Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MK KOMPLEMENTER

PENERAPAN METODE KOMPLEMENTER UNTUK ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dosen Pengampu : Ibu Ni Wayan Suarniti, S.ST.,M.Keb

OLEH :
I GUSTI AGUNG AYU MIRA DEWI
NIM P07124220054

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI STR KEBIDANAN
2021
PENERAPAN METODE KOMPLEMENTER UNTUK ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

Seorang Anak usia 6 tahun yang mengalami Autisme melakukan


kunjungan ke Puskesmas Abiansemal I. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan
data bahwa Anak tersebut kesulitan mengucapkan kosakata dan kombinasi dua
kata, sedikit mencoba berbicara tapi mudah frustasi, Anak menggunakan isyarat
atau gesture untuk berkomunikasi termasuk menggunakan ekspresi wajah dan
gerak tubuh.

Bidan A melakukan penanganan dengan terapi komplementer yaitu terapi


musik. Berikut Langkah-langkah penanganan dengan terapi musik tersebut:

1. Melakukan terapi musik, dengan memilih tempat yang tenang, dan bebas dari
gangguan. Bidan dapat juga menyempurnakannya dengan aroma lilin wangi
aromaterapi guna membantu menenangkan tubuh.
2. Pada awal terapi diperdengarkan berbagai jenis musik untuk mengetahui
respon dari tubuh Anak, lalu anjurkan Anak untuk duduk di lantai, dengan
posisi tegak dan kaki bersilangan, ambil nafas dalam-dalam, tarik dan
keluarkan perlahan-lahan melalui hidung.
3. Saat musik dimainkan, dengarkan dengan seksama instrumennya, seolah-olah
pemainnya sedang ada di ruangan memainkan musik khusus untuk Anak.
Bidan bisa memilih tempat duduk lurus di depan pengeras suara. Tapi yang
terpenting biarkan suara musik mengalir ke seluruh tubuh Anak, bukan hanya
bergaung di kepala.
4. Bayangkan gelombang suara itu datang dari pengeras suara dan mengalir ke
seluruh tubuh Anak. Bukan hanya dirasakan secara fisik tapi juga fokuskan
dalam jiwa. Fokuskan di tempat mana yang ingin Bidan sembuhkan, dan
suara itu mengalir kesana. Dengarkan, Anak membayangkan alunan musik itu
mengalir melewati seluruh tubuh dan melapisi tipis tubuh Anak.
5. Saat Bidan melakukan terapi musik, Anak akan diberikan materi seperti
melabel, artikulasi dan lain-lain yang beriringin dengan musik yang
dimainkan.
6. Bidan dapat melakukan terapi musik selama selama dua (2) minggu setiap
hari (senin-sabtu), durasi satu sesi adalah 120 menit, jadi total keseluruhan
adalah 1440 menit atau 24 jam.

Pelayanan terapi musik ini juga termasuk ke dalam pelayanan kesehatan


komplementer yang telah secara legal dapat diterapkan di pelayanan kesehatan
yang diatur dalam PP nomor 103 tahun 2014. Legalitas pemberian terapi
komplementer di Provinsi Bali juga tertuang dalam Peraturan Gubernur Bali No.
55 Tahun 2019. Jadi, secara hukum pelayanan kesehatan secara terapi
komplementer dapat diterapkan di layanan kesehatan.

Kemampuan berbahasa pada autis dapat diukur dengan panduan


pengukuran tes kemampuan berbahasa yang meliputi kemampuan
mengekspresikan diri saat bicara, kemampuan memahami ucapan orang lain,
kemampuan mengulang kata yang diucapkan orang lain, kemampuan mengenali
nama-nama benda yang ada disekitarnya, kemampuan membaca, kemampuan
menulis,dan kemampuan menyalin kata dan menggambar (Priyatna, 2013). Autis
tidak mampu mengunakan kemampuan bahasanya, karna anak autis mengalami
keterlambatan berbicara, membisu, berbicara dengan suku kata yang tidak
mempunyai arti. Beberapa upaya pembelajaran oleh para ahli yang dirancang
untuk meningkatkan kemampuan anak autistik terutama dalam aspek bahasa dan
komunikasi.

Ada bermacam-macam terapi yang diberikan kepada autisme,


diantaranya terapi bermain, terapi musik, terapi kasih sayang dan perhatian. Salah
satu yang kini menjadi alternatif adalah dengan mengunakan terapi musik. Musik
dipergunakan sebagai alat penyembuhan dan rehabilitas dengan tujuan berkaitan
dengan rekreasi dan mengandung unsur-unsur pendidikan (Djohan, 2020). Terapi
musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seorang
terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan
mental, fisik, emosional dan spritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut
sebagai terapi pelengkap (Complementary Medicine). Terapi musik sebagai teknik
yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi
atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat
disesuai dengan keinginan, seperti musik klasik, intrumentalia, slow music,
orkestra, dan musik modern lainnya. Musik lembut dan teratur seperti
intrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering digunakan untuk
terapi musik (Suryana, 2018).

Secara empiris, terapi musik pada anak Autis telah dilakukan berbagai
penelitian. Penelitian Asri (2013) tentang “Pengaruh Pemberian Terapi Musik
Klasik terhadap Kemampuan Berbahasa pada Anak Autis” menemukan bahwa
kemampuan berbahasa anak autis sebelum diberikan terapi musik klasik di Taman
Pelatihan Harapan Makassar yaitu anak autis yang memiliki kemampuan
berbahasa yang aktif sebanyak 7 orang (23,3%), Sedangkan anak autis yang
memiliki kemampuan berbahasa yang pasif sebanyak 23 orang (76,7 %).
Kemampuan berbahasa anak autis setelah diberikan terapi musik klasik di Taman
Pelatihan Harapan Makassar mengalami peningkatan yaitu anak autis yang
memiliki kemampuan berbahasa yang aktif sebanyak 22 orang (73,3%),
Sedangkan anak autis yang memiliki kemampuan berbahasa yang pasif sebanyak
8 orang (26,7 %). Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada Pengaruh yang
signifikan antara Terapi musik klasik terhadap kemampuan berbahasa pada anak
autis di Taman Pelatihan Harapan Makassar dengan nilai p-value = < 0,001 (Asri,
2013). Penelitian lain dari Yuanda (2014) tentang “Pengaruh Terapi Musik Klasik
terhadap Kemampuan Berbahasa pada Anak Autis Ringan Usia Pra Sekolah”
menemukan bahwa rata-rata kemampuan bahasa sebelum diberikan terapi musik
klasik adalah 32,80 dan rata-rata kemampuan bahasa sesudah diberikan terapi
musik klasik adalah 41,37. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh
terapi musik klasik terhadap kemampuan berbahasa anak autis ringan usia pra
sekolah di SLB Autis Jalinan Hati Payakumbuh Tahun 2014 dengan p = 0,000.
Terapi Musik Klasik untuk Anak Autis pada usia antara 2 – 5 tahun adalah usia
yang sangat ideal untuk memulai menangani autisme, karena diumur 2 – 5 tahun
ini pengontrolan emosi anak sulit untuk diatur, yang pada umumnya autis terjadi
sebelum usia 3 tahun (Yuanda, 2014).
Referensi:

Asri, M. (2013). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik terhadap Kemampuan


Berbahasa pada Anak Autis di Taman Pelatihan Harapan Makassar.
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Djohan. (2020). Psikologi Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Gubernur Bali. (2019). Peraturan Gubernur Bali Nomor 55 Tahun 2019 Tentang
Pengobatan Tradisional.

Presiden Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.

Priyatna, A. (2013). Amazing Autism! (Memahami, Mengasuh, dan Mendidik


Anak Autis). Jakarta: Elex Media Komputindo.

Suryana, D. (2018). Terapi Musik: Populasi Klien Terapi Musik. Jakarta: Dayat
Suryana Independent.

Yuanda, F. (2014). Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Kemampuan


Berbahasa pada Anak Autis Ringan Usia Pra Sekolah di SLB Autis Jalinan
Hati Payakumbuh Tahun 2014. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai