Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Koordinator : H. Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep.

Dosen Pembimbing : M. Budi Santoso, S.Kep.,Ners.,M.Kep

OLEH :

EVA SANTIKA

214121133

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2021
A. KONSEP TEORI

1. Definisi

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan

elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan

manifestasi penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) di dalam

darah (Muttaqin dan Sari, 2011).

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu proses

patofisiologis dengan etiologi yang beragam, yang mengakibatkan

penurunan fungsi ginjal secara irreversibel dan progresif dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan serta elektrolit sehingga menyebabkan uremia

(Black dan Hawks, 2014).

Gagal ginjal adalah ginjal yang mengalami kehilangan kemampuan

untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam

keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi

menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif dan Kusuma

2013).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gagal

ginjal kronis merupakan suatu kegagalan kemampuan ginjal dalam

berfungsi yaitu menyaring untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan serta elektrolit.


2. Etiologi

Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang

memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal

sendiri dan di luar ginjal.

a. Penyakit dari ginjal

1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.

2) Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis.

3) Batu ginjal: nefrolitiasis.

4) Kista di ginjal: polycstis kidney.

5) Trauma langsung pada ginjal.

6) Keganasan pada ginjal.

7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan.

b. Penyakit umum di luar ginjal

1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol

tinggi.

2) Dyslipidemia.

3) SLE.

4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis.

5) Preeklamsi.

6) Obat-obatan.

7) Kehilangan banyak cairan secara mendadak (luka bakar).

3. Patofisiologi dan Pathway


Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara

bertahap fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi

nefron yang masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan

dan elektrolit. Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara

hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk meningkatkan kecepatan

filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.

Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi

dan beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga

keseimbangan glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan.

Terjadi ketidak seimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai

dengan hilangnya kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal

kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :

a. Stadium I

Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan

cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar

BUN normal dan pasien asimptomatik.

b. Stadium II

Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari

75% jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus

Filtration Rate) besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN

mulai meningkat tergantung dari kadar protein dalam diet. Kadar

kreatinin serum juga mulai meningkat disertai dengan nokturia dan

poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin.


c. Stadium III

Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90% dari

massa nefron telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja

yang masih utuh. GFR (Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 %

dari keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat.

Klien akan mulai merasakan gejala yang lebih parah karena ginjal

tidak dapat lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit

dalam tubuh. Urin menjadi isosmotik dengan plasma dan pasien

menjadi oligurik dengan output urin kurang dari 500 cc/hari

(Nurarif dan Kusuma, 2013).


Pathway

Glomerulonephritis,
pielonefritis,
hidronefrosis, sindroma GFR ↓
nefrotik, tumor ginjal

Gagal ginjal kronis

Retensi natrium

CES ↑

Tekanan kapiler ↑

Volume interstisial ↑

Edema

Hipervolemia

4. Manifestasi Klinis

Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :

a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR

dapat menurun hingga 25% dari normal.


b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria

dan nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin

serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.

c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,

latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan

(volume overloatfd), neuropati perifer, pruritus, uremic frost,

perikarditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan

GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN

meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang

komplek.

Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia,

osteodistrofirenal, lemah jantung, asidosis metabolik, gangguan

keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan

Kusuma, 2013).

5. Komplikasi

Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer dan Bare (2015)

yaitu :

a. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,

katabolisme dan masukan diit berlebih.

b. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk

sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

renin angiotensin-aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel

darah merah.

e. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar

kalsium serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan

kadara luminium.

f. Asidosis metabolic, osteodistropi ginjal & sepsis, neuropati

perifer, hiperuremia.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari

komplikasi yang terjadi.

b. Foto polos abdomen

Untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau obstruksi).

Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu

penderita diharapkan tidak puasa.

c. IVP (Intra Vena Pielografi)

Untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini

mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,

misalnya : usia lanjut, DM, dan nefropati asam urat.

d. USG

Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,

kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter

proksimal, kandung kemih serta prostat.


e. Renogram

Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan

(vaskuler, parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.

f. Pemeriksaan radiologi jantung

Untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.

g. Pemeriksaan Radiologi tulang

Untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari),

kalsifikasi metastasik.

h. Pemeriksaan radiologi paru

Untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai

bendungan.

i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai reversibel.

j. EKG

Untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

k. Biopsi ginjal.

l. Pemeriksaan laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,

kemungkinan adanya suatu gagal ginjal kronik :

1) Laju endap darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya

anemia, dan hipoalbuminemia.

2) Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang

rendah.
3) Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara

ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Ingat perbandingan

bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam,

luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran

kemih. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari

kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes klirens kreatinin

yang menurun.

4) Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.

5) Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut

bersama dengan menurunnya diuresis.

6) Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena

berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.

7) Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,

terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.

8) Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia ; umumnya

disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.

9) Peningkatan gula darah, akibat gangguan metabolisme

karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh

insulin pada jaringan ferifer).

10) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,

disebabkan karena peningkatan hormon insulin, hormon

somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.


11) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan

pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,

PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam

organik pada gagal ginjal (Muttaqin dan Sari, 2011).

7. Penatalaksanaan Klinik

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga

yaitu :

a. Konservatif

1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

2) Observasi balance cairan

3) Observasi adanya odema

4) Batasi cairan yang masuk

b. Dialysis

1) Peritoneal dialysis

Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency. Sedangkan

dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat

akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).

2) Hemodialisis

Merupakan dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di

vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis

dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk

mempermudah maka dilakukan :

a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri


b) Double lumen : langsung pada daerah jantung

(vaskularisasike jantung).

c. Operasi

1) Pengambilan batu

2) Transplantasi ginjal (Smeltzer, dan Bare, 2015)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun

laki-laki memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan

pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari

insidensi gagal ginjal akut.

b. Keluhan utama

Sangat bervariasi, keluhan berupa urine output menurun (oliguria)

sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada

sistem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, fatigue,

napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu karena

penumpukan zat sisa metabolisme/toksik dalam tubuh karena

ginjal mengalami kegagalan filtrasi.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan

urine output, penurunan kesadaran, penurunan pola nafas karena

komplikasi dari gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan


fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu, karena berdampak

pada metabolisme, maka akan terjadi anoreksia, nausea, dan vomit

sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.

d. Riwayat penyakit dahulu

Informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan

masalah. Kaji penyakit pada saringan (glomerulus) :

(glomerulonefritis, infeksi kuman), kista di ginjal : (polcystis

kidney, trauma langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal, batu,

tumor), diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.

e. Riwayat Kesehatan keluarga

Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular atau menurun,

sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit

ini. Namun pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki

pengaruh terhadap penyakit gagal ginjal kronik, karena penyakit

tersebut bersifat herediter.

f. Aktivitas/istirahat

Kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaise, gangguan tidur

(insomnia/gelisah atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan

tonus, penurunan rentang gerak.

g. Sirkulasi

Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada

(angina), hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting

pada kaki, telapak tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik


menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir,

pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.

h. Integritas ego

Faktor stress, perasaan tak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada

kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan kepribadian.

i. Eliminasi

Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap

lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna

urine, contoh kuning pekat, merah, coklat.

j. Makanan/cairan

Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan

(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik

tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia), penggunaan diuretic,

distensi abdomen/asietes, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan

turgor kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.

k. Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki

gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan

kelemahan, khususnya ekstremitas bawah, gangguan status mental,

contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan

berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat

kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut


tipis, kuku rapuh dan tipis.

l. Nyeri/kenyamanan

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku

berhati-hati/distraksi, gelisah.

m. Pernapasan

Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan

banyak, takipnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk

dengan sputum encer (edema paru).

n. Keamanan

Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis,

dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan

pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal,

petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, keterbatasan gerak

sendi.

o. Seksualitas

Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

p. Interaksi sosial

Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,

mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

q. Penyuluhan/pembelajaran

Riwayat diabetes melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal),

penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urenaria,

maliganansi, riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun


lingkungan, penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang

(Muttaqin dan Sari, 2011).

2. Analisa Data

No Data Menyimpang Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Gejala dan tanda mayor Glomerulonephritis, Kelebihan volume
DS : pielonefritis, cairan
- Dispnea hidronefrosis,
DO : sindroma nefrotik,
- Berat badan meningkat tumor ginjal
dalam waktu singkat
- Edema anasarka dan
atau edema perifer GFR ↓

Gejala dan tanda minor


DO : Gagal ginjal kronis
- Oliguria
- Intake lebih banyak dari
Retensi natrium
output (balance cairan
positif)
CES ↑

Tekanan kapiler ↑

Volume interstisial

Edema

Kelebihan volume
cairan
3. Diagnosa Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

a. Hipervolemia berhubungan dengan gagal ginjal kronis (D.0022)

4. Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan Tindakan Keperawatan


No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi
(Tim Pokja (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
SLKI DPP 2018)
PPNI, 2019)
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
berhubungan tindakan keperawatan Observasi (I.03114)
dengan gagal selama 4 jam maka 1. Periksa tanda dan gejala
ginjal kronis
hipervolemia hipervolemia (edema,
(D.0022)
menurun dengan dispnea, suara napas
kriteria hasil : tambahan)
Status Cairan 2. Monitor intake dan
(L.03028) output cairan
1. Output urin 3. Monitor status
meningkat hemodinamika
2. Edema menurun (mis.tekanan darah)
3. Berat badan menurun Terapeutik
4. Tekanan darah 1. Timbang berat badan
membaik setiap hari pada waktu
5. Turgor kulit yang sama
membaik 2. Batasi asupan cairan dan
6. Oliguria garam
membaik 3. Tinggikan kepala tempat
tidur
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5
Ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor bila
BB bertambah >1 kg
dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasai pemberian
diuretik
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
3. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT), jika perlu

5. Implementasi

Impelementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Manurung,

2018).

