Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER NIFAS

PERAWATAN LUKA PERINEUM

DISUSUN OLEH :

DWI SUSILOWATI D202101426


LATHIFAH ANUNG. R D202101428
NISA ISTIKHOMAH D202101430
FITRIYANI SEKAR S D202101432
FIFI AFIFAH D D202101435
DWI ASTI KARTIKA P D202101437

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES GRAHA MANDIRI CILACAP
2023
LUKA PERINEUM

1. Pengertian Luka Perineum


Luka perineum didefinisikan sebagai robekan pada jalan lahir maupun
karena episiotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi pada
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan
berikutnya. Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul
yang terletak antara vulva dan anus (Wiknjosastro, 2005).
2. Klasifikasi Luka Perineum
Klasifikasi luka perineum apabila dilihat dari peyebabnya terbagi menjadi dua
(Wiknjosastro, 2005). Dibawah ini merupakan klasifikasi luka perineum, yaitu:
a. Ruptur perineum spontan
Ruptur perineum spontan adalah luka pada perineum yang terjadi karena
sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja.
Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur
(Wiknjosastro, 2005).
b. Ruptur perineum disengaja (Episiotomi)
Ruptur perineum disengaja (Episiotomi) adalah luka pada perineum yang
terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum
(Wiknjosastro, 2005).

