Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1
BINGUNG
MODUL 6.3
MASALAH USIA ANAK dan LANSIA

Disusun Oleh :

Nama : Dina Fulaisifa

NIM : 179010026

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2020

DAFTAR ISI

i
Halaman

Halaman Sampul ............................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................ ii

Kata Pengantar .............................................................................. iii

Skenario 1 ..................................................................................... 1

Step I : Mengidentifikasi Istilah Asing ......................................... 2

Step II : Mengidentifikasi Masalah ............................................... 3

Step III : Menganalisis Masalah .. ................................................. 4

Step IV : Peta Konsep .................................................................. 6

Step V : Learning Objective ........................................................ 7

Step VI : Belajar Mandiri ............................................................... 8

Step VII : Kesimpulan .................................................................... 18

Dalil ................................................................................................ 19

Daftar Pustaka ................................................................................ 20

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat. Selain itu, penulis juga merasa sangat
bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun
Islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan
penulisan laporan ini yang merupakan tugas mata kuliah Fakultas
Kedokteran skenario pertama yaitu bingung pada modul 6.3. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing dr. Dian Rudiyana
dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isi, struktur penulisan dan gaya bahasa. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan laporan di
kemudian hari.
Demikian semoga laporan ini memberikan manfaat umumnya pada
para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Semarang, 25 Juni 2020

Penulis

iii
SKENARIO 1

Bingung

Pak Sastro usia 77 tahun dibawa ke UGD oleh anaknya karena bingung.Pada anamnesa
pak Sastro sering bicara ngelantur dan berteriak dengan kalimat yang tidak jelas sejak tadi pagi.
Menurut anaknya, pak Satro sudah sejak 5 hari tidak mau makan dan minum , pada saat BAK
mengalami kesakitan , nyeri dan panas, dengan jumlah air kencing yang sedikit. Riwayat hipertensi
dan Kencin manis tidak diketahui. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, RR
28x / menit, suhu 38° celsius. Pada pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal. GDS 256
mg/ dl. Abdomen nyeri tekan suprapubik, pemeriksaan ekstremitas kanan dan kiri kekuatan motorik
sama.

1
STEP I

MENGIDENTIFIKASI ISTILAH ASING

1) GDS (gula darah sewaktu) adalah pemeriksaan gula darah yang


dilakukan saat pasien datang ke dokter dan tidak melakukan puasa
sebelum pemeriksaan.

2) Nyeri tekan suprapubik adalah manifestasi klinis yang muncul


pada pasien saat dilakukan pemeriksaan fisik palpasi pada daerah
suprapubik.

2
STEP II

RUMUSAN MASALAH

1) 1. Apa yang menyebabkan pasien nyeri saat BAK?

2) Apa saja faktor yang mempengaruhi keluhan pada pasien ?

3) Mengapa pasien terlihat bingung dan suka melantur?

4) Apa hubungan tidak mau makan dan minum dengan keluhan BAK
terasa nyeri pada pasien?

5) Mengapa pasien mengeluhkan BAK dengan jumlah yang sedikit ?

6) Apakah kadar gds pasien berkaitan dengan keluhan BAK?

7) Apa hubungan keluhan pasien dengan RR yang meningkat ?

3
STEP III

MENGANALISIS MASALAH

1) Nyeri saat BAK bisa disebabkan adanya reaksi inflamasi pada


traktus urinarius, selain itu pasien juga mengeluh panas.

2) Faktor yang mempengaruhi keluhan pasien bisa dari internal


maupun eksternal. Internal : kondisi fisik, usia dan psikis pasien,
asupan gizi. Eksternal : kondisi lingkungan pasien, sosial.

3) Penyebab bingung dan melantur karena pasien tdk mau makan


minum sudah 5 hari bisa dehidrasi atau kekurangan energi yg
mempengaruhi kesadaran

4) Tidak mau makan dan minum dapat meningkatkan risiko ISK atau
memperparah ISK. Karena pengeluaran urin yang semakin sedikit.

5) BAK sedikit juga bisa disebabkan adanya reaksi inflamasi pada


traktus urinarius --> obstruksi saluran kemih --> BAK sedikit.

