Anda di halaman 1dari 12

E- ISSN : 2580-7226

P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

PENYUSUNAN INSTRUMEN ASESMEN PERILAKU BAGI


ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD)

Eka Yuli Astuti1, Sitti Sarah Halimatush Shaleha 2, Yoga Budhi Santoso3 ,Dwi
Endah Pertiwi4
1,2,3
Prodi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Nusantara

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun instrument asesmen perilaku anak Autism Spectrum Disorder
(ASD) di sebuah sekolah khusus di kota Bandung. Salah satu ciri utama anak ASD adalah memiliki
masalah dalam perilakunya. Oleh karena itu asesmen perilaku menjadi dasar yang penting untuk
mengetahui jenis-jenis masalah perilaku yang dialami anak dan menentukan bagaimana penanganan
serta program yang tepat bagi anak. Dalam studi pendahuluan ditemukan data bahwa di sekolah khusus
tersebut belum memiliki instrument asesmen perilaku anak ASD. Oleh karena itu penelitian ini di
fokuskan pada penyusunan instrument asesmen perilaku yang dapat digunakan oleh sekolah. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan tekknik pengumpulan data dengan
wawancara, angket, studi dokumentas dan validasi instrument. Jumlah responden guru sebanyak 3 (tiga)
orang, validator 3 (tuga) orang dan responden siswa 3 (tiga) orang. Instrumen asesmen perilaku di
adaptasi dari Teori Matson yang terdiri dari tiga aspek yaitu perilaku yang diamati, dugaan penyebab
perilaku utama dan perlakuan yang paling memperngaruhi perilaku tersebut. Di uraikan menjadi
sepuluh sub aspek perilaku yaitu berteriak.menjerit, merusak benda/barang, agresif terhada orang lain,
melukai diri sendiri, mengancam, mengumpat, emosi yang tidak tepat, flapping hands, hiperaktif dan
tantrum. Setelah divalidasi dan di uji , instrument asesmen dinilai layak untuk digunakan di sekolah.
Kata Kunci: autism, assessment, behavior

Perilaku anak ASD terdiri dari


PENDAHULUAN perilaku yang berlebihan (excessive),
Guru yang memiliki siswa perilaku berkekurangan (deficient), dan
dengan masalah perilaku memerlukan bahkan tidak berperilaku. Contoh
intervensi yang efektif berdasarkan perilaku yang berlebihan diantaranya
pada hasil asesmen. Di sekolah khusus hiperaktif dan tantrum (mengamuk)
salah satu jenis hambatan peserta didik berupa menjerit, menggigit, mencakar,
yang memiiki masalah perilaku adalah memukul, mendorong, bahkan sering
Autism Spectrum Disorder (ASD). juga terjadi kasus anak menyakiti
ASD adalah suatu gangguan dirinya sendiri (self-abused).
perkembangan yang muncul sebelum Sedangkan perilaku yang
usia tiga tahun dengan tipe berkekurangan contohnya seperti
karakteristik hambatannya pada tiga gangguan berbicara, perilaku sosial
aspek yaitu interaksi sosial, kurang sesuai, defisit sensori sehingga
komunikasi, dan perilaku. Jadi, salah dikira tuli, bermain tidak benar dan
satu dari tiga karakteristik utama anak emosi yang tidak tepat, misalnya
ASD yaitu dapat terlihat dari perilaku tertawa-tawa tanpa sebab, menangis
mereka yang berbeda dari anak-anak tanpa sebab, dan melamun. Ketiga
lain pada umumnya (Desiningrum, macam perilaku tersebut termasuk ke
2016, hlm. 28-29). dalam perilaku bermasalah bagi anak

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 83
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

