Anda di halaman 1dari 10

TERAPI MUSIK PERKUSI UNTUK MELATIH

MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY

Budi Dwi Hermawan


Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang
E-mail dwibudy66@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan dan mendeskripsikan bentuk
terapi musik perkusi yang digunakan untuk melatih motorik anak cerebral palsy di YPAC Semarang.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat dijadikan informasi kepada terapis, sekolah, dan
masyarakat agar dapat memberikan langkah atau penanganan yang tepat bagi anak cerebral palsy dan
dapat sebagai acuan dalam pnyempurnaan metode yang sudah ada. Metode penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan psikologi dan musikologi, sasaran penelitian terapis dan anak cerebral
palsy. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen,
sedangkan pemeriksaan keabsahan data yang digunakan triangulasi. Analisis data meliputi tiga
tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Bentuk terapi musik
perkusi yang digunakan dalam terapi motorik dibagi dua yaitu musik sumber bunyinya dari tubuh
dan sumber bunyinya dari alat musik. Keduanya dibagi menjadi musik bernada dan musik tak
bernada, dan proses terapi musik perkusi dibagi menjadi tiga tahap, observasi, awal dan akhir. Musik
tubuh bernada diajarkan melalui mulut. Musik tubuh tak bernada diajarkan melalui bagian tubuh
anak itu sendiri seperti tepuk tangan, tepuk paha dan hentakan kaki. Sedangkan alat musik bernada
seperti angklung, belira, keyboard dan alat musik tak bernada diajarkan seperti rebana, tamborin,
snare drum dan simbal. Proses pelaksanaan terapi musik menggunakan cara bervariasi. Saat
mengajarkan sebuah lagu, terapis memilih lagu bersifat edukatif dan memancing intelegensi anak,
seperti suka hati injak bumi disertai hitungan. Secara tidak langsung lagu tersebut memiliki unsur-
unsur pelajaran seperti menghitung dan rangsangan untuk melakukan gerak. Dalam proses terapi
dipengaruhi beberapa faktor, cuaca, usia, mental intelegensi anak, tingkat kecacatan, emosi anak, dan
orang tua.

Kata kunci : Terapi musik, perkusi, motorik, cerebral palsy.

PENDAHULUAN hati yang gundah dan terapi jiwa. Peranan


musik sebegai media terapiatau
Sejak dahulu kala manusia telah penyembuhan sebenarnya sudah
mengenal musik, kehadiran musik tidak diterapkan oleh nenek moyang kita
dapat dipisahkan dari kehidupan berabad-abad yang lalu. Banyak wilayah
manusia. Pada jaman dahulu nenek di Indonesia khususnya daerah
moyang kita menggunakan bunyi- pedalaman menyertakan musik dalam
bunyian untuk mengusir roh jahat , media penyembuhan mereka. Mereka
menggunakan nyanni-nyanyian untuk membunyikan tetabuhan untuk
memohon sesuatu pada roh leluhur, dan memanggil arwah atau roh agar
menggunakan tetabuhan untuk proses memberikan petunjuk dalam
upacara adat atau pemujaan. penyembuhan pasiennya.
Pada hakikatnya musik adalah Sampai pada saat ini terapi musik
pencampuran dari rangkaian bunyi, dianggap penting dan menjadi bagian
irama, harmonisasi nada, dinamika (keras dari dunia kesehatan, musik tidak lagi
-lembut), tempo ( cepat-lambat ) dan dianggap sebagai sesuatu yang identik
mempunyai kemampuan mendamaikan dengan hura-hura, senang-senang, tetapi
musik sangat berpengaruh untuk dituntut untuk dapat memahami tingkat
memperbaiki, memelihara, melatih, kecerdasan anak mengingat tingkat
mengembangkan kesehatan mental, kecerdasan anak satu dengan yang lain
emosional dan fisik pada orang yang berbeda. Hal ini dilakukan supaya
mengalami atau mempunyai gangguan pemberian terapi dapat mengenai sasaran
tertentu. Seiring dengan perkembanganya dengan tepat sesuai dengan kelainan yang
terapi musik dapat melatih, diderita pada anak-anak berkebutuhan
mengembangkan, dan mengoptimalkan khusus.
kemampuan anak berkebutuhan khusus, Penelitian yang dilakukan oleh
salah satunya adalah di YPAC (Yayasan Fitri Ayuningtyas (2009) menunjukan
Pembinaan Anak Cacat) kota Semarang. bahwa aktivitas terapi musik untuk
Yayasan Pembinaan Anak Cacat mengembangkan motorik bagi anak tuna
Semarang adalah satu-satunya tempat grahita meliputi kegiatan pengenalan
pembinaan anak cacat di Semarang yang musik pada tubuh dan bersumber dari
menggunakan terapi musik sebagai salah alat musik itu sendiri.Terdapat hasil atau
satu terapi utamanya. Terapi musik perkembangan motorik yang ditunjukan
sangat diperlukan untuk anak anak tuna grahita setelah mengikuti terapi
berkebutuhan khusus, karena dapat musik.
