Anda di halaman 1dari 50

SERI

SKILL ASKEB
NIFAS DAN
MENYUSUI

MEMAHAMI FISIOLOGI MASA


NIFAS DAN MENYUSUI

Tim Jurusan Kebidanan Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya
2021
DISUSUN OLEH

TIM JURUSAN KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Yuseva Sariati, SST., SE., M.Keb – Dosen Profesi Kebidanan


Ni Luh Gede Dian Sutarini – Mahasiswa Profesi Kebidanan
Mita Herlina Sari – Mahasiswa Sarjana Kebidanan
Hanik Latifatul Mahmudah – Mahasiswa Sarjana Kebidanan
Rifka Kamalia Afifah – Mahasiswa Sarjana Kebidanan

Malang, Oktober 2021


PENDAHULUAN

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari


setelah plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-
alat kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa
ibu untuk memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12
minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari
6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014).
Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya
yaitu timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu
ibu. Laktasi terjadi oleh karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone
yang merangsang kelenjar-kelenjar payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 ini sangat penting
diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa
menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman. Pemberian ASI
eksklusif bertujuan untuk memenuhi asupan ASI pada bayi sejak dilahirkan
sampai dengan berusia enam bulan karena ASI mengandung kolostrum yang
kaya akan antibodi dan mengandung zat-zat penting seperti protein untuk daya
tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI
eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Dinas Kesehatan Provinsi
Bali, 2016).
Berdasarkan uraian di atas kami tertarik untuk menyusun modul pembelajaran
dan keterampilan ini. Modul ini digunakan oleh mahasiswa Kebidanan sebagai
panduan skill nifas dan menyusui.
Modul ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mampu memberikan
asuhan kebidanan pada masa nifas yang berkualitas dan peka budaya termasuk
melakukan deteksi dini, penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan sesuai
kewenangan dan penatalaksanaan rujukan pada kasus komplikasi.
PERAWATAN LUKA IBU NIFAS

A. REVIEW MATERI

1. Luka Perineum
Pengertian
Perineum adalah jaringan yang terletak di sebelah distal diafragma
pelvis. Perineum mengandung sejumlah otot superfisial, saat persalinan,
otot ini sering mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan (Rohani, 2011).

Sumber: obgin-ugm.com

Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun juga dapat


bilateral. Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani,
yang terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat,
dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga
tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar
panggul, sehingga dapat terjadi prolapsus genetalis (Rohani, 2011).
Klasifikasi
1. Ruptur: luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat
proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga
jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Rukiyah, 2011).
2. Episiotomi: suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput darah, jaringan pada
septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah
depan perineum (Prawihardjo, 2011). Sedangkan menurut Rohani
(2011) Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar
mulut vagina.
(Sumber: Verralls, 1997)
Menurut Benson dan Pernoll (2013) ada dua jenis episiotomi yang
digunakan saat ini, yakni:
a) Episiotomi Median
Episiotomi median merupakan episiotomi yang paling mudah
dilakukan dan diperbaiki. Metode ini hampir tidak mengeluarkan darah dan
setelah melahirkan lebih terasa tidak sakit ketimbang jenis lainnya. Lakukan
insisi rafe median perineum hampir mencapai sfingter ani dan perpanjang
insisi ini paling sedikit 2-3 cm di atas septum rektovagina. Namun terkadang
pula terdapat robekan tingkat tiga bahkan sampai tingkat empat.
b) Episiotomi mediolateral
Insisi mediolateral digunakan secara luas pada obstetri opertif
dikarenakan aman. Melakukan insisi ke bawah dan ke luar, ke arah batas
lateral sfingter ani dan paling sedikit separuh jarak ke dalam vagina. Namun,
insisi ini dapat menimbulkan banyak perdarahan dan dapat tetap akan terasa
nyeri meskipun setelah nifas.

Derajat Robekan Perineum

(Sumber: informasibidan.com)
1. Derajat 1
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum.
2. Derajat 2
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum.
3. Derajat 3
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot spingter ani.
4. Derajat 4
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot spingter ani, dinding depan rectum
(Sulistyawati, 2010).
Tingkat Jahitan Robekan Perineum
a) Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan
hanya dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur atau
dengan cara angka delapan.
b) Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum
tingkat II maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang
tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus
diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan
masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah
pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-
mula otot-otot dijahit dengan catgut. Kemudian selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan
selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit
perineum dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.
c) Tingkat III : Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit.
Kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit
dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot
sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem dengan klem
pean lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik
sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi
lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II (Winojosastro,
2007).
Fase Penyembuhan Luka
Fase – fase penyembuhan luka menurut Smeltzer adalah sebagai
berikut:
a) Fase Inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari. Respons
vaskular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami
cedera. Vasokontriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrino platelet
terbentuk dalam upaya untuk mengontrol pendarahan. Reaksi ini
berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodil
atasi venula. Mikro sirkulasi kehilangan kemampuan vasokon
striksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intra selular. Juga,
histamine dilepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler.
Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti
antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus
spasium vaskular selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema,
teraba hangat, kemerahan dan nyeri.
b) Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari. Fibroblas
memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang
bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka;
kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber
nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru. Setelah 2 minggu, luka
hanya memiliki 3 % sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir
bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan
lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak
vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses metabolisme
yang terlibat dalam penyembuhan luka.
c) Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan
tahunan. Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai
meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibril
kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan
dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan
kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan
mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak
pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.
Perawatan Luka Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya
organ genetik seperti waktu sebelum hamil (Rukiyah, 2011). Adapun tujuan
dari perawatan luka perineum menurut Kumalasari (2015) yaitu sebagai
berikut:
a. Menjaga kebersihan daerah kemaluan
b. Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu
c. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membrane mukosa
d. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
e. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
f. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
g. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka
perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum
dalam jangka waktu 6-7 hari post partum.
Kriteria penilaian luka adalah :
a. Baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda-tanda
infeksi.
b. Sedang, jika luka basah, perineum menutup dan tidak ada tanda-
tanda infeksi.
c. Buruk, jika luka basah, perineum menutup atau membuka dan ada
tanda-tanda infeksi merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa
(Suwiyoga, 2011).
Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi
organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan
bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut). Sedangkan menurut
Hamilton (2002) dalam Rukiyah (2011), lingkup perawatan perineum
adalah:
a. Mencegah kontaminasi dari rektum,
b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma,
c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Waktu Perawatan Perineum
a. Saat mandi
Pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada
cairan yang tertampung pada pembalut, demikian pula pada perineum
ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum. (Rukiyah, 2011).
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air
seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum (Rukiyah,
2011).
c. Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
di sekitar anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka
diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan (Rukiyah, 2011).
Dampak Perawatan Luka Perineum yang Tidak Benar
a. Infeksi : Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada perineum.
b. Komplikasi: Munculnya infeksi perineum dapat merambat pada
saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat
pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi
pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum : Penanganan komplikasi yang lambat
dapat menyebabkan terjadinya kematian ibu pada post partum
mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Rukiyah, 2011).
Cara Perawatan Luka Perineum
a) Persiapan Ibu post partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan
posisi jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki
terbuka. Alat dan bahan: botol, baskom dan gayung, air hangat dan
handuk bersih, sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat
pembalut nifas baru.
b) Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak
mengurangi rasa tidak ketidaknyamanan, dan meningkatkan
penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
a. Mencuci tangan
b. Mengisi botol plastik dengan air hangat
c. Buang pembalut yang telah digunakan dengan gerakan ke
bawah mengarah ke rektum dan letakan pembalut tersebut ke
dalam kantung plastik
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air hangat
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke
belakang.
g. Pasang pembalut dari arah depan ke belakang.
h. Cuci tangan kembali.
Evaluasi: parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan
adalah: perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat, ibu merasa nyaman
(Rukiyah, 2011).

