Anda di halaman 1dari 24

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR


ANALYSIS (ABA) (STUDI KASUS PADA PROSES PELATIHAN
TERAPI AUTIS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS I
TANGERANG)
Nofri Julimet1
Sofyan Cholid2

ABSTRAK
Applied Behavior Analysis adalah sebuah metode penyembuhan autistik yang belum banyak diketahui
oleh masyarakat Indonesia, sementara ABA efektif dan efisien dalam mengurangi per-ilaku disruptive
yang umum tampak pada penyandang autistik. Kelebihan dari ABA adalah dia-jarkan secara
sistematis, terstruktur dan terukur. Tesis ini menggambarkan proses pelatihan terapi autis yang
dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tangerang, instrukturnya adalah warga binaan X.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam kepada
informan yang terdiri dari instruktur, petugas lapas, dan peserta pelatihan. Pelatihan ini mencangkup
tiga tahapan yaitu: pra pelatihan, pelatihan dan paska pelatihan, yang paling menarik pada paska
pelatihan yaitu melakukan studi banding ke Klinik ABA, praktek, dan ujian tertulis. Meskipun
pelatihan telah berakhir monitoring tetap dilakukan oleh instruktur.

ABSTRACT
Applied behavior analysis was a method of healing autistic that have not known by the Indonesian.
Meanwhile, ABA was effective and efficient in reducing the behavior of disruptive which shown in
autistic. Then, the benefit of ABA was taught in a systematic, structured, and measurable. This the-sis
descrubed the training process of autism therapy that carried out in prison class 1 Tangerang, the
instructor was inmates X. This research used qualitative approach by using depth-interview to the
informants that consist of instructor, prison officers, and trainee. The is training including the three
steps. Those were pre training, whils training, and post training, the most interesting activity was post
training, that is doing a comparative study to the clinic ABA, practice and written exam. Although the
training has ended the monitoring still done by the instructor.

KEY WORDS: Applied Behavior Analysis of Method; Training Process; Autism Therapy.

1 Alumni Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia
2 Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia

92
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

PENDAHULUAN dari data Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerd-


jan data reall anak autistik adalah 990 jiwa,
Mengingat Angka “penyandang autis di
sementara jika menghitung dari prevalensi
dunia mengalami peningkatan yang sangat
Hongkong anak Indonesia tercatat 110 ribu
pesat setiap tahunnya” (Jumlah Autis, 2009)
jiwa, bearti dengan asumsi 109.010 jiwa be-
maka perlu ditangani dengan serius seper-ti
lum tersentuh sama sekali baik oleh pihak
menyiapkan sumber daya manusia yang
pemerintah maupun oleh lembaga swadaya
handal. Data terbaru dari centre for disease
masyarakat lainya.
control and prevention Amerika Serikat me-
Berdasarkan data di atas permasalahan
nyebutkan, 1 dari 110 anak di Amerika men-
autis harus ditangani dengan serius, baik dari
derita autis. Angka tersebut naik 57% dari
pihak pemerintahan maupun dari lembaga
data tahun 2002 yang memperkirakan ang-
swadaya masyarakat, demi menjaga kuali-tas
kanya 1:150 anak (autis.info, 5 Juni 2015).
generasi bangsa masa depan. Mengatasi
Kemudian pada tahun 2008 penelitian center
fenomena ini dibutuhkan partisipasi dari se-
for disease control (CDC) Amerika Serikat
luruh elemen, kerja sama yang kuat antara
menyatakan bahwa perbandingan autis pada
orang tua, guru, psikolog, terapis dan dokter
anak usia 8 tahun yang terdiagnosa dengan
agar penanganan anak autis bisa lebih baik.
autis adalah 1:80. Penelitian Hongkong stu-
lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tange-
dy (2008) melaporkan tingkat kejadian autis
rang memiliki warga binaan yang mengua-sai
dengan prevalensi 1,68 per 1000 untuk anak
metode applied behavior analysis (ABA)
di bawah 15 tahun. Sedangkan Prevalensi
sebagai salah satu metode terapi autis yang
pe-nyandang autis di seluruh dunia menurut
efektif dan efisien dalam mengurangi pe-rilaku
data UNESCO pada tahun 2011 adalah 6 di
discrutive yang umum tampak pada
antara 1000 orang mengidap autis
penyandang autistik. Selain itu metode ABA
(klinikautis.com, 24 Maret 2015).
memiliki keungulan yaitu sistematik (dia-
Di Indonesia belum ada data yang pasti,
jarkan atau dilatih sesuai urutan ilmiahnya),
dan belum ada penelitian khusus yang bisa
terstruktur (adanya tehnik baku dalam meng-
menyajikan data berapa jumlah anak autis di
ajarkan atau melatih), dan dapat diukur (ada-
Indonesia. Namun pemerintah menghitung
nya penilaian kuantitatif untuk mengukur ke-
dengan prevalensi autis yang ada di Hong-
berhasilan anak), serta melakukan intervensi
kong yaitu 1,68 per 1000 untuk anak di ba-
atau modifikasi dimana perlu (Sutadi, 2014).
wah 15 tahun. Di Indonesia jumlah anak usia
Lembaga pemasyarakatan pada hakekatnya
5-19 tahun mencapai 66.000.805 menurut data
untuk mendidik warga binaan menjadi manu-
badan penelitian statistik (BPS) 2010
sia seutuhnya sebagai mana yang termaktub
(jpnn.com, 24 Maret 2015), maka anak pe-
dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 ta-
nyandang autistik di Indonesia diperkirakan
hun 1995 “Sistem pemasyarakatan diseleng-
berkisar 110 ribu jiwa. Sementara itu insta-lasi
garakan dalam rangka membentuk warga bi-
kesehatan jiwa anak dan remaja Rumah Sakit
naan pemasyarakatan agar menjadi manusia
Jiwa Soeharto Heerdjan mencatat, ada sekitar
seutuhnya, menyadari kesalahan, memper-
15 % anak yang mengalami autis dari 6.600
baiki diri, tidak mengulangi tindak pidana, ikut
kunjungan dengan rata-rata usia anak lebih
berperan aktif dalam pembangunan, dan
dari 3 tahun (Fitri, 2014). Jika melihat