6) GDS yg tnggi --> glukosa dan protein diurin +/ tinggi-->


mempercepat perkembangan dan multiplikasi bakteri dalam
saluran kemih --> rx. Inflamasi

7) Pasien mengalami kenaikan RR diakibatkan oleh keadaan


hiperglikemi dengan kadar insulin yang menurun. Hal itu
mengakibatkan metabolisme lemak. Dan hasil akhirnya adalah
keadaan ketosis dan bermanifes ke rr yang cepat

4
STEP IV

PETA KONSEP

5
STEP V

LEARNING OBJECTIVE

1. Memahami dan menjelaskan Definisi dan etiologi konfusio akut

2. Memahami dan menjelaskan Faktor Risiko konfusio akut

3. Memahami dan menjelaskan Patofisiologi konfusio akut

4. Memahami dan menjelaskan Manifestasi konfusio akut

5. Memahami dan menjelaskan Diagnosis banding konfusio akut

6. Memahami dan menjelaskan Penegakan diagnosa konfusio akut

7. Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan konfusio akut

8. Memahami dan menjelaskan Pencegahan edukasi, prognosis


konfusio akut

6
STEP 6

SELF STUDY

LEARNING OBJECTIVE 1

1. A. DEFINISI SINDROMA GERIATRI

Secara umum, sindrom didefinisikan Sekelompok tanda dan


gejala yang terjadi bersama-sama dan mencirikan abnormalitas
tertentu atau agregat gejala dan tanda-tanda yang terkait dengan
proses penyakit yang bersama-sama merupakan gambaran dari
penyakit. Dalam penggunaan medis saat ini, sindrom mengacu pada
pola gejala dan tanda-tanda dengan penyebab tunggal yang mungkin
belum diketahui.1

Sindrom Geriatric Mengacu pada kondisi kesehatan


multifaktorial yang terjadi ketika akumulasi efek impairement pada
beberapa sistem menyebabkan lansia rentan terhadap tantangan
situasional. Dengan demikian, geriatrik menggunakan istilah sindrom
untuk menekankan beberapa penyebab pada sebuah kesatuan
manifestasi.1

B. DEFINISI KONFUSIO AKUT

Suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif, yang


ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran,
kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang berakibat
terjadinya disorientasi.2

2. ETIOLOGI KONFUSIO AKUT

Konfusio dibedakan berdasarkan penyebab menjadi:

a. Konfusio yang disebabkan oleh keadaan patologik intraserebral


antara lain : odemaserebral, hidrosefalus, defisiensi vitamin B12,
meningitis, dan serangan iskemik otak yang bisa disebabkan akibat
adanya penurunan pasokan nutrisi serebral.

7
b. Konfusio yang disebabkan oleh keadaan patologik ekstraserebral
antara lain : penyebabtoksik (endokarditis, bakterialis subakut,
alkoholisme), kegagalan mekanismehomeostatic (DM, gagal hati,
gagal ginjal, dehidrasi, gangguan elekrolit), depresi dangangguan
sensori persepsi (pendengaran dan penglihatan).
c. Konfusio yang disebabkan oleh penyebab iatrogenic terdiri atas
obat-obatan yangdihubungkan dengan gangguan memori seperti :
anti kolinergik, anti konvulsantertentu, kortikosteroid, benzo-
diazepin, fenotiazin, obat psikotropik dan sedative.2

LEARNING OBJECTIVE 2

2. FAKTOR RISIKO KONFUSIO AKUT

Faktor risiko terjadinya sindrom geriatri konfusio akut yaitu :

1. Faktor risiko Tidak bisa dimodifikasi

 Usia >80 tahun, dianggap lebih ebresiko karena pda usai tersebut
terjadi penurunan baik kesadaran maupun kewaspadaan
 Jenis kelamin, disini baik wanita ataupun pria fekuensi terajdinya
konfusio akut baik pria wanita tidak perbedaan yang signifikan.
 Genetika

2. Faktor Risiko modifikasi

 Riwayat pengguanaan rokok


 Polyfarmasi, atau meminumn obat lebih dri 3 jenis
 Life style, disini dikatan orang dengan life style yg buruk
memepengaruhi terjadinya sindrom geriatri semakin cepat.

8
LEARNING OBJECTIVE 3
3. PATOFISIOLOGI KONFUSIO AKUT

Gambar 1. Bagan patofisiologi konfusio akut.

9
LEARNING OBJECTIVE 4
4. MANIFESTASI KLINIS KONFUSIO AKUT
Adapun manifestasi klinis seacra umum dari konfusio yaitu:

a. Insomnia
b. Hipersensitivitas terhadap cahaya dan suara
c. Mengantuk
d. Ansietas.
e. Mimpi buruk
f. Keluhan sulit mengingat
g. Keletihan berlebih
h. Rentang perhatian yang pendek

Adapun manifestasi klinis konfusio bisa dinilai dari kriteria diagnostic DSM
lll:

A. Penurunan kemampuan untuk pertahankan perhatian pada


rangsangan eksternal (misalnya pertanyaan harus diulang-ulang
karena perhatian mengembara kemana-mana) dan untuk
memondahkan perhatian ke rangsangan eksternal yang baru
(penderita masih tetap berusaha untuk menjawab pertanyaan
terdahulu)

B. Disorganisasi pemikiran yang tampak dengan pembicaraan yang


kacau, irelevan dan injkoheren

C. Sedikitnya dua dari gejala di bawah ini :

1. Penurunan kesadaran (sulit untuk tetap bangun saat


diperiksa)

2. Gangguan perseptual : mis-interpretasi, ilusi atau halusinasi

3. Gangguan siklus tidur-bangun dengahn insomnia tapi siang


hari justru tidur

4. Aktivitas psikomotor menurun atau justru meningkat

5. Disorientasi waktu, orang atau tempat

6. Gangguan memori, antara lain ketidakmampuan mempelajari


materi baru, misal nama-nama dari beberapa benda yang
disebutkan, kemudian diminta mengulangi setelah 5 menit

10
D. Gambaran klinik berkembang dalam waktu yang pendek (antara
beberapa jam sampai beberapa hari) dan cenderung berfluktuasi
selama perjalanannya

E. Salah satu dari yang berikut ini :

1. Terbukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik atau laboratorik


adanya faktor (atau beberapa faktor) organik spesifik yang
dinilai bertanggung jawab secara etiologik atas terjadinya
kelainan ini.

2. Bila bukti tersebut tidak didapatkan, faktor organik dapat


diperkirakan sebagi penyebab, bila kelainan ini tidak dapat
diduga sebagai diakibatkan oleh gangguan mental non-
organik (misal agitasi atau gangguan tidur jelas bukan karena
gangguan mania)

Kriteria Diagnostic DSM IV :

A. Gangguan kesadaran dengan menurunkan kewaspadaan terhadap


lingkungan & ketidakmampuan memusatkan perhatian, mempertahankan
atau mengalihkan perhatian atau konsetrasi seperti normal.

B. Perubahan fungsi kognitif (gangguan memori, disorientasi, gangguan


berbahasa) atau gangguan persepsi (ilusi, halusinasi) yang bukan karena
dementia yang mungkin sebelumnya sudah ada atau berkembang.

C. Gangguan terjadi akut (beberpa jam – beberapa hari), berfluktuasi

D. Bukti dari anamnesis atau pemeriksan fisik atau laboratorium kondisi


medic tertentu atau intoksikasi atau efek samping atu putus obat.

E. Diagnosisi ditegakan dengan algoritma Confusion assessment method


(CAM) yang menjadi baku emas diagnosis (sensitivitas 94- 100%,
spesifisitas 90- 95 %)

11
LEARNING OBJECTIVE 5
5. DIAGNOSIS BANDING KONFUSIO AKUT
Konfusio Akut Demensia Alzheimer
 Jangka waktu pendek (beberapa hari)  Sadar penuh Jangka waktu lama (6 BI/>)
 Awitan (durable) Akut  Awitan (durable) Lambat dan menyelinap
 Derajat kerusakan kognitif sangat  Fungsi kognitif memburuk lambat tapi
bervariasi dengan periode sadar progresif
penuh  Memori jangka pendek atau lama
 Gangguan memori jangka pendek terganggu
 Kecernasan, agitasi, ketakutan, delusi,  Tak hirau akan masalah sering tampak
halusinasi, (terutama visual) mis. gembira, delusi sering pada tahap
Interprestasi visual sangat jelas. demensia tahap akhir, Sulit untuk
Disorganisasi pemikiran dan bicara, mempertahan kan pembicaraan, jawaban
sering hal yang tampak betul terjadi sering tak sesuai mungkin disfasia
 Keadaan fisik tanpak cepat  Keadaan fisik memburuk pada derajat
memburuk, penderita tampak sakit akhir penyakit
berat  Tak adanya bukti tentang penyakit yang
 Pemeriksaan fisik dan penunjang mendasari, mendukung diagnosis penyakt
menunjukan penyakit yang mendasari alzheimer