2. Luka Sectio Caesarea (SC)


Pengertian
Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Sectio Caesarea umumnya
dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainya
(Purwoastuti, Dkk, 2015).
Klasifikasi
Ada beberapa jenis Sectio Caesarea (SC), yaitu diantaranya :
a. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan
tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan saat ini karena sangat
beresiko terhadap terjadinya komplikasi.
b. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum
dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko
terjadinya perdarahan dan cepat penyembuhanya.
c. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan
rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus di mana pendarahan yang
sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
d. Bentuk lain dari Sectio Caesarea (SC) seperti extraperitoneal CS atau
Porro CS (Purwoastuti, Dkk, 2015).
Perawatan Luka SC
Perawatan luka pada pasien diawali dengan pembersihan luka
selanjutnya tindakan yang dilakukan untuk merawat luka dan melakukan
pembalutan yang bertujuan untuk mencegah infeksi silang serta
mempercepat proses penyembuhan luka (Lusianah, Indaryani, & Suratun,
2012). Perawatan pasca operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk
meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan
cara merawat luka serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin (Riyadi & Harmoko, 2012).
Tujuan perawatan luka SC
Tujuan dari perawatan luka menurut Maryunani, (2013) yaitu :
a. Mencegah dan melindungi luka dari infeksi.
b. Menyerap eksudat.
c. Melindungi luka dari trauma.
d. Mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut.
e. Meningkatkan penyembuhan luka dan memperoleh rasa nyaman.
Dalam perawatan luka Post Sectio Caesarea (SC) diperlukan beberapa
hal yang harus diperhatikan, diantaranya :
a. Setiap satu minggu kasa harus dibuka Idealnya kasa yang dipakai
harus diganti dengan kasa baru setiap satu minggu sekali. Tidak terlalu
sering agar luka cepat kering, jika sering dibuka luka bisa menempel
pada kasa sehingga sulit untuk kering.
b. Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa Jika luka operasi
keluar darah, maka segeralah untuk mengganti kasanya agar tidak
basah atau lembab oleh darah. Karena darah merupakan kuman yang
bisa cepat menyebar keseluruh bagian luka.
c. Jaga luka agar tidak lembab Usahakan semaksimal mungkin agar luka
tetap kering karena tempat lembab akan menjadikan kuman cepat
berkembang. Misalkan suhu kamar terlalu dingin dengan AC yang
membuat ruangan lembab sehingga bisa jadi luka pun ikut lembap,
hindari ruangan lembab, dan atur suhu AC.
d. Menjaga kebersihan, agar luka operasi tidak terkena kotoran yang
mengakibatkan cepat berkembangnya kuman, maka kebersihan diri
dan lingkungan sekitar semaksimal mungkin harus dijaga. Jauhkan
luka dari kotoran, untuk itu seprei dan bantal harus selalu bersih dari
debu.
e. Gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (Opset) Jika mau
mandi atau aktifitas yang mengharuskan bersenthan dengan air,
gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (opset) untuk
melindungi luka bekas operasi agar tidak terkena air. Upayakan agar
tidak sampai basah karena luka bisa mempercepat pertumbuhan
kuman (Nunung, Dkk, 2013).
Faktor Penghambat Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka yang tidak berjalan baik karena berbagai
faktor penghambat akan menyebabkan suatu komplikasi, faktor yang bisa
menjadi penghambat suatu proses penyembuhan luka menurut (Damayanti
et al., 2015) yaitu :
a. Vaskularisasi, dapat mempengaruhi penyembuhan luka karena luka
membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan
/perbaikan sel.
b. Anemia, dapat memperlambat suatu proses penyembuhan luka
mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar protekin yang cukup.
Oleh sebab itu seseorang yang mengalami kekurangan kadar
hemoglobin dalam darah akan mengalami suatu proses penyembuhan
luka yang lama.
c. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan dan kematangan usia seseorang, proses penuaan dapat
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat
proses penyembuhan luka sectio caesarea.
d. Penyakit lain, dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka, adanya
suatu penyakit seperti diabetes mellitus dan ginjal dapat
memperlambat proses penyembuhan luka.
e. Nutrisi, merupakan suatu unsur utama dalam membantu perbaikan
suatu sel. Terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat
didalamnya, seperti vitamin A diperlukan untuk membantu proses
epitelisasi atau penutupan luka serta sintesis kolagen, vitamin B
kompleks merupakan sebagai kofaktor pada sistem enzim yang
mengandung metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Vitamin C
dapat berfungsi sebagai fibroblast serta dapat mencegah adanya suatu
infeksi pada luka serta dapat membentuk kapiler-kapiler, dan vitamin
K yang dapat membantu sintesis protombin serta berfungsi sebagai zat
pembekuan darah.
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress, dapat mempengaruhi
proses penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk serta banyak
mengonsumsi obat obatan, merokok, atau stres akan mengalami
proses penyembuhan luka yang lebih lama.
Komplikasi
Komplikasi umum yang terjadi dalam penyembuhan luka Menurut
(Sukma Wijaya, 2018) antara lain:
a. Infeksi
Invasi bakteri dapat terjadi saat trauma saat pembedahan atau terjadi
setelah pembedahan, gejala infeksi sering muncul sekitar dalam 2-7 hari
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi berupa kemerahan, nyeri,
bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan sel darah
putih. Suatu cairan luka atau eksudat yang banyak serta berbau dan
berjenis purulen menandakan terjadinya suatu infeksi, infeksi yang tidak
terkontrol serta tidak segera ditangani maka akan menyebabkan
osteomyelitis, bakteremia, dan sepsis.
b. Pendarahan (Hemoragik)
Pendarahan terjadi paling sering jika kondisi pasien lemah serta adanya
penyakit penyerta oleh pasien seperti kelainan darah atau bisa karena
malnutrisi seperti kekurangan vitamin K.
c. Dehisen (Dehiscense)
Dehiscense yaitu terpisahnya lapisan kulit serta jaringan atau tepi luka
tidak menyatu dengan tepi luka yang lain, komplikasi ini dapat terjadi
pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 11 setelah cendera.
d. Eviserasi
Organ bagian dalam (visceral) dapat keluar dari permukaan luka yang
terbuka ini disebut sebagai eviserasi.
Tanda dan gejala infeksi luka post SC
Tanda gejala infeksi luka operasi menurut (Muttaqien et al., 2014)
yaitu :
a. Terdapat nyeri dan pus disekitar luka sectio caesarea.
b. Terdapat kemerahan dan bengkak di sekeliling luka sectio caesarea.
c. Terdapatnya peningkatan suhu tubuh.
d. Terjadinya peningkatan sel darah putih.
Tanda dan gejala yang terjadi pada infeksi luka menurut (Smeltzer,
dalam Desmiari, 2019). yaitu :
a. Rubor atau kemerahan yaitu hal pertama yang terlihat ketika
mengalami peradangan, saat reaksi peradangan timbul terjadi
pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke tempat peradangan.
Sehingga darah lebih banyak mengalir ke mikrosirkulasi lokal serta
kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan
yang seperti ini disebut hyperemia yang menyebabkan warna merah
lokal karena peradangan akut.
b. Kalor : terjadinya bersamaan dengan kemerahan dari reaksi
peradangan akut, kalor disebabkan oleh sirkulasi darah yang
meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius akan
disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak
dari pada ke daerah yang normal.
c. Dolor : pengeluaran zat seperti histamin atau bioaktif dapat
merangsang suatu saraf. Rasa sakit pula disebabkan oleh suatu
tekanan meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
d. Tumor: pembengkakan disebabkan oleh hiperemi dan juga sebagian
besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan serta sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial.
e. Functio Laesa : reaksi dari suatu peradangan, tetapi secara mendalam
belum diketahui mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang
meradang.
Dampak infeksi luka post sectio caesarea
Dampak jika ibu nifas mengalami suatu infeksi luka post sectio
caesarea dan jika tidak segera ditangani dengan cepat akan mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada jaringan epidermis maupun dermis serta
gangguan sistem persyarafan, dan kerusakan jaringan seluler (Hasanah &
Wardayanti, 2015).

