Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PAD TN.

P DENGAN
PENYAKIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIMAMPU
TAHUN 2020
JUDUL JURNAL
HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS
SANTRIWATI PONDOK PESANTREN NURUL MADINAH
BANGIL PASURUAN TAHUN 2018

DI SUSUN OLEH
YULIANA S.KEP.
03.2019.094

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIAJAYA PERSADA PALOPO
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
sekelompok kondisi dengan satu hal yaitu radang selaput perut .
Peradangan ini  (gastritis) sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri
Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang paling sering
ditemukan. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter
Pylori pada orang dewasa mendekati angka 90%. Sedangkan pada
anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Penelitian serologis yang
dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini
sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram
negative, basil yang berbentuk kurva dan batang. Namun, banyak faktor
lain seperti cedera traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit
tertentu atau minum alkohol terlalu banyak, merokok, kafein lada,
steroid , mekanis iritasi bakterial, obat anti inflamasi terutama aspirin
juga dapat berkontribusi untuk terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa
terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam
beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan ulkus pada lambung dan
peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis
tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan
pengobatan
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
dijumpai diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3). Gastritis akut
merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat
sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 - 90% yang
dirawat di ICU menderita gastritis akut.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Gastritis ?
b. Bagaimana patofisiologi dari Gastritis ?
c. Apa saja penyebab dari Gastritis ?
d. Apa tanda dan gejala dari Gastritis ?
e. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gastritis ?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Gastritis
b. Untuk mengetahui patofisiologi Gastritis
c. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari Gastritis
d. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari Gastritis
e. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pasien dengan
Gastritis
f. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gastritis.

D. Manfaat
a. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami
sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit gastritis agar
terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
b. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang
penyakit gastritis lebih dalam sehingga dapat mencegah serta
mengantisipasi diri dari penyakit gastritis.
c. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
dalam penanganan penyakit gastritis sehingga dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan yang baik.
BAB II

TINJAUAN MEDIS

A. Pengertian

Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa

lambung, Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering

diakibatkan oleh diet yang sembrono ( Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 :

127 ; Hadi,, 1999: 181 ; Hinchliff, 1999 : 182 ).

B. Penyebab

Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada

sebagian besar kasus, gastritis erosif menyertai timbulnya keadaan klinis yang

berat. Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosif misalnya

trauma yang luas, operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati yang

berat, renjatan, luka bakar yang luas, trauma kepala, dan septikimia.

Gastritis akut sering disebut gastritis akut stress. Penyebab lain adalah

pemakaian obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin yang tanpa

pelindung selaput enteric, alkohol, rokok, stres berat, trauma pembedahan

susunan saraf pusat, radiasi pada lambung, infeksi compylobacter, obat

kemoterapeutik anti tumor (Robbins, 1995: 242; Suyono, 2001 : 127).


C. Patofisiologi

Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis

dapat menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari

nukleus motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus

menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-

kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung

mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya

produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa

lambung ( Guyton, 1997: 1021-1022).

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat

merusak mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan

memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung.

Maka terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang

dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan

peritonitis ( Long, 1996 : 196).

Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi

meningkat karena mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh

rangsangan lambung. Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir

atau mukosa melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam

hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier

mukosa lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel

mukosal dan regenerasi epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti

Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung.


Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang

ujung syaraf yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan

asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang mekanisme

reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan

akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul,

tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung.

Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem

saraf pusat parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan

sekresi pepsin. Selain itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat

pankreas, karena menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum

yang lama-kelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah.

Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau

peningkatan vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan

menebal yang lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang

dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini

berfungsi untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya

antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12

dalam makanan, dan akan terjadi anemia perniciosa ( Horbo,2000: 9 ;

Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari gastritis akut adalah sindrom dyspepsia

berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah, merupakan salah satu

keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna


berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda

anemia pasca perdarahan.

Sedangkan pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak

mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengalami nyeri ulu hati,

anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan

(Mansjoer, 1999: 492-493).

Pada pemeriksaan penunjang, Endoskopi dapat dilihat adanya

gambaran lesi di mukosa lambung, kemudian dilanjutkan dengan

pemeriksaan histopatologi yang dilakukan dengan tiga komponen yaitu 1).

Etiologi untuk menyebutkan adanya helicobacter pylori, 2). Topografi adanya

gastritis kronik antrum, korpus, 3). Morfologi yang menerangkan adanya

inflamasi, atrofi, metaplasia intestinal dan helicobacter pylori dan dari biopsi

pada mukosa lambung akan dihasilkan Ropid Ureum Test (CLO) dan PA

positif. Pemeriksaan kultur ditemukannya infeksi helicobacter pyllori apalagi

jika ditemukan ulkus pada lambung dan duodenum dan pada pemeriksaan

serologi ditemukan helicobacter pylori, sedangkan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya gambaran kontras tunggal yang sukar untuk

melihat adanya lesi pada permukaan superficial, maka sebaiknya digunakan

konttras ganda. (Mansjoer, 1999 : 493 ; Suyono, 2001 : 131 ).