Terdapat empat derajat laserasi jalan lahir (Damayanti et al., 2015). Dibawah
ini merupakan derajat laserasi jalan lahir, yaitu:
1) Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum
2) Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum
3) Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spingter ani eksterna
4) Derajat IV : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
spingter ani eksterna, dinding rektum anterior.
3. Lama Penyembuhan Luka Perineum
Lama penyembuhan luka perineum membutuhkan waktu untuk sembuh
normalnya 7 hingga 10 hari, tapi apabila terjadi infeksi, maka luka akan
mengalami keterlambatan dalam penyembuhannya, hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor (Bahiyatun, 2009).
4. Penilaian Penyembuhan Luka Perineum Skor REEDA
REEDA (redness, edema, ecchymosis, discharge dan approximation)
adalah sebagai alat untuk menilai penyembuhan luka perineum dengan sistem
skor (Davidson, 1974).
Alat tersebut telah digunakan oleh peneliti di luar negeri baik oleh dokter
maupun bidan karena meliputi lima aspek yang penting dalam penyembuhan
luka perineum. Tanda-tanda infeksi pada luka perineum dapat dikaji dengan
menggunakan pemeriksaan REEDA, yaitu:
a. Redness merupakan adanya kemerahan pada daerah luka penjahitan
perineum
b. Edema merupakan pembengkakan pada daerah perineum karena adanya
cairan dalam jaringan
c. Ecchymosis merupakan bercak perdarahan, merah keunguan pada kulit
perineum
d. Discharge merupakan adanya sekresi atau pengeluaran cairan dari
laserasi perineum
e. Approximation merupakan kedekatan atau penyatuan jaringan perineum
yang telah dijahit.
5. Fase Penyembuhan Luka
Terdapat 4 fase peyembuhan luka (Suriadi, 2004). Adapun keempat fase
tersebut, yaitu:
a) Fase Koagulasi
Fase koagulasi merupakan awal proses penyembuhan luka dengan
melibatkan platelet. Awal pengeluaran platelet akan menyebabkan
vasokonstriksi dan terjadi koagulasi. Proses ini adalah sebagai hemostasis
dan mencegah perdarahan yang lebih banyak.
Pada tahapan ini terjadi adhesi, agregasi dan degranulasi pada sirkulasi
platelet didalam pembentukan gumpalan fibrin. Kemudian suatu plethora
mediator dan cytokine dilepaskan seperti TGFB, PDGF, VEGF, PAF, dan
IGF-1, yang akan mempengaruhi edema jaringan dan awal inflamasi
(Suriadi, 2004).
b) Fase imflamasi
Fase inflamasi mulainya dalam beberapa menit setelah luka dan
kemudian dapat berlangsung sampai hari keenam. Selama fase ini, sel-sel
inflammatory terikat dalam luka dan aktif melakukan penggerakan dengan
leukositosis (neutrophil). Yang pertama kali muncul dalam luka adalah
neutrophil. Mengapa neutrophil, karena densitasnya lebih tinggi dalam
bloodstream. Kemudian neutrophil akan mempagosit bakteri dan masuk ke
matriks vibrin dalam persiapan untuk jaringan baru. Kemudian dalam
waktu yang singkat mensekresi mediator vasodilatasi dan cytokin yang
mengaktifkan fibroblast dan keratinocytes dan mengikat macrophag ke
dalam luka. Kemudian macrophage menpagosit pathogen dan sekresi
cytokine, dan growth factor, kimia ini juga akan merangsang infiltrasi,
proliferasi, dan migrasi fibroblast dan sel endotelial (dalam hal ini
angiogenesis). Angiogenesis adalah suatu proses dimana pembuluh-
pembuluh kapiler darah yang baru mulai tumbuh dalam luka setelah
injury dan sangat penting perannya dalam fase proliferasi. Fibroblast dan
sel endothelial mengubah oksigen molecular dan larut dengan superoxide
yang merupakan senyawa penting dalam resistensi terhadap infeksi
maupun pemberian isyarat oxidative dalam menstimulasi produksi growth
factor lebih lanjut. Dalam proses inflammatory adalah suatu perlawanan
terhadap infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang mengalami
injury dan untuk pertumbuhan sel-sel baru (Suriadi, 2004).
c) Fase proliferasi
Infeksi dan kontaminasi pada fase inflamasi, maka akan cepat
terjadi fase proliferasi. Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan
jaringan granulasi dalam luka, pada fase ini macrophag dan lymphocytes
masih ikut berperan, tipe sel predominan mengalami proliferasi dan
migrasi termasuk sel epithelial, fibroblast, dan sel endothelial. Proses ini
tergantung pada metabolisme, konsentrasi oksigen dan faktor
pertumbuhan.
Dalam beberapa jam setelah injury, terjadi epitelialisasi dimana
epidermal yang mencakup sebagian besar sebagian besar keratinocytes
mulai bermigrasi dan mengalami stratifikasi dan deferensiasi untuk
menyusun kembali fungsi barrier epidermis. Pada proses ini diketahui
sebagai epitelialisasi, juga meningkatkan produksi ekstraseluler matrik.
Pada fase proliferasi fibroblast adalah elemen sintetik utama
dalam proses perbaikan dan berperan dalam produksi struktur protein yang
digunakan selama rekonstruksi jaringan. Secara khusus fibroblast
menghasilkan sejumlah kolagen yang banyak. Fibroblast biasanya akan
tampak disekeliling luka. Pada fase ini juga terjadi angiogenesis, secara
klinis akan tampak kemerahan pada luka.
Kemudian pada fase kontraksi luka, kontraksi disini adalah
berfungsi dalam memfasilitasi penutupan luka. Kontraksi terjadi
bersamaan dengan sintesis kolagen. Hasil dari kontraksi akan tampak
dimana ukuran luka akan tampak semakin mengecil atau menyatu pada
hari 4-24 (Suriadi, 2004).
6. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Perineum
a) Umur
Pravelensi ibu bersalin yang mengalami robekan perineum di
Indonesia pada golongan umur 25 – 30 tahun yaitu sebesar 24% (Pratami
& Kuswanti, 2015). Umur yang baik dalam penyembuhan luka adalah