12
LEARNING OBJECTIVE 6
6. PENEGAKAN DIAGNOSA KONFUSIO AKUT

Tabel 4. Kriteria assessment penegkaan diagnose pada Konfusio

LEARNING OBJECTIVE 7

7. PENATALAKSANAAN KONFUSIO AKUT

Penatalaksanaan konfusio di rumah sakit meliputi pencegahan,


diagnosis awal, pencarian dengan seksama dan tatalaksana faktor-faktor
pencetus, tindakan suportif dan, bila perlu, pengobatan.

Secara garis besar obat-obatan yang dapat diberikan untuk


mengurangi konfusio akut pada lansia adalah : amantadin, anti depresan,
anti histamin,anti parkinsoniasme, anti kolinergik, anti konvulsan, fikogsin,
opiat, dan obat penenang.Walaupun tindakan suportif, penatalaksanaan
farmakologik konfusio untuk mengurangi kecemasan dan agitasi mungkin
diperlukan untuk meyakinkan keamanan pasien dan pegawai.

Pasien dengan konfusio hipoaktif biasanya tidak


membutuhkansedasi, meskipun dosis rendah antipsikotik mungkin
diperlukan apabila ada bukti distreshalusinasi.Meskipun terdapat banyak
pengobatan yang tersedia untuk pengobatan konfusio,terdapat beberapa

13
kaidah yang hendaklah diterapkan untuk semua obat. Obat-
obatdiharapkan diberikan per oral pada dosis rendah, dengan pemberian
dosis lebih besar biladiperlukan.

Pasien yang membutuhkan dosis multipel hendaklah diawasi ketat.


Sangat mendasar bahwa pemesanan teratur untuk pengobatan seringkali
perlu meninjau kembalirespon pasien, efek samping, dan kelanjutan
kebutuhan pengobatan. Haloperidol populer karena awitan kerjanya cepat,
keampuhan dan rendah efek samping, meskipun ia mungkintidak cocok
untuk pasien dengan kecenderungan gangguan gaya berjalan
ataukeseimbangan ekstrapiramidal.

Pengawasan kardiak adalah sangat esensial apabiladibutuhkan


infus berlanjutan.Droperidol merupakan pilihan cadangan untuk
pemakaian parenteral. Ia bekerjalebih cepat, lebih sedatif, mempunyai
waktu paruh lebih pendek, dan kemungkinan lebihampuh daripada
haloperidol dengan lebih sedikit efek samping. Biasanya dosis mulai
padalansia adalah 2 mg. Tetapi, sedasi mungkin menjadi suatu masalah
pada pasien lebih tua,dan terdapat resiko lebih tinggi hipotensi, khususnya
apabila diberikan secara intravena.Fenotiazin lain, misalnya tioridazin dan
klorpromazin, pada dosis awal 12,5-25mg, juga telah digunakan karena
keampuhan mereka dan khasiat sedatif-nya, meskipunketenaran mereka
mundur oleh karena kardiotoksis.

Terapi medikamentosa diberikan sesuai dengan dapatan diagnosis.


Pemberian antibiotika untuk penderita infeksi, pemberian terapi untuk
gagal jantung, menghilangkan sebab hipoksia pada gangguan respirasi,
perbaikan gangguan cairan asam-basa dan elektrolit yang terjadi
sesuai dengan dapatan pada asesmen biasanya akan segera memulihkan
kesadaran penderita.

14
LEARNING OBJECTIVE 8

8. PENCEGAHAN, EDUKASI KONFUSIO AKUT

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer untuk konfusio dimulai dengan pemahaman bahwa


hal tersebut bukan konsekuensi normal dari proses penuaan. Selain itu
konfusiomempunyai penyebab yang dapat dicegah. Secara umum
pendekatan terhadap pencegahan primer meliputi mempertahankan
keseimbangan homeostatis bagi otak dan membatasi stressor yang
melebihi kemampuan koping lansia.

