Anda di halaman 1dari 120

PENGARUH METODE APPLIED

BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) BERMEDIA


QUIET BOOK TERHADAP KEMAMPUAN
DAILY LIVING SKILLS (DLS) ANAK AUTIS

PROPOSAL PENELITIAN

oleh :
HILDA NUR WIDYAWATI
NIM. 15010044033

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
2019
ABSTRAK
PENGARUH METODE APPLIED BEHAVIOUR
ANALYSIS (ABA) BERMEDIA QUIET BOOK
TERHADAP KEMAMPUAN DAILY LIVING SKILLS
(DLS) ANAK AUTIS

Nama : Hilda Nur Widyawati


NIM : 15010044033
Program Studi : S-1
Jurusan : Pendidikan Luar Biasa
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : dr. Febrita Ardianingsih M.Si.

Kemampuan kemandirian pada anak autis masih


kurang dalam aspek daily living skills (DLS) dalam hal
keterampilan memasang dasi, mengancingkan baju,
menresleting jaket dan celana, memasang tali maupun
perekat sepatu, serta fungsi kemandirian umum lainnya,
karena dalam pembelajaran metode dan media
pembelajaran yang digunakan kurang menarik minat
anak autis. Untuk melatih kemampuan daily living skills
(DLS) dapat dengan mengalihkan perhatian anak
dengan sesuatu hal yang menarik perhatian anak
melalui hal-hal yang disukai oleh anak autisme sehingga
dapat meningkatkan kemampuan daily living skills
(DLS). Berkaitan dengan hal tersebut kemampuan daily
living skills (DLS) anak autis di TK Mentrai Schoool
Sidoarjo perlu dioptimalkan dengan menggunakan
metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia quiet
book. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia quiet
book terhadap kemampuan daily living skills (DLS) anak
autis di TK Mentari School Sidoarjo.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian pre-eksperimental design dengan rancangan
penelitian one group pre-test dan post-test. Teknik statistik
yang digunakan dalam menganalisis data adalah
dengan menggunakan wilcoxon matched pairs test. Teknik
pengumpulan data berupa test dan observasi. Dalam
penilitian ini, hasil penelitian menu njukkan bahwa T =
0sama dengan nilai krisis Tα (tabel) 5% ( pengujian dua
sisi ) yaitu 2 berarti T ≤ Tα, yang dapat diartikan bahwa
ada pengaruh metode Applied Behavior Analys (ABA)
bermedia quiet book terhadap kemampuan daily living
skills (DLS) anak autis di TK Mentari School Sidoarjo.

Kata Kunci : Metode ABA, media Quiet Book,


kemampuan daily living skills (DLS),
autis.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Anak dengan spektrum autis adalah anak yang
mempunyai gangguan perkembangan dalam hal
komunikasi, perilaku dan juga interaksi sosialnya.
Menurut DSM-5, autisme merupakan suatu keadaan
perkembangan yang meliputi beberapa aspek yaitu
kekurangan dalam kemampuan sosial dan komunikasi,
dan ketertarikan atau minatnya yang terbatas (American
Psychiatric Asociation, 2013).
Autisme diartikan sebagai gangguan
perkembangan dengan tiga karakteriktik, yaitu
gangguan pada hal interaksi sosial, gangguan pada hal
komunikasi dan keterbatasn minat serta kemampuan
dalam imajinasi (Baron-Cohen, 2005). Sepaham dengan
pendapat Mudjito (2013:24) bahwa autis merupakan
jenis gangguan perkembangan yang meliputi beberapa
gangguan, diantaranya adalah gangguan interaksi
sosial, pola komunikasi, minat dan gerakan yng terbatas.
Karakteristik pada anak autis sangatlah beragam
dan hambatan hambatan yang dialami oleh anak autis
juga sangat kompleks. Menurut Hasnita, dkk (2015: 22)
menyatakan bahwa hampir semua anak autism spectrum
disorder (ASD) memiliki permasalahan pada hal motorik
halusnya, gerak geriknya kasardan kaku, serta anak
autism spectrum disorder (ASD) sering terlihat kesulitan
dalam menekan, memegang, menggenggam dan
menjipit benda. Sependapat dengan Fallen dan
Umansky dalam Sunardi dan Sunaryo (2007: 129) bahwa
Hambatan perkembangan motorik pada anak autis yaitu
meliputi koordinasi antara jari, tangan dan mata yang
terganggu, seperti kesulitan dalam mengancingkan baju
,belajar mengikat sepatu, dll. Berdasarkan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa anak autis memiliki
hambatan pada kemampuan motoriknya sehingga
berpengaruh pada kemampuan kemandirian anak.
Kemandirian yang dimaksud adalah kemampuan anak
dalam menjalankan kehidupan sehari – harinya atau
biasa disebut dengan Daily Living Skills (DLS).
Menurut ( E. Amanda Boutot : 2006 ) Daily Living
Skills (DLS) atau keterampilan hidup sehari – hari
meliputi segala sesuatu yang kita anggap bagian normal
dari aktivitas sehari – hari seorang seperti makan,
merawat diri dan bersiap – siap untuk tidur. Umumnya
dalam penggunaan sehari – hari orang menyebut Daily
Living Skills (DLS) dengan istilah kecakapan hidup.
Brolin (1989), mengartikan bahwa kecakapan hidup
Daily Living Skills (DLS) adalah sebuah interaksi dari
macam - macam jenispengetahuan dan kecakapan yang
menjadikan seseorang dapat hidup dengan mandiri.
Pendidikan kecakapan hidup atau Daily Living
Skills (DLS) menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional merupakan bagian dari
pendidikan non formal. Yang terbukti pada Pasal 26
Ayat 3 berbunyi :
“Pendidikan non formal meliputi beberapa hal, yaitu
pend. kecakapan hidup, pend. keaksaraan, PAUD,
pelatihan kerja dan pend. Keterampilan serta
pendidikan lain yang dituju untuk dapat
mengembangkan kemampuan dari peserta didik”.
Berdasarkan hasil dari observasi pada tanggal 14
September 2018 di lembaga terapi, anak autism
spectrum disorder (ASD) di sekolah tersebut
mempunyai hambatan dalam kemampuan menjalankan
kehidupan sehari-hari atau daily living skills (DLS).
Untuk memberikan pelatihan mengenai daily living skills
(DLS) kepada anak autis perlu diberikan program
pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan anak autis.
Pada anak autis kemampuan daily living skills (DLS)
masih sangat kurang, oleh karena itu perlu adanya suatu
pembelajaran yang dapat melatih kemampuan Daily
Living Skills (DLS) anak autis. Kemampuan Daily Living
Skills (DLS) tersebut dapat dilatih dengan berbagai
macam cara, salah satunya dengan mengalihkan
perhatian anak dengan sesuatu hal yang menarik
perhatian anak melalui hal-hal yang disukai oleh anak
autisme sehingga dapat meningkatkan kemampuan
daily living skills (DLS). Hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan daily living skills (DLS) anak
autism spectrum disorder (ASD) saat proses belajar
dengan menggunakan alat yang dapat mengubah
perhatian dan konsentrasi anak dengan macam – macam
benda yang dapat menarik minat anak terhadap
penjelasan terapis. Media pembelajaran yang digunakan
yaitu media kegemaran anak autisme, dalam hal ini
yaitu macam – macam benda yang berisi gambar-
gambar dengan berbagai macam warna.
Bahri dalam Mufliharsi (2017: 150) menyatakan
bahwa :
Busy book merupakan alat permainan bersifat
interaktif dan terbuat dari kain flannel dan benda
pelengkap lainnya yang disusun menjadi sebuah
buku dengan warna yang cerah dan berisi
berbagai macam aktivitas permainan sederhana
yang bermanfaat untuk merangsang kemampuan
anak yang meliputi motorik halus anak autis
seperti memasang kancing, menresletingkan
celana, menata bentuk dan yang lainnya.
Penggunaan media Busy Book berisi aktivitas-
aktivitas sederhana seperti mengancingkan baju,
membuka dan menutup resleting, memasang tali dan
perekat sepatu, mencocokan warna serta bentuk dan lain
sebagainya. Dengan media busy book menjadikan anak
sibuk dengan berbagai aktivitas yang ada di dalam
buku. Media Busy Book berisi materi yang disusun secara
jelas sesuai dengan intinya atau to the point dengan
disertai macam – macam gambar yang menarik, di
dalamnya juga terdapat mainan edukasi yang dapat
menstimulus kemampuan dasar yang didapatkan dari
isi media busy book seperti keterampilan dalam motorik
halusnya, dan juga dapat meningkatkan konsentrasi dan
keselarasan mata dan tangan anak.
Untuk mengajarkan busy book pada anak autism
spectrum disorder (ASD) tidak semudah mengajar pada
anak normal, guru dituntut untuk menemukan jalan
keluar yang berguna untuk memudahkan proses belajar
mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan yaitu metode ABA (Applied Behaviour
Analysis). Menurut Handojo (2003:50) Metode Applied
Behavior Analys (ABA) merupakan sutau metode
tatalaksana perilaku yang mengunakan metode
mengajar tanpa kekerasan. Menurut Mudjito, Jiehad,
Praptono (2013:35) Applied Behavior Analys (ABA)
metode ini sangat representative bagi anak autism
spectrum disorder (ASD) , karena metode ini memiliki
prinsip yang terukur, terarah dan sistematis sehingga
dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi, interaksi sosial dan motorik, baik motorik
kasar maupun motorik halus.
Metode ABA (Applied Behaviour Analysis) dapat
membantu anak autism spectrum disorder (ASD) dalam
mempelajari kemampuan sosial dasar yang meliputi
kemmapuan dalam kontak mata, perhatian dan
mengontrol masalah perilaku (Handojo, 2009). Dasar
dari metode ABA (Applied Behaviour Analysis) ini
menggunakan pendekatan teori behavioral, yaitu pada
awal treatment menekankan kepada kepatuhan anak,
keterampilan anak saat meniru, dan saat mengadakan
kontak mata. Konsep yang menekankan kepatuhan ini
penting dalam mengubah dan melatih perilaku sehingga
dapat melakukan interaksi dengan sosialnya (Yuwono,
2009).
Dalam hal ini, anak autis dilatih kemampuan Daily
Living Skills (DLS) dengan menggunakan media busy
book yang berisi tentang fungsi kemandirian yang
mencakup : keterampilan memasang dasi,
mengancingkan baju, menresleting jaket dan celana,
memasang tali maupun perekat sepatu, serta fungsi
kemandirian umum lainnya yang disusun sedemikian
rupa agar anak dapat tertarik dalam melakukan proses
belajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas,
maka rumusan masalahnya adalah :
“Apakah metode Applied Behavior Analys (ABA)
bermedia busy book berpengaruh terhadap kemampuan
Daily Living Skills (DLS) pada anak autis ?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan
penelitiannya adalah :
Untuk Mengetahui Pengaruh Metode Applied Behavior Analys
(ABA) Bermedia Busy Book terhadap kemampuan Daily Living
Skills (DLS) Anak Autis. Kemampuan Daily Living Skills (DLS)
ini mencakup :
1. Kemampuan memasang dasi secara mandiri
2. Kemampuan mengancingkan baju dan jaket secara
mandiri
3. Kemampuan menresleting celana dan tas secara mandiri
4. Kemampuan memasang sepatu baik berbentuk tali
maupun perekat secara mandiri

D. Manfaat Hasil Penelitian


Sehubungan dengan permasalahan yang telah
dijelaskan diatas, dianggap penting permasalahan ini
diungkap, berikut manfaat penelitian ini bagi pihak –
pihak yang terkait :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang
konsep Daily Living Skills (DLS) dengan menggunakan
metode ABA (Applied Behaviour Analysis) pada siswa
autism spectrum disorder (ASD), sehingga dapat dijadikan
salah satu keilmuan dibidang tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi terapis dan guru, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai pedoman pembelajaran nantinya terhadap siswa
autis dalam melatih kemampuan Daily Living Skills
(DLS) dengan media busy book.
b. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk acuan
dalam mengembangkan kemampuan Daily Living Skills
(DLS).
c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan pedoman
pembelajaran terhadap semua kalangan sekolah serta
media informasi bagi sekolah.
d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan belajar dalam penelitian lapangan, khususnya
kemampuan Daily Living Skills (DLS) pada anak Autism
Spectrum Disorder (ASD).

E. Batasan Penelitian
Supaya dalam penelitian ini tidak meluas dan tetap
terarah, maka penulis membatasi masalah penelitian ini,
antara lain sebagai berikut :
1. Subjek penelitian adalah 7 anak autis mulai dari umur 5
tahun – 10 tahun yang telah memiliki kesiapan untuk
melakukan Daily Living Skills (DLS) di TK Mentari School
Sidoarjo.
2. Lokasi penelitian bertempat di TK Mentari School
Sidoarjo.
3. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak 10
kali pertemuan. 1 kali pre tes, 8 kali intervensi, dan 1
postest.
4. Daily Living Skills (DLS) dalam penelitian ini yaitu
berkaitan dengan kemandirian anak autis meliputi
kegiatan anak autis dalam berpakaian dan bersepatu,
meliputi : memasang kancing baju, menresleting jaket
dan celana, memasang dasi, memasang tali sepatu dan
sepatu yang berbentuk perekat.

F. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan dasar mengenai
suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir dalam melakukan
penelitian. Berikut yang menjadikan asumsi dalam penelitian
ini :
1. Kemampuan Daily Living Skills (DLS) anak autis perlu
dikembangkan untuk mengoptimalkan perkembangan
kemandirian anak spektrum autis
2. Pemilihan media pembelajaran yang tepat menstimulasi
munculnya kemampuan daily living skills (DLS) pada
anak autis
3. Anak spektrum autis cenderung memahami instruksi
atau informasi dalam bentuk visual
4. Busy Book merupakan suatu bentuk media pembelajaran
yang penuh dengan gambar dan warna yang mampu
merangsang kemampuan motorik anak
5. Metode ABA (Applied Behaviour Analysis) bertujuan untuk
memberikan kepada anak spektrum autis suatu
lingkungan belajar yang alamiah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Daily Living Skills (DLS)


1. Pengertian Daily Living Skills (DLS)
Menurut ( E. Amanda Boutot : 2006 ) Daily Living Skills
(DLS) atau keterampilan hidup sehari – hari meliputi
segala sesuatu yang kita anggap bagian normal dari
aktivitas sehari – hari seorang seperti makan, merawat diri
dan bersiap – siap untuk tidur. Umumnya dalam
penggunaan sehari – hari orang menyebut daily living skills
(DLS) dengan kecakapan hidup. Menurut Listyono,
kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian
dalam menghadapi permasalahan kehidupan, untuk
kemudian dicari solusi dalam mengatasi masalah tersebut.
Sementara Brolin (1989), mengartikan bahwa kecakapan
hidup adalah kegiatan interaksi dari berbagai pengetahuan
dan kecakapan yang menjadikan seseorang hidup dengan
mandiri.
Pendidikan kecakapan hidup menurut UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
bagian dari pendidikan nonformal. Hal ini terdapat pada
Pasal 26 Ayat 3 berbunyi:
“Pendidikan nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan keaksaraan, pelatihan kerja dan
pendidikan keterampilan, pendidikan kesetaraan
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa daily living skills (DLS)
adalah kegiatan yang memberikan pengetahuan kepada
anak agar mampu bertahan hidup . Maka dari itu model
pendidikan daily living skills (DLS) adalah sejumlah
komponen yang dikembangkan dan terdiri dari langkah-
langkah yang sistematis untuk membekali anak agar
memiliki kecakapan hidup yang diinginkan.

2. Jenis – Jenis Daily Living Skills (DLS)


Daily Living Skills (DLS) atau yang biasa disebut dengan
kecakapan hidup, menurut World Health Organization
(1997) mengatakan bahwa daily living skills (DLS) dibagi
menjadi 5, antara lain :
a. Kecakapan dalam mengenal diri
b. Kecakapan dalam berpikir
c. Kecakapan dalam sosial
d. Kecakapan dalam akademik
e. Kecakapan dalam vokasional
Sejalan dengan Tim BBE (2002:31-32) ada lima
bidang kecakapan hidup atau daily living skills (DLS) :
1). Kecakapan dalam mengenal diri (self awareness):
kecakapan mengenal diri meliputi tiga hal,
sebagai berikut : a) kesadaran emosi b) penilaian
diri secara akurat dan c) percaya diri
2). Kecakapan sosial yang mencakup kecakapan
kecakapan dalam hal kepemimpinan, hal
berkomunikasi, hal bekerjasama dan kemampuan
sebagai tim
3). Kecakapan berpikir yang meliputi kecakapan
dalam menggali dan menemukan informasi
4). Kecakapan akademik yang merupakan kecakapan
dalam berpikir dengan terkait yang bersifat
akademik atau menyangkut intelegensi seseorang
5). Kecakapan vokasional yaitu kecakapan yang
terkait dengan bidang pekerjaan tertentu yang
terdapat di masyarakat
Menurut Sarbiran (2002) kecakapan hidup
seseorang dapat dilihat dari tingkat ketrampilan yang
dikuasainya. Apabila kecakapan hidup diartikan
sebagai ketrampilan hidup, Terdapat 9 macam,
diantaranya : (1) keterampilan dalam berbahasa, (2)
keterampilan ruang, (3) keterampilan seni, (4)
keterampilan dalam gerak, (5) keterampilan
interpersonal, (6) keterampilan intrapersonal, (7)
keterampilan penalaran, (8) keterampilan spiritual
dalam melaksanakan ajaran agamanya, dan (9)
keterampilan menguasai emosi.
World Health Organization (1997) membagi dua jenis
kecakapan hidup, yaitu :
a. Kecakapan Hidup Generik
Kecakapan hidup generik dibagi menjadi kecakapan
personal (personal skill), kecakapan personal mencakup
kecakapan dalam memahami diri (self awerness skill) dan
kecakapan berpikir (thinking skill), kecakapan mengenal
diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan YME, Kecakapan berpikir mencakup
antara lain kecakapan mengenali dan menemukan
informasi, mengolah dan mengambil keputusan serta
memecahkan masalah secara kreatif. sedangkan
kecakapan sosiial (social skill).
b. Kecakapan Hidup Spesifik
Kecakapan hidup spesifik merupakan kecakapan untuk
menghadapi pekerjaan tertentu. Kecakapan ini terdiri
dari kecakapan akademik yang menyangkut dengan
bidang pekerjaan yang memerlukan pemikiran atau
kerja intelektual dan kecakapan vokasional yang
menyangkut dengan bidang pekerjaan yang lebih
mmerlukan keterampilan motorik. Kecakapan
vokasional sendiri dibagi menjadi kecakapan vokasional
dasar (basil vocational skill) dan kecakapan vokasional
khusus (occupational skill).