pada saat dimana umur reproduksi (20 –35 tahun) yang dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan ibu
postpartum, karena penyatuan jaringan pada kulit ibu postpartum usia
produktif lebih baik daripada ibu postpartum yang sudah tidak usia
reproduktif (Rohmin, Octariani dan Jania, 2017).
b) Indeks Masa Tubuh (IMT)
Indeks masa tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan
dengan kelebihan atau kekurangan berat badan (Depkes RI, 2011). IMT
normal yaitu 18,5 sampai 25 Kg/M2.Untuk menentukan IMT diperlukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan (Depkes RI, 2011).
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolisme (Hayu, Rohmawati dan Alie, 2013). Nutrisi yang
adekuat akan bermanfaat bagi ibu, sebaliknya, malnutrisi secara umum
mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka, meningkatnya dehisensi luka,
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan jaringan parut dengan
kualitas yang buruk (Hayu, Rohmawati dan Alie, 2013).
Proses penyembuhan luka perineum, ibu postpartum
membutuhkan nutrisi yang cukup, seperti asam lemak tak jenuh mampu
menghambat enzim siklooksigenase sehingga sintesis prostagldanin yang
merupakan mediator inflamasi dapat dikurangi dalam fase inflamasi,
vitamin A yang berperan dalam prose epitelisasi luka selama fase
proliferasi, vitamin C yang berperan dalam pembentukan kolagen dalam
fase remodeling,dan lain – lain (Hayu, Rohmawati dan Alie, 2013).
c) Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein didalam sel darah merah yang
bergabung dengan oksigen untuk diangkut melalui sistem peredaran darah
ke sel-sel tubuh dan mengangkut karbondioksida dari sel-sel tubuh ke
sistem peredaran darah (Vinaya, 2009).
Hb normal postpartum minimal 11 gr%, apabila kurang dari 11 gr
% atau disebut anemia akan menimbulkan hemodilusi (pengenceran darah)
yang membuat sirkulasi oksigen terganggu dan kurangnya kadar protein
dalam darah yang ada pada tubuh manusia memiliki peran yang sangat
penting untuk kehidupan.
d) Cara perawatan luka perineum
Cara perawatan luka jahitan perineum ternyata mempengaruhi
lama penyembuhan luka, hal ini berarti semakin baik perawatan luka
perineum maka semakin cepat kesembuhan luka perineum (Trisnawati,
2015). Perawatan luka perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan
kondisi perineum yang terkena lokea dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada
perineum (Trisnawati, 2015).
Dalam proses penyembuhan luka terdapat fase inflammatory yang
merupakan suatu perlawanan terhadap infeksi dan sebagai jembatan antara
jaringan yang mengalami injury dan untuk pertumbuhan sel – sel baru.
Sehingga apabila luka perineum mengalami infeksi karena tidak dilakukan
perawatan dengan baik dan benar, maka fase inflammatory akan
memanjang dan menghambat terjadinya fase proliferasi, sehingga luka
akan lebih lama sembuh (Suriadi, 2004).
7. Tujuan Perawatan Luka Perineum
Tujuan pengobatan luka perineum adalah:
1) Mencegah infeksi pada vulva, perineum, dan bagian dalam rahim, karena
pada saat melahirkan, vulva merupakan tempat masuknya kuman sehingga
menimbulkan kondisi munculnya infeksi pada jahitan perineum saluran vagina
dan rahim.
2) Penyembuhan luka perineum (jahitan perineum)
3) Untuk membersihkan perineum dan vulva (Nurhidayah, 2017).
8. Perawatan Luka Perineum
Perawatan luka perineum meliputi 3 teknik (Kurniarum & Kurniawati,
2015). Di bawah ini adalah teknik pengobatan luka perineum, khususnya:
1) Teknik antiseptik
Antiseptik yang umum digunakan adalah povidone-iodine atau
betadine. Larutan ini melepaskan yodium anorganik jika bersentuhan
dengan kulit atau selaput lendir. Oleh karena itu, cocok untuk luka kotor dan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur
dan protozoa. Namun zat ini cukup tidak menyenangkan dan menimbulkan
alergi sehingga meninggalkan residu, bersifat racun bagi sel dan pada
konsentrasi tinggi. Dapat memberikan rasa hangat pada kulit (Ismail, 2008).
Saat ini, pengobatan antibiotik untuk cedera perineum cenderung dihindari.
Hal ini dapat dipahami sebagai berikut: selama ibu tidak berisiko tertular,
maka tenaga medis tidak bisa memberikan antibiotik untuk menyembuhkan
luka perineum (Ismail, 2008).
2) Teknik bersih kering
Perawatan luka jahitan perineum bersih kering dapat dilakukan
dengan cara:
a. Mencuci daerah genital dengan lembut dengan air sabun dan air
desinfektan tingkat tinggi kemudian kerigkan
b. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
c. Mencuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga
sampai empat kali sehari
d. Kontrol ke tenaga kesehatan dalam seminggu untuk
penyembuhan luka (Depkes RI, 2010).
9. Waktu Perawatan Luka Perineum
Waktu yang tepat untuk melakukan perawatan perineum adalah
sebagai berikut:
a. Saat Mandi
Ibu nifas pasti melepas pembalut saat mandi, setelah terbuka, maka
ada kemungkinan terkontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, maka perlu dilakukan penggantian pembalut dan
pembersihan perineum (Farrer, 2001).
b. Setelah Buang Air Kecil
Saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air
kencing pada rectum, akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum, maka perlu dilakukan pembersihan perineum (Farrer, 2001).
c. Setelah Buang Air Besar
Setelah buang air besar diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus untuk mencegah kontaminasi bakteri dari anus ke perineum
yang letaknya berdekatan, maka diperlukan pembersihan anus dan
perineum secara keseluruhan (Farrer, 2001).