93
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

dapat hidup secara wajar dengan masyarakat perti melakukan pelatihan terapi autis meto-de
sebagai warga yang baik dan bertanggung ABA kepada masyarakat luar, dengan cara
ja-wab”. seperti itu dapat menekan pandangan negatif
Walaupun demikian lembaga pemasya- masyarakat terhadap warga binaan (napi).
rakatan tetap menjadi sumber permasalahan Dengan demikian penelitian yang berkaitan
bagi warga binaan seperti terjadinya keke- dengan pelatihan dan warga binaan akan di-
rasan, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian jadikan sebagai acuan dalam tulisan ini se-
bahkan dijadikan tempat peredaran narkoba perti penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi
(Sibatangkayu, 2008). Kehidupan di lemba-ga (2008) menemukan kondisi di lembaga per-
pemasyarakatan penuh dengan serba ke- masyarakatan seperti terbentuknya kelom-pok-
terbatasan, penuh dengan aturan yang selalu kelompok kecil berdasarkan ras, daerah asal,
membatasi ruang gerak warga binaan, kondisi dan suku hal ini dapat memicu beberapa
ini dapat memicu tingkat stres warga binaan perilaku negatif seperti kekerasan fisik sesa-
dan akhirnya terjadi kekerasan sesama warga ma warga binaan, penindasan kelompok lain,
binaan. Kekerasan dilembaga pemasyarakat-an ancaman yang dilakukan oleh warga binaan
dapat dikatergorikan menjadi tiga bentuk senior bahkan perilaku penyimpangan seksul
yaitu: kekerasan fisik, kekerasan psikis dan yang terjadi karena dalam lembaga pemasya-
kekerasan sosial (Cahyadi, 2008). Kekerasan rakatan dipisahkan oleh blok-blok berdasar-
ini yang menyebabkan pandangan masyara-kat kan jenis kelamin.
terhadap lembaga pemasyarakatan sema-kin Sementara penelitian yang membahas
buruk sehingga warga binaan dianggap oleh tentang pelatihan seperti yang dilakukan oleh
masyarakat memiliki masa depan yang suram Prabawanti (2006) bahwa pelatihan harus
dan penuh dengan kegelapan. memiliki materi dan sistim evaluasi yang je-
Seorang yang divonis sebagai narapidana las. Lebih lengkapnya disebutkan oleh Sari
adalah orang yang melakukan kejahatan (2008) untuk melakukan pelatihan harus me-
yang terbukti dihadapan pengadilan miliki tahapan seperti: tahap persiapan yang
(hukum), se-tiap perbuatan yang melanggar terangkum di dalamnya konsolidasi dengan
hukum harus diproses secara hukum, yang pihak-pihak terkait, mempersiapkan materi
terbukti kri-minal harus diberikan sanksi persentasi, menentukan jadwal pelatihan dan
(penjara). Te-tapi setelah selesai menjalani memberikan informasi kepada peserta biaya
pembinaan di lembaga pemasyarakatan pelatihan, kemudian memiliki tahap pelak-
mereka dikucilkan, keberadaan mereka sanaan dan tahap evaluasi. Pelatihan yang
kurang diterima di ma-syarkat luas. memiliki perencanaan dapat meningkatkan
Meskipun demikian salah seorang warga keterampilan individu peserta seperti yang
binaan X yang ada di lembaga pemasyara- dikatakan oleh Andrilina (2009) pelaksana-an
katan kelas 1 Tangerang berusaha untuk me- pelatihan analisis kebutuhan di PT.XYZ dapat
minimalisir pandangan negatif masyarakat memberikan job yang spesifik dan me-
terhadapa warga binaan (napi) dengan cara ngetahui keterampilan karyawan.
mengembangkan keterampilan yang dimiliki Berdasarkan latar belakang masalah di
dan melakukan kegiatan-kegiatan positif agar atas yang menjadi rumusan dalam penelitian
warga binaan dipandang lebih produktif, se- ini adalah bagaimana proses pelatihan tera-

94
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

pi autis metode ABA yang dilaksanakan di- lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan
lembaga pemasyarkatan kelas 1 Tangerang? dan menjadikannya lebih mampu melesta-
yang mana instruktur dalam pelatihan terse- rikan lingkungannya secara memadai. Key
but adalah napi, sedangkan tujuan dari pene- word dari definisi ini adalah perubahan, in-
litian untuk menelaah dan menganalisis pro- teraksi dan lingkungan, perubahan perilaku
ses pelatihan terapis autis metode ABA yang itu karena adanya aktivitas interaksi individu
dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan dengan lingkungan.
ke-las 1 Tangerang. Beberapa definisi di atas perubahan peri-
Dalam penelitian ini menggunakan teo-ri laku menjadi dominan yang muncul, karena
belajar, metode applied behavior analysis salah satu dari hasil belajar itu dapat meru-bah
(ABA) dan kesejahteraan sosial perilaku kearah yang lebih baik, bertam-
bahnya wawasan yang diperoleh dari peng-
1. Belajar alaman masa lampau dan dapat mengontrol
Belajar merupakan kata yang sederhana tingkah laku seseorang yang sesuai dengan
mudah diungkapkan namun memiliki mak-na norma yang berlaku sehingga tembentuk pola
yang luas, aktivitas manusia sebahagian besar kehidupan yang lebih baik (Yusuf, 1982).
mencerminkan proses belajar (Suryab-rata, Menurut Purwanto (2007) belajar itu dilaku-
2012). Dalam dunia pendidikan proses belajar kan dengan sengaja, disadari sehingga terjadi
menjadi penentu mencapai tujuan, belajar perubahan dalam diri dan perubahan itu ber-
adalah istilah kunci (key term) yang manfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat
berpengaruh besar, tanpa belajar sesungguh- luas. Untuk lebih memudahkan memahami
nya tidak ada arti sebuah pendidikan, dengan belajar Schunk (2012) memberikan 3 kriteria
demikian belajar adalah alat vital dalam du-nia pembelajar: pertama belajar itu melibatkan
pendidikan (Muhibin, 2012). Ada bebe-rapa perubahan, pembelajaran dapat dinilai berda-
definisi tentang belajar sebagai berikut: sarkan apa yang diucapkan, apa yang dilaku-
Cronbach (1954), yang berpendapat bahwa, kan, perubahan yang dimaksud diakibatkan
“learning is shown by a change in behavior as oleh interkasi individu secara sadar dengan
a result of experience” belajar itu adalah lingkungan, perubahan itu terjadi bukan ka-
memperlihatkan perubahan dalam perilaku rena tiba-tiba melainkan ada usaha (Suryab-
sebagai hasil dari pengalaman (dalam Sur-ya rata, 2012). Kedua belajar bertahan lama
Brata, 2012, h. 231) pegnertian ini lebih artinya perubahan perilaku yang sifatnya se-
menitik beratkan kepada perubahan seseo-rang mentara tidak dapat dikatakan sebagai hasil
yang diakibatkan dari pengalaman masa lalu. dari proses belajar. Ketiga belajar itu terjadi
Burton (1962) yang dikutip oleh Mappa dan melalui pengalaman. Belajar dapat dilakukan
Basleman (2011, h. 7-11) ”learning is a dimana saja dan kapan saja tidak harus di
change in the individual, due to interaction of tempat-tempat formal. Yusuf (1982) memba-gi
that individual and his environment, which tempat belajar itu menjadi 4 bagian.
fills a need and makes him more capable of
dealing adequately with his environment”,
belajar adalah suatu perubahan dalam diri
individu sebagai hasil interaksinya dengan