3. Prinsip Pendidikan Daily Living Skills (DLS)


Daily living skills (DLS) memiliki tujuan untuk
meningkatkan kecakapan hidup dengan menerapkan
prinsip belajar sepanjang hayat dan untuk meningkatkan
daya saing antar individu. Konsep Dasar daily living skills
(DLS) dalam Sistem Pendidikan Nasional UNESCO yaitu
“empat pilar pembelajaran” yaitu (learning to learn),
(learning to be ), (learning to do) dan ( learning to live
togather). Sejalan sengan pendapat (Anwar : 2004 ) prinsip
pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup adalah :
a. Tidak mengubah sistem pendidikan dan kurikulum
yang telah berlaku
b. Pemeblajaran menggunakan prinsip empat pilar diatas
c. Belajar konstektual dengan menggunakan potensi
lingkungan sekitar sebagai wadah pembelajaran
d. Mengarah kepada tercapainya hidup yang sehat dan
berkualitas serta mampu memperluas wawasan dan
pengetahuan dan menjadikan akses untuk memenuhi
standar kehidupan yang lebih baik

4. Tujuan Daily Living Skills (DLS)


Adapun secara khusus, pengembangan kecakapan
hidup atau daily living skills (DLS) bertujuan untuk :
a. Menjadikan masyarakat agar tumbuh dan berkembang
dengan baik sehingga mampu meningkatkan mutu
hidupnya
b. Mengembangkan potensi setiap individu agar dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi
c. Merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan
individu
d. Memberikan kesempatan kepada fasilitator untuk
mengembangkan pembelajaran mudah dipahami anak
e. Mengoptimalkan pemanfaatan tenaga pendidik di
sekolah dengan memanfaatkan media yang sudah
disediakan di sekolah
f. Membekali anak dengan kecakapan hidup yang cukup
agar mereka mandiri dalam hidup bermasyarakat

5. Ciri – Ciri Pembelajaran Daily Living Skills (DLS)


Menurut Anwar (2004:21) ciri pembelajaran daily
living skills (DLS) adalah :
a. Terjadinya proses identifikasi kebutuhan dalam
proses belajar mengajar
b. Terjadinya kesadaran akan pentingnya bekerja
bersama
c. Terjadinya persamaan dalam belajar untuk
mengembangkan diri dan belajar secara mandiri
d. Terjadinya proses pengusaan kecakapan personal,
akademik, sosial, vocasional, menegeril serta
kewirausahaan
e. Terciptanya pengalaman dalam melakukan
pekerjaan sehingga menghasilkan hasil yang
bermutu
f. Terjadi proses interaksi saling belajar satu dengan
yang lain
g. Terjadinya proses penilaian dari sebuah
kompetensi
h. Terjadinya pembinaan dalam membangun usaha
bersama

B. Autis Spectrum Disorder


1. Pengertian Anak Autis
Kata Autis pertama diperkenalkan dalam suatu
makalah pada tahun 1943 oleh seorang psiikiatris Amerika
yang bernama Leo Kanner. Leo Kanner menemukan 11
anak yang memiliki ciri-ciri berupa tidak mampu
berinteraksi dengan sesama dan sangat tak acuh terhadap
lingkungan, sehingga perilakunya seperti hidup dalam
duniaanya sendiri (Mudjito, dkk, 2013). Pengertian autis
menurut Leo Kanner dalam Handoyo (2004 : 12)
menyatakan “autis berasal dari kata auto yang artinya
adalah sendiri, jadi anak autism spectrum disorder (ASD)
seperti hidup dalam dunianya sendiri”.
Selain itu Menurut buku panduan psikolog dunia,
(DSM-5), autisme adalah suatu kondisi perkembangan yang
meliputi kurangnya dalam bidang komunikasi dan
kemampuan sosial serta ketertarikan atau minat yang
terbatas (American Psychiatric Association, 2013).
Pandangan tentang autisme dalam lingkup psikologi
berubah seiring berjalannya waktu. Pada edisi lama DSM
(Edisi 4 – revisi), autisme dibagi menjadi dua kategori,
diantaranya Asperger’s syndrome dan Pervasive
Developmental Disorder – Not otherwise Specified (PDD-
NOS). Namun, psikolog menemukan bahwa kondisi
autisme sangat beragam pada setiap individu sat dan yang
lainnya (Ospina, et al., 2008; Gabrielsen, et al., 2015). Maka
dari itu, pada edisi terakhir DSM (edisi 5), diagnosis autism
telah dirubah secara drastis: dari kategori terpisah menjadi
satu spektrum yang luas. Individual yang menyandang
autisme tidak lagi disebut Asperger atau PDD-NOS, tetapi
semua akan disebut dengan satu diagnosa, yaitu Autism
Spectrum Disorder (ASD). Pregantian ini memberikan
kesempatan bagi praktisioner kesehatan untuk memberikan
diagnosa yang lebih spesifik kepada setiap individu dan hal
tersebut akan membantu pemilihan terapi yang lebih efektif
(Grzadzinki, Huerta, & Lord, 2013).
Berdasarkan ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa
anak autis adalah gangguan yang kompleks terdiri dari
beberapa aspek penting seperti interaksi sosial, komunikasi
dan perilaku yang berdampak pada munculnya kesulitan
ketika proses pembelajaran. Dengan hambatan yang
dialami merentang dan berbeda antara individu satu
dengan individu yang lainnya.

2. Karakteristik Anak Autis Spectrum Disorder


Menurut (DSM-5) karakteristik individu autis sebagai
berikut :
a. Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial
1) kurang dalam kemampuan komunikasi sosial
dan emosi pada anak autis. Contohnya kegagalan
untuk melakukan komunikasi dua arah,
pendekatan sosial yang kurang, dan kegagalan
untuk merespon suatu interaksi sosial
2) Terganggunya pola perilaku komunikasi non-
verbal yang digunakan dalam berinteraksi sosial.
3) Kekurangan dalam mengembangkan serta
memper-tahankan suatu hubungan. Contohnya
kesulitan dalam hal menyesuaikan perilaku pada
keadaan sosial, kesulitan dalam melakukan
permainan imajinatif, belum adanya ketertarikan
terhadap teman sebayanya.
b. Perilaku yang terbatas atau yang repetitif

Lebih lanjut Danuatmaja (2005:24) menjelaskan bahwa


“anak autis memiliki keunikan dan karakter yang berbeda
dengan individu lainnya”. Dengan karakteristik peserta
didik dengan spektrum autis adalah :

a. Selektif yang berlebihan terhadap stimulus yang


menyebabkan kemampuan menangkap informasi
yang berasal dari lingkungan sangat terbatas.
b. Kurangnya motivasi menyebabkan anak tidak
semangat dalam menjelajah lingkungan baru.
c. Memiliki respon stimulasi diri yang tinggi sehingga
sebagian besar dari mereka memilih menghabiskan
waktunya untuk merangsang dirinya sendiri seperti
mengepakkan tangan.
d. Memiliki respon terhadap imbalan yang diberikan.

Sementara itu menurut Power (1989) terdapat 6


gangguang yang menjadikan karakteristik pada anak autis :
a. Interaksi sosial
Dalam hal ini meliputi gangguan menghindar untuk
saling bertatap muka. Mereka tidak menoleh bila
namanya dipanggil sehingga sering diduga dengan
anak tuli. Anak autis juga menolak untuk dipeluk. Bila
menginginkan sesuatu hal, anak autis suka menarik
tangan orang yang terdekat untuk dapat melakukan
suatu hal seperti yang diinginkannya.
b. Komunikasi
Meliputi kemampuan berbahasa mengalami
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara.
Anak autis menggunakan kata-kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang sebenarnya. Rata
– rata anak autis berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat. Kata-kata yang diucapkan tidak dapat
dimengerti orang lain atau tidak sesuai dengan
konteksnya. Anak autis juga suka ekolalia (meniru atau
membeo) dengan menirukan kata, kalimat atau lagu
tanpa tahu artinnya.
c. Gangguan dalam bermain
Pola bermain anak autis sangat monoton dan aneh,
seperti : memutar bola pada mainan mobil dan
mengamati dengan seksama dengan jangka waktu yang
lama, menderetkan gelembung sabun menjadi satu
deretan yang panjang. terdapat kelekatan dengan
benda tertentu seperti gambar, kertas yang terus
dipegang dan dibawa kemana saja dia pergi. Bila sudah
menyukai satu hal, maka tidak mau yang lainnya,
seperti mainan. Mereka menyukai benda yang kurang
menarik seperti gelang karet, botol, baterai atau benda
lainnya.
d. Gangguan sensoris
Mereka memiliki perasan sensitif terhadap cahaya,
sentuhan, pendengaran, penciuman dan rasa ( lidah).
Anak autis suka menggigit, mencium atau menjilat
mainan atau benda apa saja yang dibawanya. Mereka
sensitif jika mendengar suara yang keras, mereka
refleks untuk menutup telinga. Mereka tidak menyukai
pelukan atau rabaan, apabila digendong sering merosot
atau melepaskan diri dari pelukan.
e. Gangguan perasaan dan Emosi
Dapat dilihat dari perilaku yang suka tertawa sendiri,
menangis tanpa sebab yang nyata. Mereka sering
mengamuk tidak terkendali (temper-tantrum ),
terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan
merusak.
f. Ganngguan perilaku
Anak autis suka mengulang sesuatu gerakan tertentu.
Ia juga sering melukai diri sendiri seperti memukul
kepala atau membenturkan kepalanya di dinding dan
memukul dirinya sendiri secara terus menerus. Anak
autis dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif,
anak autis biasanya juga sering marah tanpa alasan
yang jelas.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat


disimpulkan bahwa pada anak autis terdapat gangguan
perkembangan yang sangat mempengaruhi aspek-aspek
perkembangan pada diri anak. Gangguan perkembangan
tersebut terdiri pada aspek – aspek komunikasi, perilaku,
sensoris, interaksi sosial, gangguan dalam bermain dan
emosinya.

3. Model Pembelajaran Anak dengan Spectrum Autis (ASD)

Choate (2013) mengungkapkan karakteristik belajar


pada anak autis mencakup penekanan pada faktor
lingkungan yang meliputi struktur, konsistensi serta
meramalkan kemungkinan perilaku yang muncul pada
anak autis. Anak dengan spektrum autisme juga
memerlukan visual support dalam proses pembelajaran.
Lebih lanjut Secara umum permasalahan belajar anak
autis mencakup (Mudjito dkk, 2013:105 ) :
a. Dimensi Proses
Anak autis mengalami hambatan dalam menangkap
dan mengartikan sebuah informasi. Hambatan dalam
berinteraksi sosial dan memfokuskan perhatian kepada
suatu objek menjadikan anak tidak dapat menyerap dan
merespon secara tepat dan benar terhadap berbagai
stimulus yang ada.
b. Dimensi Produk
Proses belajar anak autis akan sangat dipengaruhi
oleh kemampuan menerima dan menyerap informasi
sebuah yang masuk. Selain itu diperlukan adanya
keterampilan untuk merespon suatu stimulus yang
masuk. Anak yang gagal dalam proses tersebut akan
mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi belajar
yang diharapkan.

Oleh karena itu, model pembelajaran anak autis


berdasarkan permasalahan belajar diatas adalah sebagai
berikut :
1) Isyarat visual atau verbal
Isyarat visual atau verbal adalah proses
pembelajaran yang diberikan pada anak autis agar dapat
menyelesaikan tugas yang ada. Hal ini dilakukan
dengan cara non verbal ataupun verbal dengan
menggunakan startegi visual (Dodd, 2007). Strategi
visual merupakan cara yang dilakukan dalam
pembelajaran dengan menggunakan benda-benda
dalam menyampaikan pembelajaran.
2) Pemodelan (Modelling)
Pemodelan merupakan cara pembelajaran yang
melibatkan orang lain, baik berupa orang tua atau
teman sebaya untuk menjadi model.
3) Visual support
Visual support bermanfaat untuk mentransfer
informasi yang diterima, juga untuk meningkatkan
komunikasi, perilaku dan mengembangkan
kemandirian anak. Dalam hal ini yang termasuk vissual
support adalah daftar visual (jadwal), urutan suatu
pekerjaan, ekspresi wajah, gestures dan bahasa tubuh.
4) Prompting
Promting merupakan isyarat tambahan untuk
membantu anak agar dapat merespon dengan benar.
Setiap individu membutuhkan bimbingan secara fisik
untuk mengerjakan suatu tugas. Reinforcment atau
propting harus segera diberikan apabila anak selesai
mengerjakan tugas yang diberikan dengan mandiri.
5) Fading
Fading merupakan pengurangan bantuan secara
sistematis dan bertahap dalam melakukan proses
pembelajaran. Teknik ini dinilai berhasil dalam
mengajarkan keterampilan baru. Pengurangan ini sangat
penting supaya anak tidak tergantung pada bantuan dan
isyarat yang diberikan.

6) Shaping
Shaping merupakan cara yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan atau perilaku yang tidak
terdapat pada diri anak. Shaping digunakan untuk
mengjarkan keterampilan-keterampilan yang sulit.
Dalam hal ini yaitu meliputi kemampuan motorik kasar
anka, seperti memakai baju, makan dan bersosialisasi
dengan orang lain. (Dodd, 2007).
7) Chainning
Chainning adalah menciptakan perilaku baru
dengan menggabungkan perilaku-perilaku sederhana
yang ada. Contohnya dalam menyikat gigi: pertama
menyimpan pasta gigi pada sikat gigi, kemudian
memasukkan sikat gigi ke mulut dan kemudian mulai
menggosok gigi ke atas ke bawah, kesamping kiri dan
kanan dan seterusnya.
Adapun secara mendetail, karakteristik anak autis
dalam belajar adalah sebagai berikut (Mudjito dkk,
2013:106 - 107 ) :
a. Pemrosesan Informasi
Anak autis mengalami hambatan dalam
memfokuskan perhatiannya pada suatu hal serta dalam
perkembangan modalitas sensorinya.
b. Pemahaman
Terganggunya dalam proses informasi akan
berpengaruh terhadap pemahaman anak. Pemahaman
juga dipengaruhi oleh potensi dari setiap individu.
Pada anak autis pemahaman akan lebih sulit lagi jika
anak tergolong pada low functioning. Sebaliknya bagi
anak high functioning pemahaman akan lebih mudah
untuk diterima.

c. Pengungkapan
Anak autis memilki kesulitan dalam
mengungkapkan hal – hal yang diinginkannya, jika
diberikan instruksi anak tidak mudah untuk
menunjukkan respon. Dengan keadaan ini anak dengan
spektrum autis sering kali dianggap bahwa tidak
mempunyai kemampuan. Akibatnya kebutuhan belajar
anak tidak dapat terfasilitasi sehingga terhambat dalam
proses belajarnya.
d. Penyesuaian
Kemampuan penyesuaian diri pada anak autis
meliputi kemampuan interaksi sosial, komunikasi, dan
perilaku sangat kurang dengan lingkungannya.
Akibatnya berbagai kegiatan pembelajaran seringkali
sulit dilakukan oleh anak autis.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat


disimpulkan bahwa model belajar pada anak autis
adalah sebagai berikut : Isyarat visual / verbal,
Pemodelan (Modelling), Visual support, Prompting,
Fading, Shaping dan Chainning.

4. Hambatan Perkembangan Kemandirian Anak Autis


Spectrum Disorder

Karakteristik pada anak autis sangatlah beragam dan


hambatan hambatan yang dialami oleh anak autis juga sangat
kompleks. Menurut Hasnita, dkk (2015: 22) menyatakan
bahwa hampir semua anak autis memiliki permasalahan
dalam hal motoriknya, baik kasar maupun motorik halusnya.
Pada motorik halus, gerak geriknya kaku dan kasar, anak
autis sering terlihat kesulitan dalam memegang, menekan,
menggenggam dan menjipit benda. Dalam hal ini
mengganggu anak autis dalam menjalankan aktivitasnya baik
dalam hal bermain dan juga belajar.