.
KOMPLEMENTER NIFAS PERAWATAN LUKA PERINEUM

1. Air Rebusan Daun Binahong

Air rebusan daun binahong efektif untuk penyembuhan luka perineum ibu
nifas (Wijayanti & Rahayu, 2016). Hal ini karena binahong mengandung beberapa
zat antimikroba yaitu flavanoid, saponin, alkaloid, terpenoid, dan minyak atsiri
(Fitriyah et al., 2013). Zat antimikroba merupakan zat yang dapat menghambat
atau membunuh mikroorganisme hidup, sehingga mencegah infeksi serta
mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, binahong juga mengandung asam
askorbat yang berperan dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan luka (Ariani, Loho dan Durry, 2013).
Cara membuat rebusan daun binahong yaitu 50 gram daun binahong
segar dimasukkan kedalam 800 ml air mendidih, kemudian direbus selama 15
menit dengan api sedang. Perebusan dilakukan dengan menggunakan panci yang
terbuat dari tanah liat agar tidak merusak kandungan zat yang ada dalam daun
binahong dan ditutup selama proses pembuatan. Air rebusan tersebut didiamkan
sampai dingin, setelah dingin, lalu disaring sehingga hanya tersisa airnya,
kemudian dipakai untuk sekali cebok sampai habis. Air rebusan daun binahong
ini dipakai untuk cebok pada bilasan terakhir, serta perawatan dilakukan sebanyak
dua kali sehari selama 3 hari, yaitu pada hari 1 sampai 3 postpartum (Wijayanti
& Rahayu, 2016). Intervensi dilakukan selama 3 hari karena fase yang terjadi
ketika awal terjadinya luka yaitu fase inflamasi, fase ini terjadi pada tiga hari
pertama saat terjadinya luka (Suriadi, 2004). Dalam fase ini terjadi proses
perlawanan terhadap infeksi dan merangsang terjadinya proliferasi (Suriadi,
2004). Daun binahong mengandung senyawa antioksidan, antibakteri,antibiotik,
dan antimikroba yang berperan dalam fase inflamasi . (Hidayat & Wahyuni,
2009).
2. Rebusan Air Daun Sirih Merah
Air rebusan daun sirih merah lebih efektif menyembuhkan luka perineum
dibandingkan mengobati luka bersih dan kering (Nurhidayah, 2017). Selain itu,
dibandingkan betadine, air rebusan daun sirih merah dikatakan lebih efektif dalam
menyembuhkan luka perineum pada ibu nifas (Damarini, Eliana, & Mariati,
2013).
Memang benar daun sirih merah mengandung bahan kimia seperti
flavonoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang terutama memiliki efek
antibakteri (Zubier et al., 2010). Selain itu kandungan flavonoid pada daun sirih
merah mempunyai kemampuan untuk mempercepat proses epitelisasi pada area
luka sehingga membantu penyembuhan luka dengan cepat (Suhermanto, 2013).
Cara membuat rebusan daun sirih merah untuk mengobati luka pribadi
adalah dengan memasukkan 25 gram daun sirih merah segar ke dalam 100ml air
mendidih, menggunakan periuk tanah liat agar tidak merusak zat yang ada pada
daun sirih merah. Kemudian tutup dan biarkan larutan mendingin. Setelah dingin
saring hingga airnya tersisa saja, lalu gunakan untuk mencuci. Air rebusan daun
sirih merah digunakan untuk membilas bagian vulva dan perineum. Pengobatan
dilakukan dua kali sehari selama 3 hari yaitu hari ke-1 sampai hari ke-3 setelah
kelahiran (Nurhidayah, 2017).
Intervensi dilakukan selama 3 hari karena berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2017 khususnya mengenai perbedaan
perawatan luka perineum bersih dan kering serta rebusan daun sirih merah
terhadap waktu penyembuhan luka. wilayah kerja Puskesmas Ambarawa, hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dengan rebusan daun sirih merah
lebih efektif dalam penyembuhan luka perineum pada ibu nifas (Nurhidayah,
2017). Selain itu, fase yang terjadi saat luka pertama kali muncul adalah fase
inflamasi yang terjadi pada tiga hari pertama setelah luka muncul (Suriadi, 2004).
Pada fase ini terjadi resistensi terhadap infeksi dan terstimulasi proliferasi
(Suriadi, 2004). Daun sirih merah mengandung senyawa antijamur, antibakteri,
antibiotik dan antibakteri yang berperan dalam fase inflamasi (Danareto, 2015).
3. Sitz Bath