95
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

Tabel 1 Tempat Memperoleh Proses Belajar penanman nilai-nilai (transfer of values) oleh
seorang guru/instruktur kepada peserta didik.
Guru/
Disengaja Tidak Disengaja
Kedua ada isi/materi, yang disebut bela-jar
Anak didik
Pendidikan
adalah penyampaian materi oleh seorang
Formal Pendidikan guru/instruktur kepada peserta didik dengan
Disengaja Pendidikan Non Informal harapan penguasaan materi pelajaran (sub-ject
formal
Pendidikan Pendidikan centered teaching) oleh peserta didik. Ketiga
Tidak Disengaja Informal Insidental ada metode, pemilihan metode yang kurang
Sumber : Yusuf (1982, h.65) tepat merupakan kesalahan fatal da-lam proses
Pendidikan formal adalah proses belajar belajar, yang akan mengakibatkan peserta
yang diperoleh melalui jalur pendidikan yang didik sulit dalam menguasai materi akhirnya
terstruktur dan berjenjang, pendidikan non tujuan tidak tercapai. Menurut Ro-estiyah
formal proses belajar yang diperoleh diluar (1988) metode pembelajaran dianta-ranya
pendidikan formal secara pontensial dapat sebagai berikut: metode diskusi, meto-de
menggantikan atau menunjang pendidikan simulasi, metode demonstrasi dan metode
formal dalam aspek-aspek tertentu, pendi- ceramah. instruktur dituntut untuk mengua-sai
dikan Informal proses belajar yang dipero-leh berbagai metode pembelajaran sehingga
dari pengalaman kehidupan sehari-hari, mencerminkan seorang instruktur yang pro-
pendidikan insidental orang belajar sesuatu fesional dalam bidangnya (Kunandar, 2011)
tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk karena satu metode pembelajaran hanya da-pat
mempelajari hal tersebut” (Riyanto, 2006, h. digunakan pada tujuan-tujuan tertentu.
52). Belajar sebagai proses perubahan tentu Keempat ada media, walaupun fungsinya
memiliki sistem yang baik, sehingga kompo- hanya sebagai alat bantu namun tidak kala
nen-komponen yang ada di dalam sistem bisa penting juga dari komponen lain, media sa-
bekerja sama. Menurut sanjaya (2006) kom- ngat membantu peserta didik dalam pengua-
ponen belajar itu sebagai berikut: saan materi. Komponen terakhir dalam pro-ses
Pertama ada tujuan, karena tujuan menen- belajar adalah evaluasi, banyak cara yang
tukan materi yang akan disampaikan, secara dapat dilakukan oleh guru/instruktur dalam
umum Sardiman (2012) mengkategorikan tahap evaluasi, bisa dilakukan dengan penu-
tujuan belajar menjadi tiga jenis yaitu: untuk gasan di rumah bisa juga dilakukan post-tes.
mendapatkan pengetahuan (knowledge), pe- Evaluasi berfungsi untuk mengetahui tingkat
nanaman konsep (understanding) serta kete- keberhasilan peserta didik dalam mencapai
rampilan (skill), dan pembentukan sikap (atti- tujuan yang telah dirumuskan.
tude). Manusia dapat dinilai melalui perilaku, Belajar memang melibatkan multi aspek di
individu dapat memperbaiki perilaku melalui dalam diri manusia yaitu: aspek kognitif yang
proses belajar, karena tingkahlaku itu bersifat menjadikan seseorang bertambah pengetahu-
keseluruhan (molar) dan bukan bagian-bagi-an annya (knowlage) dan memiliki kemampuan
(molecular), Tolman (1932: 14-16) dalam berfikir yang tinggi, aspek afektif yang akan
Suryabrata (2012, h. 229). Pembentukan si- mempengaruhi kepribadian seseorang dalam
kap dan mental ini tidak akan terlepas dari berperilaku serta aspek psikomotorik yang
menuntut diri memiliki keterampilan-kete-

96
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

rampilan khusus dalam menghadapi kehi- sehingga dapat diberikan intervensi yang se-
dupan. Menurut Sukardjo dan Komarudin sui dengan bagian itu. Menurut Sutadi (2014,
(2009) ketiga aspek ini memiliki sifat yang h. 6) ABA adalah ilmu atau metode terapan
berbeda tapi dalam situasi pembelajaran se- (teknis-praktis) yang menggunakan prosedur
muanya menjadi satu. perubahan perilaku untuk mengajarkan anak
Dalam melaksanakan proses berlajar-- autis menguasai berbagai aktivitas dengan
mengajar ada beberapa tahapan yang harus ukuran nilai-nilai standar yang ada di masya-
dilalui, secara umum tahap-tahap pembel- rakat, dengan cara memecah berbagai aktivi-
ajaran menurut Slameto (1991) mencakup tas kompleks menjadi bagian-bagian kecil,
persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak kemudian diajarkan/dilatih secara intensif,
lanjut. Ryanto (2009, h. 132-134) menjelas- sistematik, dan terstruktur. Jika mengamati
kan ketiga tahapan tersebut sebagai berikut: pengertian dari Sutadi ada beberapa hal yang
Tahap pemula (Pra-Instruksional) dimana menjadi kata kunci dalam memahami meto-de
seorang instruktur mempersiapkan sebelum ABA yaitu: Nilai-nilai standar yang ada di
memasuki proses belajar mengajar, Tahap masyarakat, bagian-bagian kecil, sistematis,
pengajaran (Instruksional) seorang terstruktur dan, terukur.
instruktur telah melaksanakan penyajian Kunci keberhasilan dalam metode ABA
materi yang telah di persiapkan pada tahap (Mulyadi dkk, 2014) yaitu: Intervensi dini,
pemula. Ta-hap Penilaian dan Tindak Lanjut jika bisa sebelum anak berusia tiga tahun.
(Evaluasi) dilakukan untuk mengetahui Intensif, dilakukan empat puluh jam/ming-
sejauh mana pe-mahaman peserta didik gu, maksimal selagi mata anak melek (all
terhadap materi yang disampaikan. waking hourse) lebih kurang 7x8=56 jam.
Optimal berkaitan dengan mutu siapa yang
2. Metode Applied Behavior Analysis (ABA) melaukan, karena akan berhubungan dengan
Applied behavior analysis terdiri dari tiga perancangan kurikulum dan assessment. Da-
suku kata yaitu: Apllied (terapan), sesuatu lam metode ABA ada satu teknik yang
yang sudah bisa langsung digunakan secara sering digunakan yaitu teknik discrete trial
teknik dan praktis karena sudah melalui pro- training (DTT) menurut Liza dan Sutadi
ses pengujian (eksperimen). Behavior (pe- (2014) DTT adalah cara untuk melatih anak
rilaku), sesuatu yang bisa dilihat, dirasakan autis dengan melakukan uji coba, dilakukan
dari apa yang dikatan oleh seseorang. Anal- secara terpi-sah atau paket per paket. ABA
ysis (analisis), menguraikan menjadi bagian memiliki dua konsep utama yaitu: operant
kecil dan mempelajarinya, hasilnya dimodi- conditioning (Skinner, 1938) dan respondent
fikasi atau diintervensi dimana perlu. Kunci conditioning (Pavlov, 1989).
dari analisis ini adalah intervensi dan modi- Prinsip operant conditioning, stimulus
fikasi jika tidak dilakukan bearti hanya asse- yang diberikan akan mempengaruhi perilaku,
sssment saja setiap reaksi/gerakan yang terjadi pada anak
Berdasarkan pengertian di atas ABA ada- akan mendapatkan konsekuensi berupa im-
lah sebuah ilmu terapan yang digunakan un- balan dari perbuatan yang dia lakukan, kon-
tuk mempelajari perilaku autis agar dapat di- sekuensi yang menyenangkan akan memper-
ketahui perilaku mana yang ada kejanggalan kuat perilaku sebaliknya konsekuensi yang

97
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

tidak menyenangkan perilaku tidak akan ber- selesai dilakukan untuk memberikan koreksi
ulang. Dalam prinsip operant conditioning ini pada anak (Sutadi, 2014).
dikenal denganprinsip ABC yaitu: antes-
cedence – behavior – consequence. berawal 3. Kesejahteraan Sosial
dari instruksi yang diberikan kemudian akan
Elizabeth Wickenden memiliki pandang-
mempengaruhi perilaku anak, perilaku itu ha-
an tersendiri tentang kesejahteraan sosial
rus diberikan penguatan atau imbalan, seperti
sebagai mana yang dikutip oleh Adi (1994,
ibu memanggil anak, jika anak datang dibe-
h. 4) Social welfare includes those laws,
rikan imbalan berupa es-krim, jika imbalan itu
programs, benefits, and services which as-
menyenangkan bagi anak bearti setiap ibu
sure of strengthen provisions for meeting
memanggil anak akan datang, jika anak tidak
social needs recognized to the well-being of
datang yang dilakukan ibu adalah feed back
the population and the better functioning of
dengan cara ulangi memanggil anak, jika ma-
the social order (kesejahteraan itu didalam-
sih tidak datang dibantu anak untuk datang,
nya termasuk peraturan perundang-undang-
anak datang dikasih reward atau hadiah.
an, program, tunjangan dan pelayanan yang
Prinsip respondent conditioning ada 2 menjamin atau memperkuat pelayanan untuk
ciri: pertama perilaku bersifat reflektif mak- memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar
sudnya perilaku timbul dengan sendirinya dari masyarakat serta menjaga ketenteraman
(secara otomatis), kedua perilaku ditimbul- dalam masyarakat).
kan oleh stimuli sebelum-sebelumnya yang Pengertian di atas terlihat begitu luasnya
cukup jauh terpisah dari konsekuensi dari ruang lingkup kesejahteraan sosial hampir
perilaku memasuki keseluruhan aspek kegiatan ke-
Dalam pelaksanaan terapi autis, terapis
hidupan manusia. Kesejahteraan sosial pada
maupun asisten terapis harus memahami dasarnya adalah usaha yang menjadikan ke-
prinsip aba itu sendiri diantaranya sebagai hidupan manusia lebih berkualitas dan ber-
berikut: Memecahkan keterampilan men-jadi makna, usaha itu bisa dilakukan oleh diri
berbagai aktivitas sampai menjadi ba-gian- sendiri maupun instansi.
bagian terkecil sehingga mudah untuk dikuasai Kesejahteraan sosial dapat dilihat dari
anak, orang tua atau terapis harus mengajarkan berbagai sudut pandang sebagai mana yang
secara sistematis, terstruktur dan terukur, diklasifikasikan oleh Adi (2013, h. 34-38)
dilatih secara one-on-one, dalam sebagai berikut: Kesejahteraan sosial seba-gai
melaksanakan metode ABA harus memiliki suatu keadaan (kondisi), memaknai kese-
satu anak, satu terapis, satu asisten terapis dan jahteraan sosial jika di anggap sebagai suatu
satu ruangan, anak dilatih berulang-ulang kondisi dapat dilihat dari rumusan Undang--
sampai anak bisa melakukan tanpa bantuan Undang no 11 Tahun 2009 yang menyatakan
(prompt) dari asisten maupun dari terapis,
bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu kon-
dilakukan secara bertahap, meminimalisir in-
disi terpenuhinya kebutuhan material, spiri-
struksi tambahan, dilakukan dalam keadaan
tual, dan sosial warga Negara agar dapat hi-
menyenangkan, tidak boleh menggabungkan
dup layak dan mampu mengembangkan diri,
beberapa aktivitas, jangan biarka kesalahan
sehingga dapat memaknai fungsi sosialnya.

98
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

Kesejahteraan sebagai kondisi terlihat dari pada umumnya. Individu atau kelompok yang
definisi yang dikemukakan oleh Midg-ley akan melakukan kegiatan tersebut harus
(1995) dalam Adi (2013, h. 35) “a state or memiliki skill dalam menganalisis suatu per-
condition of human well-being that exis-ts masalahan pada komunitas saran, dan mam-pu
when social problems are managed, when mengklasifikasikan usulan-usulan yang
human needs are met, and when social op- diberikan oleh kelompok sasaran, apakah
portunities are maximized” (suatu keadaan usulan tersebut memang kebutuhan (needs)
atau kondisi kehidupan manusia yang tercip-ta atau hanya sekedar keinginan (wants) dari
ketika berbagai permasalahan sosial dapat mereka. Karena tidak jarang konsep ini me-
dikelolah dengan baik; ketika kebutuhan ma- nimbulkan permasalahan-pada kelompok sa-
nusia dapat dipenuhi dan ketika kesempat-an saran disebebkan para pemberi layanan tidak
sosial dapat dimaksimalisasikan) terlihat bisa membedakan konsep kebutuan dengan
dalam definisi ini kesejahteraan sosial itu di keinginan (adi, 2007).
klasifikasikan kedalam 3 elemen yaitu masa-
lah dapat di atasi, kebutuhan dapat dipenuhi METODE
dan kesempatan untuk mengembangkan diri
Penelitian ini menggunakan pendekat-an
tersedia yang difasilitasi oleh Negara Ketiga
kualitatif dengan jenis deskriptif, dengan
unsur ini berlaku untuk individu, keluarga,
tujuan dapat menyajikan gambaran yang
komunitas bahkan seluruh masyarakat (Suud,
lengkap, detail dan spesifik mengenai proses
2006).
pelatihan terapi autis yang dilaksanakan di
Kesejahteran sosial sebagia suatu kegi-
lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tangerang.
atan, dapat dilihat dari definisi yang dikem-
Jenis sampel yang digunakan adalah non-pro-
bangkan oleh Friendlander (1990) sebagai
bality sampling, karena tidak semua orang atau
mana yang dikutip oleh Fahrudin (2012, h.
kelompok yang bisa dijadikan sampel dalam
9) “Social welfare is the organized system of
penelitian ini, sampel yang dijadikan adalah
social services and institutions, designed to
subjek yang dapat menggambarkan fenomena
aid individuals and groups to attain
di lapangan yang terkait dengan proses
satisfyng standards of life and health”
pelatihan terapi autis yang dilaksa-nakan di
(kesejahteran sosial adalah sistem yang
lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tangerang.
terorganisasi dari institusi pelayanan sosial,
Teknik pemilihan informan ada-lah purposive
yang dirancang un-tuk membantu individu-
sampling, memilih informan yang dianggap
individu dan kelom-pok-kelompok guna
dapat memberikan informasi dan peneliti
mencapai standar hidup dan kesehatan yang
memiliki pertimbangan yang se-suai dengan
memadai atau memuas-kan).
tujuan penelitian.
Mengamati pengertian dari Friendlander
Alasan pengambilan sampel secara pur-
ini mengindikasikan bahwa kesejahteraan-
posive dikarenakan dari data awal sudah
sosial itu sebagai suatu sistem kegiatan yang
diketahui siapa yang terlibat dalam proses
terencana untuk meningkatkan kualitas hi-
pelatihan terapi autis yang dilaksankan di
dup individu dan kelompok, kegiatan-kegi-
lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tangerang.
atan yang direncanakan selalu bertujuan un-
Siapa yang melakukan dan apa materi yang
tuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
disampaikan, berkenaan dengan hal tesebut

99
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

sehingga sudah diketahui sekilas tentang 1 Tangerang ditemukan beberapa rangkaian


stu-asi dan kondisi serta siapa yang akan kegiatan mulai daripendaftaran peserta hing-
dijadi-kan informan dalam penelitian ini. ga sistem evaluasi. Rangkaian kegiatan itu
Teknik pengumpulan data dilakukan me- seperti berikut: pertama pendaftaran, meka-
lalui beberapa cara yaitu: wawancara men- nisme pendaftaran dilakuakn dua cara yaitu:
dalam (In-Depth interview), observasi, dan (1) Melalui media sosial, seperti facebook,
studi literatur atau dokumentasi. Observasi twitter, website klinik intervensi dini applied
bertujuan untuk melihat, mendengarkan dan behavior analysis (KIDABA), (2) Mendaftar
mengamati perilaku subjek baik verbal ma- langsung melalui asisten instruktur. Pendaf-
upun non verbal serta memahami kejadian taran yang dilakukan melewati media sosial
yang sesungguhnya dilapangan, dengan me- hanya mengirimkan curriculum vitae, se-
tode observasi sipeneliti dapat mengetahui mentara peserta yang melakukan pendaftara
dan memahami secara langsung proses pe- langsung tidak terlalu sulit prosedurnya, ting-
latihan autis yang dilakukan oleh warga bi- gal mendatangi klinik ABA atau menemui
naan X di lembaga pemasyarakatan kelas 1 langsung asisten instruktur. Melihat stuasi dan
Tangerang. kondisi ruangan pelatihan peserta diba-tasi
Teknik analisis data dilakukan dengan cara maksimal 20 orang, hal ini dilakukan un-tuk
menelaah dan mengorganisir seluruh data yang kelancaran proses pelatihan, serta men-jaga
sudah dikumpulkan melalui wa-wancara, suasana ruangan tetap kondusif. Ideal peserta
observasi, studi literatur dan do-kumentasi itu tidak melebihi 20 orang, karena di dalam
agar dapat dipolarisasikan untuk menemukan pelatihan akan dilaksanakan simulasi, hal itu
tema yang sesuai dengan kajian penelitian, membutuhkan banyak tempat.
sehingga mudah untuk diceritakan atau Kedua perizinan, pelatihan bisa dilaksa-
dideskripsikan berkenaan dengan feno-mena nakan apabila peserta telah mencapai batas
sosial yang terjadi. Inti dari analisis data minimum yaitu 10 orang, kemudian lembaga
adalah proses perbandingan data yang sudah swadaya masyarakat (LSM) yang fokus di
dikumpulkan. Teknik analisis data me-lalui bidang autis menyurati ketua lembaga pema-
tiga tahap yaitu data satu data yang di-peroleh syarakatan kelas 1 Tangerang, jika disetujui
dari listen, observasi dan interview, tahap pihak lapas baru pelatihan bisa dilaksanakan di
kedua data yang di peroleh dari sound lembaga pemasyarakatan. Mekanisme per-
recording, visual recording dan field note, izinan diurus oleh sebuah lembaga swadaya
sementara data tiga diperoleh dari short and masyarakat, baik itu untuk meminta izin war-
classify, open coding, axial coding, selective ga binaan X untuk menjadi instruktur dalam
coding dan interpret& elaborate, data tiga pelatihan tersebut maupun izin untuk mela-
merupakan proses penyeleksian yang akan kukan kegiatan pelatihan di lembaga pema-
diproses untuk laporan akhir (Ellen 1998 da- syarakatan.
lam Neuman, 2006, h. 468). Pelatihan yang dilaksanakan di lembaga
pemasyarakatan kelas 1 Tangerang disesu-
HASIL aikan dengan waktu warga binaan, karena
Dalam pelatihan terapi autis yang dilak- warga binaan memilik tugas-tugas tertentu di
lembaga pemasyarakatan, tidak ada perlaku-
sanakan di lemabga pemasyarakatan kelas

100
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

kan khusus bagi warga binaan X (instruktur) disepakati antara instruktur dengan peserta
dan lembaga pemasyarakatanpun tidak boleh didik, untuk peserta tidak memiliki klaster
menfasilitasi mereka secara khusus. Sebagai umur secara khusus.
warga binaan instruktur harus melaksanakan Proses pelatihan terapi autis yang dilak-
kewajibannya sebagaimana warga binaan la- sanakan di lembaga pemasyarakatan kelas 1
innya, harus melaksanakan apel setiap pagi Tangerang, bisa dikatakan melaksanakan
dan tugas-tugas lainya. proses pembelajaran karena telah memenuhi
Ketiga pelatihan, dalam pelatihan terse-but kompenen-komponen pembelajaran itu sen-
menggambarkan terjadinya proses bela-jar diri, seperti ada Tujuan menambah pengeta-
mengajar, karena ada yang memberikan materi huan dan wawasan, memberikan konsep-kon-
dan ada penerima materi. Dari berba-gai sep, serta mampu menjadi terapis profesional
sumber bahkan pengakuan dari beberap dalam menangani anka-anak autis tersebut,
peserta menyatakan bahwa pelatihan terapia ada materi yaitu metode applied behavior
autis yang diselenggarakan di lembaga pe- analysis (ABA), meskipun materi biomedi-cal
masyarakatan kelas 1 Tangerang, memberi- intervensi teraphy (BIT) disinggung juga,
kan pengalaman baru, pengetahuan baru, ser-ta tetapi tidak begitu mendalam, yang menjadi
dapat menambah wawasan tentang autis, materi pokok dalam pelatihan tersebut ada-lah
bertambahnya pengetahuan serta wawasan ABA. Dalam pelatihan memakai metode yang
peserta pelatihan dapat mengakibatkan per- bervarian disesuaikan konten mate-ri yang
ubahan perilaku mereka di lingkungannya, disampaikan, secara umum metode yang
seperti semakin tingginya kepedulian mereka digunakan seperti, metode ceramah, tanya
terhadap anak autis, dapat membantu autis, jawab, diskusi, demontrasi, dan simu-lasi.
serta mampu menularkan pengetahuan terse- Media yang digunakan seperti lapptop,
but kepada masyarakat sekitar terutama ke- infokus, power point dalam menyampaikan
pada orang tua yang memiliki anak autis. materi, modul pelatihan ABA, dan memiliki
Pelatihan terapi autis yang dilaksanakan di system evaluasi yang jelas
lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tang-erang, Keempat studi banding, bentuk kegiat-an
dapat dikategorikan sebagai pendi-dikan Non selanjutnya setelah pelatihan di lembaga
Formal dikarenakan kegiatannya dilakukan di pemasyarakata kelas 1 Tangerang adalah
luar sekolah dan di luar sistem pendidikan peserta melakukkan studi banding ke klinik
formal, namun secara pontensial mampu intervensi dini applied behaviora analysis
menggantikan dan menunjang pen-didikan (KIDABA), guna melihat pelaksanaan tera-pi
formal dalam aspek-aspek tertentu, seperti autis dengan menggunakan metode ABA oleh
keterampilan dalam menanganai anak autis orang-orang profesional, kegiatan ini dipandu
dengan menggunakan metode ABA. oleh asisten instrukutur, dikarenakan instrutur
Pendidikan non formal pesertanya umum, masih berstatus warga binaan lem-baga
tidak ada klaster spesifik sesuai tahap per- pemasyarakatan kelas 1 Tangerang.
kembangan peserta didik, seperti yang ada di Dalam kegiatan studi banding perserta
pendidikan formal, dan dalam pelaksanaan- pelatihan tidak hanya melihat proses terapis
nya juga tidak ada rentang waktu yang meng- autis, melainkan dapat mencocokan ilmu
ikat, jadwal pelatihan dimusyawarahkan atau yang telah mereka peroleh dari instruktur

101
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

ketika pelatihan terapis autis selama empat masing-masing, selain membuat laporan ha-
hari yang dilaksanakan di lembaga pema- rian, peserta pelatihan juga harus mengikuti
syarakatan kelas 1 Tangerang, dan peserta meeting bulana, kegiatan ini dilakukan satu
dapat juga mempelajari cara penanganan kali sebulan bagi peserta yang berada di wi-
kasus-kasus yang ditemukan oleh terapi pro- layah Jakarta, bogor, depok, Tangerang, be-
fesional ketika berhadapan langsung dengan kasi dan bandung, namun untuk peserta yang
anak-anak autis. Studi banding yang dipan-du berada di luar itu diadakan pertemuannya se-
oleh asisten instruktur ini, juga memiliki kali dalam tiga bulan, pertemuan bulana ini
tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pe- diadakan di lembaga pemasyarakatan kelasa 1
serta pelatihan ketika berada di KIDABA, Hari Tangerang bersama instruktur
pertama diberikan kuis berkenaan de-ngan Laporan bulanan dibahas secara bersama--
materi selama pelatihan, hari kedua dan ketiga sama, karena isi dari laporan bulanan itu ter-
belajar memberikan penilaian serta diri dari perkembangan anak yang dilakukan
simulasinya ketika proses terapi, hari ke em- setiap hari, dilihat dari buku kom atau laporan
pat belajar teknik plus simulasi sampai hari harian, selain itu ada juga catatan-catatan ke-
kelima, hari ke enam simulasi terapis dalam cil dari peserta pelatihan yang berisi tentang
teaching room tapi belum bersama anak au-tis, kasus-kasus yang mereka temukan di lapang-
hari kedelapan menghapal struktur DTT, dan an, masalah ini akan dibahas secara bersama,
hari kedelapan masuk kedalam teaching room dimana letak kesalahan yang dilakukan oleh
bersama anak penyandang autistik, da-lam terapis ketika melaksanakan sesi terapi bersa-
teaching room peserta tidak langsung menjadi ma anak penyandang autistik
terapis ada lagi tahapannya, awal-nya menjadi Masalah yang ditemukan di lapangan oleh
asisten terapis tugasnya hanya melakukan peserta pelatihan tentu memiliki keberagam-
penilaian, selanjutnya asisten te-rapis dengan an, dan berbeda kasus yang dialami, pada
tugas memberikan promt tanpa penilaian, meeting bulanan ini tidak semua kasus yang
kemudian menjadi asisten terapsi dengan tugas dapat diselesaikan, namun setidaknya ada ke-
promt sekalian melakukan pe-nilaian, miripan kasus yang dialami oleh peserta lain,
selanjutnya baru jadi terapis tapi ti-dak jadi teknik dalam meeting bulana itu melihat
langsung satu sesi, awalnya untuk 10 menit, tingkat masalah, hal itu ditentukan oleh in-
ditingkatkan menjadi 20, ditingkatkan 30 struktur itu sendiri, masalah yang tidak dapat
menit sampai 1 jam, jika masih berhasil baru diselesaikan dalam meeting bulanan itu pe-
diberikan kesempatan untuk 1 sesi atau 1,5 serta bisa mengirim laporan atau surat lang-
jam. sung kepada instruktur ke lembaga pemasya-
Kelima kegiatan lanjutan, monitoring yang rkatan kelas 1 Tangerang. Meeting bulanan itu
dilakukan oleh instruktur dan asisten juga dijadikan sebagai wadah pertemuan bagi
merupakan bagian dari kegiatan lanjutan, terapis, dan tempat curhat berkenaan dengan
monitoring berguna untuk menjaga pengeta- kasus-kaus yang ditemui di lapang-an, pada
huan dan keilmuan peserta. Setelah pelatihan meeting bulanan ini berbagai solusi dapat
tugas peserta selanjutnya adalah membuat ditemukan oleh peserta meeting, baik
buku komunikasi (buku kom), laporan hari-an rekomendasi dari instruktur maupun dari te-
yang dilakukan selama menghadapi klien man-teman sendiri.

102
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

Keenam ujian, ujian biasanya dibagi men- pemasyarakatan. Perizinan dilakukan tidak
jadi dua tipe yaitu ujian tertulis dan ujian hanya untuk melakukan kegiatan pelatihan
praktek, untuk pelaksanaan ujian tertuls di- di lembaga pemasyarakatan saja melainkan
selenggarakan di KIDABA bersama asisten meminta izin wargabinaan X untuk menjadi
instruktur, dan ujian lisan dan praktek dilak- instruktur dalam pelatihan tersebut.
sanakan di lembaga pemasyarakatan kelas 1 Pelatihan terapi ini terlaksana atas bantu-an
Tangerang bersama instruktur. Ujian yang berbagai pihak dan tidak hanya instruktur,
dilaksanakan tersebut merupaka salah satu seperti dalam pengurusan izin, perizinan diu-
sayarat dalam pengambilan sertifikat kompe- rus oleh sebuah lembaga swadaya masyara-kat
tensi oleh peserta pelatihan terapi autis, ser- yang fokus dalam penanganan autistik di
tifikat kompetensi khusus diberikan kepada Indonesia, baik itu untuk meminta izin warga
peserta yang mengikuti praktek di KIDABA binaan X untuk menjadi instruktur maupun
selama 3-6 bulan, sertifikat ini menerang-kan izin untuk melakukan kegiatan pelatihan di
kemampuan yang telah mereka kuasai, peserta lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tangerang.
yang tidak mengikuti praktek hanya diberikan Dalam pealtihan ini Peserta terbuka untuk
sertifikat pelatihan saja yang me-nerangkan umum tidak ada kualifikasi pendidikan khu-
bahwa peserta telah mengikuti pe-latihan sus, semua latar belakang pendidikan memi-
terapi autis, setelah selesai mengikuti liki kesempatan yang sama dalam mengikuti
rangkaian kegiatan seluruh peserta berhak pelatihan tersebut, baik berprofesi sebagai
mendapatkan sertifikat sebagai bukti bahwa dokter, psikolog maupun berprofesi sebagai
mereka telah mengikuti pelatihan terapi autis ibu rumah tangga. Kecuali untuk menjadi te-
dan telah memiliki kemampuan dalam mena- rapis profesional memang memiliki persya-
ngani autistik, sertifikat dikeluarkanoleh kli- rakatan khusus minimal kualifikasi pendidik-
nik intervensi dini KIDABA. annya strata satu.
Pelatihan terapi autis tersebut bisa dilak-
PEMBAHASAN sanakan apabila peserta telah mencapai batas
minimal yaitu 10 orang dan batas maksimal 20
Proses pelatihan terapi autis yang dilak-
orang. Hal ini merupakan suatu kelemah-an
sanakan di lembaga pemasyarakatan kelas I
pada tahap registrasi peserta kenapa harus
Tangerang secara umum memiliki tiga
menunggu peserta mencapai batas 10 orang
tahap-an yaitu: Tahap pra pelatihan,
artinya ketika peserta hanya terdaftar 3, 6 atau
pelatihan dan paska pelatihan.
9 orang pelatihan terapi belum bisa di-
Pertama tahap pra pelatihan, kegiatan yang
laksanakan. Memang dalam proses pelatihan
dilakukan dalam tahap ini adalah pem-bukaan
ada kegiatan simulasi atau bermain peran,
pendaftaran dan pengurusan perizin-an,
namun untuk melakukan simulasi tatalaksa-na
pendaftaran dilakukan dengan cara dua model
ABA cukup dengan tiga orang yaitu: satu
yaitu melalui media sosial dan pendaf-taran
orang sebagai terapi, satu orang sebagai asis-
langsung dengan mendatangi instruk-tur di
ten terapi dan dan satu orang berperan seba-gai
lembaga pemasyarakatan, sedangkan
penyandang autistik.
perizinan, kegiatan yang berkaitan dengan
Kedua tahap pelatihan, pelatihan yang di-
surat menyurat karena semua kegiatan warga
laksanakan di lembaga pemasyarakatan kelas
binaan harus dalam kontrol petugas lembaga

103
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

I Tangerang merupakan suatu kegiatan yang yang dibutuhkan dalam proses pelatihan ter-
unik dan menarik, karena kegiatannya tidak sebut.
dilakukan oleh banyak orang, pada umumnya Kemudian pelatihan tidak memiliki jad-
instruktur yang didatangi dari luar lembaga wal permanen seperti pelatihan-pelatihan
pemasyarakatan untuk memberikan pembi- keterampilan lainnya yang menjadwalkan 1
naan atau pelatihan kepada warga binaan, kali dalam sebulan, namun kegiatan pe-
tetapi kali ini berbanding terbalik instruktur- latihan terapis autis dilakukan sesuai kebu-
nya dari warga binaan, peserta pelatihan yang tuhan dari masyarakat saja dan jadwalnya
didatangi dari luar lembaga pemasyarakatan. disepakati antara instruktur dengan peserta
Dalam pelatihan ini peserta dikategorikan pelatihan, meskipun demikina pelatihan ini
menjadi dua, pertama pihak lembaga perma- dapat menunjang pendidikan formal dalam
syarakatan terdiri dari tim medis dan warga aspek tertentu, sebagai contoh ketika seseo-
binaan yang masa tahanannya hampir ber- rang berprofesi sebagai dokter (gelar akade-
akhir, kedua masyarakat umum dari luar la-pas mik yang diperoleh dari pendidikan formal)
terdiri dari terapis, orang tua anak autis, D3 menghadapi pasien penyandang autis, mere-
kebidanan, keperawatan dan para dokter yang ka lebih terampil dan lebih cepat mengambil
menekuni dunia autis. tindakan, karena dalam pelatihan terapis
Pada pelaksanaan pelatihan terapi autis di autis yang dilaksanakan di lembaga
lembaga pemasyarakatan kela 1 Tangerang pemasyarakat-an kelas 1 Tangearang telah
memperlihatkan terjadinya sebuah proses dibekali dengan dua metode oleh instruktur,
belajar karena ada yang mengajar yaitu in- yaitu ABA khu-sus untuk perilaku dan
struktur dana ada yang belajar yaitu peserta metode biomedical intervenci teraphy (BIT)
pelatihan terapi autis. Kategori Belajar dalam yang berhubungan dengan medis.
Pelatihan Terapi Autis tersebut termasuk ke- Pelatihan terapis autis yang dilaksankan
dalam pendidikan non formal karena kegiat- di lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tange-
annya diselenggarakan dengan sengaja dan rang telah memenuhi komponen-komponen
sistematis, waktu pelaksanaannya disesuai-kan pembelajaran itu sendiri sebagai berikut: ada
dengan warga binaan X sebagai instruk-tur Tujuan, tujuan merupakan komponen yang
dalam pelatihan tersebut, pelatihan terapis pertama dalam proses belajar mengajar, tu-
autis ini terselenggara atas dasar, kebutuhan juan itu menentukan arah pembelajaran yang
masyarakat akan keterampilan dalam mena- akan dicapai, tujuan juga menentukan bahan
ngani masalah autis. ajar atau materi yang akan disampaikan oleh
pelatihan terapi autis yang diselengga- instruktur. Tujuan dalam proses belajar se-
rakan di lembaga pemsayarakatan kelas 1 cara umum mencangkup tiga hal, pertama,
Tangerang termasuk non formal dapat dili- belajar itu untuk mendapatkan pengetahuan
hat pada tabel tempat memperoleh proses (knowledge). Kedua tujuan dari belajar itu
belajat. Pelatihan terapi autis tersebut tidak adalah untuk penanaman konsep (unders-
diselenggarakan secara tiba-tiba, perlu persi- tanding) dan keterampilan (skill). Ketiga
apan yang matang, baik dari segi persiapan membentuk sikap ( attitude). Peserta setelah
perizinan, tempat, waktu, peserta pelatihan/ mengikuti pelatiha terapi autis yang dilak-
murid, isntruktur/guru, materi serta media sanakan di lembaga pemasyarakatan kelas 1