ASD, karena selain dapat mengganggu asesmen. Karakteristik instrumen


proses pembelajaran, dapat asesmen yang baik terdiri dari: 1)
berpengaruh juga terhadap kehidupan Realibilitas, sejauh mana sebuah
sehari-harinya. Prasetyono (dalam asesmen memberikan informasi yang
Widiastuti, 2014, hlm. 74). konsisten tentang pengetahuan,
Berbagai masalah perilaku keterampilan, atau karakteristik yang
yang mereka alami, baik itu perilaku sedang diukur; 2) Standarisasi, sejauh
berlebihan maupun berkekurangan, mana sebuah asesmen mencakup isi
dapat merugikan diri mereka sendiri dan format yang sama serta dijalankan
maupun orang lain jika tidak segera dan diskor secara sama untuk setiap
dilakukan penanganan yang tepat. Oleh orang; 3) Validitas, sejauh mana
karena itu, dibutuhkan intervensi yang sebuah instrumen mengukur apa yang
sesuai untuk mengontrol serta ingin diukur dan memudahkan kita
mengoptimalkan perilaku mereka. menarik kesimpulan yang tepat tentang
Sebelum dilakukan intervensi, penting karakteristik atau kemampuan yang
sekali untuk mengetahui data yang dibicarakan; 4) Praktikalitas, sejauh
akurat mengenai masalah perilaku apa mana instrumen dan prosedur asesmen
saja yang mereka alami, agar tidak mahal dan relatif mudah
selanjutnya dapat ditentukan intervensi digunakan serta tidak banyak memakan
yang sesuai dengan kebutuhan masing- waktu untuk dijalankan atau diskor
masing anak ASD. (Ormrod, 2009, hlm. 274-285).
Dalam upaya memahami Berdasarkan hasil studi
kebutuhan anak, seorang guru selalu pendahuluan yang telah peneliti
membutuhkan data yang relevan dan lakukan, bertempat di SLB Autisma
akurat berkenaan dengan kondisi Bunda Bening Selakshahati,
objektif yang dihadapi setiap anak didapatkan hasil bahwa sekolah
didiknya. Salah satu cara yang dapat tersebut biasa melakukan asesmen
digunakan untuk memperoleh untuk mengetahui masalah perilaku
informasi mengenai siswa dalam pada siswanya. Namun pada
bentuk apapun sebagai dasar dalam pelaksanaannya, sekolah belum
pengambilan keputusan selanjutnya menggunakan instrumen asesmen
yaitu dapat dilakukan melalui suatu melainkan hanya mengamati langsung
kegiatan yang disebut dengan asesmen. dan mencatat hasilnya. Hal tersebut
Tanpa asesmen akan sulit untuk dikarenakan sekolah belum memiliki
merencanakan program intervensi yang instrumen asesmen untuk aspek
sistematis dan relevan dengan kondisi perilaku bagi anak ASD.
objektif anak (Uno dan Koni, 2012, Penelitian ini bertujuan untuk
hlm. 2). menyusun instrumen asesmen perilaku
Dalam pelaksanaan asesmen bagi anak ASD di SLB Autisma Bunda
dibutuhkan suatu alat pengumpulan Bening Selakshahati. Penyusunan ini
data yang disebut dengan instrumen ditujukan agar terdapat acuan dalam

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 84
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

pelaksanaan kegiatan asesmen perilaku pada interaksi, komunikasi, serta


berikutnya, sehingga hasil asesmen perilaku yang terbatas dan berulang.
yang dilakukan diharapkan dapat lebih Jadi, salah satu dari tiga karakteristik
akurat. utama anak ASD yaitu dapat terlihat
ASD atau Autism Spectrum dari perilaku mereka yang seringkali
Disorder adalah salah satu gangguan menunjukkan perbedaan perilaku
yang termasuk ke dalam anak mencolok dibandingkan dengan anak-
berkebutuhan khusus. ASD (Autism anak lain pada umumnya. Masalah
Spectrum Disorder) yaitu gangguan perilaku yang dialami anak ASD
perkembangan neurobiologis yang diantaranya yaitu perilaku eksesif
berat/luas, terjadi pada anak dalam 3 (berlebihan) dan perilaku defisit
tahun pertama kehidupannya. Masalah (berkekurangan). Dimana dua jenis
ini bisa dimulai sejak janin berusia 6 perilaku ini masing-masing bertolak
bulan dalam kandungan, dan dapat belakang. Ciri-ciri dari perilaku eksesif
terus berlanjut semasa hidupnya bila dan defisit, yaitu:
tidak dilakukan intervensi secara dini, a. Perilaku eksesif; contohnya
intensif, optimal, dan komprehensif hiperaktif, suka mengamuk
(menyeluruh) (Sutadi dkk, 2003, hlm. untuk menumpahkan
420). perasaannya, dan suka
Di Indonesia belum ada data menyakiti dirinya sendiri (self
yang akurat mengenai jumlah abused).
penyandang ASD. Namun seperti b. Perilaku defisit; contohnya
halnya di belahan dunia lainnya, terjadi gangguan bicara, dalam
peningkatan yang luar biasa bersosialisasi tidak sesuai
penyandang ASD di Indonesia. dengan adat kenormalan, suka
Prediksi penyandang ASD dari tahun bermain pada tempat yang
ke tahun semakin meningkat. Sepuluh tidak tepat, suka emosi dan
tahun yang lalu jumlah penyandang menangis tanpa sebab
ASD diperkirakan satu per 5.000 anak, (Hidayah dan Assjari, 2006,
tahun 2000 meningkat menjadi satu per hlm. 5-6).
500 anak. Diperkirakan tahun 2010 Macam-macam masalah
satu per 300 anak, sedangkan tahun perilaku tersebut penting untuk
2015 diperkirakan satu per 250 anak. diketahui, agar intervensi yang
Tahun 2015 diperkirakan terdapat diberikan pada anak ASD dapat
kurang lebih 12.800 anak penyandang dilakukan secara tepat dan optimal
ASD atau 134.000 penyandang dengan tujuan memperbaiki
spektrum autis di Indonesia. Jumlah gangguan-gangguan perilaku
tersebut menurutnya setiap tahun dapat tersebut. Sehingga layanan
terus meningkat. (Judarwanto, 2016) pembelajaran yang diberikan
Anak ASD memiliki 3 selanjutnya dapat diikuti dengan
karakteristik utama yaitu gangguan baik oleh anak.

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 85
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

Dalam upaya memahami ASD (Soendari dan Mulyati, 2010,


kebutuhan anak, seorang guru hlm. 5).
selalu membutuhkan data yang Adapun langkah-langkah
relevan dan akurat berkenaan yang harus ditempuh guru dalam
dengan kondisi objektif yang penyusunan instrumen asesmen
dihadapi setiap anak didiknya. yaitu sebagai berikut:
Salah satu cara yang dapat a. Memahami dan menentukan
digunakan untuk memperoleh lingkup/ urutan keterampilan-
informasi mengenai siswa dalam keterampilan yang akan
bentuk apapun sebagai dasar diasesmenkan
dalam pengambilan keputusan b. Menetapkan perilaku apa
selanjutnya yaitu dapat dilakukan yang akan diasesmen
melalui suatu kegiatan yang c. Mengadministrasikan alat/
disebut dengan asesmen. Tanpa instrumen asesmen
asesmen akan sulit untuk d. Mencatat prestasi/ hasil
merencanakan program intervensi asesmen
yang sistematis dan relevan e. Menentukan tujuan
dengan kondisi objektif anak (Uno pembelajaran khusus baik
dan Koni, 2012, hlm. 2). jangka panjang maupun
Pengertian asesmen yaitu jangka pendek (Soendari dan
proses pengumpulan data/ Mulyati, 2011, hlm. 17-20).
informasi secara sistematis dan Tahapan-tahapan asesmen
komprehensif tentang potensi perilaku bagi anak ASD terbagi
individu yang digunakan sebagai menjadi lima tahap yaitu pra-
dasar pertimbangan dalam asesmen (untuk mendapatkan
menyusun program dan gambaran tentang kondisi anak
memberikan layanan intervensi/ dan penentuan intervensi yang
pembelajaran setepat mungkin tepat), identifikasi target
bagi perkembangan individu yang perubahan perilaku yang
bersangkutan secara optimal. Oleh diprioritaskan, definisi dan
karena itu, dalam konteks anak pengukuran tingkatan dasar dari
ASD, asesmen dipandang sebagai target perilaku, evaluasi hubungan
salah satu upaya yang sistematis fungsional antara kondisi
untuk mengetahui kemampuan, lingkungan dan perilaku sasaran
kesulitan, dan kebutuhan anak dan mengembangkan hipotesis
pada bidang tertentu, termasuk mengenai intervensi yang akan
dalam aspek perilaku. Selanjutnya menghasilkan perubahan perilaku
data hasil asesmen tersebut dapat yang diinginkan, dan pengujian
dijadikan bahan penyusunan hipotesis terhadap perubahan
program dalam memberikan perilaku yang dikembangkan
intervensi yang sesuai bagi anak (Matson, 2009, hlm. 33).

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 86
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

METODE diketahui sejauh mana kelayakan


Penelitian ini bertempat di SLB penggunaan instrumen asesmen
Autisma Bunda Bening Selakshahati perilaku yang telah disusun. Penelitian
yang berlokasi di Kampung Cibirubeet ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:
Hilir Kecamatan Cileunyi Kabupaten 1. Tahap I, studi pendahuluan
Bandung. Penelitian ini menggunakan Pada tahap ini, peneliti
pendekatan kualitatif dan metode mengumpulkan informasi
deskriptif, dengan melibatkan 9 mengenai kegiatan yang dilakukan
partisipan yang terdiri dari 3 guru, 3 guru di seolah untuk memperoleh
siswa dan 3 validator. Dalam penelitian data mengenai masalah perilaku
ini, peneliti menggunakan teknik pada anak ASD di sekolah, dengan
wawancara, studi dokumentasi, dan cara melakukan wawancara dan
angket/ kuesioner. Wawancara studi dokumentasi.
dilakukan kepada 2 guru untuk 2. Tahap II, penyusunan instrumen
mengetahui kegiatan apa yang selama asesmen
ini dilakukan guru untuk mengetahui Penyusunan instrumen asesmen
masalah perilaku pada siswa ASD di perilaku ini dibagi menjadi dua
SLB Autisma Bunda Bening langkah, yang pertama yaitu
Selakshahati. Studi dokumentasi peneliti mengumpulkan teori
dilakukan untuk mengetahui bentuk mengenai anak ASD dan asesmen
instrumen asesmen perilaku bagi anak perilaku. Kemudian, langkah
ASD yang telah disusun, dan angket/ berikutnya peneliti menyusun
kuesioner dilakukan untuk mengetahui rancangan instrumen asesmen
hasil uji coba dan kelayakan perilaku bagi anak ASD yang
penggunaan instrumen asesmen diadaptasikan dari teori-teori
perilaku yang telah disusun. Sedangkan tersebut.
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam 3. Tahap III, validasi
penelitian ini terbagi menjadi 4 tahap, Rancangan instrumen asesmen
yaitu tahap pertama untuk mengetahui perilaku bagi anak ASD yang telah
kegiatan yang selama ini dilakukan disusun oleh peneliti kemudian
sekolah untuk mengetahui masalah divalidasikan kepada tiga orang
perilaku pada siswa ASD, tahap kedua ahli, yaitu dua orang dosen dan
menyusun instrumen asesmen perilaku, satu orang guru. Kemudian dari
tahap ketiga melakukan validasi hasil validasi tersebut, peneliti
kepada 3 validator dan revisi draft merevisi kembali rancangan
instrumen asesmen perilaku, serta instrumen asesmen perilaku sesuai
tahap yang keempat yaitu melakukan dengan masukan-masukan dari
uji coba kepada 3 siswa yang dilakukan validator.
oleh 3 asesor menggunakan instrumen 4. Tahap IV, Uji Coba
asesmen yang telah disusun, kemudian Rancangan instrumen asesmen
dari hasil uji coba tersebut dapat perilaku yang telah divalidasikan

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 87
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

dan direvisi kemudian diuji mengetahui sejauh mana instrumen


cobakan oleh tiga orang guru. asesmen perilaku bagi anak ASD
Hasil dari uji coba tersebut berupa (Autism Spectrum Disorder) yang telah
angket atau kuesioner yang berisi disusun oleh peneliti dalam
penilaian dan masukan dari guru. mengetahui masalah perilaku pada
Berdasarkan hasil angket, peneliti anak ASD. Hasil dari kuesioner yang
kembali merevisi rancangan telah diisi oleh beberapa bukti
instrumen asesmen perilaku bagi menyatakan bahwa instrumen asesmen
anak ASD. Dan dari revisi yang perilaku bagi anak ASD (Autism
terakhir tersebut, didapatkan hasil Spectrum Disorder) yang telah disusun
berupa instrumen asesmen sudah dapat digunakan, mudah
perilaku bagi anak ASD yang telah digunakan, cukup jelas, dapat
divalidasikan dan diuji cobakan. menggambarkan kondisi anak yang
sesungguhnya, serta cukup membantu
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk mengetahui masalah perilaku
Berdasarkan hasil uji coba yang pada anak ASD (Autism Spectrum
telah diimplementasikan kepada anak Disorder).
ASD (Autism Spectrum Disorder),
peneliti membuat kuesioner untuk
TABEL 1
Kisi- Kisi Instrumen Asesmen Perilaku
Aspek Sub Aspek Uraian
Masalah Anak ASD biasanya berbicara dengan keras
perilaku pada atau berteriak tanpa mereka sadari. Mereka juga
anak ASD mungkin tidak mengerti bagaimana mengubah
A. Berteriak/ menjerit
volume suara mereka dan
mengkomunikasikannya dengan pesan yang
berbeda.
Seringkali anak ASD tidak bisa
mengkomunikasikan keinginan mereka dan
orang lain tidak mengerti apa yang
B. Merusak benda/
dikomunikasikan anak. Sehingga biasanya anak
barang
akan melampiaskannya dengan cara merusak
barang (misalnya: memecahkan piring, gelas,
atau kaca).
Anak ASD berperilaku agresif mungkin ketika
mereka merasa frustasi, marah, atau tidak dapat
mengungkapkan perasaan mereka.
C. Agresif terhadap Bentuk dari perilaku agresif pada anak ASD
orang lain ditunjukkan dalam berbagai bentuk
penyerangan terhadap orang lain, seperti
memukul, menendang, mencakar, menggigit,
dll.
Perilaku melukai diri sendiri pada anak ASD
muncul dan meningkat dikarenakan beberapa
D. Melukai diri sendiri masalah seperti adanya stimulus yang kurang
atau berlebihan. Mereka akan menyakiti diri,
seperti menjambak, memukul, menggigit,

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 88
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

membenturkan kepala ke dinding, dll. Tetapi


sebagian besar anak ASD seringkali tidak
menunjukkan rasa sakit meski perilaku yang
dilakukannya tersebut meninggalkan bekas.
Perilaku mengancam yaitu menyatakan
maksud/ niat/ rencana untuk melakukan sesuatu
yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan,
E. Mengancam atau mencelakakan orang lain. Anak ASD
terkadang ada yang mengancam orang lain
ketika ada sesuatu hal yang membuatnya
marah.
Perilaku mengumpat yaitu mengeluarkan
umpatan/ menjelek-jelekkan orang lain/
mengeluarkan kata-kata yang kotor atau keji.
F. Mengumpat
Anak ASD terkadang ada yang mengumpat
dikarenakan merasa marah, kesal, atau sedih
karena sesuatu hal.
Emosi yang tidak tepat pada anak ASD
biasanya dikarenakan ada hal yang membuat
mereka tidak nyaman atau resah, tetapi mereka
sendiri sulit untuk mengkomunikasikannya,
G. Emosi yang tidak
sehingga tanpa sadar menunjukkan emosi yang
tepat
tidak sesuai dengan situsi dan kondisi yang ada.
Contoh emosi yang tidak tepat pada anak ASD
yaitu, tiba-tiba menangis atau tertawa tanpa
sebab yang jelas
Flapping hands pada anak ASD adalah perilaku
menggerakan tangan secara berulang-ulang
tanpa adanya maksud yang jelas. Perilaku ini
H. Flapping hands
seringkali terjadi pada anak ASD karena ciri
khas dari mereka sendiri yaitu stereotip atau
perilaku rutinitas.
Anak ASD dikatakan hiperaktif apabila mereka
banyak melakukan aktivitas yang mereka
sendiri tidak mengetahui apa manfaat dari
I. Hiperaktif aktivitas tersebut. Biasanya dalam perilaku ini,
dalam waktu yang singkat, anak akan
melakukan banyak hal berkali-kali yang tidak
jelas tujuannya.
Tantrum biasanya terjadi karena anak merasa
mereka memiliki kekuatan dan cara agar
J. Tantrum keinginannya dikabulkan oleh orang lain.
Tantrum pada anak ASD biasanya ditunjukkan
dengan mengamuk atau marah yang berlebihan.

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 89
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

SLB Autisma Bunda Bening menunjukkan perilaku-perilaku emosi


Selakshahati biasa melakukan asesmen tidak terkendali seperti hiperaktif,
untuk mengetahui kondisi objektif dan perilaku merusak, berteriak-teriak dan
kebutuhan masing-masing siswanya, menjerit (Prasetyoningsih, 2016, hlm.
termasuk juga dalam aspek perilaku. 121). Menurut pendapat yang lain,
Hasil dari asesmen tersebut dapat kriteria yang dimiliki anak ASD antara
digunakan oleh guru untuk menentukan lain hand flapping dan berjalan jinjit
program selanjutnya bagi anak. Hal ini (Souisa dan Widiastuti, 2018, hlm. 53).
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Menurut Matson (2009, hlm. 52)
Uno dan Koni (2012, hlm. 2) bahwa threatening atau mengancam dan
untuk memperoleh informasi tentang swearing atau mengumpat masuk ke
siswa dalam bentuk apapun sebagai dalam perilaku anak ASD. Selain itu,
dasar dalam pengambilan keputusan masalah anak ASD lainnya yaitu
selanjutnya dapat dilakukan melalui berperilaku berlebihan atau terlalu
suatu kegiatan yang disebut dengan aktif, memperlihatkan stimulasi diri
asesmen. sendiri seperti bergoyang-goyang
Dalam pelaksanaan asesmen mengepakkan tangan seperti burung,
untuk aspek perilaku, guru biasanya sering marah-marah tanpa alasan yang
langsung melakukan pengamatan jelas, tertawa-tawa atau menangis
terhadap perilaku keseharian anak di tanpa alasan, serta terkadang
sekolah, kemudian mencatat hasilnya berperilaku agresif dan menyakiti
tanpa menggunakan panduan apapun. dirinya sendiri (Septia dkk, 2016, hlm.
Hal tersebut dikarenakan SLB Autisma 3). Anak ASD juga hampir sebagian
Bunda Bening Selakshahati belum besar mengalami perilaku temper
memiliki instrumen asesmen khusus tantrum di saat anak merasa terpojok
untuk aspek perilaku. Hal ini ataupun dipaksa untuk melakukan
berlawanan dengan pemaparan dari sesuatu yang tidak disukainya
Soendari dan Mulyati (2011, hlm. 16) (Nengsih, 2019, hlm. 2).
yang menyatakan bahwa untuk Kisi-kisi instrumen asesmen
mendapatkan data yang akurat perilaku bagi anak ASD yang telah
mengenai kondisi siswa diperlukan disusun oleh peneliti diadaptasi dari
instrumen asesmen yang memadai. teori Matson (2009, hlm. 52) dan
Instrumen bertujuan untuk didukung oleh beberapa penelitian di
memudahkan asesor dalam atas. Hasilnya terdiri dari 10 sub aspek
melaksanakan asesmen agar lebih yaitu berteriak/ menjerit, merusak
terarah dan akurat. benda/ barang, agresif terhadap orang
Perilaku anak ASD bermacam- lain, melukai diri sendiri, mengancam,
macam, ada anak yang sering memukul mengumpat, emosi yang tidak tepat,
kepala, teriak-teriak dan menangis flapping hands, hiperaktif, dan
tanpa sebab (Putri dan Hidayah, 2016, tantrum.
hlm. 9). Anak ASD juga seringkali Penyusunan instrumen asesmen

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 90
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

perilaku ini juga diadaptasi dari teori Berdasarkan hasil uji coba, guru
Matson (2009) dalam bukunya yang mengaku awalnya kesulitan pada saat
berjudul Applied Behavior Analysis for akan melaksanakan asesmen perilaku
Children with Autism Spectrum karena pelaksanaannya cukup lama.
Disorder mengenai metode asesmen Namun hasil penilaian menggunakan
pada analisis perilaku terapan. Dalam instrument ini dapat digunakan untuk
teori tersebut menjelaskan bahwa mengidentifikasi perilaku-perilaku
asesmen adalah langkah awal yang yang menantang dan dijadikan sebagai
penting untuk menentukan perilaku dasar dalam penyusunan program.
anak yang harus diubah,
mengidentifikasi kondisi lingkungan PENUTUP
yang mendukung perubahan yang akan Simpulan
dibuat, serta menentukan kondisi Berdasarkan hasil penelitian
lingkungan mana yang saat ini dan pembahasan maka dapat
menghambat perubahan yang disimpulkan bahwa instrumen
diinginkan. Oleh karena itu, adanya asesmen perilaku ini secara fungsional
instrumen asesmen untuk aspek dapat digunakan bagi anak ASD dilihat
perilaku penting untuk disusun agar dari kesesuaian konten butir instrument
dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut. dengan perilaku yang ditunjukkan oleh
Matson (2009, hlm. 33) anak ASD dalam keseharian
mengemukakan bahwa proses asesmen Saran
dapat dikonsepkan menjadi lima tahap. Selanjutnya peneliti
Namun, dalam penyusunan instrumen merekomendasikan beberapa hal yang
asesmen perilaku ini, peneliti hanya dapat menyempurnakan penelitian ini
mengadaptasi tahap yang keempat di waktu mendatang yaitu (1) butir-
yaitu “evaluasi hubungan fungsional butir instrument yang di uraikan dari
antara kondisi lingkungan dan perilaku aspek-aspek yang diamati cukup
sasaran serta mengembangkan banyak dan memerlukan waktu yang
hipotesis mengenai intervensi yang cukup lama sehingga diperlukan
akan menghasilkan perubahan perilaku analisa kesesuaian butir instrument dan
yang diinginkan”. Alasan peneliti alokasi waktu pelaksanaan asesmen,
mengadaptasi tahap yang keempat (2) penambahan aspek yang diamati
yaitu karena tahap tersebut dirasa berdasarkan pada identifikasi perilaku-
paling relevan dengan tujuan dari perilaku ASD baik itu berdasarkan
instrumen ini serta sesuai dengan teori maupun hasil penelitian lain, (3)
kondisi yang ada di lapangan. Dimana penyesuaian panduan pelaksanaan
pada tahap keempat, dijelaskan yang lebih singkat dan jelas.
mengenai langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara antecedent, behavior, dan
consequence seseorang.

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 91
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

DAFTAR PUSTAKA Bahasa Terapi Dalam Intervensi


Anak Autis Spektrum Perilaku.
Desiningrum, Dinie Ratri. (2016). Universitas Islam Malang.
Psikologi Anak Berkebutuhan Diakses dari:
Khusus. Yogyakarta: Psikosain. https://journal.uny.ac.id/index.ph
Hidayat dan Musjafak Assjari. (2006). p/litera/article/view/9771 (9
Identifikasi dan Asesmen Anak desember 2019)
Autis & Layanan Pendidikannya. Putri, Marizka Wening, dan Nur
Bandung: Universitas Hidayah. (2016). Pola
Pendidikan Indonesia. Pendidikan pada Anak Autis di
Matson, Johnny L. (2009). Applied Sekolah Lanjutan Autis Fredofios
Behavior Analysis for Children Yogyakarta. UNY. Diakses dari:
with Autism Spectrum Disorders. https://eprints.uny.ac.id/34053/
USA: Springer. (9 Desember 2019)
Nengsih, N. (2019). Hubungan Rumah Autis. Jumlah Penyandang
Penyesuaian Diri Orangtua Autis di Indonesia, (Online),
Terhadap Perilaku Temper (http://rumahautis.org/artikel/ju
Desiningrum, Dinie Ratri. mlah-penyandang-autis-di-
(2016). Psikologi Anak indonesia, diakses pada tanggal
Berkebutuhan Khusus. 30 September 2018)
Yogyakarta: Psikosain. Septia, Dyah, dkk. (2016). Pengaruh
Hidayat dan Musjafak Assjari. (2006). Perilaku Anak Berkebutuhan
Identifikasi dan Asesmen Anak Khusus Terhadap Desain
Autis & Layanan Pendidikannya. Fasilitas Pendidikan Studi
Bandung: Universitas Kasus: Bangunan Pendidikan
Pendidikan Indonesia. Anak Autis. Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Diakses
Matson, Johnny L. (2009). Applied
dari:
Behavior Analysis for Children
https://media.neliti.com/media/p
with Autism Spectrum Disorders.
ublications/173379-ID-
USA: Springer.
pengaruh-perilaku-anak-
Nengsih, N. (2019). Hubungan berkebutuhan-khus.pdf (9
Penyesuaian Diri Orangtua Desember 2019)
Terhadap Perilaku Temper
Soendari, Tjutju, dan Euis Nani M.
Tantrum Anak Autis di Yayasan
(2011). Asesmen dalam
Bima Sumatera Barat. STKIP
Pendidikan Anak Berkebutuhan
Budidaya Binjai.
Khusus. Bandung: CV. Amanah
Ormrod, Jeanne Ellis. (2009). Offset.
Psikologi Pendidikan
Souisa, Claudya S., dan Ajeng Ayu
(Membantu Siswa Tumbuh dan
Widiastuti. (2018). Efektifitas
Berkembang) Jilid 2. (Kumara,
Penggunaan Musik Perkusi
Amitya). Jakarta: Erlangga:
terhadap Tindakan Emosional
(Pearson).
dalam Mengekspresikan Emosi
Prasetyoningsih, Luluk Sri Agus. pada Anak Autisme Disertai
(2016). Pengembangan Tindak Epilepsi. Universitas Kristen

