Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN Indonesia dengan rata-rata nilai rapor

Beberapa hasil survey mengenai kurang dari 6, terdapat 33% siswa yang
Gangguan Pemusatan Perhatian dan dinyatakan mengalami gangguan emosi
Hiperaktivitas (GPPH) pada beberapa dan perilaku termasuk GPPH
negra memberikan hasil yang beda-beda. (Mahabbati, 2013). Prevalensi
Hasil survei yang dilakukan oleh penyandang disabilitas di Indonesia
National Survey of Children’s Health antara Susenas 2003 sampai dengan
pada tahun 2007 di Amerika Serikat 2012 mengalami peningkatan, dimana
diperoleh prevalensi GPPH anak laki– tahun 2012 diperoleh sebesar 2,45%
laki sebesar 13,2% dan perempuan (Susenas, 2012).
sebesar 5,6% (Centers for Disease Setiap provinsi di Indonesia
Control and Prevention (CDC), 2010). memiliki penyandang disabilitas yang
Di Inggris hasil survey angka prevalensi berbeda-beda. Provinsi dengan
GPPH pada anak laki–laki usia 5–15 persentase penyandang disabilitas
tahun sebesar 3,62% dan perempuan tertinggi adalah Bengkulu (3,96%) dan
sebesar 0,85% (Dita dkk, 2014). terendah adalah Papua (1,05%),
American Psychiatric Association sedangkan jumlah di Kalimantan Barat
memperkirakan 3-7 dari 100 anak sebesar 2,15% (Depkes, 2014). Menurut
sekolah menderita GPPH (Kementerian data dari Dinas Sosial Provinsi
Kesehatan RI, 2011). Kalimantan Barat pada tahun 2016,
Angka prevalensi di Indonesia kasus penyandang cacat/disabilitas di
juga dilaporkan berbeda pada beberapa Kalimantan Barat berjumlah 20.204
hasil penelitian. Menurut Saputro (2009) orang. Penelitian mengenai prevalensi
angka prevalensi berbeda antara anak GPPH di Indonesia masih sangat sedikit
laki–laki dan perempuan yaitu sebesar sehingga sampai saat ini belum
35,2% dan 18,3%. Badan Penelitian dan didapatkan angka pasti mengenai
Pengembangan Fakultas Kedokteran kejadian GPPH di Indonesia (Novriana
Universitas Andalas Direktorat et al., 2014).
Pendidikan Luar Biasa pada tahun 2006 Keputusan Menteri Kesehatan
melaporkan bahwa dari 696 siswa SD Republik Indonesia Nomor
yang berasal dari empat provinsi di 262/Menkes/SK/II/2010 tentang
Pedoman Terapi Stimulasi Sensori, SMPL, dan SMALB. Studi pendahuluan
menyatakan bahwa sasaran Pedoman di SLB Autis Kal-Bar Pontianak Timur
Terapi Stimulasi Sensori ditujukan untuk pada tanggal 19 November 2018
digunakan satu diantaranya adalah diperoleh 15 orang siswa mengalami
tenaga kesehatan, a.l. dokter spesialis, ADHD dengan perilaku hiperaktif pada
dokter umum, bidan, perawat, terapi kelas 1 sampai dengan kelas 6 dengan
serta tenaga non kesehatan yaitu rentang usia 7-12 tahun dari 57 siswa
psikolog dan ahli kependidikan atau dari tingkat SDLB. Terapi yang pernah
ortho padagogi, pekerja sosial. dilakukan pada sekolah tersebut yaitu
Berdasarkan Permenkes tersebut bidan terapi sensori integrasi, terapi bicara,
merupakan satu di antara tenaga terapi okupasi, terapi bermain dan terapi
kesehatan yang dapat menggunakan audio visual, terapi tersebut disesuaikan