mengajak anak untuk mengikuti irama, Nuri firdausiyah (2013: .)
yang selanjutnya akan menciptakan menjelaskan bahwa pemberian terapi
suasana santai dan gembira yang pada musik klasik terhadap perilaku hiperaktif
akhirnya anak dapat menerima atau pada anak autis berdasarkan hasil analisis
mengikuti program kegiatan terapi yang visual antar kondisi maka dapat
ada di kelas terapi musik dengan mudah. disimpulkan bahwa terapi musik klasik
Dengan diberikannya terapi musik berpengaruh positif terhadap perilaku
diharapkan dapat mengurangi hiperaktif pada anak autis. Hal ini berarti
ketegangan otot dan syaraf motorik anak, musik sebagai media terapi bagi anak
dapat mengurangi tingkat emosi anak, berkebutuhan khusus mempunyai
dapat melatih mental dan pengaruh yang positif.
menumbuhkembangkan rasa percaya diri
pada anak berkebutuhan khusus, Cerebral Palsy termasuk dalam
sehingga anak tidak malu untuk bersaing klasifikasi D ( tuna daksa), karena pada
dan melakukan sesuatu seperti pada saat ini sudah jarang kita menemui
manusia umumnya. Banyak anak-anak penderita polio, maka di YPAC Semarang
berkebutuhan khusus merasa rendah diri, pada anak-anak tuna daksa juga disebut
merasa berbeda, merasa dikucilkan oleh anak-anak penderita CP ( Cerebral Palsy ).
lingkungannya sehingga menjadikan Cerbral Palsy adalah gangguan pada syaraf
mereka rentan terkena stres dan gangguan atau gangguan pada motoriknya sehingga
jiwa, oleh karena itu dengan terapi musik anak mengalami kesulitan gerak dan
diharapkan bisa mengembalikan rasa cenderung kaku. Pada anak penderita CP
percaya diri anak bahwa mereka mampu pemberian terapi dengan musik perkusi
bersaing di luar sana. dianggap mampu untuk melatih
Pada proses kegiatan terapi musik, kekakuan-kekakuan pada motorik anak,
tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran dengan menggunakan alat perkusi
seorang terapis. Dalam kesehariannya mampu melemaskan ketegangan motorik
terapis akan menemui anak dengan pada anak penderita Cerebral Palsy.
kelainan yang berbeda-beda. Seorang
terapis dituntut untuk mempunyai sifat Adanya kegiatan terapi musik
yang sabar, bekerja keras dan mampu perkusi bagi anak cerebral palsy di YPAC
memahami kriteria-kriteria atau kelainan Semarang memberikan dorongan kepada
pada masing-masing anak. Terapis juga penulis untuk menunjukan dan
mendeskripsikan bagaimana bentuk yang bila diberikan akan langsung dapat
terapi musik perkusi yang digunakan meredakan rasa sakit, terapi lebih bersifat
untuk melatih motorik anak cerebral palsy proses yang harus diberikan secara
di YPAC Semarang, kerena terapi musik berulang-ulang dan teratur dalam proses
perkusi adalah terapi musik yang sangat penyembuhan. Terapi diberikan sebagai
pas digunakan dalam melatih motorik bantuan atau pelengkap pengobatan
anak CP yang cenderung mengalami medis yang dapat mempercepat proses
kekakuan pada bagian motorik dan penyembuhan. Selain itu dikenal juga
anggota gerak tubuhnya. Selain itu terapi yang bersifat suportif, yaitu suatu
pemberian terapi musik perkusi juga terapi yang tidak merawat atau
dapat melatih sosial emosional anak memperbaiki kondisi yang mendasarinya,
melalui proses-proses kegiatan terapi melainkan meningkatkan kenyamanan
musik tersebut. pasien.
Permasalahn dalam penelitian ini Musik adalah pengungkapan isi
adalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah hati manusia dalam bentuk bunyi yang
bentuk terapi musik perkusi yang teratur dengan melodi dan ritmis, serta
digunakan untuk melatih motorik anak mempunyai unsur harmoni atau
cerebral palsy di Yayasan Pembinaan Anak keselarasan yang indah (Purwadi,
Cacat Semarang? 2003:11). Pengertian yang lain
Mengacu pada rumusan masalah diungkapkan oleh Jamalus (1988: 1),
di atas, tujuan diadakannya penelitian ini bahwa musik adalah suatu hasil karya
adalah untuk menunjukan dan seni bunyi dalam bentuk lagu atau
mendeskripsikan bagaimana bentuk komposisi-komposisi musik yang
terapi musik perkusi yang digunakan mengungkapkan pikiran dan perasaan
untuk melatih motorik anak cerebral palsy penciptanya melalui unsur-unsur musik
di YPAC Semarang. yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau
Penelitian ini akan membahas struktur dan ekspresi sebagai satu
tentang bentuk terapi musik yan meliputi kesatuan.