Sependapat dengan Fallen dan Umansky dalam Sunardi


dan Sunaryo (2007: 129) bahwa Hambatan perkembangan
motorik pada anak autis yaitu meliputi koordinasi antara
mata, jari dan tangan yang terganggu, seperti kesulitan dalam
belajar mengikat dan merekatkan sepatu, mengancingkan
baju, dan menarik resleting pada celana dan tas dll.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa


anak autis memiliki hambatan perkembangan dalam hal
kemandiriannya. Dalam hal ini anak autis perlu dilatih
kemandiriannya dalam berbagai aspek seperti : berpakaian,
bercelana, bersepatu, dll. Oleh karena itu perlu adanya
bimbingan dan latihan yang rutin sehingga kemampuan
kemandirian anak dapat berkembang dengan baik.

C. Media Pembelajaran Busy Book


1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari Bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang
secara harfiah artinya adalah “perantara atau pengantar”.
Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan, sedangkan pembelajaran merupakan
cara untuk menjadikan orang lain belajar. Sejalan dengan
Sadiman, dkk (2002) menyatakan bahwa media adalah
pengantar pesan dari sang pengirim kepada sang
penerima pesan.
Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media
merupakan manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi sehingga siswa mampu
memperoleh keterampilan, pengetahuan atau sikap.
(Djamarah, 2002 : 137 ), Media adalah benda yang dapat
dijadikan sebagai penyalur pesan, sedangkan
pembelajaran adalah cara atau proses perbuatan yang
menjadikan orang belajar (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002 : 17 ).
Sedangkan menurut Menurut Donald P. Elly &
Vernon S. Gerlach, pengertian media ada dua bagian,
yaitu dalam arti sempit adalah bahan media itu berwujud
foto, grafik, alat mekanik dan elektronik yang digunakan
untuk mendapatkan serta menyampaikan informasi.
Sedangkan dalam arti luas yaitu kegiatan yang
menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan peserta
didik dapat memperoleh baik keterampilan, pengetahuan
dan sikap yang baru.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas media
pembelajaran yaitu sebagai pengantar pesan dari sang
pengirim ke sang penerima agar mempunyai motivasi
untuk belajar, sehinggga diharapkan agar dapat
merangsang perasaan, pikiran, perhatian dan minat
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2) Fungsi Media Pembelajaran


Menurut Degeng (2001) secara garis besar fungsi
media pembelajaran adalah : (1) membangkitkan minat
atau motivasi (2) Menghindari terjadinya verbalisme (3)
dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran
(4) menarik perhatian anak (5) mengaktifkan anak dalam
kegiatan belajar dan (6) memanfaatkan pemberian
stimulus untuk belajar.
Ibrahim, dkk (2004)
menjelaskan fungsi media pembelajaran ditinjau dari
dua hal, yaitu : proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi maka fungsi media adalah sebagai pembawa
informasi dari sang pengirim kepada sang penerima,
dalam kata lain dari guru untuk peserta didik. Ditinjau
dari proses pembelajaran sebagai kegiatan interaksi
antara peserta didik dan lingkungannya.
Berikut tiga kelebihan media menurut Gerlach dan
Ely (dalam Ibrahim,dkk., 2004) :
a. Kemampuan manipulatif, artinya media dapat
muncul berupa objek dengan berbagai macam
perubahan (manipulasi) sesuai keperluan.
b. Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki
kemampuan untuk menyimpan, menangkap dan
kemudian menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian sehingga suatu objek dapat dipotret,
digambar, difilmkan, direkam, kemudian dapat
disimpan dan pada saat diperlukan dapat
ditunjukkan dan diamati kembali seperti keadan
aslinya.
c. Kemampuan distributif, arinya media mampu
mencakup peserta yang banyak dalam satu kali
penyajian seperti televisi, radio dan lain-lain.

Sedangkan menurut Levie dan Lentz (1982) media


pembelajaran memiliki empat fungsi yaitu :
a. Fungsi afektif : dapat mengunggah emosi dan sikap
pembelajar
b. Fungsi atensi : dapat menarik perhatian anak untuk
berkonsentrasi dalam proses pembelajaran
c. Fungsi compensations : dapat mengakomodasikan
anak yang terlambat menerima pelajaran yang
disampaikan
d. Fungsi kognitif : memperlancar tujuan dalam
mengingat informasi yang telah disampaikan

3) Ciri – Ciri Media Pembelajaran


Gerlach dan Ely (1971) menyebutkan tiga ciri media
pembelajaran adalah :
a. Ciri Manipulatif
b. Ciri Fiksatif
c. Ciri Distributif

4) Pengertian Busy Book


Busy book merupakan salah satu alat dalam
permainan. Dalam kamus Inggris-Indonesia dan
Indonesia-Inggris karangan M.Reza Noor, busy book berasal
dari bahasa inggris yaitu busy yang artinya “sibuk” dan
book yang artinya “buku”. Jadi busy book merupakan
buku yang membuat anak menjadi sibuk. Maksud kata
sibuk adalah anak autis mengerjakan berbagai macam
aktivitas yang terdapat di dalam busy book.
Busy book terbuat dari bahan yang murah dan mudah
ditemui yaitu kain flanel dan lem serta manik-manik untuk
hiasannya. Busy book merupakan permainan yang tidak
berbahaya untuk anak autis. Busy book mudah didapatkan
di toko alat permainan dan dapat dibuat sendiri.
Busy book dapat dimainkan di rumah saat anak sedang
bersantai agar anak dapat duduk tenang dan
menguasai materi yang ada didalamnya. Dengan
ukurannya yang kecil, busy book praktis dibawa
kemanapun agar anak tidak merasa bosan saat berada
diluar rumah. (Umama 2016:127).

Mufiharsi (2017:150) menyatakan bahwa :


Busy book merupakan alat permainan bersifat
interaktif dan terbuat dari kain flannel dan benda
pelengkap lainnya yang disusun menjadi sebuah
buku dengan warna yang cerah dan berisi
berbagai macam aktivitas permainan sederhana
yang bermanfaat untuk merangsang kemampuan
anak yang meliputi motorik halus anak autis
seperti memasang kancing, menresletingkan
celana dan tas, memasang tali dan perekat sepatu
dan yang lainnya.
Dengan adanya media busy book yang disertai
aktivitas permainan dapat memotivasi anak dalam belajar
dan kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan (Ulfah
dan Rahmah 2017:29)
Busy book dipopulerkan oleh Tresita Diana (dalam
Irene, 2015), Busy book merupakan buku kain flannel yang
terdiri dari halaman-halaman yang berisi bermacam-
macam kegiatan dalam pembelajaran yang dikemas jadi
satu dalam bentuk buku. (Nimayani, Zulkifli dkk, 2017: 3).
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa busy book merupakan alat permainan yang terbuat dari
bahan-bahan yang mudah di dapat, baik berupa kain flanel,
manik – manik dll. Busy book di dalamnya terdapat berbagai
macam aktivitas yang dapat merangsang perkembangan anak
dalam keterampilan mootrik halus.

5) Media Pembelajaran Busy Book


(Djamarah, 2002 : 137 ), Media adalah alat bantu yang
digunakan sebagai penyalur pesan dari sang pengirim ke sang
penerima, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara
yang menjadikan orang belajar (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002 : 17 ). Sehingga dengan media pebelajaran
mampu meningkatkan keterampilan anak yang diperlukan
dngan cara yang santai dan menyenangkan. Busy book
merupakan sebuah buku kain dari bahan kain felt yang
didalamnya terdapat berbagai macam permainan yang cukup
ampuh untuk menyibukkan anak (Umama,2016: 125).
Busy book berisi aktivitas-aktivitas sederhana seperrti
puzzle, maze, membuka resleting, mengancingkan baju dan
lain-lain. Busy book ini merupakan media yang efektif untuk
merangsang kognitif dan motorik halus (fine motor) anak
(Mufliharsi,2017: 29).
Manfaat busy book untuk anak adalah dapat
merangsang rasa ingin tahu anak dengan cara
mendorong kemampuan motorik, menghibur, ,melatih
keterampilan baik mental dan emosional anak (Ulfah
dan Rahmah,2017: 29).
Jadi dari beberapa pendapat diatas, media busy book
adalah buku yang terbuat dari kain flannel dengan berbagai
macam jenis kegiatan yang dibentuk dalam satu buku dengan
tampilan menarik yang bertujuan untuk mendorong
kemampuan motorik halus anak.

6) Kelebihan Media Pembelajaran Busy Book


Menurut Daryanto (2013: 23), kelebihan media
pembelajaran busy book adalah media dapat dibuat sendiri,
selain itu dapat dimanfaatkan untuk semua mata pelajaran,
item-item yang dimasukkan dalam buku dapat diatur
sendiri, pembuatannya praktis dan dapat dipakai berkali-
kali serta dapat menghemat waktu dan tenaga. Sedangkan
menurut Indriana (2011: 63), kelebihan busy book adalah
untuk mempercepat dan mempermudah pemahaman siswa
melalui proses visual. Media pembelajaran busy book dibuat
dengan kain flannel dengan warna-warna yang cerah
sehingga lebih menarik perhatian siswa dalam belajar.
Menurut uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kelebihan dari media pembelajaran busy book adalah
dapat digunakan berkali-kali, terdapat item-item yang dapat
diatur, dapat membantu pemahaman siswa melalui proses
visual, dan media dibuat dari kain flannel dengan berbagai
macam warna yang cerah sehingga menarik bagi siswa
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

D. Metode Applied Behavior Analys (ABA)


1. Pengertian Metode Applied Behavior Analys (ABA)
Metode Applied Behavior Analys (ABA) ditepakan
untuk anak autistik dipopulerkan sejak tahun 1993 oleh
Cathrine dalam bukunya “Let Me Hear Your Voice”.
Sedangkan di Indonesia dipelopori pengembangannya
oleh Dr. Rudy Sutadi, SpA. Sejak tahun 1997. Menurut
Handojo (2003:50) metode Applied Behavior Analys (ABA)
adalah metode tatalaksana perilaku yang berkembang
sejak puluhan tahun yang lalu dan ditemukan oleh
psikolog Amerika Serikat, Ivar O. Loovas. Penjelasan
lebih lengkap Mudjito, Jiehad, Praptono (2013:35) Applied
Behavior Analys (ABA) adalah metode atau teknik yang
sangat representative bagi anak autis, karena memiliki
prinsip yang terarah, terukur dan sistematis.

Bing (dalam Awandi, 2005:172) Applied Behavior


Analys (ABA) di gunakan untuk meningkatkan bahasa
dan kemampuan dalam berkomunikasi. Hal ini juga di
gunakan untuk meningkatkan fokus, perhatian,
keterampilan sosial, memori atau akademisi. Applied
Behavior Analys (ABA) juga dapat digunakan untuk
membantu masalah perilaku anak. Sedangkan
pemaparan dari Mudjito, Praptono dan Jiehad (2013:150)
teori Applied Behavior Analys (ABA) di sebutkan suatu
pola perilaku akan menjadi baik jika peroleh penguatan
positif dan mengakibatkan hilangnya hal-hal yang tidak
diinginkan.
Hervey, Luselli (dalam Yusuf 2011:212) inti dari
Applied Behavior Analys (ABA) berfokus pada perilaku
yang dapat diamati yang menyediakan kerangka berpikir
yang objektif dan empiris untuk penilaian dan treatmen
(perlakuan) pada penderita autisme.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa
metode Applied Behavior Analys (ABA) adalah metode
penerapan yang menekankan perilaku yang pelaksanaan
dilakukan dengan terstruktur, terarah dan terukur yang
berdasarkan pemberian stimulus, respon dan
konsekuensi.

2. Prinsip-prinsip metode Applied Behavior Analys


(ABA)

Mudjito, Praptono dan Jiehad (2013:152) metode


Applied Behavior Analys (ABA) memiliki 3 prinsip, yaitu:
a. Terarah
Di dalam proses mengajar terdapat kurikulum
yang jelas untuk mengarahkan guru. Dalam penerapan
pada proses pembelajaran, semua yang terjadi dalam
kegiatan belajar mengajar mempunyai tujuan yang
berhubungan dengan pemeblajaran yang diberikan
guru kepada anak. Proses pembelajaran terarah ini
sangat penting sekali disusun sejak awal untuk
menentukan bagaimana rancangan pembelajaran yang
akan dilakukan jauh kedepan.
Dalam kegiatan ini guru harus menyampaikan
materi dengan maksud dan tujuan yang jelas agar anak
bisa memahami konsep pembelajaran yang diberikan
oleh guru.
b. Terstruktur
Dalam penerapan metode Applied Behavior Analys
(ABA) teknik pengajaran wajib menggunakan teknik
yang jelas. Jadi disini instruksi yang diberikan guru
terhadap anak harus jelas agar anak tidak bingung
dengan instruksi yang diberikan.
Dalam kegiatan ini guru akan memberi tahu kepada
anak materi daily living skills dengan media pembelajaran
busy book, alat pembelajaran yang dimaksud adalah
dengan dukungan visual support.
c. Terukur
Dalam keberhasilan dan kegagalan anak akan
menghasilkan perilaku yang telah diharapkan oleh
guru, di ukur dengan berbagai cara tergantung dengan
kebutuhannya. Dalam kegiatan ini guru akan menilai
keberhasilan anak secara kuantitatif atau dengan angka.
Menurut Handojo (2013:50) terdapat ada 5 prinsip
dalam pendekatan dan penyampaian materi kepada
anak. Kelima prinsip tersebut adalah tanpa kekerasan
dan tanpa marah, kasih sayang yang tulus, kontak mata
yang konsisten, tegas, pemberian prompt dengan tegas
dan lembut, apresiasi anak dengan imbalan yang
efektif, sebagai motivasi agar tetap bersemangat.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan


bahwa dalam melaksanakan pembelajaran di dalam
kelas dalam meningkatkan kemampuan daily living
skills anak, guru harus memiliki prinsip yang dapat
mempengaruhi proses belajar anak, yaitu terstruktur,
terarah, terukur, prompt, tanpa kekerasan, kehangatan,
tegas dan apresiasi. Prinsip tersebut adalah prinsip
yang harus berkaitann agar susasana pembelajaran
lebih aktif antara guru dan anak serta anak lebih
memahami materi pembelajaran dan anak pun akan
merasa senang dengan pembelajaran yang diberikan
oleh guru.
3. Teknik Metode Applied Behavior Analys (ABA)
Mudjito, Praptono dan Jiehad (2013:152) teknik
pada Metode Applied Behavior Analys (ABA) sangat
respentative bagi penanggulangan anak dengan gejala
autis. Adapun 2 teknik Metode Metode Applied Behavior
Analys (ABA) adalah :
a) Perubahan perilaku
Anak autis mngalami gangguan dalam hal
perilakunya sehingga harus digantikan dengan perilaku
yang lain. Metode Applied Behavior Analys (ABA) adalah
pengetahuan tentang perilaku yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitasnya, meningkatkan atau
menurunkan perilakunya, menghentikan perilaku yang
tidak sesuai dan mengajarkan perilaku-perilaku baru.
Metode Applied Behavior Analys (ABA) mendasarkan
pengajaran pada respon setiap anak, pemberian
stimulus dan konsekuensi yang menjadikan sasaran
proses pembelajaran.
b) Penanganan khusus
Materi pengajaran anak autis harus disesuaikan
dengan kondisi anak. Keterampilan yang lebih mudah
diajarkan terlebih dahulu, sedangkan keterampilan
rumit tidak diajarkan dulu sebelum anak menguasai
keterampilan yang mudah . Guru atau terapis
mengelompokkan karakteristik anak autis untuk
menyusun kurikulum khusus sebagai berikut :
1. Pertama, kemampuan dalam memperhatikan
saat belajar di sekolah. Apabila anak tidak
mampu memperhatikan dalam beberapa waktu,
anak akan mengalami kesulitan dalam menerima
pelajaran.
2. Kedua, meniru atau imitasi suatu kegiatan,
dalam meniru atau imitasi anak autis dituntut
melakukan seperti apa yang telah dicontohkan
oleh guru ataupu terapis. Imitasi dibagi menjadi
beberapa tahap yaitu : imitasi motorik halus,
imitasi motorik kasar, imitasi suara sampai
imitasi kemandirian daily living skills.
3. Ketiga, anak autis dituntut untuk
mengelompokkan atau memasangkan suatu
benda yang ada.
4. Keempat, identifikasi. Anak autis diintruksikan
untuk memegang, mengambil, atau menunjuk
satu dari beberapa hal.
5. Kelima, labeling atau ekspresi. Kemampuan anak
autis dalam mengungkapkan bahasa seperti
menjawab pertanyaan-pertanyaan “apa ini?”,
“siapa ini?”.
Applied Behavior Analys (ABA) anak autis mendasarkan
pada proses pengajaran pada pemberian stimulus, respon
individu, dan konsekuensi. Selain itu, dibutuhkan
kemampuan dan pengetahuan tentang anak autis dan juga
Metode Applied Behavior Analys (ABA).

4. Mekanisme Metode Applied Behavior Analys (ABA)


Handojo (2006:50) menuliskan bahwa Behavior
(perilaku) merupakan tindakan seseorang yang dapat
dilihat, didengar dan dirasakan oleh orang lain. Perilaku
timbul karena suatu sebab (antecentend). Suatu perilaku
akan menghasilkan suatu akibat (consequence). Dirumuskan
dengan A,B,C yang disebut Operant Conditioning, yaitu :
Antecendent Behavior Conseuence. Perilaku jika dilakukan
terus menerus, maka akan jadi terbiasa, apabila tidak maka
akan berhenti. Prinsip ini dikenal dari Pavlov (unconditioned
reflex) sebagai (respondent conditioning).

a. Instruksi
Instruksi yang diberikan adalah sebagai berikut S-
J-T-S:

1) Singkat : Cukup 2-3 kata, jangan terlalu


panjang karena akan sulit dimengerti oleh anak
2) Jelas : Volume suara perlu selalu disesuaikan
dengan kondisi anak
3) Tegas : Intruksi tidak boleh “ditawarkan atau
dilanggar” oleh anak
4) Tuntas : Setiap instruksi harus diberikan harus
dilakukan sampai selesai
5) Sama : Setiap guru harus memberikan instruksi
yang sama pada setiap anak

b. Siklus dari Discrete Trial Training


Instruksi 1, bila respon tidak ada, lanjutkan dengan
intruksi 2, bila respon tidak ada, lanjutkan dengan
instruksi 3 dengan memberikan prompt pada anak.

1) Konsekuensi
Setelah melakukan suatu hal cepat berikan
umpan balik atau feedback yang disesuaikan
dengan karakteristik masing – masing anak.
2) Prompt atau bantuan
Prompt fisik, prompt verbal, prompt
model, prompt gestural dan prompt tempat
dan yang lainnya.

5. Langkah-langkah Applied Behavior Analys (ABA)


Pemaparan Handojo (2006:65) dan Mudjito (2013:159)
mengatakan bahwa pada dasarnya dalam pelaksanaan
Metode Applied Behavior Analys (ABA) terdapat langkah-
langkah berikut :

a. Discrete Trial Training (DTT)


Dengan mengubah keterampilan yang belum
dikuasai anak ke dalam bentuk keterampilan yang lebih
sederhana. Dengan begitu anak akan mudah
memahami perintah yang akan diberikan oleh guru.
Setelah beberapa kali diulang, ganti perintah
sampai anak sudah mulai paham, kemudian guru
mulai merangkai kata-kata lain untuk keterampilan
yang lebih dari sebelumnya.

b. Menggunakan Reinforcement (imbalan)


Pada saat proses belajar jika anak mampu
melakukan instruksi atau perintah yang diberikan oleh
guru, maka anak akan diberikan imbalan. Pemberian
imbalan ini akan memicu anak agar lebih semangat lagi
untuk melakukan proses belajar. Pemberian imbalan ini
tidak hanya dalam bentuk barang atau apa yang anak
sukai, pemberian pujian, gesturalpun juga akan
memacu anak untuk lebih berkembang lagi.

c. Repetitive (pengulangan)
Anak autis yang memiliki gangguan pada
kemandiriannya perlu keterampilan yang diajarkan di
berikan oleh guru secara berulang-ulang sampai anak
sduah benar-benar menguasai keterampilan atau
instruksi yang telah diberikan guru tanpa dibantu lagi.
Pengulangan seharusnya menggunakan konsep
multi kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak. Pada
tahapan ini akan menjadi salah satu gaya belajar untuk
terus belajar mengulang materi yang berikan dan siswa
akan benar-benar memahami dan menyerapnya dengan
baik.

d. Konsisten
Pada pelaksanaan proses belajar dilaksanakan
dengan konsisten oleh guru dalam memberikan
instruksi dalam pemberian konsekuensi ataupun
imbalan yang akan diberikan untuk anak.

e. Penilaian dan Pencatatan


Pada tahap ini setiap pertemuan atau pembelajaran
yang telah diajarkan dan dijalankan oleh guru dicatat
dengan lengkap untuk kemudian dinilai bagaimana
perkembangan anak setiap tatap muka dengan anak.
Dari paparan diatas peneliti berharap guru atau
terapis dapat menerapkan pelaksanaan Metode Applied
Behavior Analys (ABA) dengan benar.
E. Keterkaitan Permainan Bermedia Busy Book dengan
Kemampuan Daily Living Skills (DLS) Anak Spectrum
Autis
Anak dengan spektrum autis adalah anak yng
mengalami gangguan perkembangan secara kompleks.
Anak dengan spektrum mengalami hambatan dalam
interaksi sosial, komunikasi sosial, kepekaan sensori serta
minat yang terbatas. Selain itu anak spektrum autis
cenderung mengalami gangguan komunikasi secara verbal
sehingga membutuhkan instruksi atau informasi secara
visual.
Karena anak dengan spektrum autis cenderung
menerima informasi secara visual, untuk mengajarkan
kemampuan Daily Living Skills (DLS) menggunakan visual
support berupa media pembelajaran busy book. Dengan ini
anak dapat bermain sekaligus belajar dengan
menggunakan media pembelajaran yang ada. Bahri dalam
Mufliharsi (2017: 150) menyatakan bahwa :
Busy book merupakan alat permainan bersifat
interaktif dan terbuat dari kain flannel dan benda
pelengkap lainnya yang disusun menjadi sebuah buku
dengan warna yang cerah dan berisi berbagai macam
aktivitas permainan sederhana yang bermanfaat untuk
merangsang kemampuan anak yang meliputi motorik
halus anak autis seperti memasang kancing,
menresletingkan celana dan tas, memasang tali dan
perekat sepatu dan yang lainnya.
Dalam Busy book terdapat kegiatan – kegiatan yang
terkait dengan latihan – latihan tentang Daily Living Skills
(DLS) agar anak dapat dengan mudah melatih
kemampuan motoriknya melalui media yang akan
disediakan.
Mengajarkan kemampuan Daily Living Skills (DLS)
pada anak autism spectrum disorder (ASD) tidak semudah
mengajarkan pada anak normal, maka dari itu diperlukan
suatu metode pembelajaran yang dapat memudahkan
dalam penyampaian suatu pembelajaran . Salah satu
metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan
kemampuan Daily Living Skills (DLS) anak autis adalah
metode ABA (Applied Behaviour Analysis). Metode ABA
(Applied Behaviour Analysis) lebih menekankan pada
perubahan tatalaksana perilaku yang menggunakan
metode mengajar tanpa kekerasan, dengan ini anak dapat
dengan senang dan nyaman dalam melksanakan suatu
pembelajaran.
Oleh karena itu diterapkan permainan bermedia busy
book untuk melatih kemampuan Daily Living Skills (DLS)
anak autis. Pada penerapan permainan bermedia busy book
untuk melatih kemampuan Daily Living Skills (DLS)
diharapkan dapat meningkatkan kemandirian anak
dengan spektrum autis.

F. Hasil Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penelitian oleh Widhyas Asyifa Romadhona (2017) yang


berjudul : Mengurangi Perilaku Maladaptif Melalui
Pembelajaran Berbantuan Media My Busy Book Pada Anak
Autisme. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Widhyas Asyifa Romadhona ini terdapat pengaruh positif
dari hasil penelitian tersebut.

2. Penelitian oleh Risa Mufliharsi (2017) yang berjudul :


Pemanfaatan Busy Book Pada Kosakata Anak Usia Dini Di
Paud Swadaya PKK. Hasil dari penelitian yang dilakukan
oleh Risa Mufliharsi ini terdapat pengaruh terhadap
penggunaan busy book pada kosa kata anak usia dini.
Pada penelitian ini yang akan diteliti variabel terikatnya
adalah kemampuan kosa kata dengan subjeknya adalah
anak normal usia dini.

3. Penelitian oleh Emmanuelle Jasmin,dkk. (2008) yang


berjudul : Sensori-motor and Daily Living Skills of
Preschool Children with Autism Spectrum Disorders.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Emmanuelle
Jasmin,dkk ini terdapat peningkatan terhadap
kemampuan daily living skills pada anak prasekolah.

4. Penelitian oleh Aninda Manuella Saraswati (2018) yang


berjudul : Penerapan Permainan Busy Book Terhadap
Kemampuan Motorik Halus Anak Autis. Hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh Aninda Manuella
Saraswati ini terdapat pengaruh terhadap penggunaan
media busy book dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus pada anak autis.

Berdasarkan dari keempat penelitian diatas, penelitian


tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kesamaan
pada penelitian ini adalah pada penilitian pertama dan
keempat sama-sama menggunkan variabel bebas yaitu media
busy book dengan objek anak autis spectrum disorder, pada
penelitian kedua sama-sama menggunakan variabel bebas
yang sama yaitu media busy book,sedangkan pada penelitian
ketiga sama – sama menggunakan variabel berupa
kemampuan daily living skills (DLS) anak autis.
G. Kerangka Konseptual

Autis Spectrum Disorder

Hambatan

Kemandirian

Merawat Diri Menolong Diri Keterampilan Dasar


Belajar

Menolong diri yang dimaksud adalah seperti berpakaian, bercelana, bersepatu


dan sebagainya.

Kurangnya inovasi media pembelajaran mengakibatkan anak menjadi bosan


dan kurang tertarik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pemecahan masalah menggunakan media pembelajaran busy book

Kemandirian anak autis dalam hal menolong diri seperti berpakaian,


bersepatu dan sebagainya akan menjadi lebih baik
H. Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat dua macam hopotesis, yaitu :
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis kerja yaitu hipotesis yang menyatakan
ada hubungan antara variable X dan Y.
2. Hipotesis Statistik (Ho)
Hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan antara variable X dan Y.

Hipotesis dalam hal ini adalah pengaruh metode


applied behavior analys (ABA) bermedia busy book dapat
melatih kemampuan daily living skills anak autis.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melakukan sebuah penelitian, perlu adanya


sebuah metode yang digunakan. Metode penelitian ini
bertujuan agar sebuah penelitian tersebut dapat
memudahkan pelaksanaan suatu penelitian untuk
mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan dan
agar penelitian tersebut berjalan secara sistematis.
Menurut Sugiyono (2013:6) metode penelitian
adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data
dengan tujuan agar dapat dikembangkan, ditemukan,
dan dibuktikan berdasarkan pengetahuan tertentu.
Dengan hal itu maka pada akhirnya nanti dapat
digunakan untuk memecahkan masalah, memahami
suatu hal, dan mengantisipasi masalah dalam berbagai
bidang. Metode penelitian yang dipakai dalam suatu
penelitian ditentukan oleh persoalannya dan jenis data
yang digunakan dalam sebuah penelitian.

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Applied
Behavior Analys (ABA) Bermedia Busy Book terhadap
Kemapuan Daily Living Skills (DLS) Anak Autis di TK
Mentari School Sidoarjo” dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif karena teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini berupa angka dan kemudian
dianalisis menggunakan statistik untuk kemudian
digunakan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.

B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jenis penelitian yaitu jenis pre-
experimental design. Menurut Sugiyono (2016 : 74) Pre-
experimental design adalah jenis penelitian yang designnya
masih belum pasti atau masih terdapat variabel lain yang
dapat mempengaruhi terbentuk nya variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan jenis pre-experimental design
karena terdapat variable bebas dan variable terikat dengan
sampel yang digunakan relatif kecil yaitu kurang dari 30
anak, dengan jumlah sampel sebanyak 7 anak.

C. Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rancangan bagaimana
penelitian tersebut akan dilaksanakan. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design,
karena dalam penelitian ini dilkukan pada suatu kelompok
tanpa adanya kelompok kontrol atau pembanding, selain itu
hasil perlakuan atau treatment yang diberikan dapat diketahui
lebih akurat atau terpercaya, sehingga dapat dibandingkan
dengan keadaan sebelum dan sesudah diberikan treatment atau
perlakuan (Sugiyono, 2015:109).
Arikunto (2013 : 124) merumuskan rancangan penelitian
sebagai berikut :

O1 X O2
Gambar 3.1 Rancangan Pretetst-Postest
Ket :
O1 : Nilai Tes Awal
Dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
kemandirian anak autis khususnya daily living skills yang
meliputi mengancingkan baju, memasang dasi,
menresleting celana, memasang sepatu yang berbentuk
perekat ataupun tali sebelum diberikan treatment. Pre test
dilaksanakan 1 kali pada tanggal .

X : Pemberian treatment /perlakuan


Subyek diberikan perlakuan sebanyak 10 kali pertemuan
selama 2 x 30 menit yang dilaksanakan pada tanggal
2019. Pemberian perlakuan ini dilakukan melalui
permainan bermedia busy book yang terdiri dari
mengancingkan baju,memasang dasi, menarik resleting,
menali sepatu dan merekatkan sepatu.

Rincian perlakuan sebagai berikut :

 X1 dan X2 : Perlakuan pertama dan kedua yang


dilakukan pada tanggal 2019 dengan memberikan
perlakuan yakni memasang dasi dan mengancingkan
baju dapat berupa kancing lubang, kancing jepret,
kancing bungkus, kancing sangkelit dan kancing hak.
 X3 dan X4 : Perlakuan ketiga dan keempat yang
dilakukan pada tanggal 2019 dengan memberikan
perlakuan yakni mengancingkan kancing besar dan
kecil pada jaket, serta menarik resleting jaket.

 X5 dan X6 : Perlakuan kelima dan keenam yang


dilakukan pada tanggal 2019 dengan memberikan
perlakuan yakni menarik resleting celana dengan
berbagai macam model seperti, coil zipper, derlin
zipper dan fire proof zipper.

 X7 dan X8 : Perlakuan ketujuh dan kedelapan yang


dilakukan pada tanggal 2019 dengan memberikan
perlakuan yakni memasang tali sepatu derta
merekatkan perekat pada sepatu.
 X9 dan X10 : Perlakuan kesembilan dan kesepuluh
yang dilakukan pada tanggal 2019 dengan
memberikan perlakuan yakni menyelesaikan tugas
yang ada di busy book berupa memasang dasi,
mengancingkan baju, menresleting celana dan menali
sepatu.

O2 : Nilai posttest (Tes Akhir)


Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak
autis setelah diberikan perlakuan sebanyak 10 kali
pertemuan melalui metode apllied behavior analisys (ABA)
bermedia busy book yang berisi kegiatan daily living skills
(DLS) yang menekankan pada kegiatan koordinasi jari
tangan seperti memasang,mengancingkan, menresleting
dan sebagainya. Post test ini dilakukan dengan cara yang
sama dengan pre test .

D. Lokasi Penelitian
Sasaran penelitian merupakan cara menyempitkan sudut
pandang dlam melakukan sebuah penelitian, sehingga
berfokus pada lokasi maupun subyek yang telah ditentukan.
Lokasi penelitian yaitu tempat yang digunakan dalam
melakukan proses penelitian untuk mendapatkan data
penelitian yang diperlukan. Dalam penelitian ini, lokasi yang
dipilih adalah TK Mentari School Sidoarjo yang beralamatkan
di Jalan Pondok Wage Indah, Taman, Kabupaten Sidoarjo,
Jawa Timur, Indonesia.

E. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah sasaran yang diteliti atau subyek
yng dijadikan pusat perhatian dalam kegiatan penelitian
(Arikunto, 2006:145). Subyek yang digunakan dalam
berjumlah 7 anak autism spectrum disorder (ASD) usia 5 – 10
tahun. Berikut adalah daftar nama subyek :

Tabel 3.1
Subjek Penelitian Anak Autism Spectrum Disorder (ASD)
No. Nama Umur Jenis Kelamin Hambatan

1.

2.
Belum mampu
3. melaksanakan
kegiatan sehari
4. –hari atau daily
living skills
5. (DLS) secara
mandiri
6.

7.

F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu hal yang
ditetapkan oleh peneliti dapat berupa orang, obyek
ataupun kegiatan yang meiliki variasi tertentu guna
dipelajari dan nantinya akan diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian dapat ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2016:39). Variabel yang
terdapat dalam penelitian ini adalah :

a. Variable Independen
Variable bebas adalah variable yang menjadi
sebab perubahan akan timbulnya variable dependen.
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah metode applied behavior analys (ABA) bermedia
busy book sebab permainan ini dapat mempengaruhi
variabel lainnya.

b. Variable Dependen
Variable terikat adalah variable yang menjadikan
akibat, karena terdapat variable bebas (Sugiyono,
2015:61). Dalam hal ini variable terikatnya adalah
kemampuan daily living skills (DLS) anak autis.
Kemampuan daily living skills (DLS) yang dimaksud
adalah kemampuan anak dalam mengurus kegiatan
sehari – harinya seperti berpakaian, bercelana,
bersepatu dll sehingga anak anak dapat menjalankan
aktivitas sehari – hari dengan mandiri. Variabel terikat
yang dimaksud yaitu untuk mengukut akibat yang
ditimbulkan dari adanya variabel bebas.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Sesuai dengan judul penelitian maka perlu adanya definisi
operasional sebagai berikut :

1. Metode Applied Behavior Analys (ABA) Bermedia Busy


Book
Metode Applied Behavior Analys (ABA) dalam
penelitian ini adalah cara yang digunakan untuk
menyampaikan suatu pembelajaran agar
memudahkan anak dalam melakukan proses
pembelajaran menggunakan media pembelajaran
berupa busy book. Busy Book merupakan permainan
yang disenangi oleh anak karena aktivitasnya yang
beragam dengan warna yang mencolok sehingga
menarik minat anak dalam belajar. Bahan yang
digunakan peneliti terbuat dari bahan yang aman
bagi anak autis yaitu kain flanel yang
permukaannya lembut, lem serta manik – manik
untuk hiasannya.
Langkah – langkah metode Applied Behavior
Analys (ABA) bermedia Busy Book adalah sebagai
berikut :
a) Anak diberi penjelasan tentang isi dari busy book.
b) Guru menyajikan 6 macam kegiatan daily living
skills (DLS) melalui busy book, dan mengenalkan
kepada siswa satu persatu.
c) Anak dituntun untuk mengerjakan setiap aktivitas
dari halaman pertama sampai terakhir.
d) Jika anak mampu mengerjakan dengan baik sesuai
instruksi guru, anak diberikan reinforcement
(imbalan). Imbalan tersebut berupa stiker yang
dapat ditempel anak dalam sebuah kertas jika anak
mampu mengerjakan setiap lembar kegiatan yang
ada pada busy book. Selain itu imbalan juga dapat
berupa pujian atau kata – kata yang dapat memacu
anak untuk lebih berkembang lagi.
e) Jika anak kesulitan dalam melakukan permainan
busy book, maka akan diberikan prompt secara terus
menerus sampai anak mampu untuk
menyelesaikannya.
f) Setelah anak mampu menyelesaikan setiap lembar
kegiatan yang ada pada busy book, maka perlu
dilakukan repetitive (pengulangan) agar anak
benar – benar menguasai keterampilan yang telah
diberikan guru tanpa dibantu lagi.
g) Guru mencatan semua perkembangan anak saat
melakukan proses pembelajaran.

2. Kemampuan Daily living skills (DLS)


Kemampuan Daily living skills (DLS) dalam
penelitian ini merupakan kemampuan anak dalam
mengurus kegiatan sehari – harinya, dalam hal ini
termasuk kemampuan anak dalam berpakaian,
bercelana dan bersepatu. Kemampuan ini termasuk
kemandirian anak dalam menjalankan kehidupan
sehari – hari.

3. Anak Autis Spectrum Disorder


Secara operasional, yang dimaksud anak
autism spectrum disorder (ASD) dalam penelitian ini
adalah anak yang berjumlah 7 anak dengan rentang
usia 5 – 10 tahun yang memiliki kontak mata,
perhatian, dan kepatuhan cukup baik, tetapi anak
tersebut mengalami hambatan dalam
kemandiriannya seperti berpakaian, bercelana,
bersepatu dan lainnya.

H. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diinginkan perlu
adanya metode dalam proses mengumpulkan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Test
Menurut Arikunto (2010:193) metode test
merupakan kumpulan pertanyaan yang berfungsi
untuk mengukur sebuah keterampilan seseorang, IQ,
bakat setiap individu atau kelompok. Tes ini meliputi
tes awal dan tes akhir untuk mengukur perubahan
yang terjadi terhadap kemampuan daily living skills
(DLS) anak autis sebelum diterapkannya metode
applied behavior analys (ABA) bermedia busy book.

2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono ( 2014 : 240 ) dokumentasi
adalah catatan suatu peristiwa yang berupa gambar,
tulisan, dan lainnya dari setiap individu. Sedangkan
Menurut Arikunto (2010 : 274 ) dokumentasi
merupakan cara mencari data atau variable berupa
buku, majalah, surat kabat, agenda, dan sebagainya.
Berdasarkan kedua penjelasan diatas maka
dokumentasi merupakan teknik atau cara
mengumpulkan data melalui gambar, tulisan, dll.
Dalam penelitian ini, dokumentasiinya berupa
foto – foto kegiatan selama proses pemberian
treatment kepada anak autis.

I. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto ( 2013 : 203 ), instrumen
penelitian adalah alat yang digunakan dalam proses
mengumpulkan data agar lebih mudah untuk diolah.
Oleh karena itu, dalam hal ini instrumen yang
digunakan adalah lembar tes kemampuan daily living
skills (DLS) mulai dari kemampuan anak dalam
mengambil sampai memasang suatu objek melalui
media busy book. Adapun instrumen yang digunakan
adalah :
1. Lembar tes awal dan lembar tes akhir
2. Rencana Program Pembelajaran Harian
3. Rencana Program Pembelajaran Mingguan
J. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan Lokasi Penelitian
Pada tahap ini yang dilakukan adalah
menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat
penelitian dengan mempertimbangkan
berdasarkan masalah yang diangkat serta tujuan
masalah. Kemudian memutuskan lokasi
penelitian untuk melaksanakan penelitian.

b. Penyusunan Proposal Penelitian


Menyusun proposal merupakan tahap awal
dari kegiatan penelitian. Sebelumnya terlebih
dahulu peneliti menemukan permasalahan yang
ditemukan pda observasi yang dilakukan di
tempat penelitian, kemudian peneliti
merumuskan dalam bentuk judull penelitian
dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Penyusunan proposal dimulai dari pengajuan
judul pada tanggal 01 Desember 2018.

c. Seminar Proposal Penelitian


Seminat proposal penelitian ini dilakukan
ketika proposal penelitian sudah sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan oleh dosen
pembimbing.

d. Mengurus Surat Ijin Penelitian


Surat ijin penelitian bertujuan untuk
mendapatkan ijin secara resmi dari pihak
Universitas yaitu dekan FIP UNESA untuk
melaksanakan penelitian dan demi kelancaran
proses penelitian yang sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.

e. Menentukan Jadwal Penelitian


Menentukan jadwal penelitian dengan
pihak sekolah agar tdak mengganggu proses
pembelajaran sekolah yang bersangkutan yang
sudah tersusun..

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian


a. Melakukan Tes Awal sebelum diberikan perlakuan
Pemberian tes awal bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal anak autis
sebelum dilakukan treatment dengan metode
applied behavior analys (ABA) bermedia busy
book. Pre test dilakukan sebanyak satu kali
dengan mengamati aktivitas anak yang
mencakup dalam kemampuan kemandirian
anak seperti memakai jaket, sepatu, celana, baju,
dasi dan lainnya . Tes awal atau pre test
dilakukan sebanyak satu kali pertemuan.

b. Menentukan Treatment
Pemberian treatment yang diberikan
sebanyak 10 kali pertemuan selama 2 x 30 menit
melalui metode applied behavior analys (ABA)
bermedia busy book dengan melakukan kegiatan
seperti memakai jaket, sepatu, celana, baju, dasi
dan lainnya sebagai upaya meningkatkan
kemampuan daily living skills (DLS) anak autis
di Mentari School Sidoarjo.
Langkah – langkah pelaksanaan metode
applied behavior analys (ABA) bermedia busy book
adalah sebagai berikut :
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu
memperlajari tentang kemampuan daily living
skills (DLS) anak autis
2) Guru menyajikan 6 macam kegiatan daily living
skills (DLS) melalui busy book, dan
mengenalkan kepada siswa satu persatu
3) Menjelaskan tata cara belajar untuk melakukan
kegiatan tersebut
4) Anak dituntun untuk mengerjakan setiap
aktivitas dari halaman pertama sampai terakhir
5) Jika anak mampu mengerjakan dengan baik
sesuai instruksi guru, anak diberikan
reinforcement (imbalan). Imbalan tersebut
berupa stiker yang dapat ditempel anak dalam
sebuah kertas jika anak mampu mengerjakan
setiap lembar kegiatan yang ada pada busy book.
Selain itu imbalan juga dapat berupa pujian
atau kata – kata yang dapat memacu anak
untuk lebih berkembang lagi
6) Jika anak kesulitan dalam melakukan
permainan busy book, maka akan diberikan
prompt secara terus menerus sampai anak
mampu untuk menyelesaikannya.
7) Setelah anak mampu menyelesaikan setiap
lembar kegiatan yang ada pada busy book, maka
perlu dilakukan repetitive (pengulangan) agar
anak benar – benar menguasai keterampilan
yang telah diberikan guru tanpa dibantu lagi
8) Guru mencatan semua perkembangan anak
saat melakukan proses pembelajaran

c. Mengadakan tes akhir atau post test


Pemberian tes akhir dilakukan untuk
mengetahui hasil dari treatment yang diberikan.
Post test dilakukan sebanyak satu kali
dengan melakukan tes yang mencakup dalam
kemampuan daily living skills
(DLS) anak seperti mengancingkan baju,
memakai dasi, bercelana, memasang sepatu dan
memasukkan benda dalam tas dan
menresletingkannya. Untuk mendapatkan hasil
penelitian dilakukan dengan cara memasukkan
nilai-nilai yang didapatkan dari nilai tes awal
dan nilai tes akhir kedalam rumus yang
digunakan.

K. Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2016 : 243 ), Teknik Analisis
Data merupakan kegiatan menganalisa data yang sudah
dikumpulkan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan dalam proposal serta menjawab rumusan
masalah dalam penelitian. Dalam hal ini menggunakan
teknik analisis data statistik non parametrik. Maka
penelitian ini menggunakan teknik analisis data
Wilcoxon Sign Test untuk penggunaan sampel kecil di
bawah 30.

Setelah didapatkannya data dalam sebuah


penelitian, Penggunaan Sign Test atau Uji Tanda
digunakan untuk mengatahui prbandingan hasil dua
perlakuan yaitu pretest dan posttest (yang ditinjau dari
hasil rata-rata).

Berikut langkah-langkah yang dilakukan


dengan menggunakan rumus Wilcoxon Sign Test dan
taraf kesalahan 0,05 adalah :

1. Mengumpulkan data yang didapatkan, yaitu data tes


awal dan tes akhir secara cermat untuk mendapatkan
data yang benar dari penelitian yang telah dilaksanakan
sehingga dapat menjawab rumusan masalah serta untuk
menguji hiipotesis penelitian.
2. Mentabulasi data hasil pre-test dan post-test, tabulasi data
perlu dilakukan untuk memudahkan pengamatan dan
evaluasi karena disajikan dalam bentuk tabel dan
diiagram.
3. Memasukkan data ke dalam tabel penolong untuk tes
Wilcoxon, adapun data yang dimasukkan yaitu hasil dari
pre-test dan post-test yang dilaksanakan. Adapun data
yang dimasukkan merupakan hasil dari masing-masing
lembar kerja anak. Kemudian menghitung selisish nilai
dari masing-masing anak. Setelah itu, menentukan
jenjang. Berikutnya menentukan tanda (+) dan (-) pada
kolom, digunakan untuk menentukan Ttabel.

A. Interpretasi Hasil Analisis Data


1. Jika Thitung>Ttabel,Ho diterima, yang artinya “tidak ada
pengaruh metode Applied Behavior Analys (ABA)
bermedia busy book terhadap kemapuan Daily Living
Skills (DLS) Anak Autis di Mentari School Sidoarjo”.
2. Jika Thitung<Ttabel, berarti Ho ditolak, dan Ha diterima
yang artinya “ada pengaruh metode Applied Behavior
Analys (ABA) bermedia busy book terhadap kemapuan
Daily Living Skills (DLS) Anak Autis di Mentari School
Sidoarjo”.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
1. Penyajian Data
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode Applied
Behaviour Analysis (ABA) bermedia Quiet Book
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan Daily
Living Skills anak autis. Hal ini terlihat bahwa
kemampuan Daily Living Skills anak autis menjadi lebih
baik, dalam hal ini, aspek yang dinilai adalah aspek
memasang dasi, memasang kancing bentuk lubang,
memasang kancing bentuk perekat, memasang kancing
bentuk jepret, memasang kancing bentuk sangkelit,
memasang kancing jaket bentuk kancing besar, menarik
resleting jaket, memasang kancing jaket bentuk kancing
kecil, menarik resleting celana, mengambil benda,
memasukkan benda ke dalam tas, menutup resleting tas,
matching bentuk bangun ruang yang sama, merekatkan
sepatu dan memasang tali sepatu.

a. Data Hasil Tes Awal / Pre – Test


Hasil Pre – test pada observasi awal
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
anak autis dalam hal kemampuan Daily Living
Skills sebelum diberikan perlakuan dengan
menggunakan Metode Applied Behaviour
Analysis (ABA) yang dilakukan pada 08 April
2019. Kegiatan yang dilakukan pada saat pre –
test yaitu anak diinstruksikan untuk melakukan
kegiatan Daily Living Skills secara mandiri tanpa
dibantu oleh guru. Adapun aspek – aspek yang
termasuk dalam kegiatan Daily Living Skills ini
antara lain : memasang dasi, memasang
kancing bentuk lubang, memasang kancing
bentuk perekat, memasang kancing bentuk
jepret, memasang kancing bentuk sangkelit,
memasang kancing jaket bentuk kancing besar,
menarik resleting jaket, memasang kancing
jaket bentuk kancing kecil, menarik resleting
celana, mengambil benda, memasukkan benda
ke dalam tas, menutup resleting tas, matching
bentuk bangun ruang yang sama, merekatkan
sepatu dan memasang tali sepatu.
Di bawah ini merupakan hasil observasi
awal / pre test kemampuan Daily Living Skills
anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
sebelum diberikan treatment atau perlakuan
dengan menggunakan Metode Applied
Behaviour Analysis (ABA).

Tabel 4.1
Hasil Observasi Awal / Pre-Test Kemampuan Daily
Living Skills Anak Autis di TK Mentari School
Sidoarjo
Aspek yang diamati Total

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 J N
N
a 0 1 2 3 4 5 m i
o
m l l
.
a h a
i

1 R 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 3 1 3 1 2 5
. F 5 5
L ,
5

2 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 4
. J 9 2
,
2

3 A 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 2 1 2 5
. T 4 3
R ,
3

4 M 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 4
. C 2 8
L ,
8

5 E 2 2 1 2 1 1 1 1 1 3 2 2 2 3 1 2 5
. K 5 5
Y ,
5

6 E 2 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 6
. F 7 0
M
7 F 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 4
. R 0 4
S ,
4

Nilai Rata – Rata 51,39

Keterangan :
Aspek 1 : Memasang dasi
Aspek 2 : Memasang kancing bentuk lubang
Aspek 3 : Memasang kancing bentuk perekat
Aspek 4 : Memasang kancing bentuk jepret
Aspek 5 : Memasang kancing bentuk sangkelit
Aspek 6 : Memasang kancing jaket bentuk kancing besar
Aspek 7 : Memasang kancing jaket bentuk kancing kecil
Aspek 8 : Menarik resleting jaket
Aspek 9 : Menarik resleting celana
Aspek 10 : Mengambil benda
Aspek 11 : Memasukkan benda ke dalam tas
Aspek 12 : Menutup resleting tas
Aspek 13 : Matching bentuk bangun ruang yang sama
Aspek 14 : Merekatkan sepatu
Aspek 15 : Memasang tali sepatu

Berdasarkan hasil pre-test yang terdapat


dalam tabel diatas menunjukkan nilai rata – rata
kemampuan Daily Living Skills anak Autis di TK
Mentari School Sidoarjo adalah 51,39. Nilai rata
– rata hasil pre-test tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan Daily Living Skills anak Autis di TK
Mentari School Sidoarjo masih kurang. Menurut
Arikunto (2010:245) tentang skala sebagai
berikut, 80-100 termasuk dalam katagori nilai
baik sekali, 66-70 masuk dalam katagori nilai
baik, 56-65 masuk dalam katagori nilai cukup,
40-55 termasuk dalam katagori nilai kurang, dan
30-39 masuk dalam katagori nilai gagal. Nilai
rata – rata hasil pre-test menunjukkan bahwa
kemampuan Daily Living Skills anak Autis
adalah 51,39 dan termasuk dalam kategori
kurang, sehingga dapat dikatakan bahwa anak
autis di TK Mentari School Sidoarjo kurang
dalam melakukan kegiatan Daily Living Skills.

b. Data Hasil Tes Akhir / Post – Test


Hasil nilai post-test merupakan hasil nilai
yang didapatkan setelah dilakukannya
treatment atau perlakuan. Post – Test ini
dilakukan sebanyak satu kali pada tanggal 25
April 2019 pukul 07.00 – 09.00. Pada kegiatan
post-test ini anak autis secara bergiliran
diinstruksikan untuk melakukan kegiatan daily
living skills secara mandiri, yang meliputi :
mengancingkan baju, memasang dasi,
mengancingkan dan menresleting jaket,
menresleting celana, memasukkan benda ke
dalam tas, mencocokkan bentuk bangun ruang
dan merekatkan serta menali sepatu. Berikut
data hasil tes akhir yang telah direkapitulasi
pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Hasil Observasi Akhir/ Post-Test Kemampuan
Daily Living Skills Anak Autis di TK Mentari School
Sidoarjo
Aspek yang diamati Total

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 J N
N
a 0 1 2 3 4 5 m i
o
m l l
.
a h a
i

1 R 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 3 2 3 2 3 7
. F 2 1
L ,
1

2 J 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 1 2 5
. J 3 1
,
1
3 A 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 6
. T 8 2
R ,
2

4 M 2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 6
. C 0 6
L ,
7

5 E 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 7
. K 4 5
Y ,
5

6 E 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 8
. F 8 4
M ,
4

7 F 2 1 2 2 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 1 2 5
. R 5 5
S ,
5

Nilai Rata – Rata 66,64

Berdasarkan hasil post-test yang terdapat


dalam tabel diatas menunjukkan nilai rata – rata
kemampuan Daily Living Skills anak Autis di TK
Mentari School Sidoarjo adalah 66,64. Menurut
Arikunto (2010:245) tentang skala penilaian
adalah sebagai berikut, 80-100 termasuk dalam
katagori nilai baik sekali, 66-70 masuk dalam
katagori nilai baik, 56-65 masuk dalam katagori
nilai cukup, 40-55 termasuk dalam katagori nilai
kurang, dan 30-39 masuk dalam katagori nilai
gagal. Dari skala penilaian tersebut maka dapat
diketahui bahwa kemampuan Daily Living Skills
anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo masuk
dalam kategori baik dengan nilai rata – rata post-
test 66,64.