E. Pathway Gastritis

Helicobacter pylori Zat-zat korosif Stres

Infeksi mukaosa Gangguan difus Stimulan nervus vagus


lambung barier mukosa
Refleks enterik dinding
lambung

Hormon gastrin
Peningkatan
Stimulan sel parietal
asam lambung

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung

Hiperemis Ansietas Nyer Hipotalamus


i
Atrofi gaster /
Kurang
mukosa menipis Aktivitas lambung
informasi
meningkat
Kehilangan fungsi
Kurang Asam lambung
kelenjar fundus
pengetahuan meningkat
Faktor intrinsik
Kontaksi otot
lambung
Penurunan absorpsi
vitamin B12
Masukan nutrient Anorekssia,
inadekuat mual, muntah
Anemia pernisiosa

Penurunan volume Perubahan Masukan cairan


darah merah nutrisi kuyrang tidak adekuat /
dari kebutuhan kehilangan cairan
Penurunan suplai O2
ke jaringan
Resiko kekurangan
volume cairan
Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas ( Guyton, 1997: 1021-1022; Smeltzer, 2001: 1063-1066;


Horbo, 1997: 9; Long: 196; Robbins, 1995: 242; Suyono,
2001: 127; Mansjoer, 1999: 492-493).

F. Fokus Pengkajian

Selama pengumpulan riwayat keperaawatan, peraawat menanyakan

tentang tanda dan gejala yang dialami yaitu nyeri ulu hati, anoreksia, rassa

haus, mukosa kering, oliguria, otot lemah mual dan muntah darah. Sedangkan

tanda yang didapat selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen,

dehidrasi, perubahan turgor kulit, membran mukosa kering dan gangguan

sistemik.

Dari pengkajian tersebut maka perlu diketahui juga tentang

keluhan itu terjadi atau hilang, apakah sebelum atau sesudah makan, perlu juga

dikaji tentang makanan pedas, alkohol atau pengiritasi lambung. Riwayat

penyakit lambung, ansietas, stress, alergi, pembedahan lambung dan jenis diet

yang baru dimakan selama 72 jam, karena akan membantu perawat untuk

mengidentifikasi kelebihan diet sembrono yang berhubungan dengan gejal saat

ini. Sehingga perlu diidentifikasi juga tentang metode pasien dalam mengatasi

gejala serta efek-efek yang dialaminya (Smeltzer,2001 : 1063; Long, 1996:

196).

G. Fokus Intervensi

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak

cukup dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah ( Smeltzer, 2001:

1063)
Kriteria hasil yang diharapkan yaitu pasien menunjukkan perbaikan

keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat

jenis normal, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit

lembab dan pengisian kapiler cepat.

Intervensi keperawatannya adalah pertama, catat karakteristik muntah

untuk membantu membedakan pennyebab gaster yaitu empedu kuning

kehijauan menunjukkan pylorus terbuka, darah merah cerah menunjukkan

perdarahan arterial akut / ulkus gaster. Kedua, awasi tanda-tanda vital, untuk

mendeteksi kehilangan darah. Ketiga, awasi masukan dan haluarancairan

untuk memberikan pedoman sebagai peengganti cairan. Keempat,

pertahankan tirah baring untuk mencegah muntah dan ketegangan pada saat

defekasi serta mencegah peningkatan tekanan intra abdomen dan pencetus

perdarahan. Kelima, berikan cairan atau darah sesuai indikasi untuk

mengganti cairan pada derajat hipovolemia, perdarahan, syok da faktor

pembekuan darah. Keena berikan obat sesuai indikasi untuk mengatasi

peradangannya atau gastritis (Doenges, 2000 : 458-461).

2. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi

( Smeltzer, 2000: 1063).

Kriteria hasil yang diharapkan dari pasien yaitu pasien menyatakan

bahwa nteri hilang, postur tubuh tampak rileks dan mampu tidur atau istirahat

dengan tepat.

Tindakan keperawatan yang direncanakan yaitu pertama, Mencatat

keluhan nyeri, lokasi, durasi dan intensitas nyeri ( skala 0-10) untuk

mengidentifikasi bahwa nyeri tidak selalu ada, tetapi harus dibandingkan


dengan gejala nyeri yang ada. Kedua, Kaji ulang faktor yang meningkatkan

atau yang menurunkan nyeri untuk membantu dalam membuat diagnosaeptan

dan kebutuhan terapi. Ketiga, Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai

indikasi yang berguna untuk penetralisir asam dan mencegah distensi dan

haluaran gastrin. Keempat, Bantu pasien latihan rentang gerak aktif dan pasif

untuk menurunkan kekakuan sendi dan meminimalkan nyeri atau ketidak

nyamanan. Kelima, Beri perawatan oral dan ketidak nyamanan dengan tehnik

pijat punggung, dan ubah posisi minimal dua jam sekali untuk

menghilangkan nafas berbau karena sekret yang dapat menimbulkan tidak

nafsu makan dan mual. Keenam, Berikan obat sesuai indikasi yang terdiri dari

analgesik, aseraminofen, antasid dan antikolinergik untuk menghilangkan

rasa ketidak nyamanan nyeri dan menurunkan peristaltik, serta menurunkan

kadar asam dan motilitas gaster.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan

nutrient yang tidak adekuat ( Smeltzer, 2000: 1063).

Kriteria hasil yang diharapkan dari masalah keperawatan yaitu

pasienmampu mempertahankan berat badan dan didapat nilai laboratorium

normal dan bebas dari tanda-tanda malnutrisi.

Dari masalah keperawatan tersebut rencana keperawatannya yaitu

pertama, Berikan peraawatan oral secara teratur untuk mencegah

ketidaknyamanan dari hygiene pasien. Kedua, Auskultasi bunyi usus dan

catat pasase platus untuk mengetahui peristaltik kembali normal Ketiga,

Awasi masukan cairan dan makanan pasien untuk mengetahui adanya

komplikasi peristaltik ileus, obstuksi. Pengosongan lambung dan dilatasi


gaster. Keempat, Catat berat badan saat masuk dan dibandingkan dengan

selama dirawat untuk mengetahui informasi teentang keadekuatan masukan

diet dan cairan. Kelima, Berikan cairan Intra Vena sesuai indikasi untuk

memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi. Keenam, Berikan obat sesuai dengan

indikasi yang meliputi antikolinergik yang digunakan untuk meningkatkan

pencernaan dan absorpsi nutrient, Vitamin B 12 dan kalsium untuk

mengosongkan lambung dan absorbsi kalsium, zat bersi untuk memperbaiki

dan mencegah anemia defisiensi besi, protein untuk perbaikan dan

penyembuhan jaringan, enzim pankreas, garam empedu untuk meningkatkan

proses pencernaan, dan trigliserida untuk meningkatkan absorbsi lemak dan

vitamin, larut dalam lemak ( Doenges, 2000: 147-148).

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transpor oksigen

sekunder terhadap tirah baring yang lama dan peningkatan kebutuhan

metabolik sekunder terhadap steres berat atau nyeri (Carpenito, 1998: 110).

Kriteria hasil yang diharapkan dari pasien yaitu mengidentifikasi

faktor-faktor yang memperberat dengan mengubah status. Berpartisipasi dalam

perencanaan terapi untuk meminimalkan efek-efek pengubahan status dan

mendemonstarasikan kecukupan energi dan kekuatan untuk berpartisipasi

dalam menyelesaikan aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.(Carpenito,

1998: 126).

Tindakan yang direncanakan yaitu pertama, kaji kemapuan pasien

untuk melakukan tugas dan laporkan keletihan,kelelahan, dan kesulitan

menyelesaikan tugas agar perawat mampu melakukan intervensi atau bantuan

yang akan diberikan pada pasien. Kedua,kaji kehilangan atau gangguan


keseimbangan gaya berjalan dan kelemahan otot yang dapat menunjukkan

perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 yang sangat mempengaruhi

keamanan pasien atau terhadap resiko terjadinya cedera. Ketiga, awasi tekanan

darah, nadi, pernapasan baik selama atau sesudah aktifitas untuk mengetahui

manifestasi dari Kardio Pulmonal dan upaya iantung dan paru untuk membawa

jumlah oksigen yang adekuat ke jaringan. Keempat, Ubah posisi pasien dengan

perlahan dan pantau terhadap keluhan pusing, untuk mengetahui adanya tanda-

tanda terjadinya hipotensi pastural atau hipoksia serebral yang dapat

menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan resiko terhadap cedera.

Kelima, Gunakan tehnikmmenghemat energi misalnya mandi

sambil duduk atau duduk dalam melakukan tugas-tugasnya agar pasien dalam

melakukan aktifitas mempu membatasi penyimpangan energi dan mencegah

kelemahan. Keenam, Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi

palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan atau pusing untuk memberikan

kesempatan terhadap regangan atau stress kardiopulmonal yang berlebihan atau

stress yang dapat meni,bulkan dekompensasi atau kegagalan. ( Doenges, 2000 :

575).

5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit

berhubungan dengan kurang informasi. ( Smeltzer, 2001 : 1063 ).

Kriteria hasil yang diharapkan dri pasien yaitu pasien mampu

mengidentifikasi atau melakukan perubahan pola hidup yang perlu dan

berpartisipasi dalam program pengobatan.

Rencana tindakan dari masalah keperawatan tersebut yaitu pertama,

Kaji pengetahuan tentang gastritis dan rencana penyuluhan individual untuk


mengetahui pengetahuan dasar pasien dimana pasien dapata memilih

informasi atau keputusan tentang masa depan dan kontrol masalah kesehatan,

Kedua, Anjurkan pasien makan sedikit tetapi sering untuk mempertahankan

atau netralisir hidroklorida. Ketiga, Kaji ulang tanda atau gejala muntah

berwarna kopi gelap, feses hitam, distensi abdomen dan nyeri pada

epigastrium dan punggung untuk mengevaluasi medik dan untuk mencegah

komplikasiyang lebih serius, Keempat, Dukung penggunaan tehnik

penanganan stress untuk menurunkan rangsangan ekstrensik hidroklorida

(HCL) dan resiko dari peradangan ulang.

Anda mungkin juga menyukai