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 92
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

Satya Wacana. Diakses dari: indonesia, diakses pada tanggal


https://journal.unnes.ac.id/sju/in 30 September 2018)
dex.php/eceji/article/view/24009 Septia, Dyah, dkk. (2016). Pengaruh
(9 Desember 2019) Perilaku Anak Berkebutuhan
Sutadi, Bawazir, dkk. (2003). Khusus Terhadap Desain
Penatalaksanaan Holistik Fasilitas Pendidikan Studi
Autisme. Jakarta: Pusat Informasi Kasus: Bangunan Pendidikan
dan Penerbitan Bagian Ilmu Anak Autis. Universitas
Penyakit Dalam Fakultas Muhammadiyah Jakarta. Diakses
Kedokteran Universitas dari:
Indonesia. https://media.neliti.com/media/p
Uno, Hamzah B., dan Satria Koni. ublications/173379-ID-
pengaruh-perilaku-anak-
(2012). Assesment
berkebutuhan-khus.pdf (9
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Desember 2019)
Aksara.
Soendari, Tjutju, dan Euis Nani M.
Tantrum Anak Autis di Yayasan Bima
Sumatera Barat. STKIP (2011). Asesmen dalam
Pendidikan Anak Berkebutuhan
Budidaya Binjai.
Khusus. Bandung: CV. Amanah
Ormrod, Jeanne Ellis. (2009). Offset.
Psikologi Pendidikan
Souisa, Claudya S., dan Ajeng Ayu
(Membantu Siswa Tumbuh dan
Widiastuti. (2018). Efektifitas
Berkembang) Jilid 2. (Kumara,
Penggunaan Musik Perkusi
Amitya). Jakarta: Erlangga:
terhadap Tindakan Emosional
(Pearson).
dalam Mengekspresikan Emosi
Prasetyoningsih, Luluk Sri Agus. pada Anak Autisme Disertai
(2016). Pengembangan Tindak Epilepsi. Universitas Kristen
Bahasa Terapi Dalam Intervensi Satya Wacana. Diakses dari:
Anak Autis Spektrum Perilaku. https://journal.unnes.ac.id/sju/in
Universitas Islam Malang. dex.php/eceji/article/view/24009
Diakses dari: (9 Desember 2019)
https://journal.uny.ac.id/index.ph
Sutadi, Bawazir, dkk. (2003).
p/litera/article/view/9771 (9
Penatalaksanaan Holistik
desember 2019)
Autisme. Jakarta: Pusat Informasi
Putri, Marizka Wening, dan Nur dan Penerbitan Bagian Ilmu
Hidayah. (2016). Pola Penyakit Dalam Fakultas
Pendidikan pada Anak Autis di Kedokteran Universitas
Sekolah Lanjutan Autis Fredofios Indonesia.
Yogyakarta. UNY. Diakses dari:
Uno, Hamzah B., dan Satria Koni.
https://eprints.uny.ac.id/34053/
(2012). Assesment
(9 Desember 2019)
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Rumah Autis. Jumlah Penyandang Aksara.
Autis di Indonesia, (Online),
Widiastuti, Diah. (2014). Perilaku
(http://rumahautis.org/artikel/ju
Anak Berkebutuhan Khusus
mlah-penyandang-autis-di-

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 93
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.1

Gangguan Autisme Di SLB dex.php/belia/article/view/3754/


Negeri Semarang Tahun 2014. 3371 (20 Oktober 2018
Unnes. Vol. 3 No. 2. Diakses
dari:
https://journal.unnes.ac.id/sju/in

DOI 10.31537/speed.v6i1.868 94

Anda mungkin juga menyukai