tahap-tahap atau proses terapi yang Musik sebagai media penyembuhan
digunakan untuk melatih motorik anak atau terapi dapat diartikan bahwa musik
cerebral palsy di YPAC Semarang. Kajian menjadi media khusus dalam bidang
yang dikemukakan diharapkan dapat penyembuhan atau terapi tersebut. Terapi
menjadi rujukan dalam meningkatkan musik dirancang dengan pengenalan yang
dan mengembangkan metode yang mendalam terhadap keadaan dan
digunakan dalam proses terapi musik permasalahan klien, sehingga akan
agar dapat mencapai hasil yang berbeda untuk setiap orang.Namun
maksimal. semua terapi musik mempunyai tujuan
Kata terapi menurut Pengertian yang sama, yaitu membantu
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: mengekspresikan perasaan, membantu
1180) yaitu:terapi adalah usaha untuk rehabilitasi fisik, memberi pengaruh
memulihkan kesehatan orang yang positif terhadap kondisi suasana hati dan
sedang sakit; pengobatan penyakit; emosi, meningkatkan memori, serta
perawatan penyakit; Terapi berasal dari menyediakan kesempatan yang unik
bahasa Inggris yang asal katanya ialah untuk berinteraksi dan membangun
therapy yang berarti terapi atau kedekatan emosional (Djohan,
pengobatan. Pengertian terapi menurut 2006:25).Aktifitas musikal merupakan
Kamus Ilmu-Ilmu Sosial adalah bagian yang penting dalam upaya
"perlakuan atau cara-cara menyembuhkan mencapai tujuan yang di harapkan dalam
penyakit yang diderita oleh seorang pelaksanaan terapi musik. Aktitas musikal
individu".Peran terapi dalam proses tersebut mencakup kegiatan
penyembuhan tentu saja tidak seperti obat mendengarkan musik, merespon musik
dengan gerak berirama, bernyanyi, sumarno/aspek-perkembangan motorik-pada-
membaca notasi musik, dan memainkan anak).
alat musik. Cerebral palsy merupakan salah
Terapi musik adalah suatu profesi satu bentuk cedera otak, yaitu suatu
di bidang kesehatan menggunakan musik kondisi yang mempengaruhi
dan aktivitas musik untuk mengatasi pengendalian sistem motorik sebagai
berbagai masalah dalam aspek fisik, akibat lesi dalam otak (Somantri2007:121),
psikologis, kognitif, dan kebutuhan sosial atau suatu penyakit neuromuskular yang
individu yang mengalami cacat fisik disebabkan oleh gangguan perkembangan
(Djohan, 2006:27). Pada umumnya kata atau kerusakan sebagian dari otak yang
"musik" dalam "terapi musik" menjelaskan berhubungan dengan pengendalian fungsi
tentang media yang digunakan dalam motorik. Dari pernyataan diatas dapat
rangkaian atau proses terapi tersebut. disimpulkan bahwa kelainan atau
Menurut Djohan (2006:24) terapi musik kecacatan yang diderita anak CP karena
adalah terapi yang bersifat non verbal, cidera pada otak sehingga proses
dengan bantuan musik pikiran klien penyampaian perintah dari otak ke syaraf
dibiarkan untuk mengembara, baik untuk motorik terganggu atau terhambat yang
mengenang hal-hal yang membahagiakan, menjadikan motorik anak kaku.cerebral
membayangkan ketakutan-ketakutan palsy menyangkut gambaran klinis yang
yang dirasakan, mengangankan hal-hal diakibatkan oleh luka pada otak, terutama
yang diimpikan dan dicita-citakan, pada komponen yang menjadi
langsung mencoba menguraikan penghalang dalam gerak, sehingga
permasalahan yang dihadapi. keadaan anak yang dikategorikan cerebral
Instrumen perkusi pada dasarnya palsy dapat digambarkan sebagai kondisi
merupakan segala benda apapun yang semenjak kanak-kanak dengan kondisi
dapat menghasilkan suara baik karena nyata, seperti lumpuh, lemah,tidak
dipukul, digoyang, digosok, dibenturkan, adanya koordinasi atau penyimpangan
atau dengan cara apapun yang dapat fungsi gerak yang disebabkan oleh
membuat getaran pada benda tersebut" gangguan pada pusat kontrol gerak di
(Blades, Percusion Instruments and Their otak (Efendi 2009: 118).
History, 1970). Menurut Mudjilah (2004: Menurut derajat kemampuan
82) instrumen perkusi adalah instrumen fungsionalnya CerebralPalsy
yang sumber bunyinya dari bahan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
instrumen tersebut, atau dapat juga dari ringan, sedang dan berat (Salim 2007:178-
membran. 182). Anak yang masuk dalam kategori
Definisi motorik menurut CP berat akan sulit untuk diberikan terapi
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah atau untuk berkembang wlaupun sedikit.
bersangkutan dengan penggerak. Ada beberapa faktor yang
Motorik adalah suatu istilah yang menyebabkan kerusakan otak yang pada
digunakan untuk menggambarkan akhirnya menyebabkan anak menderita
perilaku gerakan yang dilakukan oleh cerebral palsy, faktor-faktor tersebut adalah
tubuh manusia. Alim Sumarno faktor parental, neonatal, dan
menjelaskan motorik merupakan pronatal.Faktor parental atau keluarga
perkembangan pengendalian gerakan adalah faktor-faktor yang didapat
tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir sebelum anak dilahirkan. Faktor-faktor itu
antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal seperti : ketidaknormalan sel kelamin
cord (bagian utama dari sistem saraf pusat pria, trauma pada waktu kehamilan,
yang melakukan impulssaraf sensorik dan kehamilan yang mengalami pendarahan,
motorik dari otak dan keotak) keguguran yang berulang-ulang, dan ibu
(http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim- hamil yang merokok dan pengkonsumsi
alkohol. Faktor neonatal adalah faktor
yang didapat anak ketika dalam proses hanya satu orang. Peneliti juga
persalinan atau saat proses kelahiran melakukan observasi dan wawancara
anak. Faktor-faktor itu seperti : kesulitan untuk memperoleh data, jadi tidak
saat persalinan karena pinggul ibu kecil, terfokus pada satu metode saja, (c)
sehingga harus menggunakan alat bantu Triangulasi data adalah keabsahan data
untuk proses persalinan bayi, penggunaan dengan mengacu pada data, dengan
obat bius pada saat proses persalinan, menambah atau memperkaya data
kelahiran prematur, dan kekurangan sampai dirasa cukup. Dalam penelitian
oksigen pada saat proses persalinan. ini peneliti sudah melakukan hal tersebut
Faktor posnataladalah faktor yang dengan mencari literatur sebanyak-
didapat setelah anak dilahirkan. Faktor- banyaknya untuk memperoleh data yang
faktor itu seperti : kejang-kejang yang sesuai dengan permasalaha yang ada.
sering terjadi pada anak dan berlangsung
cukup lama, kepala anak terjatuh atau HASIL DAN PEMBAHASAN
sering terbentur, diare semasa bayi
sampai kekurangan cairan, penyakit yang Hasil Penelitian
diderita anak sepertitumorselaput Terapi musik di YPAC Semarang
otak,tbc, dan pertumbuhan tubuh dan mempunyai tiga program terapi, yaitu
tulang yang tidak sempurna. fisik motorik, sosial emosional dan mental
intelegensi. Keseluruhan program yang
METODE ada di terapi musik tersebut bertujuan
untuk: (1) meningkatkan daya konsentrasi
Metode penelitian yang anak; (2) mengembalikan individu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tertutup ke realitas; (3) melatih persepsi
deskriptif kualitatif. Pendekatan yang anak; (4) menimbulkan harga diri pada
digunakan yaitu psikologi dan anak; (5) mengurangi kekakuan otot-otot;
musikologi. Teknik pengumpulan data (6) membentuk kembali hubungan
yang digunakan dalam penelitian ini interpersonal; (7) meningkatkan
adalah: (1) Teknik Observasi,(2) Teknik pengenalan dan pengetahuan tentang
Wawancara (tertutup dan terbuka), dan musik; (8) menghilangkan kelelahan dan
(3) Teknik Dokumentasi. menciptakan suasana santai.
Teknik pemeriksaan keabsahan Siswa cerebral palsy dibedakan
data :(1) perpanjangan keikutsertaan, (2) menjadi dua kelas yaitu kelas individual
ketekunan pengamatan, (3) triangulasi, dan klasikal. Kelas individual adalah kelas
(4) pemeriksaan sejawat, (5) analisis dimana anak-anak CP masih
kasus negatif, (6) pengecekan kecukupan membutuhkan perawatan yang intensif,
referensi, dan (7) pengecekan anggota. karena pada kelas individual ini
Peneliti menggunakan teknik triangulasi. gangguan motorik atau gangguan yang
Triangulasi data dengan penjelasan dialami anak CP masih tergolong berat.
sebagai berikut: (a) Triangulasi Sumber Kelas klasikal adalah kelaslanjutan
adalah keabsahan data dengan mengacu dimana anak-anak CP sudah mengalami
pada sumber dengan pengecekan derajat perkembangan dalam terapi. Pada kelas
kepercayaan data yang diperoleh klasikal ini terapi dilakukan dengan
berdasarkan fakta dilapangan/obyek bersama-sama atau dengan kelompok
penelitian, (b) Triangulasi metode adalah karena kebanyakan anak sosial emosinya
keabsahan data dengan mengacu pada sudah bagus dan sudah mampu
metode dengan pengecekan derajat mengikuti perintah yang diberikan oleh
kepercayaan penemuan hasil penelitian terapis
dan beberapa sumber data dengan Kegiatan Terapi Musik Perkusi
metode yang sama. Hal ini dilakukan untuk anak Cerebral Palsy dibagi menjadi 2
peneliti karena sumber informan tidak kelompok. Yaitu kelompok clasical (anak
cerebral palsy yang sudah cukup lama Dari hasil penelitian yang sudah
mendapatkan terapi musik) yang dilakukan oleh peneliti, maka
dilaksanakan setiap hari senin dan kamis pembahasan tentang Bentuk Terapi
pukul 08.00-10.00 WIB. Sedangkan Musik Perkusi Untuk Melatih Motorik
kelompok individu (anak yang baru Anak Cerebral Palsy di YPAC Semarang
diperkenalkan terapi musik) yang dapat dipaparkan seperti pembahasan di
dilaksanakan setiap hari selasa pukul bawah.
09.00-11.00 WIB. Pada kelompok clasical Pada tahap awal kegiatan diawali
adalah anak cerebral palsy dalam kategori dengan proses observasi dimana terapis
mampu didik yaitu anak-anak yang mendapatkan rujukan dari dokter sebagai
mampu mengikuti aktivitas terapi musik pedoman terapis untuk mengetahui
(dengan jumlah anak lebih dari satu tingkat kecacatan yang diderita oleh anak
orang). Pada kelas individu adalah anak juga sebagai pertimbangan atau acuan
Cerebral Palsy dalam kategori mampu latih pemberian materi terapi musik perkusi,
yaitu anak-anak yang tidak dapat selain itu kegiatan observasi sendiri
mengikuti aktivitas seperti anak mampu adalah kegiatan dimana terapis
didik atau anak-anak pemula. mengamati dan memahami anak,
Berdasarkan data yang diperoleh bagaimanakah tingkat kecacatan yang
didapatkan hasil bahwa kegiatan terapi dideritanya, apa saja keluhan yang
musik di YPAC Semarang adalah salah dialami oleh anak sehingga terapis
satu program yang utama dalam mampu mengetahui tingkat kecacatan
serangkaian terapi yang ada di YPAC atau seberapa berat cerebral palsy yang
Semarang. Pada kelas terapi musik diderita anak tersebut. Dalam kasus anak
sendiri terdapat tiga pengajar yang cerebral palsy terapis dapat melihattingkat
memiliki pengalaman di bidang kecacatan dari seberapa banyak atau besar
rehabilitasi. Ketiganya merupakan anggota tubuh yang mengalami
pegawai tetap di YPAC dari unit kecacatan. Kegiatan selanjutnya pada
rehabilitasi medik. tahap awal adalah anak dikenalkan pada
Sarana dan prasarana adalah musik perkusi pada tubuh, musik perkusi
aspek pendukung yang sangat penting pada tubuh adalah seluruh bagian tubuh
dalam menentukan keberhasilan suatu yang dapat dijadikan musik, musik
proses terapi musik, karena apabila perkusi pada tubuh sendiri dibagi
keduanya tidak saling mendukung maka menjadi dua, yaitu musik pada tubuh
semua kegiatan yang dilaksanakan tidak bernada dan tak bernada. Musik perkusi
akan mencapai hasil yang diinginkan. pada tubuh tak bernada (seluruh bagian
Dalam proses pelaksanaan terapi musik di tubuh yang dijadikan alat musik perkusi
YPAC Semarang juga terdapat sarana dan yang tidak mengeluarkan nada) untuk
prasarana yang mendukung melatih motorik anak CP diberikan
terlaksananya kegiatan terapi musik dengan kegiatan bertepuk tangan, dan
tersebut. Sarana dan prasana pada kelas tepuk paha. Dalam kegiatan ini anak juga
terapi musik di YPAC Semarang meliputi diajarkan bertepuk paha atau bertepuk
alat musik perkusi, TV, keyboard, VCD, tangan disertai hitungan dan tempo, hal
dan fasilitas pendukung terapi lainnya. ini dilakukan agar respon sensorik dan
Alat-alat tersebut merupakan alat yang motorik dapat terangsang dengan baik,
sudah cukup lama dan perlu diperbaharui dan pemberian metode tersebut dapat
ada juga alat yang dibuat oleh terapis berpengaruh pada mental, intelegensi dan
sendiri seperti simbal kayu dan marakas.. emosional anak. Pada tahap ini materi
yang diberikan adalah mengenalkan
ritme, dalam pelaksanaanya yaitu
bertepuk tangan atau tepuk paha dengan
Pembahasan menggunakan ritme yang sederhana.
Dalam proses pemahaman ritme membunyikan sesuatu atau berbicara.
menggunakan musik perkusi dalam Pada anak CP terutama yang mengalami
tubuh tak bernada dapat disisipkan gangguan pada daerah artikulasi dan
beberapa unsur pelajaran di dalamnya, memang kebanyakan anak CP pasti
selain motorik dan sensorik anak terpacu terkena pada daerah artikulasinya,
juga untuk melatih mental intelegensi kegiatan pengenalan musik perkusi dalam
anak tersebut, misalnya dapat disisipkan tubuh bernada dengan kegiatan bersiul,
dengan unsur pelajaran berhitung, menggetrarkan bibir dan bernyanyi
menyebut nama buahan, nama binatang memberikan pengaruh yang sangat besar
dan sebagainya. Pada prosesnya biasanya pada anak CP. Pengaruh tersebut adalah
pmberian ritme dan pemahaman ritme dapat mengurangi gangguan wicara pada
dilakukan dengan pola yang sederhana, anak CP karena kekakuan rongga mulut
karena keterbatasan kemampuan anak juga berpengaruh sekali mengatasi
Cerebral Palsy. Dalam proses penyampaian drooling. Bagi anak cerebal palsy kegiatan
materinya terapis terlebih dahulu bernyanyi dan menggetarkan bibir sangat
memberikan contoh kemudian diikuti berpengaruh terhadap motorik bagian
oleh anak. Dengan diajarkan terapi seperti artikulasi atau mulut dimana kegiatan ini
itu selain motorik anak maenjadi bertujuan agar kemampuan anak dalam
berkembang juga meningkatkan berbicara menjadi lancar dan mengatasi
konsentrasi anak, jika konsentrasi anak drooling. Pada tahap akhir anakCP
baik akan mempengaruhi mental diberikan materi pengenalan musik
intelegensi anak sehingga dapatmengikuti perkusi yang bersumber dari alat musik.
kegiatan terapi dengan baik. Musik Musik perkusi yang bersumber dari alat
perkusi pada tubuh bernada (anggota musik dibedakan menjadi dua yaitu alat
tubuh atau bagian dari tubuh yang dapat musik perkusi bernada dan tak bernada.
mengeluarkan nada, daerah artikulasi) Alat musik perkusi tak bernada yang
menurut khaeroni musik perkusi pada digunakan untuk kegiatan terapi bagi
tubuh bernada adalah segala sesuatu yang anak cerebral palsy menggunakan snare
ada pada tubuh yang dapat menghasilkan drum, bass drum, cymbal, dan wood cymbal.
musik bernada. Anggota pada tubuh yang Alat musik perkusi bernada yang
dapat menghasilkan nada adalah pada digunakan untuk melatih motorik anak
daerah artikulasi atau daerah mulut, CP adalah belira, dan angklung. Materi
terapi inidiberikan dengan kegiatan dengan menggunakan alat musik perkusi
bernyanyi, dan menggetarkan bibir. Bagi bernada atau tak bernada diberikan jika
anak cerebal palsy kegiatan bernyanyi dan anak sudah menunjukkan perubahan dan
menggetarkan bibir sangat berpengaruh yang sosial emosionalnya sudah
terhadap motorik bagian artikulasi atau membaik. Alat-alat tersebut digunakan
mulut dimana kegiatan ini bertujuan agar untuk merangsang atau menarik
kemampuan anak dalam berbicara perhatian anak agar lebih semangat dalam
menjadi lancar dan mengatasi drooling. mengikuti proses terapi musik perkusi,
Pada proses terapinya terapis hanya selain itu dengan anak memegang stik,
mengenalkan solmisasi dengan cara membunyikan angklung dengan cara
diucapkan dan anak-anak mengikuti menggetarkan secara otomatis motorik
terapis tersebut, anak tidak diajarkan tangan anak CP yang mengalami
untuk menulis not, anak-anak hanya kekakuan akan mengendur karena
diajarkan untuk mengeluarkan suara dari gerakan ketika memainkan angklung atau
mulutnya, diajarkan agar pita-pita suara memukul-mukul drum. Pada
dan daerah artikulasi anak tersebut kenyataanya berdasarkan hasil penelitian,
bergerak supaya kekakuan kekakuan di anak CP selamanya akan tetap menjadi
daerah artikulasi sedikit demi sedikit anak CP, tidak akan dapat bisa sembuh
mengendur dan anak dapat dan bertindak secara normal, apalagi anak
CP yang memiliki tingkat kecacatan yang motorik anak CP diberikan dengan
menyeluruh bisa berkembang dan kegiatan bertepuk tangan, dan tepuk
berubah tetapi yang berubah adalah sosial paha. Dalam kegiatan ini anak juga
emosionalnya, akan tetapi untuk motorik diajarkan bertepuk paha atau bertepuk
dan kekakuan tidak ada perubahan yang tangan disertai hitungan dan tempo, hal
signifikan. Terapi musik perkusi hanya ini dilakukan agar respon sensorik dan
sebagai usaha untuk melatih atau motorik dapat terangsang dengan baik,
mengendurkan motorik anak yang kaku, dan pemberian metode tersebut dapat
dan kekakuan atau kelayuan yang dapat berpengaruh pada mental, intelegensi dan
mengendurpun juga tidak signifikan emosional anak. Musik perkusi pada
hanya bersifat sementara, ketika terapi tubuh bernada (anggota tubuh atau
tidak diberikan secara teratur atau ketika bagian dari tubuh yang dapat
terapi dihentikan anak akan mengalami mengeluarkan nada, daerah artikulasi)
kekakuan dan kelayuan kembali. Selain diberikan dengan kegiatan bernyanyi, dan
itu terdapat faktor yang mempengaruhi menggetarkan bibir. Bagi anak cerebal
proses terapi musik perkusi bagi anak palsy kegiatan bernyanyi dan
CP, faktor tersebut antara lain usia, menggetarkan bibir sangat berpengaruh
tingkat kecacatan anak, tingkat emosi terhadap motorik bagian artikulasi atau
anak, kondisi kesehatan anak, mental mulut dimana kegiatan ini bertujuan agar
intelegensi anak, cuaca, orang tua, dan kemampuan anak dalam berbicara
lingkungan sekitar. menjadi lancar dan mengatasi
drooling.bernyanyi, dan menggetarkan
SIMPULAN DAN SARAN bibir. Bagi anak cerebal palsy kegiatan
bernyanyi dan menggetarkan bibir sangat
Simpulan berpengaruh terhadap motorik bagian
Berdasarkan hasil penelitian artikulasi atau mulut dimana kegiatan ini
tentang Bentuk Terapi Musik Perkusi bertujuan agar kemampuan anak dalam
Untuk Melatih Motorik Anak Cerbral berbicara menjadi lancar dan mengatasi
Palsy di YPAC Semarang. Implementasi drooling. Pada tahap akhir anak CP
Bentuk terapi musik perkusi yang diberikan materi pengenalan musik
digunakan untuk melatih anak Cerebral perkusi yang bersumber dari alat musik.
palsy di YPAC Semarang adalah dengan Musik perkusi yang bersumber dari alat
melalui beberapa tahap atau proses. musik dibedakan menjadi dua yaitu alat
Tahap-tahap tersebut dibagi menjadi musik perkusi bernada dan tak bernada.
tahap awal dan tahap akhir. Pada tahap Alat musik perkusi tak bernada yang
awal kegiatan diawali dengan proses digunakan untuk kegiatan terapi bagi
observasi dimana terapis mendapatkan anak cerebral palsy menggunakan snare
rujukan dari dokter sebagai pedoman drum, bass drum, cymbal, dan wood cymbal.
terapis untuk mengetahui tingkat Alat musik perkusi bernada yang
kecacatan yang diderita oleh anak juga digunakan untuk melatih motorik anak
sebagai pertimbangan atau acuan CP adalah belira, dan angklung. Materi
pemberian materi terapi musik perkusi. dengan menggunakan alat musik perkusi
Kegiatan selanjutnya pada tahap awal bernada atau tak bernada diberikan jika
adalah anak dikenalkan pada musik anak sudah menunjukkan perubahan dan
perkusi pada tubuh, musik perkusi pada mampu mengikuti instruksi terapis. Alat-
tubuh sendiri dibagi menjadi dua, yaitu alat tersebut digunakan untuk
musik pada tubuh bernada dan tak merangsang atau menarik perhatian anak
bernada. Musik perkusi pada tubuh tak agar lebih semangat dalam mengikuti
bernada (seluruh bagian tubuh yang proses terapi musik perkusi, selain itu
dijadikan alat musik perkusi yang tidak dengan anak memegang stik,
mengeluarkan nada) untuk melatih membunyikan angklung dengan cara
menggetarkan secara otomatis motorik
tangan anak CP yang mengalami Abdul Salim. 2007. Pediatri dalam
kekakuan akan mengendur karena Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
gerakan ketika memainkan angklung atau Departemen Pendidikan
memukul-mukul drum. Nasional Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Direktorat
Saran Ketenagaan.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang
dapat penulis berikan, antara lain: (1) Amin, M. 1995. Ortopedagogik Anak
Bagi terapisTerkait dengan proses Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud Dirjen
pelaksanaan terapi musik untuk melatih Dikti.
motorik anak lebih dimaksimalkan lagi,
pemberian model-model atau kegiatan Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur
yang bervariatif yang berhubungan Penelitian Suatu Pendekatan
dengan pelatihan motorik harus Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
dikembangkan dan ditingkatkan kembali,
Arikunto , S. 2006. Prosedur Penelitian
terapis harus mencari pengembangan
Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,
pengembangan dari metode terapi yang
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
sebelumnya siapa tahu akan
mendapatkan hasil yang lebih maksimal Blades, Percusion Instruments and Their
dari metode terapi sebelumnya, History( London: Faber & Faber,
(2) Terkait dengan aktivitas terapi musik 1970) ISBN 9780571088584
perkusi yang dilakukan untuk melatih
motorik anak Cerebral Palsy musik yang Djohan. 2006. Terapi Musik. Yogyakarta:
digunakan dalam kegiatan terapi sebagian Galangpress.
besar adalah permainanalat musik.
