Ruptur Perineum
PEMBIMBING
Dr. H. Hermawan, Sp.OG
DISUSUN OLEH:
Khayrul Fikri
2015730071
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus behasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relatif kaku.
Patofisiologi
• Passenger (Janin dan Plasenta)
• Tingkat II
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II
maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau
bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih
dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru
dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-mula otot dijahit dengan
catgut. Kemudian selaput lender vagina dijahit dengan catgut secara
terputus-putus atau jelujur. Penjahitan selaput lender vagina dimulai
dari puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang
sutera secara terputus-putus.
Teknik Menjahit Robekan Perineum
1. Indikasi janin.
• Sewaktu melahirkan janin premature. Tujuannya untuk mencegah
terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
• Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan
cunam, ekstraksi vakum, dan janin besar.
Episiotomi
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga
ditakuti akan terjadi robekan perineum, umpama pada primipara,
persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum, dan
anak besar.
Namun indikasi sekarang yang digunakan untuk melakukan
episiotomi telah banyak berubah. Indikasi untuk melakukan episiotomi
untuk mempercepat kelahiran bayi bila didapatkan :
• Pada teknik ini insisi dilakukan kearah lateral mulai dari kira-kira pada
jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam.
• Tekhnik ini sekarang tidak dilakukan lagi oleh karena banyak
menimbulkan komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar kearah
dimana terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi
dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
Perawatan Pasca Penjahitan
• Pemberian antibiotik spektrum luas (Cefuroxim 1,5gr) dan
metronidazol
– Antibiotik untuk cegah infeksi yang resiko tinggi inkontinensia fekal
dan fistula rektovaginal
– Metronidazol untuk melindungi kontaminasi kuman anaerob dari
anus
• Pemberian Laksatif atau Pencahar selama 10-14 hari
– Gunanya untuk mencegah terjadinya konstipasi sehingga
terlepasnya jahitan
• Program rehabilitasi otot dasar panggul dilakukan setelah 3 hari
pasca penjahitan (individual sesuai rekomendasi fisioterapis)
• Rujuk ke ahlinya (bedah digestif/uroginekologis) untuk evaluasi
setelah 3 bulan pasca melahirkan (apakah perlu pengobatan
lanjutan/perbaikan sfingter)
• Penjelasan pada pasien dan tidak dipulangkan sebelum aktivitas BAB
kembali normal
Perawatan Pasca Penjahitan
• Penjelasan detail tentang trauma dan bila ada masalah seperti infeksi
atau kontrol BAB yang sulit —–segera kontrol
• Penjelasan pada pasien dan tidak dipulangkan sebelum aktivitas BAB
kembali normal
• Penjelasan detail tentang trauma dan bila ada masalah seperti infeksi
atau kontrol BAB yang sulit —–segera kontrol
• Setelah 12 minggu perlu dinilai integritas sfingter ani dengan alat
ultrasound endoanal dan manometri anal
Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan tepat, ruptur perineum dapat menyebabkan
beberapa hal di bawah ini.
1. Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan
dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan
penatalaksanaan yang cermat selama kala satu dan kala empat
persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara
memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta
memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot.
2. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan
pada vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung
kencing luka, maka air kencing akan segera keluar melalui vagina.
Fistula dapat menekan kandung kencing atau rectum yang lama antara
kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia.
Komplikasi
3. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena
adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang
ditandai dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru
dan merah.
4. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia
pada kala nifas.Perlukaan pada persalinan merupakan tempat
masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan
infeksi.Dengan ketentuan meningkatnya suhu tubuh melebihi 380 C,
tanpa menghitung pireksia nifas.Setiap wanita yang mengalami
pireksia nifas harus diperhatikan, diisolasi, dan dilakukan inspeksi pada
traktus gentitalis untuk mencari laserasi, robekan atau luka episiotomi.
Pencegahan Ruptur Perineum
• Perlukaan jalan lahir berupa ruptur perineum dapat terjadi
oleh karena kesalahan sewaktu memimpin suatu
persalinan, terjadinya robekan perineum yang luas dan
dalam disertai pinggir yang tidak rata, dimana sebabkan
penyembuhan luka akan lambat atau terganggu.
• Cara memimpin mengejan
• Mengejan bersifat refleks dan akan terjadi dengan
sendirinya, tetapi ada beberapa penderita yang perlu
bimbingan karena pengejanan tidak efektif. Untuk itu perlu
diberi nasihat, bahwa mengejan hanya diperbolehkan
sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.
Pencegahan Ruptur Perineum
• Penderita ditidurkan terlentang, kedua kaki difleksikan,
kedua tangan memegang kaki atau memegang tepi
tempat tidur sebelah atas. Bila keadaan janin kurang baik,
penderita mengejan dalam posisi miring.
• Pada permulaan his, penderita disuruh menarik napas
dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama
mungkin. Bila his masih kuat, setelah menarik napas
pengejana dapat diulang lagi. Bila his tidak ada, penderita
beristirahat, menunggu datangnya his berikutnya.
Pencegahan Ruptur Perineum
• Bunyi jantung janin pada kala II ini harus diperiksa tiap
10-15 menit diantara dua his. Bila ada kelainan bunyi
jantung janin pemeriksaan dilakukan lebih sering. Nadi
perlu diawasi karena nadi yang cepat antara lain
menunjukkan kelelahan, dan perlu dipikirkan apakah
pengejanan masih dapat dilanjutkan.
TERIMAKASIH