Referensi
Ai Yeyeh, Rukiyah. (2011). Asuhan Kebidanan I. CV. Trans Info Media: Jakarta
Damayanti, I. P., Pitriani, R., & Ardhiyanti, Y. (2015). Panduan Lengkap
Ketrampilan Dasar Kebidanan II (1st ed.). Yogyakarta: CV Budi Utama.
Desmiari, N. K. S. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Prosedur Perawatan
Luka Pada Ibu Post Sectio Caesarea Untuk Mencegah Risiko Infeksi Di
Ruang Dara RSUD Wangaya Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Politeknik
Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan).
Hamilton, P.M (2002) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Hasanah, N., & Wardayanti, P. (2015). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Ny “S” Dengan Infeksi Post Sc Hari Ke-16 Di Rsud Dr. Soegiri Lamongan
Tahun 2015. Jurnal Midpro, 7(1), 4.
Intan Kumalasari. (2015). Panduan Prakti Laboratorium Perawatan Antenatal,
Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir Dan Kontrasepsi. Jakarta. Salemba
Medika
Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka Modern Praktis Pada Wanita Dengan Luka
Diabetes. (T. Ismail, Ed.). Jakarta: TIM.
Muttaqien, M. I., Hamidy, M. Y., & Rustam, R. P. (2014). the Overview of
Surgical Site Infection of Pasca Caesarean Section At Arifin Achmad
General Hospital Of Riau Province. Jom FK, 3(1), 1–15.
Nurjanah, Siti Nunung dkk. (2013). Asuhan Kebidanan Postpartum Dilengkapi
dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea. Bandung : Refika
Aditama.
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Purwoastuti, Endang, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Riyadi, S., & Harmoko. (2012). Standard Operating Procedure Dalam Praktik
Klinik Keperawatan Dasar. (Sutipyo R, Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Rohani. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Salemba Medika.
Jakarta
Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Ed. 8, vol).
Jakarta: EGC.
Sukma Wijaya, I. M. (2018). Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multidisiplin.
(R. I. Utami, Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: ANDI.
Sulistyawati, Ari dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika.
Suwiyoga. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Katahati
Wijaya, N. I. M. S., & Kep, M. (2018). Perawatan Luka dengan Pendekatan
Multidisiplin. Penerbit Andi.
Wiknojosastro Hanifah. (2007). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka.
B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
1. PERAWATAN LUKA PERINEUM

PROGRAM LANGKAH
STUDI KERJA
KEBIDANAN
● Kapas dengan air DTT dalam kom bertutup
● Alas bokong / perlak (bila tempat tidur
penderita tidak ada perlaknya)
Persiapan ● Air DTT dalam botol
Alat 1 ● Pot untuk menampung air kemih
● Pinset
● Sarung tangan bersih & steril
● Bengkok
(nierbekken)
● Kasa steril
● Be
ta
di
n
Persiapan 2 Pasien berbaring
Pasien
Persiapan 3 Lingkungan tertutup
Lingkungan
Berikan salam dengan ramah dan kenalkan
4 bahwa anda petugas kesehatan yang
diberikan wewenang
untuk melakukan suatu tindakan.
5 Menjelaskan maksud dan tujuan dari
tindakan yang dilakukan
6 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan
handuk
kering dan bersih
Pelaksanaan Gunakan sarung tangan
7 ● Sarung tangan bersih digunakan jika
keadaan luka sudah menutup, kering dan
bersih
● Sarung tangan steril digunakan jika
kondisi luka infeksi/basah, kotor
8 Nilai kondisi luka : kering/basah, adakah tanda
infeksi,
darah/pus, tingkat penyembuhan luka, bau
Jika luka kering : berikan KIE perawatan luka
9 sehari- hari
Luka kotor / terdapat tanda-tanda infeksi :
bersihkan dengan NS dan keringkan. Jika luka
basah dan
terdapat pus dapat berikan antibiotik
tabur/salep sesuai advice dokter
10 Pastikan luka tetap bersih dan kering
11 Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
dikembalikan pada tempatnya
12 Merapikan pasien

13 Memberi tahu pada pasien bahwa tindakan


sudah selesai dilakukan dan KIE personal
higient genetalia.
14 Mencuci tangan.

2. PERAWATAN LUKA SECTIO CAESAREA (SC)

PROGRAM LANGKAH
STUDI KERJA
KEBIDANAN
Persiapan ● Bak Instrument : sarung tangan, pinset,
Alat kassa steril Kom steril
● Penutup anti air (Oppsite)
1 ● Sarung tangan bersih dan steril
● Antibiotik tabur/ salep menurut advice
dokter Plester
● Normal salin
● Penghilang perekat (alkohol) Bengkok
(nierbekken)
Persiapan 2 Pasien berbaring
Pasien
Persiapan 3 Lingkungan tertutup
Lingkungan
Pelaksanaan 4 Berikan salam dengan ramah dan kenalkan
bahwa anda petugas kesehatan yang
diberikan wewenang
untuk melakukan tindakan.
5 Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan
yang dilakukan
6 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan
handuk
kering dan bersih
7 Gunakan sarung tangan
● Sarung tangan bersih digunakan jika
keadaan luka sudah menutup, kering dan
bersih
● Sarung tangan steril digunakan jika
kondisi luka infeksi/basah, kotor
8 Nilai kondisi luka : adakah tanda-tanda
infeksi, darah/pus dan tingkat
penyembuhan luka
9 Buka dan bersihkan luka jahitan dengan NS satu
arah
10 Jika luka basah : lakukan penekanan luka untuk
mengeluarkan pus yang ada dalam jaringan,
pastikan sampai tidak ada pus
11 Bersihkan ulang dengan NS dan keringkan. Jika
luka basah dan terdapat pus dapat berikan
antibiotik tabur/
salep sesuai advice dokter
12 Luka ditutup secukupnya dengan kain kasa
steril / penutup anti air (oppsite)
13 Peralatan dibersihkan, diberekan dan dikembalikan
pada tempatnya
14 Sesudah selesai pasien dirapikan

15 Memberi tahu pada pasien bahwa tindakan


sudah selesai dilakukan dan mengucapkan
salam.
16 Mencuci tangan.

17 Melakukan pencatatan dan pelaporan


C. CHECKLIST KETERAMPILAN
1. PERAWATAN LUKA PERINEUM
Keterangan:
0 = Tidak Dilakukan
1 = Dilakukan namun kurang tepat atau tidak berurutan
2 = Dilakukan dengan benar dan berurutan

PROGRAM NILAI
STUDI LANGKAH KERJA 0 1 2
KEBIDANAN
Persiapan 1 ● Kapas dengan air DTT dalam kom
Alat bertutup
● Alas bokong / perlak (bila tempat
tidur
● penderita tidak ada perlaknya)
● Air DTT dalam botol
● Pot untuk menampung air kemih
● Pinset
● Sarung tangan bersih & steril
● Bengkok (nierbekken)
● Kasa steril
● Betadin
Persiapan 2 Pasien berbaring
Pasien
Persiapan 3 Lingkungan tertutup
Lingkungan 4 Berikan salam dengan ramah dan
kenalkan bahwa anda petugas
kesehatan yang diberikan
wewenang untuk melakukan suatu
tindakan.
5 Menjelaskan maksud dan
tujuan dari tindakan yang
dilakukan
6 Mencuci tangan dan
mengeringkannya dengan
handuk kering dan bersih
7 Gunakan sarung tangan
bersih/steril (tergantung
kondisi luka)
8 Nilai kondisi luka : kering/basah,
adakah tanda infeksi, darah/pus,
tingkat
penyembuhan luka, bau
9 Jika luka kering : berikan KIE
perawatan luka sehari-hari
Luka kotor / terdapat tanda-tanda
infeksi : bersihkan dengan NS dan
keringkan. Jika luka basah dan
terdapat pus dapat berikan
antibiotik tabur/salep sesuai advice
dokter
10 Pastikan luka tetap bersih dan
kering
11 Peralatan dibersihkan,
dibereskan dan dikembalikan
pada tempatnya
12 Merapikan pasien
13 Memberi tahu pada pasien bahwa
tindakan sudah selesai dilakukan
dan KIE personal higient genetalia.
14 Mencuci tangan.

TOTAL NILAI = ………………..

Malang,

.......................
2. PERAWATAN LUKA SC
Keterangan:
0 = Tidak Dilakukan
1 = Dilakukan namun kurang tepat atau tidak berurutan
2 = Dilakukan dengan benar dan berurutan

PROGRAM NILAI
STUDI LANGKAH KERJA
KEBIDANAN 0 1 2
PERSIAPAN 1 ● Bak Instrument : sarung tangan,
ALAT pinset, kassa steril
● Kom steril
● Penutup anti air (Oppsite)
● Antibiotik tabur/ salep menurut
advice dokter
● Plester
● Sarung tangan bersih & steril
● Normal salin
● Penghilang perekat (alkohol)
● Bengkok (nierbekken)
Persiapan 2 Pasien berbaring
Pasien
Persiapan 3 Lingkungan tertutup
Lingkungan
4 Berikan salam dengan ramah dan
kenalkan
bahwa anda petugas kesehatan yang
diberikan wewenang untuk melakukan
Pelaksanaan tindakan.
5 Menjelaskan maksud dan tujuan dari
tindakan yang dilakukan
6 Mencuci tangan dan mengeringkannya
dengan handuk kering dan bersih
7 Gunakan sarung tangan
bersih/steril (tergantung
kondisi luka)
8 Nilai kondisi luka : adakah tanda-
tanda infeksi, darah/pus dan tingkat
penyembuhan luka
9 Buka dan bersihkan luka jahitan
dengan NS satu arah
10 Jika luka basah : lakukan
penekanan luka untuk
mengeluarkan pus yang ada
dalam jaringan, pastikan sampai
tidak ada pus
11 Bersihkan ulang dengan NS dan
keringkan. Jika luka basah dan
terdapat pus dapat berikan
antibiotik tabur/ salep sesuai advice
dokter
12 Luka ditutup secukupnya dengan kain
kasa steril / penutup anti air (oppsite)
13 Peralatan dibersihkan,
diberekan dan dikembalikan
pada tempatnya
14 Sesudah selesai pasien dirapikan

15 Memberi tahu pada pasien bahwa


tindakan
sudah selesai dilakukan dan
mengucapkan salam.
16 Mencuci tangan.

17 Melakukan pencatatan dan pelaporan

TOTAL NILAI = ……………………..

Malang,

...................
D. LATIHAN SOAL

1. Seorang ibu, umur 26 tahun datang ke bidan dengan keluhan: panas dan pusing
sudah 2 hari yang lalu. Ibu habis melahirkan anak yang ke dua 6 hari yang lalu
di bidan dengan jahitan perineum yang terasa nyeri. Keadaan bayi ibu dalam
keadaan sehat. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmhg, suhu
39⁰C. RR 28x/I, HB 11gr%.
Apakah keadaan yang dialami ibu tersebut?
a. Stress puerperium
b. Infeksi puerperium
c. Gejala puerperium
d. Proses puerperium
e. Adaptasi puerperium
2. Seorang ibu, 28 tahun, post partum 8 jam yang lalu, mengeluh: mules dan
mengeluarkan darah pervaginam sedikit, ASI belum keluar, ibu merasa cemas
dengan keadaannya. Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan
pada payudara ibu.
Apakah diagnosis dari kasus di atas?
a. Ibu post partum normal
b. Ibu post partum dengan sub involusio
c. Ibu post partum dengan bendungan ASI
d. Ibu post partum dengan gangguan psikosis
e. Ibu post partum dengan depresi
3. Seorang perempuan umur 31 tahun bersalin di PMB dengan keluhan mules pada
abdomen. Hasil anamnesis: melahirkan anak kedua 20 menit yang lalu bayi lahir
normal, plasenta lahir lengkap dan kontraksi uterus baik. Hasil pemeriksaan:
pada jalan lahir ditemukan robekan jalan lahir sampai dengan otot perineum,
kandung kemih kosong.
Berapa derajat luka yang paling tepat sesuai kasus diatas?
a. Derajat I
b. Derajat II
c. Derajat III
d. Derajat III+
e. Derajat IV
4. Seorang bidan setelah melakukan pertolongan persalinan kala III di PMB.
segera setelah plasenta lahir langsung melakukan pemeriksaan luka laserasi.
Dan diadapatkan laserasi derajat III. Apakah batasan luka laserasi pada kasus
tersebut?
a. Otot anus
b. Spingter ani
c. Kulit Perinium
d. Otot perineum
e. Mukosa vagina
5. Seorang perempuan 24 tahun melahirkan anak pertama 6 jam yang lalu di PMB
dengan keluhan takut bangun dari tempat tidur. Hasil anamnesis: masih takut
buang air kecil karena sakit pada bekas jahitan. Hasil pemeriksaan: TD: 110/70
mmHg, N 80 x/ menit, S 37,5°C, P 20x/menit, pengeluaran darah pada masa
nifas 50 cc. kandung kemih penuh.
Apakah tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut?
a. Beri analgetik
b. Beri antibiotik
c. Vulva hygine
d. Mobilisasi dini
e. Pengaturan posisi
6. Seorang perempuan, umur 21 tahun nifas hari ke-3, datang ke Puskesmas
dengan keluhan nyeri di daerah luka jahitan. Hasil anamnesis: riwayat
persalinan spontan di PMB. Hasil pemeriksaan: TD 120/80 mmHg, suhu 38 °C,
terdapat pengeluaran pus.
Tindakan apakah yang paling tepat diberikan oleh bidan?
a. Memberikan antibiotik
b. Melakukan penjahitan ulang
c. Merujuk pasien ke rumah sakit
d. Menganjurkan ibu membersihkan luka dengan Iodine Betadine
e. Melepas jahitan perineum

7. Seorang perempuan , umur 17 tahun, G1 P0 A0 nifas 10 hari datang dengan


keluhan sulit tidur. Hasil Anamesis: sering menangis, tidak nafsu makan, cemas
tidak mampu melakukan perawatan bayi, dan perasaan seringn berubah-ubah.
Hasil pemeriksaan: TD 120/70 mmHg, S 37 0C, N 100x/ menit, P 20x/menit,
TFU ½ pusat symphisis, UC teraba keras, VU kosong, lochea alba, luka jahitan
perineum mengering.
Penatalaksanaan apa yang paling tepat pada kasus tersebut ?
a. Berikan dukungan pada ibu
b. Kolaborasi dengan dokter Psikiater
c. Sampaikan nasehatuntuk istirahat yang cukup
d. Anjurkan suami dan keluarga lebih memperhatikan ibu
e. Ajarkan pada ibu dan keluarga cara perawatan pada bayi
8. Seorang perempuan usia 28 tahun, P1A1 dirawat di ruang nifas RSUD setelah 6
jam persalinan spontan. Hasil anamnesis didapatkan: ada nyeri luka jahitan,
skala 4. Hasil pemeriksaan didapatkan: KU baik, konjungtiva tidak pucat,
TD120/70mmHg, S 36,70C, N 72x/mnt, P 22x/mnt. TFU setinggi pusat,
kontraksi baik, kandung kemih kosong, Lochea rubra 1 pembalut penuh dalam
2 jam, tidak ada bekuan darah, jahitan perineum grade III.
Anjuran apakah yang paling tepat pada kasus tersebut?
a. Bedrest
b. Mobilisasi bertahap
c. Konsumsi analgesik
d. Nutrisi dan gizi nifas
e. Kompreshangat dan dingin
9. Seorang wanita usia 23 tahun nifas hari ke-3 datang ke PMB, ibu mengeluh
nyeri di daerah luka jahitan. Hasil anamnesis: riwayat persalinan spontan
dengan laserasi grade 2, ibu mengganti pembalut 2 kali sehari, daerah luka
jahitan terasa gatal. Hasil pemeriksaan: KU ibu baik, TD 120/80 mmHg, N 80
x/menit, P 18x/menit, S 36.4OC , Hb 12 gr/dl, lochea rubra, luka jahitan terlihat
lembab, berwarna merah. Luka jahitan dalam fase repair penyembuhan.
Faktor apakah yang paling berpengaruh pada kasus tersebut ?
a. Nutrisi
b. Personal higiene
c. Teknik aseptik
d. Antibiotika
e. Keadaan umum
10. Seorang perempuan usia 24 tahun, P2A0 datang ke PMB mengeluhkan luka SC
belum kering. Hasil anamnesis didapatkan ibu post SC 7 hari lalu,ibu hanya
makan sayur-sayuran, tahu, tempe dan pantang makan daging. Hasil
pemeriksaan fisik TTV normal, payudara membesar, tegang-terisi, puting susu
menonjol, luka jahitan di perut masih basah.
Apa yang dibutuhkan oleh ibu nifas pada kasus diatas?
a. Perawatan luka SC
b. Mengajurkan ibu untuk tidak pantang makan daging
c. Memberikan antibiotic
d. Menganjurkan ibu menambah porsi makan
e. Mengajarkan ibu personal hygiene
PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE)