c. Rekapitulasi Hasil Pre-Test / Obsevasi Awal dan


Post-Test / Observasi Akhir Kemampuan Daily Living
Skills anak Autis
Hasil pre-test / observasi awal dan post-test
/ observasi akhir anak autis sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan menggunakan
metode Applied Behaviour Analysis (ABA)
bermedia quiet book pada kemampuan Daily
Living Skills anak Autis usia 7 – 10 tahun di TK
Mentari School Sidoarjo, aspek Daily Living
Skills disini meliputi : memasang dasi,
memasang kancing bentuk lubang, memasang
kancing bentuk perekat, memasang kancing
bentuk jepret, memasang kancing bentuk
sangkelit, memasang kancing jaket bentuk
kancing besar, menarik resleting jaket,
memasang kancing jaket bentuk kancing kecil,
menarik resleting celana, mengambil benda,
memasukkan benda ke dalam tas, menutup
resleting tas, matching bentuk bangun ruang
yang sama, merekatkan sepatu dan memasang
tali sepatu. Rekapitulasi hasil pre-test dan post-
test kemampuan Daily Living Skills anak Autis,
tercantum pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Pre-test dan Post-Test
kemampuan Daily Living Skills anak Autis
Nama Pre-test Post- Beda
Test
RFL 55,5 71,1 15,6

JJ 42,2 51,1 8,9

ATR 53,3 62,2 8,9

MCL 48,8 66,7 17,9

EKY 55,5 75,5 20

EFM 60 84,4 24.4

RSH 44,4 55,5 11,1

Rata- 51,39 66,64 15.26


Rata

Berdasarkan data dalam tabel diatas


menunjukkan bahwa kemampuan Daily Living
Skills anak Autis meninngkat dari rata-rata pre-
test 51,39 meningkat dengan hasil psot-test
66,64. Grafik peningkatan setiap anak dapat
dilihat pada grafik 4.1. grafik tersebut
menunjukkan adanya beda yang terlihat pada
masing-masing anak. Grafik 4.1 menunjukkan
adanya perbedaan perkembangan kemampuan
Daily Living Skills anak Autis.
100
80
60
40 Pre-
Test
20
(O1)
0
RFL JJ ATR MCL EKY EFM FRS

Grafik 4.1
Hasil Pre-Test / Observasi Awal Dan Observasi
Akhir / Post-Test Kemampuan Daily Living Skills
Anak Autis

Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Rata-Rata Nilai Pre-Test dan
Post-Test Kemampuan Daily Living Skills
Masing-Masing Aspek
Aspek yang Pre-Test Post- Beda
Dinilai Test
Aspek 1 : 23.81
52,38 76,19
Memasang dasi
Aspek 2 :
Memasang 9.51
38,1 47,61
kancing bentuk
lubang
Aspek 3 :
Memasang 28.57
38,1 66,67
kancing bentuk
perekat
Aspek 4 :
Memasang 38.1
42,85 80,95
kancing bentuk
jepret
Aspek 5 :
Memasang 9.55
33,3 42,85
kancing bentuk
sangkelit
Aspek 6 :
Memasang
kancing jaket 47,61 52,38 4.77
bentuk kancing
besar
Aspek 7 :
19.04
Menarik resleting 38,1 57,14
jaket
Aspek 8 :
Memasang
kancing jaket 47,61 61,90 14.29
bentuk kancing
kecil
Aspek 9 :
14.28
Menarik resleting 38,1 52,38
celana
Aspek 10 : 4.77
71,42 76,19
Mengambil benda,
Aspek 11 :
Memasukkan 9.52
80,95 90,47
benda ke dalam
tas
Aspek 12 :
23,8
Menutup resleting 66,67 90,47
tas
Aspek 13 :
Matching bentuk 19.05
57,14 76,19
bangun ruang
yang sama
Aspek 14 :
0
Merekatkan 80,95 80,95
sepatu
Aspek 15 :
Memasang tali 38,1 47,61 9.51
Sepatu

Berdasarkan tabel 4.4 dapat terlihat


jelas pada beberapa aspek penilaian terdapat
peningkatan dan salah satu aspek mengalami
persamaan. Hal tersebut nampak pada hasil
rata-rata penilaian aspek pertama, pada saat pre-
test rata-rata dari ketujuh anak mendapatkan
nilai 52,38 pada aspek pertama, 38,1 pada aspek
kedua, 38,1 pada aspek ketiga, 42,85 pada aspek
keempat, 33,3 pada aspek kelima, 47,61 pada
aspek keenam, 38,1 pada aspek ketujuh, 47,61
pada aspek kedelapan, 38,1 pada aspek
kesembilan, 71,42 pada aspek kesepuluh, 80,95
pada aspek kesebelas, 66,67 pada aspek kedua
belas, 57,14 pada aspek ketiga belas, 80,95 pada
aspek keempat belas dan 38,1 pada aspek kelima
belas. Berdasarkan rata-rata dari kelima belas
aspek tersebut maka nilai yang diperoleh
kurang maksimal, maka perlu diberikan
perlakuan agar anak memperoleh nilai sesuai
dengan yang diharapkan.
Setelah diberikan perlakuan dan anak
menunjukkan peningkatan maka diberikan post-
test untuk melihat kemampuan anak setelah
diberikannya treatment atau perlakuan. Pada
saat post-test pada aspek pertama mendapatkan
nilai 76,19, pada aspek kedua 47,61, pada aspek
ketiga 66,67, pada aspek keempat 80,95, pada
aspek kelima 42,85, pada aspek keenam 52,38,
pada aspek ke tujuh 57,14, pada aspek
kedelapan 61,90, pada aspek kesembilan 52,38,
pada aspek ke sepuluh 76,19, pada aspek
kesebelas 90,47, pada aspek ke duabelas 90,47,
pada aspek ketiga belas 76,19, pada aspek
keempat belas 80,95 dan pada aspek kelima
belas 47,61. Maka didapat beda yang diperoleh
berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada
aspek pertama yaitu 23.81, aspek kedua 9.51,
aspek ketiga 28.57, aspek keempat 38.1, aspek
kelima 9.55, aspek keenam 4.77, aspek ketujuh
19.04, aspek kedelapan 14.29, aspek kesembilan
14.28, aspek kesepuluh 4.77, aspek kesebelas
9.52, aspek ke duabelas 23,8, aspek ketigabelas
19,05, aspek keempat belas 0 dan aspek ke lima
belas 9.51.
d. Hasil Analisis Data
Hasil analisis data digunakan peneliti
untuk menjawab rumusan masalah dan alat penguji
hipotesis yakni ada pengaruh metode Applied Behavior
Analys (ABA) bermedia Quiet Book terhadap
kemampuan Daily Living Skills anak autis di TK Mentari
School Sidoarjo. Berikut adalah tahapan dalam proses
analisis data :
1. Menyusun tabel analisis data untuk menyajikan hasil
nilai (pre-test (Q1) dan post-test (Q2) dalam
kemampuan Daily Living Skills anak autis di TK
Mentari School Sidoarjo dan sebagai alat ukur nilai T
(jumlah jenjang/rengking terkecil).
Tabel 4.5
Tabel Perbandingan Pre-Test dan Post-Test
Kemampuan Daily Living Skills anak autis
Tanda Jenjang
Nilai Nilai
No. Pre- Post- Beda
Jenjan
Test Test -
g +
1. 55,5 71, 1 1,5 1 0
1 5 ,
, 5
6

2. 42,2 51, 8 1,5 1 0


1 , ,
9 5

3. 53,3 62, 8 5 5 0
2 ,
9

4. 48,8 66, 1 6 6 0
7 7
,
9

5. 55,5 75, 2 7 7 0
5 0

6. 60 84, 2 3 3 0
4 4
.
4

7. 44,4 55, 1 3 3 0
5 1
,
1

Total
W T
= =
0
2
7

2. Mentabulasi hasil observasi awal / pre-test dan hasil


observasi akhir post-test pada tabel 4.3
3. Membuat tabel penolong atau tabel perubahan
dengan mencari nilai beda pada setiap sampel,
dengan menggunakan rumus observasi akhir / post-
test (O2) – observasi awal / pre-test (O1). Kemudian
menghitung jenjang dari setiap sempel untuk
memperoleh nilai positif (+) dan juga nilai negatif (-)
pada tabel 4.5.
4. Hasil pre-test / observasi awal dan post-test /
observasi akhir yang telah dimasukkan kedalam
tabel kerja perubahan diatas merupakan data dalam
penelitian. Untuk memperoleh kesimpulan maka
data tersebut harus diolah melalui uji peringkat
bertanda wilcoxon.
Berdasarkan hasil analisis data pre-test /
observasi awal dan post-test / observasi akhir
tentang kemampuan Daily Living Skills anak
autis sesudah diberikan perlakuan dengan
metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia
Quiet Book terhadap kemampuan Daily Living
Skills anak autis , dengan T (jenjang terkecil) =
0 dan Tα (tabel) = 2.

e. Interpretasi Data
Hasil analisis data di atas menggunakan uji
non parametrik dengan menggunakan uji
peringkat bertanda wilcoxon sehingga data
tersebut bersifat kuantitatif yaitu dalam bentuk
angka dan subjek yang digunakan relatif kecil
dibawah 25 anak. Dari data tersebut
menunjukkan hasil T (jenjang terkecil) = 0 (nilai
(-) tidak diperhitungkan karena harga mutlak)
lebih kecil sama dengan dari nilai Tα (tabel) = 2
dengan nilai kritis 5% (untuk pengujian dua
sisi). Maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima apabila T lebih kecil
sama dengan dari Tα (tabel). Hal ini berarti ada
pengaruh metode Applied Behavior Analys
(ABA) bermedia Quiet Book dapat melatih
kemampuan Daily Living Skills anak autis di
TK Mentari School Sidoarjo.

B. Pembahasan
Karakteristik pada anak autis sangatlah beragam
dan hambatan hambatan yang dialami oleh anak autis
juga sangat kompleks. Menurut Hasnita, dkk (2015: 22)
menyatakan bahwa hampir semua anak autis memiliki
permasalahan dalam hal motorik halus, gerak geriknya
kaku dan kasar, serta anak autis sering terlihat kesulitan
dalam memegang, menekan, menggenggam dan
menjipit suatu benda. Sependapat dengan Fallen dan
Umansky dalam Sunardi dan Sunaryo (2007: 129) bahwa
Hambatan perkembangan motorik pada anak autis yaitu
meliputi koordinasi antara jari dan tangan dan mata
yang terganggu, seperti kesulitan dalam belajar
mengikat sepatu, mengancingkan baju, dll. Berdasarkan
permasalahan anak autis diatas maka peneliti
mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh
Metode Applied Behavior Analys (ABA) Bermedia Quiet
Book terhadap Kemapuan Daily Living Skills (DLS) Anak
Autis di TK Mentari School Sidoarjo”.
Setelah dilakukannya penelitian, hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode Applied Behavior Analys
(ABA) bermedia Quiet Book berpengaruh terhadap
kemampuan Daily Living Skills anak autis dalam aspek
memasang dasi, memasang kancing bentuk lubang,
memasang kancing bentuk perekat, memasang kancing
bentuk jepret, memasang kancing bentuk sangkelit,
memasang kancing jaket bentuk kancing besar, menarik
resleting jaket, memasang kancing jaket bentuk kancing
kecil, menarik resleting celana, mengambil benda,
memasukkan benda ke dalam tas, menutup resleting tas,
matching bentuk bangun ruang yang sama, merekatkan
sepatu dan memasang tali sepatu, hal ini didasarkan
pada hasil penelitian bahwa nilai T (jejang terkecil) = 0
dan Tα (tabel) = 2. Kemampuan Daily Living Skills (DLS)
sangat penting bagi anak, menurut UU No. 20 Tahun
2003 Pasal 26 ayat 3 tentang pendidikan kecakapan
hidup berbunyi: “Pendidikan kecakapan hidup adalah
pendidikan yang memberikan kecakapan personal,
kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan
vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri”. Dengan
diajarkannya pendidikan tentang Daily Living Skills
(DLS) sejak dini, maka diharapkan anak dapat bersikap
mandiri sejak kecil dan tidak bergantung pada
lingkungan sekitarnya. Menurut Lakshita (2012:60) anak
autis lebih mudah memahami dan mengingat apapun
yang dapat mereka lihat dan mereka pegang, maka
dalam pembelajaran kemampuan Daily Living Skills
(DLS) ini menggunakan media pembelajaran quiet book,
pemilihan media pembelajaran quiet book ini karena
mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa
melalui proses visualisasi, media ini juga dapat
dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik
perhatian siswa, serta proses pembuatannya yang relatif
cepat, Indriana (2011: 63). Dalam penelitian ini
menggunakan metode Applied Behavior Analys (ABA)
karena menurut Mudjito, Jiehad, Praptono (2013:35)
Applied Behavior Analys (ABA) metode atau teknik ini
sangat representative bagi penanggulangan anak spesial
dengan gejala autis, sebab memiliki prinsip yang
terukur, terarah dan sistematis juga variasi yang
diajarkan luas, sehingga dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi, sosial dan motorik halus
maupun kasar.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa aspek
memasang kancing bentuk jepret paling besar
pengaruhnya dari hasil pre-test sebesar 42,85 menjadi
80,95. Hal ini dikarenakan belum pernah diajarkannya
kemampuan Daily Living Skills (DLS) di TK Mentari
School Sidoarjo yang meliputi aspek memasang dasi,
mengancingkan baju, menarik resleting pada jaket dan
celana sehingga dalam hal ini anak merasa bersemangat
dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Akan tetapi
pada aspek merekatkan sepatu anak tidak mengalami
perkembangan, hal ini dibuktikan dengan hasil tes awal
atau pre-test dan hasil tes akhir atau post-test sama yaitu
sebesar 80,95. Hal ini dikarenakan bahwa dari awal
dilakukannya test anak sudah mahir dalam merekatkan
sepatunya sendiri karena kemampuan Daily Living Skills
(DLS) yang diajarkan di TK Mentari School Sidoarjo
yaitu aspek bersepatu secara mandiri, sehingga anak
rata-rata sudah mampu merekatkan sepatunya secara
mandiri.
Metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia
Quiet Book berpengaruh terhadap kemampuan Daily
Living Skills (DLS) anak autis, hal ini dapat diketahui
berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan
pembelajaran dengan metode Applied Behavior Analys
(ABA) bermedia Quiet Book kemampuan anak autis
dalam kegiatan Daily Living Skills (DLS) memiliki rata-
rata 51,39, kemudian setelah diberikan perlakuan
menggunakan metode Applied Behavior Analys (ABA)
bermedia Quiet Book kemampuan anak autis dalam
kegiatan Daily Living Skills (DLS) memiliki rata-rata
66,64. Kemampuan Daily Living Skills (DLS) anak autis
mengalami peningkatan sebanyak 15.26. hasil penelitian
yang dilakukan berpengaruh terhadap kemampuan
Daily Living Skills (DLS) anak autis. Hasil analisis data
terdapat perubahan positif pada semua subjek, sehingga
ketika pengujian dengan nilai T (jenjang kecil) = 0 dan
Tα (tabel) = 2. Selain itu, menurut Lakshita (2012:60)
anak autis lebih mudah memahami dan mengingat
apapun yang dapat mereka lihat dan mereka pegang.
Penelitian ini berkaitan erat dengan penelitian oleh
Aninda Manuella Saraswati (2018), tentang Penerapan
Permainan Busy Book Terhadap Kemampuan Motorik
Halus Anak Autis. Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa ada peningkatan kemampuan motorik halus
pada anak autis. Peningkatan kemampuan motorik
halus anak autis dapat dilihat dari rekapitulasi hasil pre-
test sebanyak 33,6%, kemudian terdapat peningkatan
pada hasil post-test sebanyak 78,2% dan termasuk
kategori sangat baik.
Penelitian ini juga berkaitan erat dengan penelitian
oleh Emmanuelle Jasmin,dkk tentang “Sensori-motor
and Daily Living Skills of Preschool Children with
Autism Spectrum Disorders”. Hasil penelitian tersebut
menyatakan ada peningkatan terhadap kemampuan
Daily Living Skills (DLS) anak autis. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Sensory
Responses, Motor and Functional Skills terhadap
kemampuan Daily Living Skills (DLS) anak autis
prasekolah.
Metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia
Quiet Book memberikan dampak positif pada
kemampuan Daily Living Skills (DLS) anak autis.
Terutama pada aspek memasang dasi, memasang
kancing bentuk perekat, memasang kancing bentuk
jepret, menutup resleting tas dan merekatkan sepatu.
Metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet
Book tidak hanya bisa untuk pembelajaran kemampuan
Daily Living Skills (DLS) anak autis saja, akan tetapi juga
dapat digunakan untuk pembelajaran kosa kata dan
mengurangi perilaku maladaptif pada anak autis.
Implikasi hasil penelitian tentang “Metode Applied
Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet Book untuk
Melatih kemampuan Daily Living Skills (DLS) anak autis
di TK Mentari School Sidoarjo” dengan hasil bahwa
metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet
Book berperan dalam meningkatkan kemampuan Daily
Living Skills (DLS) anak autis pada aspek memasang
dasi, memasang kancing bentuk lubang, memasang
kancing bentuk perekat, memasang kancing bentuk
jepret, memasang kancing bentuk sangkelit, memasang
kancing jaket bentuk kancing besar, menarik resleting
jaket, memasang kancing jaket bentuk kancing kecil,
menarik resleting celana, mengambil benda,
memasukkan benda ke dalam tas, menutup resleting tas,
matching bentuk bangun ruang yang sama, merekatkan
sepatu dan memasang tali sepatu. Selain itu dengan
adanya penelitian ini berdampak juga pada kemampuan
Daily Living Skills (DLS) anak, dalam hal ini anak
menjadi lebih mandiri serta serta kemampuan motorik
anak menjadi lebih baik. Dengan adanya pembelajaran
bermedia quiet book perilaku anak jadi lebih terkontrol,
anak mnejadi sibuk dengan buku yang ada di depannya
dan tidak suka mondar – mandir seperti biasanya.
Dengan penggunaan metode Applied Behavior Analys
(ABA) juga menjadikan anak lebih terarah dan patuh
terhadap perintah, sesuai dengan pendapat Mudjito,
Jiehad, Praptono (2013:35) bahwa Applied Behavior
Analys (ABA) metode atau teknik ini sangat
representative bagi penanggulangan anak spesial
dengan gejala autis, sebab memiliki prinsip yang
terukur, terarah dan sistematis juga variasi yang
diajarkan luas, sehingga dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi, sosial dan motorik halus
maupun kasar. Temuan bahwa metode Applied Behavior
Analys (ABA) bermedia Quiet Book termasuk teknik dan
media yang belum pernah diterapkan di TK Mentari
School Sidoarjo. Berkaitan dengan hal tersebut metode
Applied Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet Book perlu
juga diterapkan untuk mengembangkan potensi anak
autis lainnya yang memiliki hambatan pada
kemampuan Daily Living Skills (DLS) nya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan
beberapa teori yang menjawab rumusan masalah
(Apakah metode Applied Behavior Analys (ABA)
bermedia Quiet Book berpengaruh terhadap kemampuan
Daily Living Skills (DLS) pada anak autis ?) sesuai
dengan hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan
bahwa kemampuan Daily Living Skills (DLS) pada anak
autis dapat dikembangkan melalui metode Applied
Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet Book. Metode
Applied Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet Book tepat
untuk mengembangkan kemampuan Daily Living Skills
(DLS) pada anak autis karena gaya belajar anak autis
yang visual, audio, kinestetik dan taktil akan lebih
mudah memahami materi pembelajaran yang
disampaikan. Keterbatasan penelitian ini terdapat pada
segi perlakuan yang diberikan, sampel penelitian yang
kecil dan juga tempat penelitian yang terbatas sehingga
kurang maksimal dalam perlakuan pada anak autis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet Book
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan Daily Living
Skills (DLS) anak autis. Hal tersebut berdasarkan hasil
penelitian sebelum diterapkannya metode Applied Behavior
Analys (ABA) bermedia Quiet Book diperoleh nilai rata-rata
51,39, kemudian setelah diterapkannya metode Applied
Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet Book diperoleh nilai
rata-rata 66,64. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa T=0 sama dengan nilai krisis Tα (tabel) 5% (pengujian
dua sisi) yaitu 2 berarti T ≤ Tα.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan,
metode Applied Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet Book
berpengaruh terhadap kemampuan Daily Living Skills (DLS)
anak autis. Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti
dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Menerapkan metode dan media Quiet Book
sebagai sarana melatih kemampuan Daily Living Skills
(DLS) anak autis.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dengan metode Applied Behavior
Analys (ABA) bermedia Quiet Book berpengaruh terhadap
kemampuan Daily Living Skills (DLS) anak autis, bagi
peneliti selanjutnya bisa digunakan sebagai salah satu
referensi penelitian yang terkait dengan metode Applied
Behavior Analys (ABA) bermedia Quiet Book serta dapat
juga dikembangkan menjadi penelitian selanjutnya
dengan sampel penelitian yang lebih banyak dan tempat
penelitian yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Soraya L. 2012. Latihan Hal Keseharian Untuk Anak


Autis. Jogjakarta: JAVALITERA.

American Psychiatric Assosiation. 2013. Diagnostic and


Statistical Manual of Mental Disorders: Fifth Edition
DSM-5. USA: American Psychiatric Publishing.

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Boutot, E Amanda dan Tincani Matt. 2006. Autism


Encyclopedia. Texas : PRO-ED.

Brower, Francine. 2007. 100 Ide Membimbing Anak Autis.


Jakarta: Erlangga.

Crosby, Dawn, et al. 2005. “Learning Trought Play in the Early


Years”, (Online),

(http://www.nicurriculum.org.uk/docs/foundatio
n_stage/learning_trought_play_ey.pdf, diunduh 20
November 2018).

Gargiulo, Richard M. 2012. Special Education in Contemporary


Society 4th Edition. USA: Sage Publication.

Jasmin, Emmanuelle, dkk. 2009. “Sensori-motor and Daily


Living Skills of Preschool Children with Autism
Spectrum Disorders”, (online)

Kashinath, Shubha, dkk. 2006. “Enhancing Generalized


Teaching Strategy Use in Daily Routines by Parents
of Children With Autism”. (online)
Matson, Johnny L. 2009. Applied Behavior Analysis for
Children with Autism Spectrum Disorders. New
York : Springer.

Matson, L Johnny. 2017. Curricula for Teaching Students with


Autism Spectrum Disorder. Switzerland : Springer
Nature

Mudjito, dkk. 2013. Pendidikan Anak Autis. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Mufliharsi, Risa. 2017. Pemanfaatan Busy Book Pada Kosa Kata


Anak Usia Dini di Paud Swadaya PKK. (Online),

(http://metamorfosa.stkipgetsempena.ac.id/home
/article/download/70/70, diakses 23 November 2018).

Mengurangi Perilaku Maladaptif Melalui Pembelajaran Berbentuk


Media My Busy Book pada Anak Autisme. (Online), diakses
01 Januari 2019 )

Nursalim, Mochamad, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya:


Unesa University Press.

Pierce, Karen L dan Schreibman Laura. 1994. “Teaching Daily


Living Skills to Children With Autism in Unsupervised
Settings Through Pictorial Self Management”, (online)

Purwanta, Edi. 2005. Modifikasi Perilaku : Alternatif Penangan


Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Peeters, Theo. 2004. Panduan Autisme Terlengkap. Jakarta:


Dian Rakyat.

Ramadhan, M. 2012. Ayo Belajar Mandiri Pendidikan


Keterampilan & Kecakapan Hidup Untuk Anak
Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta: JAVALITERA.
Rahmahtrisilvia. 2015. Peningkatan Kemampuan Komunikasi
pada Anak Autistik Menggunakan Dukungan Visual,
(Online),

(http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/index.php/pedago
gi/article/download/172/95, diakses 2 Desember 2018).

Rustamadji, dkk. 2017. Pendidikan Kecakapan Hidup


Sebuah Filosofi General Education. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.

Safaria, Triantoro. 2005.Autisme Pemahaman Baru untuk


Hidup Bermakna bagi Orang Tua . Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi


Kesebelas. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santrock, John W. 2016. Educational Psychology Sixth Edition.


New York : University of Texas at Dallas.

Sunardi dan Sunaryo. 2007. Intervensi Anak Berkebutuhan


Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sunu, Christopher. 2012. Unlocking Autism. Yogyakarta:


Lintang Terbit.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: ALFABETA.

Somantri, T Sudjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: PT


Refika Aditama.

Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Negeri


Surabaya. Surabaya:Unesa University Press.
Umama. 2016. Pojok Bermain Anak. Jogjakarta : Stilletto
Book.

Wijayakusuma, M Hembing. 2008. Psikoterapi Anak Autisma.


Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Williams, Betty Fry dan Randy Lee Williams. 2011. Effective


Programs for Treating Autism Spectrum Disorder :
Applied Behavior Analysis Models. New York :
Routledge.
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGUAN
TK MENTARI SCHOOL SIDOARJO
TAHUN AJARAN 2018 – 2019
Semester : Genap
Tema : Diri Sendiri
Sub Tema : Kesukaanku

Memasang dasi Kancing Baju. Memasang jaket.

Memasang Memasang kancing Memasang jaket


dasi pada baju bentuk lubang, bentuk kancing
gambar jepret, sangkelit besar dan kecil
dan hak

Bersepatu
Resleting Celana. Tema :
Diri Sendiri Memasang
Menarik resleting sepatu baik
pada celana Sub Tema : berupa perekat
Kesukaanku maupun tali

Tas Sekolah
Matching Bangun
Ruang Memindahkan benda
dari wadah ke dalam
Mencocokkan tas kemudian
bentuk bangun menresliting tas
ruang yang sama
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TK MENTARI SCHOOL SIDOARJO
Waktu : 2 x 30 menit
Tema : Diri Sendiri
Sub Tema : Kesukaanku
Semester : Genap
Tahun Ajaran : 2019

A. Tujuan Umum :
Meningkatkan kemampuan daily living skills (DLS) anak
autis yang memiliki permasalahan dalam
motoriknya.

B. Tujuan Khusus :
Agar anak mampu mengkoordinasi jari tangan meliputi
memasang dasi, memasang jaket dan rompi,
mengancingkan baju, menresleting tas dan celana,
memasang tali dan perekat sepatu, mencocokkan benda
berdasarkan warna dan bentuknya serta memindahkan
benda dari suatu tempat ke dalam tas.

C. Indikator Pembelajaran :
1. Siswa dapat memasang dasi secara mandiri
2. Siswa dapat mengancingkan jaket dan rompi secara
mandiri
3. Siswa dapat mengancingkan berbagai macam bentuk
kancing baju secara mandiri
4. Siswa dapat menresleting tas dan celana secara mandiri
5. Siswa dapat memasang tali dan perekat sepatu secara
mandiri
6. Siswa dapat mencocokkan benda berdasarkan warna dan
bentuknya secara mandiri
7. Siswa dapat memindahkan benda dari suatu tempat ke
dalam tas secara mandiri
D. Materi Pelajaran :
Kegiatan yang meliputi Daily Living Skills (DLS) anak
usia 5 – 7 tahun

E. Metode dan Pendekatan :


1. Pendekatan : Applied Behavior Analys (ABA)
2. Metode : Bercerita, bercakap-cakap, demonstrasi
dan pemberian tugas

F. Alat dan bahan :


Quiet Book

G. Langkah – Langkah Pembelajaran :

Jenis Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan
- Mengucapkan salam dan berdoa
- Anak bernyanyi bersama
- Menanyakan kabar hari ini
Kegiatan
Awal - Mengabsen kehadiran

Pertemuan ke 1

- Guru menginstruksikan anak untuk


melakukan kegiatan daily living skills
(DLS) secara mandiri tanpa dibantu
Kegiatan sebagai tahap penilaian pertama atau
Inti
pretest. Kegiatan daily living skills (DLS)
tersebut meliputi : memasang dasi,
menresleting jaket, mengancingkan baju,
menresletingkan celana dan tas,
memasang tali dan merekatkan sepatu,
mencocokkan warna dan bentuk bangun
ruang yang sesuai serta memasukkan
barang pribadi ke dalam tas.
Pertemuan ke 2

- Guru memberi penjelasan tentang isi dari


quiet book pada halaman pertama yaitu
mengancingkan kancing baju dari mulai
bentuk lubang, jepret, sangkelit dan hak.
- Guru memberikan instruksi kepada anak
untuk mengerjakan setiap lembar kegiatan
yang ada. Siklus dari DTT siklus terdapat
tiga kali instruksi. Instruksi tersebut
bersifat S-J-T-T-S (singkat, jelas, tegas,
Kegiatan
Inti tuntas dan sama).
- Guru memberikan instruksi pertama :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ayo pasang kancingnya ! (tunggu 3
- 5 detik), jika anak mampu
melakukan dengan satu instruksi
saja, maka anak akan reinforcement
(imbalan). Bila respon tidak ada ,
dilanjutkan dengan instruksi kedua.
- Guru memberikan instruksi kedua :
Singkat : ayo pasang ! (tunggu 3 - 5
detik), bila respon tidak ada maka
akan dilanjutkan dengan instruksi
ketiga.
- Guru memberikan instruksi ketiga :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ayo pegang kancingnya ! (tunggu 3
- 5 detik), bila respon tetap tidak
ada, maka anak akan diberikan
diberikan prompt verbal maupun
fisik secara terus menerus sampai
anak mampu untuk
menyelesaikannya dengan mandiri.
- Setelah anak mampu menyelesaikan
lembar kegiatan pertama yang ada pada
quiet book, maka perlu dilakukan repetitive
(pengulangan) agar anak benar – benar
menguasai keterampilan yang telah
diberikan guru tanpa dibantu lagi.
- Guru mencatat semua perkembangan
anak saat melakukan proses pembelajaran.
Pertemuan ke 3

Kegiatan - Guru memberi penjelasan tentang isi dari


Inti
quiet book pada halaman kedua yaitu
memasang dasi pada gambar yang telah
disediakan, dasi tersebut dapat berupa
perekat dan kancing jepret.
- Guru memberikan instruksi kepada anak
untuk mengerjakan setiap lembar kegiatan
yang ada. Siklus dari DTT siklus terdapat
tiga kali instruksi. Instruksi tersebut
bersifat S-J-T-T-S (singkat, jelas, tegas,
tuntas dan sama).
- Guru memberikan instruksi pertama :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: pasang dasi itu ! (tunggu 3 - 5
detik), jika anak mampu melakukan
dengan satu instruksi saja, maka
anak akan reinforcement (imbalan).
Bila respon tidak ada , dilanjutkan
dengan instruksi kedua.
- Guru memberikan instruksi kedua :
Singkat : ayo pasang ! (tunggu 3 - 5
detik), bila respon tidak ada maka
akan dilanjutkan dengan instruksi
ketiga.
- Guru memberikan instruksi ketiga :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ayo pasang dasinya ! (tunggu 3 - 5
detik), bila respon tetap tidak ada,
maka anak akan diberikan diberikan
prompt verbal maupun fisik secara
terus menerus sampai anak mampu
untuk menyelesaikannya dengan
mandiri.
- Setelah anak mampu menyelesaikan
lembar kegiatan kedua yang ada pada
quiet book, maka perlu dilakukan repetitive
(pengulangan) agar anak benar – benar
menguasai keterampilan yang telah
diberikan guru tanpa dibantu lagi.
- Guru mencatat semua perkembangan
anak saat melakukan proses pembelajaran.
Pertemuan ke 4

- Guru memberi penjelasan tentang isi dari


quiet book pada halaman ketiga yaitu
mengancingkan jaket berupa kancing
besar maupun kancing kecil.
- Guru memberikan instruksi kepada anak
Kegiatan
Inti untuk mengerjakan setiap lembar kegiatan
yang ada. Siklus dari DTT siklus terdapat
tiga kali instruksi. Instruksi tersebut
bersifat S-J-T-T-S (singkat, jelas, tegas,
tuntas dan sama).
- Guru memberikan instruksi pertama :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: kancingkan jaketnya ! (tunggu 3 - 5
detik), jika anak mampu melakukan
dengan satu instruksi saja, maka
anak akan reinforcement (imbalan).
Bila respon tidak ada , dilanjutkan
dengan instruksi kedua.
- Guru memberikan instruksi kedua :
Singkat : ayo kancingkan ! (tunggu 3
- 5 detik), bila respon tidak ada
maka akan dilanjutkan dengan
instruksi ketiga.
- Guru memberikan instruksi ketiga :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ayo kancingkan jaketnya ! (tunggu
3 - 5 detik), bila respon tetap tidak
ada, maka anak akan diberikan
diberikan prompt verbal maupun
fisik secara terus menerus sampai
anak mampu untuk
menyelesaikannya dengan mandiri.
- Setelah anak mampu menyelesaikan
lembar kegiatan ketiga yang ada pada
quiet book, maka perlu dilakukan repetitive
(pengulangan) agar anak benar – benar
menguasai keterampilan yang telah
diberikan guru tanpa dibantu lagi.
- Guru mencatat semua perkembangan
anak saat melakukan proses pembelajaran.
Pertemuan ke 5

- Guru memberi penjelasan tentang isi dari


quiet book pada halaman keempat yaitu
menresletingkan celana.
- Guru memberikan instruksi kepada anak
untuk mengerjakan setiap lembar kegiatan
yang ada. Siklus dari DTT siklus terdapat
tiga kali instruksi. Instruksi tersebut
bersifat S-J-T-T-S (singkat, jelas, tegas,
tuntas dan sama).

Kegiatan - Guru memberikan instruksi pertama :


Inti Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: tarik resletingnya ! (tunggu 3 - 5
detik), jika anak mampu melakukan
dengan satu instruksi saja, maka
anak akan reinforcement (imbalan).
Bila respon tidak ada , dilanjutkan
dengan instruksi kedua.
- Guru memberikan instruksi kedua :
Singkat : cepat tarik resletingnya !
(tunggu 3 - 5 detik), bila respon
tidak ada maka akan dilanjutkan
dengan instruksi ketiga.
- Guru memberikan instruksi ketiga :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ayo tarik resletingnya ! (tunggu 3 -
5 detik), bila respon tetap tidak ada,
maka anak akan diberikan diberikan
prompt verbal maupun fisik secara
terus menerus sampai anak mampu
untuk menyelesaikannya dengan
mandiri.
- Setelah anak mampu menyelesaikan
lembar kegiatan keempat yang ada pada
quiet book, maka perlu dilakukan repetitive
(pengulangan) agar anak benar – benar
menguasai keterampilan yang telah
diberikan guru tanpa dibantu lagi.
- Guru mencatat semua perkembangan
anak saat melakukan proses pembelajaran.
Pertemuan ke 6

- Guru memberi penjelasan tentang isi dari


quiet book pada halaman kelima yaitu
Kegiatan memasukkan benda ke dalam tas dan
Inti
menutup resleting tas.
- Guru memberikan instruksi kepada anak
untuk mengerjakan setiap lembar kegiatan
yang ada. Siklus dari DTT siklus terdapat
tiga kali instruksi. Instruksi tersebut
bersifat S-J-T-T-S (singkat, jelas, tegas,
tuntas dan sama).
- Guru memberikan instruksi pertama :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ambil dan masukkan bendanya !
(tunggu 3 - 5 detik), jika anak
mampu melakukan dengan satu
instruksi saja, maka anak akan
reinforcement (imbalan). Bila respon
tidak ada , dilanjutkan dengan
instruksi kedua.
- Guru memberikan instruksi kedua :
Singkat : ayo masukkan ! (tunggu 3
- 5 detik), bila respon tidak ada
maka akan dilanjutkan dengan
instruksi ketiga.
- Guru memberikan instruksi ketiga :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ayo diambil bendanya ! (tunggu 3 -
5 detik), bila respon tetap tidak ada,
maka anak akan diberikan diberikan
prompt verbal maupun fisik secara
terus menerus sampai anak mampu
untuk menyelesaikannya dengan
mandiri.
- Setelah anak mampu menyelesaikan
lembar kegiatan kelima dan keenam yang
ada pada quiet book, maka perlu dilakukan
repetitive (pengulangan) agar anak benar
– benar menguasai keterampilan yang
telah diberikan guru tanpa dibantu lagi.
- Guru mencatat semua perkembangan
anak saat melakukan proses pembelajaran.
Pertemuan ke 7

- Guru memberi penjelasan tentang isi dari


quiet book pada halaman keenam yaitu
mencocokkan warna dan bentuk benda.
- Guru memberikan instruksi kepada anak
untuk mengerjakan setiap lembar kegiatan
yang ada. Siklus dari DTT siklus terdapat
tiga kali instruksi. Instruksi tersebut
Kegiatan
bersifat S-J-T-T-S (singkat, jelas, tegas,
Inti
tuntas dan sama).
- Guru memberikan instruksi pertama :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
ayo cocokkan ! (tunggu 3 - 5 detik),
jika anak mampu melakukan
dengan satu instruksi saja, maka
anak akan reinforcement (imbalan).
Bila respon tidak ada , dilanjutkan
dengan instruksi kedua.
- Guru memberikan instruksi kedua :
Singkat : ayo pasangkan gambarnya
! (tunggu 3 - 5 detik), bila respon
tidak ada maka akan dilanjutkan
dengan instruksi ketiga.
- Guru memberikan instruksi ketiga :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ayo pasangkan gambarnya !
(tunggu 3 - 5 detik), bila respon tetap
tidak ada, maka anak akan diberikan
diberikan prompt verbal maupun
fisik secara terus menerus sampai
anak mampu untuk
menyelesaikannya dengan mandiri.
- Setelah anak mampu menyelesaikan
lembar kegiatan ketujuh yang ada pada
quiet book, maka perlu dilakukan repetitive
(pengulangan) agar anak benar – benar
menguasai keterampilan yang telah
diberikan guru tanpa dibantu lagi.
- Guru mencatat semua perkembangan
anak saat melakukan proses pembelajaran.
Pertemuan ke 8

- Guru memberi penjelasan tentang isi dari


quiet book pada halaman ketujuh yaitu
merekatkan sepatu.
- Guru memberikan instruksi kepada anak
untuk mengerjakan setiap lembar kegiatan
yang ada. Siklus dari DTT siklus terdapat
tiga kali instruksi. Instruksi tersebut
bersifat S-J-T-T-S (singkat, jelas, tegas,
tuntas dan sama).
- Guru memberikan instruksi pertama :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
Kegiatan rekatkan sepatunya ! (tunggu 3 - 5
Inti
detik), jika anak mampu melakukan
dengan satu instruksi saja, maka
anak akan reinforcement (imbalan).
Bila respon tidak ada , dilanjutkan
dengan instruksi kedua.
- Guru memberikan instruksi kedua :
Singkat : ayo rekatkan sepatunya !
(tunggu 3 - 5 detik), bila respon
tidak ada maka akan dilanjutkan
dengan instruksi ketiga.
- Guru memberikan instruksi ketiga :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: lihat dan pasang sepatunya !
(tunggu 3 - 5 detik), bila respon tetap
tidak ada, maka anak akan diberikan
diberikan prompt verbal maupun
fisik secara terus menerus sampai
anak mampu untuk
menyelesaikannya dengan mandiri.
- Setelah anak mampu menyelesaikan
lembar kegiatan kedelapan yang ada pada
quiet book, maka perlu dilakukan repetitive
(pengulangan) agar anak benar – benar
menguasai keterampilan yang telah
diberikan guru tanpa dibantu lagi.
- Guru mencatat semua perkembangan
anak saat melakukan proses pembelajaran.
Pertemuan ke 9

- Guru memberi penjelasan tentang isi dari


quiet book pada halaman kedelapan yaitu
memasang tali sepatu.
- Guru memberikan instruksi kepada anak
Kegiatan
Inti untuk mengerjakan setiap lembar kegiatan
yang ada. Siklus dari DTT siklus terdapat
tiga kali instruksi. Instruksi tersebut
bersifat S-J-T-T-S (singkat, jelas, tegas,
tuntas dan sama).
- Guru memberikan instruksi pertama :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
ayo tali sepatunya ! (tunggu 3 - 5
detik), jika anak mampu melakukan
dengan satu instruksi saja, maka
anak akan reinforcement (imbalan).
Bila respon tidak ada , dilanjutkan
dengan instruksi kedua.
- Guru memberikan instruksi kedua :
Singkat : cepat tali sepatunya !
(tunggu 3 - 5 detik), bila respon
tidak ada maka akan dilanjutkan
dengan instruksi ketiga.
- Guru memberikan instruksi ketiga :
Singkat : cukup 2-3 kata saja, seperti
: ayo cepat tali ! (tunggu 3 - 5 detik),
bila respon tetap tidak ada, maka
anak akan diberikan diberikan
prompt verbal maupun fisik secara
terus menerus sampai anak mampu
untuk menyelesaikannya dengan
mandiri.
- Setelah anak mampu menyelesaikan
lembar kegiatan kesembilan dan sepuluh
yang ada pada quiet book, maka perlu
dilakukan repetitive (pengulangan) agar
anak benar – benar menguasai
keterampilan yang telah diberikan guru
tanpa dibantu lagi.
- Guru mencatat semua perkembangan
anak saat melakukan proses pembelajaran.

Pertemuan ke 10

- Guru menginstruksikan anak untuk


melakukan kegiatan daily living skills
(DLS) secara mandiri tanpa dibantu
sebagai tahap penilaian terakhir atau
postest. Kegiatan daily living skills (DLS)
tersebut meliputi : memasang dasi,
Kegiatan mengancingkan jaket dan rompi,
Inti
mengancingkan berbagai macam bentuk
kancing baju, menresletingkan celana dan
tas, memasang tali dan merekatkan
sepatu, mencocokkan warna dan bentuk
bangun ruang yang sesuai serta
memasukkan barang pribadi ke dalam tas.

Kegiatan - Memberikan instruksi agar anak


Penutup merapikan dan mengembalikan mainan
kembali ke tempatnya.
- Anak berdoa dan mengucapkan salam.
H. Penilaian :
1. Teknik Penilaian :
- Observasi
- Percakapan
- Catatan
- Anekdot
- Unjuk Kerja
- Penugasan
Capaian
N Perkembangan
o Indikator Penilaian Anak
.
1
3 2
1 Memasang dasi model perekat
.
2 Memasang dasi model kancing
. jepret
3 Memasang kancing besar pada
. rompi
4 Memasang kancing kecil pada jaket
.
5 Mengancingkan kancing baju model
. lubang
6 Mengancingkan kancing baju model
. sangkelit
7 Mengancingkan kancing baju model
. hak
8 Menarik resleting pada celana
.
9 Merekatkan sepatu
.
1 Memasang tali sepatu
0
.
1 Mencocokkan warna dan bentuk
1 bangun ruang yang sesuai
.
1 Mengambil benda dan memasukkan
2 ke dalam tas
.
1 Menarik resleting tas
3
.
Kriteria Penilaian :

1. Memasang dasi
*3 = Anak mampu memasang dasi secara
mandiri
*2 = Anak mampu memasang dasi dengan
prompt verbal
*1 = Anak mampu memasang dasi dengan
prompt verbal dan fisik

2. Memasang kancing bentuk lubang


*3 = Anak mampu memasang kancing
bentuk lubang secara mandiri
*2 = Anak mampu memasang kancing
bentuk lubang dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu memasang kancing
bentuk lubang dengan prompt verbal
dan fisik

3. Memasang kancing bentuk jepret


*3 = Anak mampu memasang kancing bentuk
jepret secara mandiri

*2 = Anak mampu memasang kancing bentuk


jepret dengan prompt verbal

*1 = Anak mampu memasang kancing bentuk


jepret dengan prompt verbal dan fisik

4. Memasang kancing bentuk sangkelit


*3 = Anak mampu memasang kancing bentuk
sangkelit secara mandiri
*2 = Anak mampu memasang kancing bentuk
sangkelit dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu memasang kancing bentuk
sangkelit dengan prompt verbal dan
fisik

5. Memasang kancing bentuk hak


*3 = Anak mampu memasang kancing bentuk
hak secara mandiri

*2 = Anak mampu memasang kancing bentuk


hak dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu memasang kancing bentuk
hak dengan prompt verbal dan fisik

6. Memasang kancing jaket berbentuk kancing besar


*3 = Anak mampu memasang jaket berbentuk
kancing besar secara mandiri

*2 = Anak mampu memasang jaket berbentuk


kancing besar dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu memasang jaket berbentuk
kancing besar dengan prompt verbal
dan fisik

7. Memasang kancing jaket berbentuk kancing kecil


*3 = Anak mampu memasang jaket berbentuk
kancing kecil secara mandiri
*2 = Anak mampu memasang jaket berbentuk
kancing kecil dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu memasang jaket berbentuk
kancing kecil dengan prompt verbal
dan fisik

8. Menarik resleting celana


*3 = Anak mampu memasang tali sepatu
secara mandiri
*2 = Anak mampu memasang tali sepatu
dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu memasang tali sepatu
dengan prompt verbal dan fisik

9. Memasang tali sepatu


*3 = Anak mampu memasang tali sepatu

secara mandiri

*2 = Anak mampu memasang tali sepatu


dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu memasang tali sepatu
dengan prompt verbal dan fisik

10. Merekatkan sepatu


*3 = Anak mampu merekatkan sepatu secara
mandiri
*2 = Anak mampu merekatkan sepatu dengan
prompt verbal
*1 = Anak mampu merekatkan sepatu dengan
prompt verbal dan fisik

11. Matching bangun ruang yang sama


*3 = Anak mampu mencocokkan bentuk
bangun ruang yang sama secara mandiri
*2 = Anak mampu mencocokkan bentuk
bangun ruang yang sama dengan prompt
verbal
*1 = Anak mampu mencocokkan bentuk
bangun ruang yang sama dengan prompt
verbal dan fisik

12. Memasukkan benda ke dalam tas


*3 = Anak mampu memasukkan benda ke
dalam tas

secara mandiri

*2 = Anak mampu memasukkan benda ke


dalam tas dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu memasukkan benda ke
dalam tas dengan prompt verbal dan
fisik

13. Menutup resleting tas


*3 = Anak mampu menutup resleting tas
secara mandiri

*2 = Anak mampu menutup resleting tas


dengan prompt verbal
*1 = Anak mampu menutup resleting tas
dengan prompt verbal dan fisik
Kriteria Penilaian :
Nilai Akhir : Nilai = ∑ Skor Penilaian x 100%
Skor maksimal
PRE TEST DAN POST TEST KEMAMPUAN DAILY
LIVING SKILLS (DLS) ANAK AUTIS DI TK MENTARI
SCHOOL SIDOARJO
Dalam situasi pembelajaran di kelas, disediakan
berbagai macam media seperti : dasi, baju, jaket, celana,
sepatu, alat tulis dan juga tas. Dengan berbagai macam
media diatas anak diminta untuk :

1. Memegang dasi
2. Memasang dasi
3. Merekatkan dasi dari sisi satu dengan sisi lainnya
4. Memegang baju
5. Memakai baju
6. Mengancingkan baju dengan berbagai macam bentuk
kancing
7. Memegang jaket
8. Memakai jaket
9. Mengancingkan jaket atau rompi
10. Memegang celana
11. Memakai celana
12. Menresletingkan celana
13. Memegang sepatu
14. Memakai sepatu
15. Matching gambar yang sama
16. Memasang tali dan merekatkan sepatu
17. Mengambil tas
18. Memindahkan benda ke dalam tas
19. Menutup resleting tas
Berdasarkan kegiatan diatas, anak diminta untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan pedoman penilaian yang tersedia.
LEMBAR TES KEMAMPUAN DAILY LIVING SKILLS
(DLS) ANAK AUTIS DI TK MENTARI SCHOOL
SIDOARJO

(Tes Awal / Pretest dan Tes Akhir / Postest)

Skor
N Nama Aspek yang Skor
o. Siswa Diamati Akhir
1 2 3

a. Memasang dasi

b. Memasang kancing
bentuk lubang
c. Memasang kancing
bentuk perekat
d. Memasang kancing
bentuk jepret
e. Memasang kancing
bentuk sangkelit
f. Memasang kancing
1. jaket bentuk kancing
besar
g. Memasang kancing
jaket bentuk kancing
kecil
h. Menarik resleting
jaket
i. Menarik resleting
celana
j. Mengambil benda

k. Memasukkan benda
ke dalam tas
l. Menutup resleting
tas
m. Matching
bentuk bangun
ruang yang sama
n. Merekatkan sepatu

o. Memasang tali
sepatu

ASPEK ASPEK DAILY LIVING SKILLS (DLS) YANG


AKAN DIKEMBANGKAN MELALUI METODE
APPLIED BEHAVIOR ANALYS (ABA) BERMEDIA
QUIET BOOK DI TK MENTARI SCHOOL SIDOARJO

Aspek – aspek Daily Living Skills (DLS) yang akan


dikembangkan melalui metode Applied Behavior Analys
(ABA) bermedia quiet book adalah sebagai berikut :

Kecakapan hidup, meliputi :

1. Mengancingkan baju
1) Memasang kancing baju bentuk lubang
2) Memasang kancing baju bentuk jepret
3) Memasang kancing baju bentuk sangkelit
4) Memasang kancing baju bentuk perekat

2) Memasang dasi
1) Memasang dasi pada gambar yang ada pada quiet book

3) Mengancingkan jaket
1) Memasang kancing jaket bentuk besar
2) Memasang kancing jaket bentuk kecil
3) Menresletingkasn jaket

4) Menresletingkan celana
1) Menresletingkan celana

5) Memindahkan benda ke dalam tas


1) Mengambil benda dan memasukkan ke dalam tas
2) Menutup resleting tas

6) Matching bangun ruang yang sama


1) Matcing bentuk bangun ruang yang sama

7) Memasang tali dan perekat sepatu


1) Memasang tali sepatu
2) Merekatkan perekat sepatu
KISI KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN DAILY LIVING
SKILLS (DLS) ANAK AUTIS PADA METODE APPLIED
BEHAVIOR ANALYS (ABA) BERMEDIA QUIET BOOK
DI TK MENTARI SCHOOL SIDOARJO

Bidang
Indikator Sub Indikator Item
Pengembangan

a) Memasang 1
kancing baju
bentuk lubang
b) Memasang 1
kancing baju
1) Mengancingkan bentuk jepret
baju c) Memasang 1
kancing baju
bentuk perekat
d) Memasang 1
kancing baju
Daily Living
bentuk sangkelit
Skills (DLS)
a) Memasang dasi 1
pada gambar
2) Memasang dasi
yang ada pada
quiet book
a) Memasang 1
kancing jaket
bentuk besar
3) Mengancingkan b) Memasang 1
jaket kancing jaket
bentuk kecil
c) Menresletingkan 1
jaket
4) Menresletingkan a) Menresletingkan 1
celana celana
a) Mengambil 1
benda
5) Memindahkan b) Memasukkan 1
benda ke dalam benda ke dalam
tas tas
c) Menutup 1
resleting tas
6) Mencocokkan a) Memasangkan 1
bentuk bangun bentuk bangun
ruang ruang yang
sama
a) Merekatkan 1
perekat sepatu
7) Bersepatu
b) Memasang tali 1
sepatu

Anda mungkin juga menyukai