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus

dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan

bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau

menghentikan rencana keperawatan. Penentuan masalah teratasi,

teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara


membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria

hasil yang telah ditetapkan.

S (Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien

setelah tindakan diberikan.

O (Objective : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh

perawat setelah tindakan dilakukan.

A (Assessment) : membandingkan antara informasi subjective dan

objective dengan tujuan dan kriteria hasil,

kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah

teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.

P (Planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil assessment

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen, yaitu:

a. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluative.

b. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru

terjadi.

c. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan

standar perawat. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

d. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan

(Manurung, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Black, J., & Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Salemba
Emban Patria.

Manurung, N. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Konsep Mind Mapping dan


NANDA NIC NOC. Trans Info Media.

Muttaqin, Arif, & Komala, Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Salemba Medika.
Nurarif, & K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Dan
NANDA NIC-NOC Jilid 2 Medaction.

Smeltzer, C. S., & Bare, G. B. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah
Brunner & Suddarth, Ed.8, Vol.2. EGC.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai

  • SAK Jiwa Ners
    SAK Jiwa Ners
    Dokumen24 halaman
    SAK Jiwa Ners
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Pembahasan
    Bab Iv Pembahasan
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv Pembahasan
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Pathway CA Serviks
    Pathway CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    Pathway CA Serviks
    Dessy Angghita
    50% (2)
  • Komter sp1 Ketidakberdayaan
    Komter sp1 Ketidakberdayaan
    Dokumen4 halaman
    Komter sp1 Ketidakberdayaan
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Format Asuhan Keperawatan Anak
    Format Asuhan Keperawatan Anak
    Dokumen5 halaman
    Format Asuhan Keperawatan Anak
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Asuhan Keperawatan
    Bab Iii Asuhan Keperawatan
    Dokumen17 halaman
    Bab Iii Asuhan Keperawatan
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • 1 Pengkajian
    1 Pengkajian
    Dokumen20 halaman
    1 Pengkajian
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • LP HDR
    LP HDR
    Dokumen21 halaman
    LP HDR
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Resume Keluarga Irpan Nugraha 214121115
    Resume Keluarga Irpan Nugraha 214121115
    Dokumen22 halaman
    Resume Keluarga Irpan Nugraha 214121115
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • LP Rematik Rin Rin Fix
    LP Rematik Rin Rin Fix
    Dokumen11 halaman
    LP Rematik Rin Rin Fix
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • LP Tak
    LP Tak
    Dokumen16 halaman
    LP Tak
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • LP HDR
    LP HDR
    Dokumen21 halaman
    LP HDR
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • SAP Rematik
    SAP Rematik
    Dokumen5 halaman
    SAP Rematik
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen33 halaman
    Bab 2
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Proposal Penelitian KMB
    Proposal Penelitian KMB
    Dokumen59 halaman
    Proposal Penelitian KMB
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Resum - Ok - Eva Santika
    Resum - Ok - Eva Santika
    Dokumen6 halaman
    Resum - Ok - Eva Santika
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Askep Dm-Alicia Safanah Afifah-214121124
    Askep Dm-Alicia Safanah Afifah-214121124
    Dokumen26 halaman
    Askep Dm-Alicia Safanah Afifah-214121124
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • LP Osteomielitis
    LP Osteomielitis
    Dokumen19 halaman
    LP Osteomielitis
    Laksita Barbara
    Belum ada peringkat
  • Tujuan: Pengertian
    Tujuan: Pengertian
    Dokumen2 halaman
    Tujuan: Pengertian
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • LP BBLN
    LP BBLN
    Dokumen40 halaman
    LP BBLN
    mia rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus
    Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus
    Dokumen12 halaman
    Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Resume HD
    Resume HD
    Dokumen11 halaman
    Resume HD
    Riana Septiani Gusniardi
    100% (1)
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen52 halaman
    Bab II
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Bab IV
    Bab IV
    Dokumen26 halaman
    Bab IV
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Riana
    Riana
    Dokumen16 halaman
    Riana
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Askep Kasus I
    Askep Kasus I
    Dokumen32 halaman
    Askep Kasus I
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Riana Septiani Gusniardi
    Belum ada peringkat