A. REVIEW MATERI

A. Pengertian
Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan semasa ibu
hamil usia 7-9 bulan. Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk
merawat payudara terutama pada masa kehamilan dan menyusui untuk
memperlancar pengeluaran ASI. Selama kehamilan payudara harus
dipersiapkan untuk fungsi uniknya dalam menghasilkan ASI bagi bayi
neonatus segera setelah lahir. Karena payudara mungkin meningkat beratnya
lebih dari 1 pound, BH yang dapat menyangga payudara dengan baik
digunakan untuk perlindungan sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi perubahan
pada payudara berupa pembesaran payudara, terasa lebih padat, kencang,
sakit dan tampak jelas gambaran pembuluh darah dipermukaan kulit
bertambah serta melebar. Kelenjar-kelenjar montgomer daerah areola tampak
lebih nyata dan menonjol (Hamilton, 2005).
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai
masa menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI
yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus
dilakukan sedini mungkin (Anwar, 2018). Perawatan payudara saat hamil bisa
dilakukan dengan cara sederhana, dan dilakukan di rumah.
B. Tujuan Perawatan Payudara
 Memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi
 Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga puting tidak mudah
lecet dan bayi mudah menyusu
 Mengeluarkan puting susu yang masuk kedalam atau datar
 Mempersiapkan produksi ASI
C. Prinsip Perawatan Payudara
Dalam perawatan payudara harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
 Dikerjakan dengan sistematis dan teratur
 Menjaga kebersihan sehari-hari
 Nutrisi harus lebih baik dari sebelum hamil
 Memakai bra yang bersih dan menopang payudara
 Dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 6 bulan
D. Manfaat Perawatan Payudara
Manfaat perawatan payudara saat hamil diantaranya adalah:
 Menjaga kebersihan terutama puting susu, sebagai jalur keluarnya ASI,
 Mencegah berbagai penyakit, seperti infeksi dan kelainan payudara,
 Memperkuat puting susu agar bayi mudah untuk menyusu,
 Merangsang kelenjar-kelenjar air susu yang ada didalam payudara
sehingga produksi ASI lebih banyak dan lancar,
 Mendeteksi apabila ada kelainan pada payudara secara dini dan
melakukan pengobatan secepatnya,
 Mempersiapkan mental calon ibu untuk menyusui bayinya.
E. Cara Merawat Payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian puting susu.
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar di
sekitar puting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
d) Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan Selama 24 jam. ASI di
keluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap
4-6 jam
 Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka ibu
dapat melakukan: Pengompresan payudara dengan menggunakan
kain basah dan hangat selama 5 menit.
 Urut payudara dari arah pangkal ke putig atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.
 Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting
susu menjadi lunak.
 Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat mengisap
seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
F. Masase Payudara Untuk Pemeliharaan Payudara
Bagi sebagian ibu, aktivitas menyusui sering dihubungkan dengan
keindahan payudara. Alasan ini yang membuat mereka enggan berlama-lama
menyusui. Pakar ASI Dr. utami Roesli Sp.A dalam sebuah seminar ASI
mengungkapkan bahwa sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah
bentuk payudara, tapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan itu.
Selain terlihat indah perwatan payudara teratur akan memudahkan bayi
mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga meransang produksi ASI dan
mengurangi resiko luka saat menyusui.
Berikut ini kiat masase payudara yang dapat anda praktekkan sejak hari
ke-2 usai persalinan, sebanyak 2 kali sehari. Cucilah tangan sebelum masase.
Lalu tuangkan minyak kedua belah tangan secukupnya. Pengurutan dimulai
dengan ujung jari, caranya :
Sumber: rsudkotabogor.org
a) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan
dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir
dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.

b) Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal


payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara.
Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan.

c) Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua


payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua
payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang
lebih 30 kali. Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua
tangan, ibu jari diatas dan empat jari lainnya dibawah. Peras dengan
lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke depan kearah
puting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan.
d) Lalu cobalah posisi tangan parallel. Sangga payudara dengan satu tangan,
sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari
arah pangkal payudara ke arah puting susu. Setelah itu, letakkan satu
tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua
tangan secara bersamaan kearah puting susu dengan cara memutar
tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena
urutan.

e) Semua gerakan itu bermanfaat melancarkan reflex pengeluaran ASI.


Selain itu jug merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir
yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara.
B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
SOP
PERAWATAN PAYUDARA

Langkah Kerja

Persiapan 1 2 buah handuk bersih dan kering


Alat 2 buah waslap/handuk kecil
waskom berisi air hangat
waskom berisi air dingin
gayung dan waskom tempat air kotor
minyak kelapa/baby oil
kapas kering
bengkok
alat tulis untuk pencatatan
Persiapan 2 Pasien dalam posisi duduk
Pasien 3 Lingkungan tertutup
4 Berikan salam dengan ramah dan kenalkan bahwa anda
petugas kesehatan yang diberikan wewenang untuk
melakukan suatu tindakan.
5 Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan yang
dilakukan
6 Alat-alat didekatkan ke pasien
7 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk
kering dan bersih
8 Melepas baju ibu bagian atas
9 Menutup punggung dan sebagian dada pasien bagian depan
dengan handuk
10 Memasang handuk kedua di bawah payudara sampai pada
pangkuan pasien.
11 Melakukan pembersihan puting susu :
Letakkan kapas yang telah diberi minyak kelapa / baby oil
pada puting susu sampai areola mammae selama ± 2 menit,
bersihkan dengan cara melingkar dari arah dalam keluar.
Perawatan puting susu yang datar/ masuk kedalam
Memutar puting susu ke arah kanan dan kiri dengan gerakan
seperti memutar tuner radio, lakukan sebanyak 20 – 30 kali
setiap payudara
12 Melakukan perawatan puting susu menurut Hoffman yaitu
dengan jari telunjuk dan ibu jari mengurut/menarik puting
susu ke depan dan mengarahkannya ke arah berlawanan
(atas-bawah, kanan-kiri) sampai merata, lakukan sebanyak
20 – 30 kali setiap payudara.
13 Melakukan pengurutan payudara :
o Basahi kedua telapak tangan dengan minyak, letakkan
antara kedua payudara
o Pengurutan I :
Kedua telapak tangan diurut dari tengah ke atas, ke
samping, ke bawah, payudara diangkat terus dilepas,
lakukan 20-30 x tiap payudara
o Pengurutan II
Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, dengan jari –
jari tangan kanan sisi kelingking urut payudara dari pangkal
payudara ke arah puting susu, lakukan 20-30 x tiap
payudara
o Pengurutan III
- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan
menggenggam dan dengan tulang sendi / buku – buku jari,
payudara diurut dari pangkal payudara ke arah puting susu,
lakukan 20-30 x tiap payudara.
Memegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut
dari pangkal payudara ke arah puting susu sebanyak 1 kali
untuk setiap payudara
14 Melakukan pengetukan payudara :
Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, kelima ujung
jari tangan kanan mengetuk payudara kiri dengan arah
melingkar, lakukan 20-30 x tiap payudara. Lakukan juga
pada payudara sebelah kanan
15 Membersihkan payudara :
• Guyur payudara dengan air hangat lalu air dingin secara
bergantian sampai bersih dan diakhiri dengan guyuran air
hangat
atau
• Bersihkan payudara dengan waslap hangat lalu waslap
dingin secara bergantian sampai bersih dan diakhiri dengan
waslap air hangat
16 Mengeringkan payudara dengan handuk bersih dan kering

17 Membantu pasien menggunakan BH dari bahan katun yang


sesuai dengan besarnya payudara dan menopang payudara

18 Mempersilahkan pasien untuk mengenakan pakaian kembali.

19 Memberi tahu pada pasien bahwa perawatan payudara


sudah selesai dan mengucapkan salam.
20 Membersihkan alat-alat dan mengembalikan ke tempat
semula.
21 Mencuci tangan.
22 Melakukan pencatatan dan pelaporan
C. CHECKLIST KETERAMPILAN