Terapis harus lebih memperhatikan alat Efendi, Mohammad. 2006. Psikopedagogik
musik yang dipakai dalam kegiatan terapi Anak Berkelainan. Jakarta : PT.
musik, seperti: mengganti alat musik yang Bumi Aksara.
sudah tidak layak pakai, alat musik Efendi, Mohammad. 2009. Pengantar
sederhana dan tidak berbahaya, serta Psikopedagogik Anak Berkelainan.
mengganti beberapa alat musik yang Jakarta : PT. Bumi Aksara.
sudah berkarat karena dapat
membahayakan kesehatan anak pada saat Firdausiyah, Nuri. 2013. Terapi Musik
memegang alat musik tersebut, (3) Bagi Klasik Terhadap Perilaku Hiperaktif
Yayasan Pembinaan Anak Cacat Pada Anak Autis. Jurnal
Semarang dapat dijadikan refrensi untuk Pendidikan Khusus. vol 3, No. 3
lebih menfasilitasi sarana dan prasarana (diakses 15 Februari 2014)
terapi musik demi kelancaran aktivitas
dan proses kegiatan terapi untuk Hardjana, S. 1983. Estetika Musik. Jakarta:
mencapai tujuan terapi secara Depdikbud.
keseluruhan, (4) Bagi Yayasan Pembinaan
Hallahan, dan Kauffman (1991).
Anak Cacat Semarang alangkah baiknya
Exceptional Children. Boston:
untuk menambah alokasi waktu dan
Allyn and Baccon
tenaga pengajar, juga memperhatikan
kesejahteraan terapis agar terapis dan staf Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui
pengajar lebih bersemangat dalam Pengalaman Musik. Jakarta:
memberikan terapi juga tujuan terapi Proyek Pengembangan Lembaga
dapat tercapai dengan maksimal. Pendidikan Tenaga

DAFTAR PUSTAKA
Kependidikan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sugiyono.2010. Memahami Penelitian
Jazuli, M. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Kualitatif. Bandung : CV.
Semarang: Jurusan Sendratasik Alfabeta.
UNNES. Suharto, S. 2011. PENGEMBANGAN MATERI
DAN KEGIATAN
Koentcaraningrat. 1991. Metode Penelitian PEMBELAJARANNYA DALAM
Masyarakat. Jakarta: Gramedia. KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN BIDANG SENI
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi MUSIK. Harmonia: Journal Of Arts
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Research And Education, 8(3).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/har
Remaja Rosdakarya.
monia.v8i3.780
Mudjilah, H.S. 2004. Diktat Teori Musik Kusumadewi, L., & Suharto, S. (2011).
Dasar. PENINGKATAN HASIL BELAJAR
SENI MUSIK DENGAN MEDIA
Yogyakarta: Universitas
AUDIO VISUAL MELALUI
Negeri Yogyakarta METODE BERVARIASI. Harmonia:
Journal Of Arts Research And
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian.
Education, 10(2).
Jakarta : Ghalia Indonesia. doi:http://dx.doi.org/10.15294/har
monia.v10i2.63
Purwadi. 2003. Sejarah Sunan Kalijaga:
Sintesis Ajaran Walisanga Vs. Seh Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2009. Metode
Siti Jenar. Yogyakarta: Persada. Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rachman, Maman. 1993. Strategi dan PT.Remaja Rosdakarya
Langkah-langkah Penelitian Sumaryanto, F Totok. 2007. Pendekatan
Pendidikan. Semarang : IKIP Press. Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Raharjo, Eko. 2007. Musik Sebagai Media Penelitian Pendidikan Seni.
Terapi. Harmonia . vol 8, No. 3 , Semarang: UNNES Press.
(`diakses 10 September 2013)
Tim Penyusun Buku Pelayanan YPAC
Rochaeni. 1989. Seni Musik III. Bandung: Semarang. 2004. Buku Pelayanan
Ganesa Exact. YPAC Semarang. Semarang.
Soeharso.1982.Pengantar Ilmu Bedah Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007.
Orthopaedi. Yogyakarta: Yayasan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Essentia Medika. Edisi III Cetakan Keempat.
Jakarta: Balai pustaka.
Somantri, T.Sutjihati. 2007. Psikologi Anak
Luar Biasa. Bandung :PT. Refika Wagiman, Joseph. 2005. Teori Musik 1.
Aditama. Semarang : PSDTM FBS UNNES

Anda mungkin juga menyukai