pembedahan, gagal pernapasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf
pusat, dan refluks usus-lambung.
7. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
8. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.

Menurut Rendy dan Margareth (2012) penyebab dari gastritis di


bagi menjadi dua yaitu:
1. Gastritis akut
a. Pemakaian sering obat-obatan NSAID seperti aspirin yang tanpa
pelindung selaput enterik
b. Peminum alcohol
c. Perokok berat
d. Stres fisik (luka bakar)
e. Keracunan makanan (entrotoksin)
2. Gatritis kronik
a. Penderita dengan ulkus peptikum
b. Hubungan dengan karsinoma lambung
c. Pada penderita dengan anemia
d. Pada penderita setelah gastrektomi
e. Pada orang sehat terutama usia tua

C. KLASIFIKASI
Menurut Sharif (2012), Gastritis dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan
konsumsi agen kimia atau makanan mengganggu dan merusak mucosa
gastrik.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. gastritis tipe A mampu
menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari
kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi
gastrik mempengaruhi produksi antibody. Anemia Pernisiosa
berkembang dengan proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim,
tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri helocobakter pylori, yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Wijaya dan Yessie (2013), manifestasi gastritis yaitu:
1. Manifestasi Klinis Akut
a. Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu
sebelumnya dan sebagiab besar hanya mengeluh nyeri
epigastrium yang tidak hebat
b. Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
c. Anoreksia
d. Gejala yang berat:
1) Nyeri epigastrium hebat
2) Pendarahan
3) Vomitus
4) Hematemisis
2. Manifestasi Klinis Kronik
a. Perasaan penuh pada abdomen
b. Anoreksia
c. Distress epigastrik yang tidak nyata
d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik
e. Keluhan-keluhan anemia

E. PATOFISIOLOGI
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak
dibagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa
memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk
menampung makanan atau minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung
dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip seperti sebuah
akordion. Ketika lambung mulai terisi dan dan mengembang, lipatan-
lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut
ini lambung yang terkena paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri
yang berlebihan, infeksi bakteri atau virus, maka hal tersebut akan
merusak epitel-epitel sawar pada lambung. Ketika asam berdifusi ke
mukosa, dengan keadaan epitel sawar yang dihancurkan tadi akan terjadi
penghancuran sel mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini
mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam
tidak bisa di control sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida di
lambung dan ketika mengenal di dinding lambung akan menimbulkan
nyeri lambung (perih) karena dinding lambung yang inflamasi tersebut,
masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut.
Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka
mengakibatkan  peningkatan histamine sehingga meningkatkan
permeabilitas terhadap protein meningkat kemudian plasma bocor ke
intestinum terjadi edema dan akhirnya plasma bocor ke dalam lambung
sehingga terjadi perdarahan (Syarif, 2012).
F. PATHWAY

Obat-obatan (NSIAD, H. phylori Kafein


aspirin, sulfanomida
steroid, digitalis)
Melekat pada epitel lambung me produksi
bikoarbonat
Mengganggu Menghancurkan lapisan (HCO3-)
pembentukan sawar mukosa sel lambung
mukosa lambung me kemampuan
protektif terhadap asam

me barrier lambung
terhadap asam dan pepsin

Menyebabkan difusi kembali


asam lambung & pepsin

Inflamasi
Erosi mukosa
lambung
Nyeri epigastrium

Mukosa lambung me tonus &


Gangguan me sensori kehilangan perisaltik lambung
rasa nyaman : untuk makan integritas jaringan
nyeri Refluks isi deudenum
Anoreksia Perdarahan ke lambung

Mual Dorongan ekspulsi isi


lambung ke mulut

Muntah

Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan

Difisit volume cairan


dan elektrolit
G. KOMPLIKASI
Jika diibaratkan tidak terawat gastritis akan dapat mengakibatkan
Peptic Ulcers dan mengakibatkan resiko kanker lambung, terutama jika
terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan
perubahan pada sel-sel dinding lambung
Sedangkan menurut Wijaya dan Yessie (2013), Komplikasi
gastritis adalah: Perdarahan saluran cerna, Ulkus, dan Perforasi (jarang
terjadi).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap, yang bertujuan untuk mengetahui adanya
anemia.
2. Pemeriksaan serum vitamin B12, yang bertujuan untuk mengetahui
adanya defisiensi B12.
3. Analis feses, yang bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam
feses.
4. Analis gaster, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI
lambung.
5. Achlorhidria (kurang/tidak adanya produksi asam lambung)
menunjukkan adanya gastritis atropi.
6. Uji serum antibody, yang bertujuan untuk mengetahui adanya antibody
sel pariental dan faktor intrinsik lambung.
7. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bilaa
ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
8. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung
(Adriansyah, 2012).

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Riwayat kesehatan

a. Gejala nyeri ulu hati


b. Tidak dapat makan
c. Mual/muntah
d. Kapan gejala dirasakan : sebelum/sedudah makan, setelah mencerna
makanan pedas atau mengiritasi lambung, atau setelah mencerna
obat tertentu atau alkohol?
e. Apakah gejala b.d ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu
banyak, atau makan terlalu cepat?
f. Bagaimana gejala hilang?
g. Apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya atau menjalani
pembedahan lambung?
h. Pola makan dan riwayat diet
i. Identifikasi lamanya gejala, kapan hilang atau berkurang, dengan
metode apa pasien mengatasi keluhan, efek gejala terhadap pasien

2. Pemeriksaan fisik

a. Nyeri tekan abdomen


b. Dehidrasi ( perubahan turgor kulit, membran mukosa kering).
c. Gangguan sistemik yang dapat diketahui menjadi penyebab gastritis.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d  inflamasi mukosa lambung.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia

K. NURSING CARE PLAN

No DIAGNOSA NOC NIC


1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
inflamasi mukosa keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Puasakan pasien di 6jam
diharapkan nyeri klien berkurang, pertama,
lambung dengan kriteria hasil :
2. Berikan makanan lunak
Kriteria Awa Tujuan sedikit demi sedikit dan
l berikan minuman hangat,
Gangguan 2 5
rasa nyaman 3. Atur posisi yang
nyeri nyaman bagi klien.
Skala nyeri 2 5
Klien dapat 2 5 4. Ajarkan teknik distraksi
rileks dan reklasasi.
Keadaan 2 5
umum baik 5. Kolaborasi dalam
  pemberian analgetik.
Indikator :
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan

2. Volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Penuhi


kurang dari keperawatan 1x24jam, masalah kebutuhan individual.
kekurangan volume cairan pasien Anjurkan klien untuk
kebutuhan tubuh dapat teratasi. minum  (dewasa : 40-
b.d intake yang Kriteria Hasil : 60 cc/kg/jam).
tidak adekuat dan
2. Awasi
output cair yang Kriteria Awal Tujuan tanda-tanda vital,
berlebih (mual Mukosa bibir 3 5 evaluasi turgor kulit,
pengisian kapiler dan
dan muntah) lembab membran mukosa.
Turgor kulit 3 5
baik 3. Pertahanka
Kapiler 3 5 n tirah baring,
mencegah muntah dan
berwarna tegangan pada defekasi.
merah muda
Input dan 2 5 4. Berikan
terapi IV line sesuai
output indikasi.
seimbang
5. Kolaborasi
pemberian cimetidine
Indikator : dan ranitidine
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
 
3. Nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Anj
dari kebutuhan keperawatan 1x24 jam kebutuhan urkan pasien untuk
nutrisi pasien dapat terpenuhi makan sedikit
tubuh b.d dengan demisedikit dengan
anorexia Kriteria hasil : porsi kecil namun
sering.
Kriteria Awal Tujuan
Turgor kulit 3 5 2. Beri
baik kan makanan yang
BB 3 5 lunak dan makanan
meningkat yang di sukai pasien/di
Kesulitan 2 5 gemari.
menelan
berkurang 3. Lak
ukan oral higyne 2x
Indikator : sehari.
1. Gangguan ekstrem 4. Tim
2. Berat bang BB pasien setiap
hari dan pantau turgor
3. Sedang kulit,mukosa bibir dll.
4. Ringan
5. Kon
5. Tidak ada gangguan sultasi dengan tim ahli
gizi dalam pemberian
menu.

ANALISIS JURNAL

1. Pertanyaan klinis
Apakah dengan dilakukan teknik relaksasi terhadap pasien gastritis dapat
menurunkan nyeri ?
2. PICO

P : nyeri pada epigastrium


I : pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan nyeri epigastrium
pada pasien gastritis
C :-
O : Untuk mengetahui efek dilakukannya teknik relaksasi pada pasien
dengan rasa nyeri

3. Searching literature (journal)

Setelah dilakukan Searching literature (journal) di Google scholar,


didapatkan 1256 journal yang terkait dan dipilih 1 jurnal dengan judul
“Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Epigastrium
Pada Pasien Gastritis”
Dengan alasan :

a. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus


b. Jurnal tersebut berkaitan dengan kasus dilapangan yang ada
c. Jurnal tersebut up to date

HASIL PENELUSURAN BUKTI/TELAAH JURNAL

a. Validity
a. Desain : Desain penelitian yang digunakan adalah dengan metode one group
pre test and post test design
b. Sampel : sampel yang digunakan secara total sampling
c. Kriteria inklusi & eksklusi : tidak ada
d. Randomisasi : tidak ada

b. Importance dalam hasil


a. Karakteristik subjek : bahwa jumlah tertinggi dari responden dengan
gastritis adalah berusia 41-60 yaitu sejumlah 14 (46.7%) sedangkan
jumlah terendah dari responden dengan gastritis adalah berusia <20 yaitu
sejumlah 2 (6.7%). jumlah tertinggi dari responden dengan gastritis adalah
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 21(70%) sedangkan selebihnya
berjenis kelamin perempuan sejumlah 9 (30%). jumlah tertinggi dari
responden dengan gastritis adalah berstatus menikah yaitu sebanyak 26
(86.7%) sedangkan selebihnya berstatus belum menikah sejumlah 4
(13.3%). seluruh responden dengan gastritis mempunyai suku jawa yaitu
sebanyak 30 (100%).
b. Beda proporsi : -
c. Beda mean : -
d. Nilai p value : Hasil analisis statistik diperoleh hasil p = 0,000(P<0,05)
yang berarti ada perbedaan yang sangat signifikan nilai rata-rata skala
nyeri sebelum relaksasi dengan rata-rata skala nyeri setelah relaksasi,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan nilai p= 0,000 maka Ho
ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh penggunaan relaksasi
terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien gastritis di RSUD dr R
Soetijono Blora.

c. Applicability
a. Diskusi : penelitian dilakukan secara pre test dan post test, hasil
pengukuran skala nyeri sebelum relaksasi didapatkan yang tertinggi adalah
skala nyeri 6 (nyeri sedang) sejumlah 12 responden dari total 30 responden.
Setelah dilakukan teknik relaksasi hasil pengukuran skala nyeri yang
tertinggi adala skala nyeri 3 (nyeri ringan) dan skala nyeri 4 (nyeri sedang)
sejumlah 9 responden dari total 30 responden.
b. Karakteristik klien : penelitian dilakukan pada pasien berdasarkan usia,
jenis kelamin, status pernikahan, suku bangsa,
c. Fasilitas : -
d. Biaya : -
1. Diskusi
Hasil pengukuran skala nyeri pre relaksasi pada pasien gastritis diketahui
skala nyeri sebelum dilakukan relaksasi yang tertinggi adalah skala nyeri 6
(nyeri sedang) sejumlah 12 responden (40%), kemudian skala nyeri 5 (nyeri
sedang) sejumlah 10 responden (33.3%) dan yang terendah skala nyeri 4 (nyeri
sedang) sejumlah 8 responden (26.7%). Dengan rata-rata skala nyeri 5.13
Terjadinya peradangan akan menimbulkan gejala rubor, kalor dan dolor. Kalor
(nyeri) disebabkan akibat terjadinya jaringan yang rusak sehingga suplai
oksigen kejaringan menurun. Mekanisme koping terhadap nyeri bagi setiap
orang akan berbeda dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis
kelamin, usia dan pengalaman nyeri sebelumnya. Hasil pengukuran skala nyeri
setelah relaksasi pada pasien gastritis. Hasil pengukuran skala nyeri setelah
relaksasi pada pasien gastritis dapat diketahui bahwa distribusi skala nyeri
setelah dilakukan relaksasi yang tertinggi adalah skala nyeri 3 (nyeri ringan)
dan skala nyeri 4 (nyeri sedang) sejumlah 9 responden (28.1%), kemudian
skala nyeri 2 (nyeri ringan) sejumlah 7 responden (21.9%), selanjutnya skala
nyeri 1 (nyeri ringan) sejumlah 4 responden (12.5%) dan yang terendah skala
nyeri 5 (nyeri sedang) sejumlah 3responden (9.4%). Dengan ratarata skala
nyeri 3.07. Dengan dilakukannya relaksasi menunjukkan adanya
kecenderungan penurunan jumlah responden yang mengalami nyeri. Hal ini
dikarenakan pemberian tehnik distraksi relaksasi dapat memberikan perubahan
signifikan pada penurunan rasa nyeri, penggunaan relaksasi juga dirasakan
lebih efektif, sederhana dan pilihan yang tepat disamping terapi medis.
2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian jurnal dan sudah di telaah, skala intensitas
nyeri pada pasien gastritis sebelum relaksasi terbanyak adalah skala intensitas
nyeri 6. Skala intensitas nyeri pada pasien gastritis sesudah relaksasi terbanyak
adalah skala intensitas nyeri 3. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien gastritis, dimana
didapatkan nilai p 0,000 (<0,05).
DAFTAR PUSTAKA

Erni nuryanti, dkk. (2020). Pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan nyeri
epigastrium pada pasien gastritis.
Ardiansyah. 2010. Patofisiologi Penyakit Dalam. Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddart. 2008.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG
Doenges Marylin dkk. 2015. Rencana Tindakan Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran ECG
Inaya. 2014. Buku Saku Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG
Mansjoer.Arief,Triyanti.K.dkk.2001.Kapita Selecta Kedokteran edisi ketiga jilid
1 : Media Aesculapius fakultas Kedokteran UI
Syaifudin.2006.Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan,edisi 3.jakarta
:Penerbit buku kedokteran EGC
Wijaya & Yessie. 2013. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai