Anda di halaman 1dari 4

Model Pembelajaran Anak Autis

A. PENDAHULUAN
Anak autis dicirikan oleh tiga karakteristik utama (a triad of impairment) yaitu: gangguan
komunikasi, gangguan hubungan sosial dan gangguan perilaku: minat yang terbatas dan perilaku
berulang. ( Wing and Gould,1979, dalam Dodd, 2007).

1. Hambatan komunikasi (communication impairment), termasuk semua aspek komunikasi:


pemahaman dan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Anak dengan gangguan autistic kebanyakan tidak bisa bicara, dan
mereka tidak bisa mengkompensasikan ketidakmampuan bicaranya dengan bahasa lain seperti
bahasa isyarat. Kalaupun ada anak dengan gangguan autistik bisa bicara, mereka hanya membeo,
atau mereka berbicara tetapi kurang dapat memiliki pemaknaan tentang apa yang mereka
ucapkan, sehingga kesannya hanya menghafal.
2. Hubungan sosial (social relating), anak dengan gangguan autistik memiliki hambatan tentang
bagaimana berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain, termasuk keterampilan seperti
berbagi (sharing) dan bergiliran (turn taking), mengerjakan tugas (attending to task). Anak
dengan gangguan autistik memiliki kesulitan yang besar untuk belajar memberi dan menerima
(take and give) dalam hubungan interaksi dengan orang disekelilingnya. Mereka tampak tidak
tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain, dan mereka nampak lebih suka menyendiri.
Banyak anak dengan gangguan autistic spectrum disorders nampak memiliki kesulitan besar
untuk belajar memberi dan mengambil (take and give) dalam interaksi sehari-hari. Tidak suka
dipeluk dan dipangku.
3. Minat yang terbatas dan perilaku berulang (repetitive), ini diperlihatkan dengan kurang dapat
berimajinasi, penalaran abstrak yang kurang, keterampilan bermain terbatas, pemikiran konkret
(ini lebih disebabkan anak kurang mampu dalam penalaran secara abstrak) dan keinginan kuat
dalam keteraturan (consistency).
Selain tiga ciri utama di atas saat ini sejumlah ciri-ciri yang berhubungan dengan
pemahaman dan perhatian autisme juga ditambahkan, ini termasuk: sensitivitas sensori, aspek-
aspek kognisi termasuk: gaya belajar visual, masalah perhatian, dan karakteristik pemrosesan
informasi; dan hambatan dalam empati yang meliputi: masalah emosional, joint attention, theory
of mind; dan kesulitan penerjemahan mood dan perilaku orang lain. (Dodd, 2007:3-5).

Memahami anak autis ini sangat penting untuk menentukan hambatan dan kebutuhan
mereka dan melihat tipe belajar mereka. Anak-anak autis memiliki hambatan dalam eye gaze,
meniru (attending), pemahaman makna, membuat generalisasi (generalization), pemrosesan
auditori, pemrosesan sensori, mengurutkan dan kemampuan kognitif dalam urutan yang lebih
tinggi. (Dodd, 2007, 148 -149).

Disampaing hambatan utama seperti diuraikan di atas, anak autis pun memiliki beberapa
kekuatan diantaranya: kemampuan rote memory, kemampuan visual spatial, kemampuan
compartmentalised chunk learning, kecenderungan untuk melakukan rutinitas dan aturan yang
terstruktur (Dodd, 2007, 148 - 149).

B. MODEL PEMBELAJARAN ANAK AUTIS


Model pembelajaran diartikan sebagai sutau prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. (Belajar Psikologi.com,
2011). Model pembelajaran dapat juga bermakna cara yang digunakan guru untuk
membelajarkan anak supaya tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan tercapai. Didalam
model pembelajaran terkandung pendekatan, strategi, metode dan teknik yang digunakan untuk
membelajarkan siswa. Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswa (kemampuan, kebutuhan dan hambatan, dan lain sebagainya).

Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah :

1. Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai. (Belajar
Psikologi.com, 2011)
Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak autis, memilih model
pembelajaran itu harus menjadi pemikiran yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa. Ada
beberapa pertimbangan yang menjadi dasar seorang guru untuk menentukan model pembelajaran
untuk anak autis diantaranya adalah hambatan utama yang dialami oleh siswa dan pemahaman
tentang gaya belajar anak.
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi anak dengan
lingkungannya. Ada beberapa cara untuk membantu anak autis mempelajari keterampilan dan
perilaku baru, diantaranya: isyarat visual/ verbal, modelling, visual support, prompting, fading,
shaping dan chaining (Dodd, 2007).

1. Isyarat visual / verbal


Isyarat visual/ verbal adalah pengajaran yang diberikan pada anak autis untuk membantu mereka
melengkapi tugas-tugas yang diinginkan. Ini mungkin dilakukan dengan cara non verbal atau
verbal, dengan menggunakan tanda manual atau startegi visual (Dodd, 2007). Strategi visual
merupakan strategi pembelajaran dengan menggunakan benda-benda konkrit atau semi konkret
atau simbol-simbol dalam menyampaikan pembelajaran.

2. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan orang tua atau teman sebaya
untuk menjadi model, terutama ketika mengajarkan keterampilan-keterampilan baru.

3. Visual support
Visual support digunakan untuk meningkatkan komunikasi, mentransfer informasi, perilaku dan
mengembangkan kemandirian. Ini termasuk daftar visual (jadwal), urutan suatu pekerjaan,
ekspresi wajah, gestures dan bahasa tubuh.
4. Prompting
Promting merupakan isyarat tambahan untuk membantu memfasilitasi respon yang benar.
Individu membutuhkan bimbingan secara fisik untuk mengerjakan tugas. Memberikan dorongan
secara fisik sering menjamin keberhasilan individu. Reinforcment harus segera diberikan apabila
anak selesai mengerjakan tugas mandirinya.

5. Fading
Fading merupakan pengurangan bantuan secara sistematis. Pengurangan bantuan fisik secara
bertahap. Teknik ini berhasil dalam mengajarkan keterampilan baru. Pengurangan ini sangat
penting supaya anak tidak tergantung pada bantuan dan isyarat.

6. Shaping
Perilaku terkadang dapat dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau yang ingin dicapai.
Shaping merupakan prosedur yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku
yang tidak ada pada diri seseorang. Shaping biasanya digunakan untuk mengjarkan
keterampilan-keterampilan yang sulit seperti memakai baju, makan dan bersosialisasi dengan
orang lain. (Dodd, 2007)

7. Chainning
Chainning adalah menciptakan perilaku yang rumit dengan menggabungkan perilaku-perilaku
sederhana yang telah menjadi bagian dalam diri seseorang. Contohnya dalam menyikat gigi:
pertama menyimpan pasta gigi pada sikat gigi, kemudian memasukkan sikat gigi ke mulut dan
kemudian mulai menggosok gigi ke atas ke bawah, kesamping kiri dan kanan dan seterusnya.
C. KESIMPULAN
Anak autis memiliki hambatan dalam interaksi dan komunikasi sosial, tapi mereka
memiliki kekuatan dalam kemampuan visualnya dan belajar hafalan, oleh karena itu ketika
mengajar anak autis, yang penting guru harus memahami kekuatan yang dimiliki oleh anak.
Banyak model dan strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengajar mereka diantaranya
adalah menggunakan dukungan visual, modelling, prompting, fading, shaping dan chainning.
Seseorang akan belajar lebih baik apabila seorang guru memiliki keteraturan, konsisten dan
positif. (Dodd, 2007).
Pembelajaran untuk anak autis harus diatur, dipersiapkan kemudian tujuan yang ingin
dicapai harus realistis. Harus konsisen ketika membuat aturan. Kemudian menggunakan bahasa
sederhana, tidak banyak kata-kata yang akan membuat anak bingung, dan ketika anak melakukan
sesuatu yang positif guru segera untuk memberikan reinforcement.
Daftar Bacaan
Belajar Psikologi, (2011), Pengertian Model Pembelajaran, Tersedia online: Belajar
Psikologi.com/pengertian-model-pembelajaran
Dodd, Susan, (2007), Understanding Autism, Sydney: Elsevier
Zager, Dianne, (2005), Autism Spectrum Disorders, Identification, Education and Teatment, New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associstes, Publisher.

Anda mungkin juga menyukai