Sitz bath adalah mandi rendam duduk (duduk disebuah bak berisi air
hangat) yang berfungsi untuk memberikan panas lembab ke area pelvis,
perineum, dan/atau perianal.Salah satu manfaat sitz bath adalah menurunkan
rasa nyeri dan kaku pada perineum.Terapi ini paling sering digunakan
setelah kelahiran bayi atau bedah rektal atau perineal.
Sitz Bath dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka dan
mengurangi nyeri perineum. Perendaman perineum yang dilakukan dalam
air hangat dapat meningkatkan oksigenasi dan nutrisi pada jaringan,
menurunkan edema dan mempercepat penyembuhan, meningkatkan
relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan,
meningkatkan aliran darah, memberikan rasa hangat lokal, meningkatkan
pergerakan zat sisa dan nutrisi. Terapi hangat memberikan memberikan efek
“crowding process” (proses pengacauan) pada sistem saraf karena
mengakibatkan rasa nyeri terhambat oleh sensasi suhu yang diterima oleh
nerve endings sehingga memberikan efek penekanan atau pengurangan rasa
nyeri, selain itu ibu dapat merasakan kenyamanan dan rileks yang
didapatkan dari reaksi rendam perineum dalam air hangat, efektif dan sangat
mudah untuk ibu praktikkan sendiri dirumah sebagai proses penyembuhan
luka dan pengurangan rasa nyeri yang baik.
4. Senam Nifas
Beberapa manfaat senam nifas secara umum adalah membantu
penyembuhan rahim, perut, danotot pinggul yang mengalami trauma serta
mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal,
membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadilonggar akibat kehamilan
dan persalinan serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut,
mengahasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan menghadapi
stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi masa nifas.Mobilisasi
yang efektif dilakukan untukibu nifas dalam mempercepat proses
penyembuhan luka perineum dengan senam nifas, diantaranya untuk
memperbaiki sirkulasi darah, memperbaruisikap tubuh, memperbaiki otot
pelvis/ dasar panggul seorang perempuan. Berdasarkan hasil penelitian
Paulfine 2007 didapatkan latihan dasar panggulpada ibu hamil dan ibu nifas
merupakan potensi yang baik (Antini, 2016).
Senam nifas dapat mempercepat penyembuhan luka perineum,
penyembuhan luka jaitan perineum dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah suplai darah yang mengandung O2 dan nutrien kejaringan
luka, kontraksi dan relaksasi yang dihasilkan pada senam nifas dapat
meningkatkan suplai darah kejaringan yang luka tersebut sehingga luka
perineum cepat sembuh (Antini, 2016).