Program nutrisi danhidrasi merupakan hal-hal yang esensial bagi otak


untuk berfungsi efektif. Kondisiyang dapat menyebabkan konfusio antara
lain : defisiensi asam folat,ketidakseimbangan elektolit termasuk
magnesium dapat dicegah melalui diet yangtepat dan seimbang serta
minum air sebanyak 8 gelas/hari kecuali jika dikontradisikandengan
penyakit jantung atau gagal ginjal.Tindakan pencegahan primer yang kritis
bagi lansia di semua tempat adalahaktivitas fisik dan mental. Lingkungan
fisik pada lingkungan perawatan akut dan jangka panjang harus diatur
secara baik untuk memfasilitasi aktivitas fisik dan mental.Klien harus
memiliki akses pada stimulus sensori seperti radio dan televise.

Program- program seperti film lama, siaran berita setempat dan program-
program yang dipilihdan disukai oleh lansia dapat memiliki efek yang
mengorientasikan mereka. Namun jika stimulus semacam itu berlangsung
secara terus menerus hal tersebut dapat memicu halusinasi.

Program yang tidak tepat seperti kartun, komedi situasi yangkontinyu dan
program-program kekerasan dapat berperan menimbulkan statuskonfusio
pada pasien lansia.

Penggunaan warna yang tepat untuk membantu matalansia membedakan


antara permukaan-permukaan yang berbeda, penggunaan pencahayaan
yang tidak menyilaukan, menyingkirkan barang-barang yang
berserakandan memberikan ruang untuk berinteraksi social akan
mendorong lansia untuk berambulasi. Tetap aktif secara fisik dan social
15
sekalipun di fasilitas perawatan akutatau perawatan jangka panjang
merupakan kunci untuk mempertahankan fungsikognitif.

b. Pencegahan Sekunder
Pengkajian dini dan akurat terhadap perubahan-perubahan status mental
yang berguna untuk mencegah konsekuensi berlebihan dari konfusio akut.
Untuk mendapatkan pengkajian yang akurat, pemberi perawatan harus
menggunakan pendekatan yang sistematis dan meluangkan cukup waktu
bagi lansia untuk berespon.
Penggunaan alat pengkajian yang baku untuk mengevaluasi semua
aspek kognitif seperti Short Portable Mental Status Questionnaire
(SPMSQ) juga dianjurkan.Instrumen ini memberikan skor numeric yang
dapat dipantau dari waktu ke waktuuntuk membantu pengenalan dini dan
perubahan kognitif pada lansia. Namun agar dapat bermanfaat alat
tersebut harus digunakan secara benar dan berkelanjutan.

16
STEP VII
KESIMPULAN

Berdasarkan skenario diatas pasien dengan usia 77 tahun datang


dengan keluhan kebingungan. Dapat dikatakan pasein menalami
sindroma geriatric konfusio akut. Adapun penatalaksanaan yang dapat
diberikan yaitu haloperidol, dan pengobatan simptomatik lainya. Namun
dengan pemebrian pengobatan medika mentosa pasien perlu dilakukan
pengawasan, karena bisa menyebabkan polyfarmasi. Lakukan konsultasi
kebagian rehabilitasi medic terkait penurunana kognitif pada pasien.
Lakukan edkasi pada keluarga untuk ber sama sama mengwasi
kesehatan dari lansia.

17
HADIST SESUAI SKENARIO

Diriwayatkan dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik,
bahwasanya Nabi bersabda:

18
DAFTAR PUSTAKA

1) Sharon K. Inouye SS, Mary E. Tinetti, George A. Kuchel. Geriatric


Syndromes: Clinical, Research, and Policy Implications of a Core
Geriatric Concept. JAGS 2007;55:780–91
2) Rahayu rejeki, R. Boedhi Darmojo. Incidence And cause of acute
confusion in elderly patients. Vol 11, No. 1. January – March 2002
3) Fong, T.G. Tulebay, S. Inouye, S. Delirium in Elderly adults. . 2011.
4) DMCA. Konsep dasar penyakit konfusio. HD: 2015

19

Anda mungkin juga menyukai