Keterangan:
0 = Tidak Dilakukan
1 = Dilakukan namun kurang tepat atau tidak berurutan
2 = Dilakukan dengan benar dan berurutan
NILAI
Langkah Kerja
0 1 2
Persiapan 1 2 buah handuk bersih dan kering
Alat 2 buah waslap/handuk kecil
waskom berisi air hangat
waskom berisi air dingin
gayung dan waskom tempat air kotor
minyak kelapa/baby oil
kapas kering
bengkok
alat tulis untuk pencatatan
Persiapan 2 Pasien dalam posisi duduk
Pasien 3 Lingkungan tertutup
4 Berikan salam dengan ramah dan kenalkan
bahwa anda petugas kesehatan yang
diberikan wewenang untuk melakukan suatu
tindakan.
5 Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan
yang dilakukan
6 Alat-alat didekatkan ke pasien
7 Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan
handuk kering dan bersih
8 Melepas baju ibu bagian atas
9 Menutup punggung dan sebagian dada pasien
bagian depan dengan handuk
10 Memasang handuk kedua di bawah payudara
sampai pada pangkuan pasien.
11 Melakukan pembersihan puting susu :
Letakkan kapas yang telah diberi minyak
kelapa / baby oil pada puting susu sampai
areola mammae selama ± 2 menit, bersihkan
dengan cara melingkar dari arah dalam
keluar.
Perawatan puting susu yang datar/ masuk
kedalam
Memutar puting susu ke arah kanan dan kiri
dengan gerakan seperti memutar tuner radio,
lakukan sebanyak 20 – 30 kali setiap
payudara
12 Melakukan perawatan puting susu menurut
Hoffman yaitu dengan jari telunjuk dan ibu
jari mengurut/menarik puting susu ke depan
dan mengarahkannya ke arah berlawanan
(atas-bawah, kanan-kiri) sampai merata,
lakukan sebanyak 20 – 30 kali setiap
payudara.
13 Melakukan pengurutan payudara :
o Basahi kedua telapak tangan dengan
minyak, letakkan antara kedua payudara
o Pengurutan I :
Kedua telapak tangan diurut dari tengah ke
atas, ke samping, ke bawah, payudara
diangkat terus dilepas, lakukan 20-30 x tiap
payudara
o Pengurutan II
Telapak tangan kiri menopang payudara kiri,
dengan jari – jari tangan kanan sisi kelingking
urut payudara dari pangkal payudara ke arah
puting susu, lakukan 20-30 x tiap payudara
o Pengurutan III
- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri,
tangan kanan menggenggam dan dengan
tulang sendi / buku – buku jari, payudara
diurut dari pangkal payudara ke arah puting
susu, lakukan 20-30 x tiap payudara.
Memegang pangkal payudara dengan kedua
tangan lalu urut dari pangkal payudara ke
arah puting susu sebanyak 1 kali untuk setiap
payudara
14 Melakukan pengetukan payudara :
Telapak tangan kiri menopang payudara kiri,
kelima ujung jari tangan kanan mengetuk
payudara kiri dengan arah melingkar, lakukan
20-30 x tiap payudara. Lakukan juga pada
payudara sebelah kanan
15 Membersihkan payudara :
• Guyur payudara dengan air hangat lalu air
dingin secara bergantian sampai bersih dan
diakhiri dengan guyuran air hangat
atau
• Bersihkan payudara dengan waslap hangat
lalu waslap dingin secara bergantian sampai
bersih dan diakhiri dengan waslap air hangat
16 Mengeringkan payudara dengan handuk
bersih dan kering
17 Membantu pasien menggunakan BH dari
bahan katun yang sesuai dengan besarnya
payudara dan menopang payudara
18 Mempersilahkan pasien untuk mengenakan
pakaian kembali.
19 Memberi tahu pada pasien bahwa perawatan
payudara sudah selesai dan mengucapkan
salam.
20 Membersihkan alat-alat dan mengembalikan
ke tempat semula.
21 Mencuci tangan.
22 Melakukan pencatatan dan pelaporan

TOTAL NILAI = ....................

Malang,

....................
Referensi
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice. Edisi VIII,
Philadelphia, Lippincot Company, USA.
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :
Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC,
Jakarta.
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan,Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
SENAM NIFAS

A. REVIEW MATERI

 Pengertian Senam Nifas


Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan pasca persalinan untuk
memulihkan kondisi otot-otot yang meregang selama masa kehamilan hingga
persalinan dapat kembali kepada kondisi normal. Senam nifas dapat dilakukan
mulai 6 jam pasca persalinan secara bertahap dan sistematis (Damayani,
2013). Fungsi senam nifas adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan,
mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi seperti sub involusi
uterus, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah
kehamilan seperti otot punggung, otot dasar panggul dan otot rectus
abdominis. Proses senam nifas membantu kontraksi otot-otot yang dapat
memelihara kontraksi uterus sehingga mencegah terjadinya sub involusi
uterus yang merupakan salah satu penyebab konplikasi perdarahan postpatum
sekunder (Ineke, 2016).
 Manfaat Senam Nifas
1. Membantu pemulihan organ-organ reproduksi (rahim, otot dasar
panggul, otot perut) yang mengalami trauma selama proses persalinan
2. Membantu menormalkan sendi-sendi yang meregang selama kehamilan
hingga persalinan
3. Memberikan dampak psikologis untuk mencegah depresi pasca
persalinan
4. Membantu pemulihan kebugaran ibu pasca persalinan
 Tujuan Senam Nifas
Tujuan utama dari senam nifas / exercise pada periode postnatal adalah
sebagai berikut:
1. Mempercepat proses involusi uterus
2. Memperbaiki elastisitas otot perut, otot dasar panggul, serta kandung
kemih pasca persalinan
3. Melancarkan sirkulasi darah dan mencegah timbulnya varises di
ekstraemitas bawah
4. Memperbaiki postur tubuh dan tonus otot akibat kehamilan dan
persalinan
 Prinsip Senam Nifas
1. Ibu nifas dengan metode persalina spontan pervaginam tanpa
komplikasi dapat melakukan senam nifas sejak 6 jam pasca persalinan
2. Ibu nifas dengan metode persalinan sectio cesaria dapat melakukan
senam nifas setelah mendapat advice dari dokter
3. Hentikan senam nifas bila terjadi perdarahan
4. Lakukan gerakan pemanasan sebelum melakukan senam nifas
5. Lakukan latihan secara perlahan-lahan sesuai kemampuan ibu
6. Lakukan istirahat dan jeda pada setiap gerakan
7. Lakukan gerakan sesuai instruksi, jangan melakukan gerakan
berlebihan meskipun ibu mampu melakukannya
8. Hentikan latihan sebelum merasa lelah
 Gerakan Senam Nifas
1. Senam Nifas Hari pertama Post Partum
Latihan ini ditujukan untuk meperlancar peredaran darah dan
pernapasan. Pernapasan yang rileks dan reguler mengakibatkan seluruh
organ-organ tubuh akan teroksigenasi dengan baik sehingga hal ini juga
akan membantu proses pemulihan.
- Sikap tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernapasan
perut diawali dengan mengambil nafas panjang mealui hidung
dan tahan 3 detik kemudian buang melalui mulut. Lakukan 5-10
kali.
- Sikap tubuh terlentang dan rileks, kemudian tempatkan tangan
diatas perut ibu. Lakukan nafas dalam dan lambat melalui hidung
dan kemudian keluarkan melalui mulut
2. Senam Nifas Hari Kedua Post Partum
Latihan ini ditujukan untuk memulihkan dan menguatkan kembali otot-
otot lengan.
- Sikap tubuh terlentang dengan kedua tangan di samping badan
dan dibuka lebar sejajar bahu dengan telapak tangan menghadap
ke lantai. Angkat tangan secara vertikal hingga ke samping
kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas, lalu turunkan
kembali hingga ke samping badan dengan telapak tangan
menghadap ke lantai. Ulangi gerakan 5 – 10 kali.
- Sikap tubuh berbaring terlentang, kedua lengan lurus kearah
kepala dengan telapak tangan terbuka ke atas. Tarik tangan
kanan ke arah kanan atas dan kaki kanan ke arah kanan bawah
sehingga ada tegangan penuh pada tubuh bagian kanan, tahan
selama 5 detik lalu rileks. Lakukan gerakan yang sama pada
tubuh bagian kiri. Lakukan secara bergantian dan ulangi 5 kali
pada masing-masing sisi.
- Sikap tubuh berbaring miring ke kanan, tekuk kedua lutut, angkat
kaki kiri ke atas 300 dan tahan selama 3 detik lalu turunkan.
Ulangi gerakan sebanyak 5 kali. Lakukan gerakan yang sama
pada kaki kanan dengan posisi miring kiri.
- Sikap tubuh berbaring miring ke kanan, tekuk kedua lutut,
lalukan tarikan pada kaki kiri ke atas dan kebawah. Ulangi
sebanyak 5 kali. Lakukan gerakan yang sama pada kaki kanan
dengan posisi miring ke kiri.
3. Senam Nifas Hari Ketiga Postpartum
Latihan ini ditujukan untuk menguatkan kembali otot-toto dasar
panggul yang sebelumnya meregang selama kehamilan dan proses
persalinan.
- Lakukan gerakan awal seperti hari kedua
- Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki ditekuk sehingga
telapak kaki menapak di lantai. Angkat bokong dan tahan 3 detik
lalu turunkan kembali. Ulangi sebanyak 5-10 kali.
- Sikap tubuh berbaring terlentang, kedua kaki sedikit dibuka,
kontraksikan vagina sambil menarik sadar panggul, tahan selama
5 detik kemudian rileks. Ulanngi gerakan sebanyak 5 kali.
4. Senam Nifas Hari Keempat Postpartum
Latihan ini ditujukan untuk memulihkan kembali otot punggung dan
perut.
- Lakukan gerakan awal seperti hari ke-2
- Sikap tubuh berbaring terlentang, lutut ditekuk. Gerakkan
panggul ke kanan kemudian kontraksikan perut hingga tulang
punggung mendatar, tahan selama 5 detik kemudian rileks.
Lakukan gerakan yang sama ke sisi kiri. Ulangi 5 kali pada
masing-masing sisi.
5. Senam Nifas Hari Kelima Postpartum
Latihan ini bertujuan untuk melatih otot-otot bagian tubuh seoerti
punggung, perut dan paha.
- Lakukan gerakan awal seperti hari ke-2
- Sikap tubuh berbaring terlentang, salah satu kaki ditekuk 450,
kemudian bagian tuhuh, bahu dan tangan yang bersebrangan
diangkat hingga tangan menyentuh lutut yang ditekuk. Lakukan
gerakan bergantian masing-masing diulangi 5 kali.
6. Senam Nifas Hari Keenam Postpartum
Latihan ini bertujuan untuk melatih otot punggung perut dan paha.
- Lakukan gerakan awal seperti hari ke-2
- Lanjutkan dengan gerakan, sikap tubuh berbaring terlentang,
lutut ditekuk 450, julurkan tangan kedepan dan memegang
bagian luar lutut. Angkat tubuh dan kepala, tahan selama 5 detik
kemudian rileks. Ulangi sebanyak 5 kali.
7. Senam Nifas Hari Ketujuh Postpartum
Latihan pada hari ketujuh postpartum berfokus pada latihan otot
tungkai dan kaki untuk menngurangi edema dan mencegah varises.
- Sikap tubuh berbaring terlentang, luruskan kedua kaki dan
letakkan kedua tangan dibawah kepala. Angkat kaki dengan
posisi lurus secara vertikal lalu tekuk lutut hingga pinggul dan
lutut mendekati badan semaksimal mungkin. Tahan selama 3
detik, lurukan kembali kaki secara vertikal dan turunkan perlahan
lahan kembali ke lantai. Ulangi gerakan 5-10 kali.
- Sikap tubuh berbaring terlentang, gerakkan kedua ujung kaki
secara teratur dengan gerakan melingkan dari luar kedalam
selama 30 detik, dan ulangi gerakan dari dalam keluar selama 30
detik.
- Sikap tubuh berbaring terlentang, gerakan kedua telapak kaki
secara bersamaan ke arah atas dan bawah silih berganti selama
30 detik
- Sikap tubuh berbaring terlentang, luruskan kedua kaki lalu tarik
lutut mendekati badan secara bergantian kanan dan kiri sambil
kedua tangan memegang telapak kaki. Lakukan gerakan
mengurut telapak, betis belakang, lipatan lutut dan paha secara
perlahan sambil meluruskan kaki keatas. Lalu turunkan kembali
kaki secara perlahan. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali
- Sikap tubuh berbaring terlentang, jepit batal diantara kedua kaki,
angkat kaki lurus keatas dan letakkan tangan dibawah kepala.
Jepit bantal sekuat-kuatnya tahan selama 30 detik. Ulangi
gerakan sebanyak 5 kali.
B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
SOP SENAM NIFAS
Pelaksanaan Langkah Kerja
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan, manfaat dan prinsip senam
nifas
3. Mempersiapkan alat: Matras / tempat tidur
Persiapan
4. Mempersiapkan pasien, memastikan keadaan
umum, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan
pakaian yang digunakan pasien nyaman untuk
melakukan senam
5. Gerakan 1.
Sikap tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan
pernapasan perut diawali dengan mengambil nafas
panjang mealui hidung dan tahan 3 detik kemudian
buang melalui mulut. Lakukan 5-10 kali.
Hari Pertama
Gerakan 2.
Sikap tubuh terlentang dan rileks, kemudian
tempatkan tangan diatas perut ibu. Lakukan nafas
dalam dan lambat melalui hidung dan kemudian
keluarkan melalui mulut
6. Gerakan 1.
Sikap tubuh terlentang dengan kedua tangan di
samping badan dan dibuka lebar sejajar bahu dengan
telapak tangan menghadap ke lantai. Angkat tangan
secara vertikal hingga ke samping kepala dengan
telapak tangan menghadap ke atas, lalu turunkan
kembali hingga ke samping badan dengan telapak
tangan menghadap ke lantai. Ulangi gerakan 5 – 10
kali.
Hari Kedua Gerakan 2.
Sikap tubuh berbaring terlentang, kedua lengan lurus
kearah kepala dengan telapak tangan terbuka ke
atas. Tarik tangan kanan ke arah kanan atas dan kaki
kanan ke arah kanan bawah sehingga ada tegangan
penuh pada tubuh bagian kanan, tahan selama 5
detik lalu rileks. Lakukan gerakan yang sama pada
tubuh bagian kiri. Lakukan secara bergantian dan
ulangi 5 kali pada masing-masing sisi.
Gerakan 3.
Sikap tubuh berbaring miring ke kanan, tekuk kedua
lutut, angkat kaki kiri ke atas 300 dan tahan selama 3
detik lalu turunkan. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali.
Lakukan gerakan yang sama pada kaki kanan dengan
posisi miring kiri.
Gerakan 4.
Sikap tubuh berbaring miring ke kanan, tekuk kedua
lutut, lalukan tarikan pada kaki kiri ke atas dan
kebawah. Ulangi sebanyak 5 kali. Lakukan gerakan
yang sama pada kaki kanan dengan posisi miring ke
kiri.