5. Aloe vera
Cara pemanfaatan Aloe vera pada luka perineum:
a) Cara pertama: cuci bersih daun Aloe vera, potong menjadi dua bagian
atau iris menyimpang, kerok bagian dalam Aloe vera, ambil gelnya. Gel
Aloe vera tersebut dibalurkan di daerah perineum yang mengalami
perlukaan.
b) Cara kedua: cuci bersih daun Aloe vera, potong menjadi dua bagian.
Masukan Aloe vera yang sudah dipotong tadi ke dalam baskom b erisi air
bersih, rendam sekitar 30 menit. Air rendaman tersebut dapat digunakan
saat cebok sekaligus membersihkan bagian perineum yang mengalami
perlukaan.

6. Kayu Manis (Cinnamomum burmanni Nees ex BI)


Sejauh ini belum ada studi penelitian yang secara langsung membuat
ramuan menggunakan kayu manis dan dioleskan ke bagian luka
perineum. Hal tersebut berhubungan dengan kekhawatiran terjadi infeksi
perineum yang akan diperoleh ibu jika ada pemberian obat luar yang
secara invasive diberikan. Oleh karena itu, pada sub pembahasan cara
penyajian kayu manis hanya dianjurkan menggunakan salep berbahan
dasar kayu manis yang telah diproduksi terstandar secara steril dan
higienis.

7. Daun Jambu Biji

Kegunaan daun jambu biji dapat sebagai hepartoprotektif, anti diare,


anti bakteri, spermatooritektif, antimutagenik, spasmolitik, anti kanker,
analgesik, dan anti inflamatori, immunomodulator, anti acne, anti piretik,
mempunyai efek kontraktil, hipotensif, anti malaria, serta mengobati
rematik (Aziz, 2016). Khasiat daun jambu biji berguna untuk
mempermudah persalinan, obat luka untuk menghentikan perdarahan,
obat haid untuk meluruhkan haid, dan berguna untuk obat diare. Rebusan
daun atau kulit kayu dipakai secara eksternal sebagai lotion untuk
keluhan penyakit kulit, penyakit kurap, luka-luka, dan bisul (Aziz;
Ridwan, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Zuhana,
Prafitri dan Erisila tahun 2018 tentang “The Giving of Guava Leaves
Boiled Water to Postpartum Perineal Wound Healing”. Hasil penelitian
ini didapatkan ibu postpartum yang di berikan perawatan perineum
dengan air rebusan daun jambu biji rata-rata waktu penyembuhan luka
perineum selama 5 hari. Responden yang tidak diberikan air rebusan
daun jambu biji dan mencuci luka perineum dengan air bersih rata-rata
waktu penyembuhan luka perineum selama 12 hari. Ada pengaruh
pemberian air rebusan daun jambu biji (Psidium Guajava Linn) terhadap
penyembuhan luka perineum.
Langkah Kerja Pemberian Daun Jambu Biji
No Cara Kerja Gambar

1. Siapkan 15 lembar daun jambu biji


(50gr), kemudian dicuci menggunakan
air mengalir

2. Rebus daun jambu biji dengan air 800ml


(4 gelas) lama 15 menit.
Tunggu mendidih sampai tersisa air
400ml
(2 gelas).

3. Setelah mendidih, diamkan hingga


suhunya mencapai 30-4000C (hangat
kuku).

4. Kemudian saring dan masukan kedalam


botol (1 botol untuk 1x pakai).

4. Pergunakan untuk Vulva hygiene

Anda mungkin juga menyukai