Pedoman Terapi Stimulasi Sensori. kembali dengan kebutuhan dari masing-
Disamping itu, menurut Peraturan masing siswa.
Menteri Kesehatan Repunlik Indonesia Anak dengan GPPH
Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya menunjukkan tingkat perhatian di bawah
Kesehatan Anak Bagian keenam tentang rata-rata dibanding dengan anak
Perlindungan Kesehatan Anak paragraph seusianya. Attention Deficit
4 pasal 40 ayat 3 menyatakan Pelayanan Hyperactivity Disorder (ADHD) atau
kesehatan Anak dengan Disabilitas yang GPPH adalah suatu kondisi medis yang
dilakukan di sekolah luar biasa dan ditandai oleh ketidakmampuan
sekolah inklusif sebagaimana dimaksud memusatkan perhatian, hiperaktivitas,
pada ayat (2) dilakukan terintegrasi dan impulsivitas, yang terjadi pada lebih
dengan usaha kesehatan sekolah. dari satu situasi, dengan frekuensi lebih
Satu di antara sekolah bagi anak sering dan intensitas lebih berat
ADHD di Kalimantan Barat adalah dibandingkan dengan anak-anak
Sekolah Luar Biasa (SLB) Autis seusianya (Kementerian Kesehatan RI,
Kalimantan Barat yang terletak di jalan 2011). Penyebab pasti dan patologi
Tanjung Raya 2, Gang Pendidikan No 1 ADHD masih belum terungkap secara
B dengan jumlah siswa sebanyak 70 jelas. Seperti halnya ganguan autis,
orang yang terbagi dalam TKLB, SDLB, ADHD merupakan suatu kelainan yang
bersifat multifactorial (Husnah, 2007). lebih tenang. Menurut Azmira (2015)
ADHD merupakan salah satu anak ada beberapa macam terapi untuk prilaku
berkebutuhan khusus (BP-DIKSUS, hiperaktif diantaranya ada terapi musik.
2012). Istilah lain dari kebutuhan Terapi musik bertujuan membuat anak
khusus, seperti disability, impairment, hiperaktif menjadi lebih tenang seperti
dan handicap. (PSIBK, 2018). halnya orang dewasa yang
Anak ADHD kesulitan mendengarkan musik dengan frekuensi
mengendalikan perilaku karena mereka rendah untk merasakan ketenangan
lebih suka melakukan sesuatu sesuai tersendiri, menenangkan penderita
kehendak sendiri. Secara umum anak dengan musik jauh lebih baik daripada
yang menderita ADHD memiliki memberinya obat-obatan yang bisa jadi
aktivitas motorik yang tinggi membuatnya ketergantungan (Ristia
dibandingkan dengan anak seusianya, Pratiwi dkk, 2017).
sulit mengikuti instruksi secara Penggunaan irama musik yang
berurutan dan mudah lupa(Fithroh tepat dapat berperan memberikan
Roshinah dkk, 2014). Rangsangan dari ketenangan pada anak hiperaktif. Irama
dunia luar atau aktifitas sekitar akan musik dapat mempengaruhi
mengakibatkan siswa sulit untuk perkembangan IQ (Intelegent Quotient)
berkonsentrasi bahkan sering dan EQ (Emotional Quotient), seorang
meninggalkan tempat duduk ketika anak yang sejak kecil terbiasa
pelajaran berlangsung. (Yutapratama, mendengarkan musik akan lebih
2016), gejala lain yang timbul adalah berkembang kecerdasan emosional dan
perilaku yang hiperaktif dan impulsif. intelegensinya dibandingkan dengan
Perilaku impulsif merupakan perilaku anak yang jarang mendengarkan musik
manusia yang tiba-tiba berubah, tiba-tiba (Geretsegger, 2016). Treatment pada
di luar rencana, atau sebuah sikap yang terapi musik dilakukan dalam berbagai
tidak didukung alasan yang kuat, dan metode, diantaranya dengan menyanyi
menurut Imadha (2011) pada umumnya dan bermain instrumen, menulis lagu,
sikapnya tergolong irrasional (). memilih lagu, reviu kehidupan bermusik
Anak hiperaktif dapat diberikan (musical life review), terapi musik
terapi untuk membuat mereka merasa sebagai hiburan (music therapy
entertainment), guided imagery, klasik Mozart terhadap perilaku
improvisasi, dan mendengarkan musik hiperaktif pada anak autis di SLB
(Yinger, 2017). Ungaran, diperoleh hasil bahwa terdapat
Musik klasik dapat digunakan pengaruh musik klasik Mozart terhadap
pada terapi anak hiperaktif. Menurut perilaku hiperaktif pada anak autis di
Irawaty (2013) terdapat beberapa jenis SLBN Ungaran, dimana Perilaku
musik yaitu musik jazz, musik hiperaktif anak autis sebelum dan
tradisional, musik klasik dan musik dari sesudah diberikan perlakuan
alam, tetapi musik klasik seringkali menunjukkan rata-rata nilai perilaku
menjadi acuan untuk terapi musik, hiperaktif sebesar 27,5 dan 15,3.
karena musik klasik memiliki Penelitian lain yang dilakukan oleh
kecenderungan untuk menenangkan Diana Rusmawati dkk (2012) tentang
tubuh. Diantara musik-musik klasik yang pengaruh terapi musik dan gerak
sering menjadi acuan untuk mengatasi terhadap penurunan ADHD
stress dan kecemasan melalui terapi menunjukkan bahwa terdapat penurunan
musik yaitu musik karya Mozart, karena frekuensi perilaku tidak bisa duduk
hampir semua karya Mozart memiliki tenang dan keluar dari bangku pada anak
nada-nada dengan frekuensi tinggi, yang mengalami ADHD.
rentang nada yang begitu luas, dan Terapi mendengarkan musik
tempo yang dinamis (Aizid, 2011). untuk menenangkan perilaku siswa
Beberapa hasil penelitian hiperaktif belum pernah dilakukan di
penggunaan musik klasik memberikan SLB Autis Kal-Bar Pontianak Timur.
dampak yang positif pada anak Pemberian terapi musik klasik Mozart
hiperaktif. Penelitian yang dilakukan dapat digunakan dalam menurunkan
oleh Widajati dan Firdausyiah (2011) perilaku hiperaktif anak ADHD.
memberikan hasil bahwa musik klasik Berdasarkan penjelasan di atas perlu
dan stimulasi gelombang otak digunakan dilakukan penelitian pengaruh music
agar otak dapat dengan mudah klasik Mozart terhadap perubahan
memasuki kondisi konsentrasi dan fokus perilaku hiperaktif pada anak Attention
yang optimal. Penelitian Ristia Pratiwi Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
(2017) tentang pengaruh terapi musik
BAHAN DAN METODE Identifikasi Variabel
Desain Penelitian Variabel independen pada penelitian ini
Desain penelitian ini menggunakan adalah music klasik mozart, sedangkan
jenis quasy-experimental designs without
variable dependen pada penelitian ini
control groups dengan pendekatan one
group pre and post design. adalah: perubahan perilaku hiperaktif pada

Populasi dan Sampel anak Attention Deficit Hyperactvity


Disorder (ADHD).
Populasi dan sampel pada penelitian ini
adalah anak-anak dengan gangguan perilaku Instrumen Penelitian
hiperaktif pada anak Attention Deficit
Untuk lembar observasi identifikasi
Hyperactivity Disorder (ADHD) di SLB
awal gejala peneliti menggunakan Instrumen
Kalimantan Barat Pontianak Timur
Identifikasi ABK Gangguan Pemusatan
berjumlah 17 orang. Sampel diambil sesuai
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
dengan rumus Slovin yaitu 15 orang lalu
(APPKH), sedangkan untuk mengukur
jumlah minimal ditambah 10% sebagai
perilaku hiperaktif siswa/i, peneliti
antisipasi responden drop out didapatkan
menggunakan gejala yang ditunjukkan
jumlah responden 17 orang yang
berdasarkan lembar observasi Swanson,
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Nolan, and Pelham Teacher and Parent
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
Rating Scale (SNAP)IV (Swanson, 2013),
tidak mengalami gangguan mental, telah
yang terdiri dari 9 pertanyaan.
didiagnosis mengalami ADHD, tidak
mengalami gangguan pendengaran, tidak Pada variable independen (musik

mengalami cacat fisik.Usia 7-12 tahun. klasik mozart), dilakukan dengan

Sedangkan kriteri eksklusi adalah: Sedang menggunakan Satuan Operasional Prosedur

dalam terapi obat-obatan, Sedang (SOP).

mengalami dua gangguan atau lebih, Prosedur Pengambilan Data dan Analisis
Memiliki riwayat penyakit keluarga. Data

Sampling Proses pengumpulan data dilakukan

pada penelitian ini pemilihan sampel setelah mendapatkan ijin dari Jurusan

dengan menggunakan purposive sampling. Kebidanan Prodi Sarjana Terapan


Kebidanan. Setelah itu mengajukan
permohonan kepala kepala sekolah SLB
Kalimantan Barat Pontianak Timur untuk diperdengarkan music klasik Mozart dengan
melakukan pengambilan data dan penelitian. menggunakan tape yang berjarak sekitar
Setelah mendapatkan ijin dari kepala setngah meter (50cm) (Satidarma,2004).
sekolah SLB Kalimantan Barat Pontianak Pemberian musik klasik Mozart berlangsung
Timur. Selanjutnya melakukan observasi selama 30 menit untuk memberikan efek
awal untuk mengidentifikasi anak dengan terapi, minimal 15 menit untuk mendapatkan
gangguan Attention Deficit Hyperactvity efek terapeutik (Potter & Perry, 2005).
Disorder (ADHD) menggunakan lembar proses intervensi dilakukan selama 8 hari
observasi Instrumen Identifikasi ABK berturut-turut selama 30 menit
Gangguan Pemusatan Perhatian dan pelajaran/hari. (Mulyani, 2013). Pada tahap
Hiperaktivitas (GPPH), setelah didapat persiapan intervensi, peneliti mempersiapan
responden yang mengalami gangguan lembar observasi penilain perilaku
ADHD, peneliti menyeleksi responden hiperaktif. Tahap pelaksanaan intervensi
berdasarakan kriteria inklusi dan eksklusi yang dilakukan pada saat kegiatan belajar
yang sudah ditentukan dengan metode peneliti akan mendengar musik klasik
purposive sampling. Setelah mendapatkan Mozart selama 15-30 menit untuk
responden yang dikehendaki langkah mengobservasi dan menilai perilaku siswa/i
selanjutnya adalah meminta persetujuan yang terdiri dari 9 pertanyaan berdasarkan
(informed consent) dari orang tua lembar observasi Swanson, Nolan, and
responden,. Pelham Teacher and Parent Rating Scale
(SNAP)IV.
Pretest pada observasi awal
dilakukan dengan pengamatan perilaku Post test dilakukan pada hari ke 10,
hiperaktif siswa, dengan mengisi lembar dengan menggunakan instrument yang sama
observasi berdasarkan panduan Swanson, ketika pretest yaitu lembar observasi
Nolan, and Pelham Teacher and Parent menggunakan Swanson, Nolan, and Pelham
Rating Scale (SNAP)IV, untuk melihat Teacher and Parent Rating Scale
seberapa tingkatan hiperaktif anak ADHD (SNAP)IV. Penurunan nilai dari pretest ke
sebelum diberikan intervensi. Respon dibagi postetst menunjukkan adanya penurunan
menjadi tiga kelompok/kelas. Setiap kelas gejala hiperaktif pada anak dengan ADHD,
berisi 5 orang siswa/i untuk mempermudah sehingga dapat diketahui pengaruh terapi.
observasi. 5 orang anak akan dimasukkan
kedalam satu kelas sekaligus untuk

Anda mungkin juga menyukai