7. Gerakan 1 - 4
Lakukan seperti gerakan hari kedua
Gerakan 5.
Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki ditekuk
sehingga telapak kaki menapak di lantai. Angkat
bokong dan tahan 3 detik lalu turunkan kembali.
Hari Ketiga
Ulangi sebanyak 5-10 kali.
Gerakan 6.
Sikap tubuh berbaring terlentang, kedua kaki sedikit
dibuka, kontraksikan vagina sambil menarik sadar
panggul, tahan selama 5 detik kemudian rileks.
Ulanngi gerakan sebanyak 5 kali.
8. Gerakan 1 – 4
Lakukan gerakan awal seperti hari ke-2
Gerakan 5
Sikap tubuh berbaring terlentang, lutut ditekuk.
Hari Ke-empat Gerakkan panggul ke kanan kemudian kontraksikan
perut hingga tulang punggung mendatar, tahan
selama 5 detik kemudian rileks. Lakukan gerakan
yang sama ke sisi kiri. Ulangi 5 kali pada masing-
masing sisi.
9. Gerakan 1 – 4
Lakukan gerakan awal seperti hari ke-2
Gerakan 5
Sikap tubuh berbaring terlentang, salah satu kaki
Hari Kelima ditekuk 450, kemudian bagian tuhuh, bahu dan
tangan yang bersebrangan diangkat hingga tangan
menyentuh lutut yang ditekuk. Lakukan gerakan
bergantian masing-masing diulangi 5 kali.
10. Gerakan 1 – 4
Lakukan gerakan awal seperti hari ke-2
Gerakan 5
Lanjutkan dengan gerakan, sikap tubuh berbaring
Hari Ke-enam terlentang, lutut ditekuk 450, julurkan tangan
kedepan dan memegang bagian luar lutut. Angkat
tubuh dan kepala, tahan selama 5 detik kemudian
rileks. Ulangi sebanyak 5 kali.

11. Gerakan 1 – 4
Lakukan gerakan awal seperti hari ke-2
Gerakan 5
Sikap tubuh berbaring terlentang, luruskan kedua
kaki dan letakkan kedua tangan dibawah kepala.
Angkat kaki dengan posisi lurus secara vertikal lalu
tekuk lutut hingga pinggul dan lutut mendekati badan
semaksimal mungkin. Tahan selama 3 detik, lurukan
kembali kaki secara vertikal dan turunkan perlahan
lahan kembali ke lantai. Ulangi gerakan 5-10 kali.
Gerakan 6
Sikap tubuh berbaring terlentang, gerakkan kedua
ujung kaki secara teratur dengan gerakan melingkan
dari luar kedalam selama 30 detik, dan ulangi
Hari Ketujuh gerakan dari dalam keluar selama 30 detik.
Gerakan 7
Sikap tubuh berbaring terlentang, gerakan kedua
telapak kaki secara bersamaan ke arah atas dan
bawah silih berganti selama 30 detik
Gerakan 8
Sikap tubuh berbaring terlentang, luruskan kedua
kaki lalu tarik lutut mendekati badan secara
bergantian kanan dan kiri sambil kedua tangan
memegang telapak kaki. Lakukan gerakan mengurut
telapak, betis belakang, lipatan lutut dan paha secara
perlahan sambil meluruskan kaki keatas. Lalu
turunkan kembali kaki secara perlahan. Ulangi
gerakan sebanyak 5 kali.

12. Memberitahu pasien senam sudah selesai, dan


menginformasikan jadwal / kunjungan ulang
selanjutnya
13. Mengucapkan salam
14. Merapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
15. Mencuci tangan
C. CHECKLIST KETERAMPILAN

NILAI
Pelaksanaan Langkah Kerja
0 1 2
1. Memberi salam dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan, manfaat
dan prinsip senam nifas
3. Mempersiapkan alat: Matras /
tempat tidur
Persiapan
4. Mempersiapkan pasien,
memastikan keadaan umum,
tanda-tanda vital dalam batas
normal, dan pakaian yang
digunakan pasien nyaman untuk
melakukan senam
5. Gerakan 1.
Sikap tubuh terlentang dan
rileks, kemudian lakukan
pernapasan perut diawali dengan
mengambil nafas panjang mealui
hidung dan tahan 3 detik
kemudian buang melalui mulut.
Hari Pertama Lakukan 5-10 kali.
Gerakan 2.
Sikap tubuh terlentang dan
rileks, kemudian tempatkan
tangan diatas perut ibu. Lakukan
nafas dalam dan lambat melalui
hidung dan kemudian keluarkan
melalui mulut
6. Gerakan 1.
Sikap tubuh terlentang dengan
kedua tangan di samping badan
dan dibuka lebar sejajar bahu
dengan telapak tangan
Hari Kedua menghadap ke lantai. Angkat
tangan secara vertikal hingga ke
samping kepala dengan telapak
tangan menghadap ke atas, lalu
turunkan kembali hingga ke
samping badan dengan telapak
tangan menghadap ke lantai.
Ulangi gerakan 5 – 10 kali.
Gerakan 2.
Sikap tubuh berbaring
terlentang, kedua lengan lurus
kearah kepala dengan telapak
tangan terbuka ke atas. Tarik
tangan kanan ke arah kanan atas
dan kaki kanan ke arah kanan
bawah sehingga ada tegangan
penuh pada tubuh bagian kanan,
tahan selama 5 detik lalu rileks.
Lakukan gerakan yang sama
pada tubuh bagian kiri. Lakukan
secara bergantian dan ulangi 5
kali pada masing-masing sisi.
Gerakan 3.
Sikap tubuh berbaring miring ke
kanan, tekuk kedua lutut, angkat
kaki kiri ke atas 300 dan tahan
selama 3 detik lalu turunkan.
Ulangi gerakan sebanyak 5 kali.
Lakukan gerakan yang sama
pada kaki kanan dengan posisi
miring kiri.
Gerakan 4.
Sikap tubuh berbaring miring ke
kanan, tekuk kedua lutut, lalukan
tarikan pada kaki kiri ke atas dan
kebawah. Ulangi sebanyak 5 kali.
Lakukan gerakan yang sama
pada kaki kanan dengan posisi
miring ke kiri.

7. Gerakan 1 - 4
Lakukan seperti gerakan hari
kedua
Gerakan 5.
Hari Ketiga
Sikap tubuh terlentang dengan
kedua kaki ditekuk sehingga
telapak kaki menapak di lantai.
Angkat bokong dan tahan 3 detik
lalu turunkan kembali. Ulangi
sebanyak 5-10 kali.
Gerakan 6.
Sikap tubuh berbaring
terlentang, kedua kaki sedikit
dibuka, kontraksikan vagina
sambil menarik sadar panggul,
tahan selama 5 detik kemudian
rileks. Ulanngi gerakan sebanyak
5 kali.
8. Gerakan 1 – 4
Lakukan gerakan awal seperti
hari ke-2
Gerakan 5
Sikap tubuh berbaring
terlentang, lutut ditekuk.
Gerakkan panggul ke kanan
Hari Ke-empat
kemudian kontraksikan perut
hingga tulang punggung
mendatar, tahan selama 5 detik
kemudian rileks. Lakukan
gerakan yang sama ke sisi kiri.
Ulangi 5 kali pada masing-
masing sisi.
9. Gerakan 1 – 4
Lakukan gerakan awal seperti
hari ke-2
Gerakan 5
Sikap tubuh berbaring
terlentang, salah satu kaki
ditekuk 450, kemudian bagian
Hari Kelima
tuhuh, bahu dan tangan yang
bersebrangan diangkat hingga
tangan menyentuh lutut yang
ditekuk. Lakukan gerakan
bergantian masing-masing
diulangi 5 kali.

10. Gerakan 1 – 4
Lakukan gerakan awal seperti
Hari Ke-enam
hari ke-2
Gerakan 5
Lanjutkan dengan gerakan, sikap
tubuh berbaring terlentang, lutut
ditekuk 450, julurkan tangan
kedepan dan memegang bagian
luar lutut. Angkat tubuh dan
kepala, tahan selama 5 detik
kemudian rileks. Ulangi
sebanyak 5 kali.

11. Gerakan 1 – 4
Lakukan gerakan awal seperti
hari ke-2
Gerakan 5
Sikap tubuh berbaring
terlentang, luruskan kedua kaki
dan letakkan kedua tangan
dibawah kepala. Angkat kaki
dengan posisi lurus secara
vertikal lalu tekuk lutut hingga
pinggul dan lutut mendekati
badan semaksimal mungkin.
Tahan selama 3 detik, lurukan
kembali kaki secara vertikal dan
turunkan perlahan lahan kembali
ke lantai. Ulangi gerakan 5-10
kali.
Hari Ketujuh
Gerakan 6
Sikap tubuh berbaring
terlentang, gerakkan kedua
ujung kaki secara teratur dengan
gerakan melingkan dari luar
kedalam selama 30 detik, dan
ulangi gerakan dari dalam keluar
selama 30 detik.
Gerakan 7
Sikap tubuh berbaring
terlentang, gerakan kedua
telapak kaki secara bersamaan
ke arah atas dan bawah silih
berganti selama 30 detik
Gerakan 8
Sikap tubuh berbaring
terlentang, luruskan kedua kaki
lalu tarik lutut mendekati badan
secara bergantian kanan dan kiri
sambil kedua tangan memegang
telapak kaki. Lakukan gerakan
mengurut telapak, betis
belakang, lipatan lutut dan paha
secara perlahan sambil
meluruskan kaki keatas. Lalu
turunkan kembali kaki secara
perlahan. Ulangi gerakan
sebanyak 5 kali.

12. Memberitahu pasien senam


sudah selesai, dan
menginformasikan jadwal /
kunjungan ulang selanjutnya
13. Mengucapkan salam
14. Merapikan pasien dan alat-alat
yang digunakan
15. Mencuci tangan

TOTAL NILAI = ......................

Malang,

.......................
D. LATIHAN SOAL

1. Senam nifas hari pertama dapat dilakukan dengan pada kondisi ….


a. Ibu nifas dengan puting mendelep
b. Dilakukaan sesaat setelah persalinan
c. Ibu post SC 1 hari
d. Riwayat persalinan dengan laserasi derajat 3
e. Riwayat kehamilan dengan preeklamsia
2. Otot abdomen yang dilatih pada senam nifas adalah…
a. Pectoralis mayor
b. Sternocleidomastoid
c. Brachioradialis
d. Rectus Abdominis
e. Rectus Femoris
3. Senam nifas yang bertujuan untuk melatih otot-otot kandung kemih dan
mencegah inkontinensia urine adalah…
a. Senam Hooman
b. Senam Kegel
c. Senam Hoofman
d. Senam Aerobik
e. Senam Mc Robert
4. Indikasi dilakukannya senam nifas adalah…
a. Tromboplebitis
b. Anemia
c. CVAT +
d. Infeksi luka perineum
e. Otot diastasis rektus abdominalis > 2 jari
5. Manfaat senam nifas adalah…
a. Mencegah depresi postpartum
b. Melancarkan ASI
c. Mempercepat penyembuhan luka SC
d. Mengobati puting lecet
e. Memberikan efek kontrasepstif
Referensi
Ineke, I. (2016). Pengaruh Senam Nifas terhadap Tinggi Fundus Uteri dan Jenis
Lochea pada Primipara. Jurnal Ilmiah Bidan, 1(3), 45-54.
Rianti, E. (2019). Booklet Senam Nifas Otaria Dan Pendampingan Caregiver Untuk
Ibu Postpartum. Library Forikes.

Anda mungkin juga menyukai