104
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

Tangerang, mereka memiliki wawasan dan lankan teaching session, dan terukur artinya
pengetahuan baru, serta pemahaman konsep ada penilaian pada semua program dalam te-
ABA, wawasan dan pemahaman konsep ini aching Session, guna mengetahui anak sudah
yang akan mempengaruhi perilaku mereka atau belum menguasai kemampuan tertentu.
kedepannya. ABA adalah sebuah ilmu terapan yang dipa-
pelatihan terapi autis ini bertujuan, meng- kai guna untuk mempelajari perilaku anak
ubah pengetahuan peserta tentang autistik, penyandang autistik, metode ini merupakan
mengasah dan melatih keterampilan peserta metode terapan (teknis-praktis) yang meng-
dalam menjalankan metode ABA, dan meng- gunakan prosedur perilaku, serta mengajar-kan
ubah sikap peserta terhadap anak penyan-dang anak penyandang autistik agar mengua-sai
autistik. Pelatihan terapi autis tersebut berbagai kemampuan dasar yang sesuai
setidaknya memberikan tujuan kepada tiga dengan nilai-nilai di masyarakat.
aspek yaitu: pertama aspek kognitif, ditandai Dalam pelatihan terapi autis peserta ha-
dengan bertambahnya pengetahuan (know- rus memahami definisi ABA teknik-teknik
ledge) dan luasnya wawasan mereka dalam pelaksanakan ABA, peserta pelatihan harus
memahami autis, kedua aspek afektif ditan-dai memahami lima tanda kunci dalam metode
dengan perubahan perilaku (attitude), mampu ABA yaitu: Perilaku yang diajarkan harus
memperlakukan anak-anak autis de-ngan baik sesuai dengan nilai-nilai yang ada dimasya-
karena peserta telah memiliki pe-ngetahuan rakat, mengajari anak per paket, kegiatan
tentang autistik, dan ketiga aspek dilakukan dengan cara sistematis, kegiatan
psikomotorik, mereka memiliki keterampilan dilakukan secara terstruktur, hasilnya dapat
(skill) khsusus dalam menangani autis karna diukur (kasat mata). Untuk memperoleh
telah memahami teknik ABA dalam pelatih- hasil yang maksimal selain memahami lima
an. tanda kunci dalam ABA kegiatannya harus
Komponen selanjutnya dalam proses bel- dilaku-kan sesuai dengan prosedur yang
ajar adalah materi, komponen ini boleh di- telah di te-tapkan dalam metode ABA yaitu:
katakan sebagai komponen inti, karena yang intervensi dini, intensif, dan optimal
dinamakan dengan belajar itu adalah proses Intervensi dini maksudnya memberi-kan
penyampaian informasi/materi dari orang yang penanganan kepada anak penyandang autistik
ahli/instruktur kepada peserta didik. sedini mungkin agar peluang untuk
Mengingat pelatihan terapi autis ini bertujuan kesembuhan sangat besar, intervensi dire-
untuk memahami konsep ABA, maka materi komendasikan sebelum anak berumur tiga
yang disampaikan oleh instruktur terasebut tahun. Intensif maksudnya terapi yang dilak-
adalah seputar metode ABA. sanakan dengan menggunakan metode ABA
Materi ini salah satu metode yang efek- harus dilakukan secara terus menerus mini-mal
tif dalam penyembuhan anak-anak penyan- 40 jam dalam seminggu dan maksimal-nya
dang autis. Keunggulan dari metode ABA dilakukan selagi mata anak melek (all waking
adalah diajarkan secara sistematis artinya housrse) sekitar 56 jam. Optimal, hal ini
ada rangkaian yang jelas dalam kurikulum berkaitan dengan mutu atau kualitas, sum-ber
atau program yang diterapkan, terstruktur daya manusianya (SDM) harus teruji dan
artinya ada teknik yang jelas dalam menja- benar-benar menguasai metode ABA, siapa

105
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

yang akan melakukan terapis dan siapa kon- digunakan karena sangat sulit dikontrol oleh
sultannya, karena akan berhubungan dengan instruktur, Instruktur memiliki keterampilan
kurikulum dan melakukan assessment. berbicara dengan baik atau memiliki komu-
Metode ABA memiliki dua konsep nikasi interpersonal yang baik.
utama yaitu: operant conditioning (Skinner) Selain metode ceramah instruktur juga
dan respondent conditioning (Povlov). memakai metode tanya jawab pada hari per-
Peinsip operant conditioning juga dikenal tama, untuk menghidupkan suasana pembel-
dengan sebuatan ABC yaitu: antescedence - ajaran dalam pelatihan terapi autis Pada hari
behavi-or - consequence, dalam prinsipnya kedua sampai hari keempat instruktur meng-
stimulus yang diberikan akan mempengaruhi gunakan metode diskusi, demontrasi dan
perilaku pada anak autis, sementara untuk simulasi, materinya khusus pada ABA dan
siklus DTT prinsipnya juga sama dengan bagaimana cara penerapan ABA itu dengan
ABC setiap anak merespont benar selalu benar sesuai konsepnya. Metode diskusi da-pat
diberikan im-balan. untuk menghidupkan suasana pelatihan,
Pelatihan terapi autis ini dilaksanakan karena akan terjadi interaksi antara instruktur
selama empat hari. Pelatihan tersebut dibagi dengan peserta sehingga mengakibatkan pe-
menjadi dua kategori yaitu seminar dan plea- serta lebih aktif dalam proses pelatihan ter-
tihan ABA, hari pertama dinamakan dengan sebut, metode diskusi yang diterapkan oleh
seminar tentang penyandang autistik dan hari instruktur dapat memberika kesempatan dan
kedua sampai ke empat baru diselenggarakan peluang kepada peserta pelatihan untuk sa-ling
pelatihan terapis autis menggunakan metode tukar menukar pengalaman, informasi serta
ABA. Hari pertama materinya seputar sejarah strategi dalam menangani anak autis.
penyandang autis dari masa kemasa, penye- Metode diskusi juga menambah rasa ke-
bab terjadinya autis pada anak, mengetahui bersamaan sesama peserta, karena mereka bisa
gejala-gejala autistik pada anak, dan bagai- saling membantu satu sama lain dalam
mana seharusnya sikap orang dewasa kepada penyelesaian kasus-kasus yang mereka te-
anak autis. Materi hari kedua dan sterusnya mukan di lapangan, berbagi pengalaman yang
berkenaan dengan metode ABA, tatalaksana didapatkan, dan juga melatih peserta pelatihan
ABA, prinsip, pelaksanaan DTT, dan mela- dalam menyampaikan pernyataan--
kukan simulasi. pernyataanya dalama bentuk lisan, karena
Pada hari pertama metode ceramah lebih keberanian dalam menyampaikan pendapat itu
dominan dipakai oleh instruktur, Instruktur harus dikuasai oleh seorang calon terapis
menyampaikan materi lewat lisan/ceramah dalam menangani kliennya Metode diskusi
dikarenakan beberapa hal yaitu: Peserta pe- yang diterapkan oleh instruktur dapat mem-
latihan telah memiliki buku bacaan atau ba- bantu peserta dalam memahami modul sera-ta
han ajar yang akan disampaikan oleh instruk- buku panduan yang diberikan, dan dapat juga
tur, seperti smart ABA dan makala tentang membantu peserta dalam menyelesaikan kasus
melatih bicara penyandang autis menggu- yang sering dijumpai dilapanag. Topik diskusi
nakan ABA, Jumlah peserta pelatihan tidak biasanya berasal dari peserta, seperti
terlalu banyak, jika peserta pelatihan terlalu melaporkan kasus yang ditemukan di lapang-
banyak maka metode ceramah tidak efektif an, instruktur tidak akan menjawab langsung

106
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

atau memberikan solusi, melainkan membe- memberikan kesempatan kepada peserta un-
rikan kesempatan kepada peserta dalam me- tuk bermain peran atau memainkan peran
mecahkan masalah tersebut, instruktur akan orang lain, dalam pelatihan terapis tersebut
melihat kreatifitas peserta dalam memecah- kegiatan simulasi tentang pelaksanaan siklus
kan masalah, meskipun pada akhirnya in- DTT, suatu teknik yang sering dipakai
struktur akan meberikan rekomendasi dalam dalam metode ABA untuk menterapi anak.
menghadapi kasus tersebut. Semua aktivitas yang dilakukan bersama
Selanjutnya instruktur memakai metode penyan-dang autistik harus berbentuk DTT.
demonstrasi, metode ini dapat membantu para Simulasi pada kegiatan ini peserta
peserta pelatihan dalam memahami kon-sep mengambil peran yang ada dalam
dasar ABA. instruktur memperagakan perilaku menjalankan terapi yang se-benarnya, peran
anak autis, dan juga memperagakan teknik itu seperti, menjadi terapis, anak autis,
pemberian reward kecil oleh terapis, asisten terapis dan sebagai obse-ver.
pengaturan nada dalam informational “No” Simulasi yang dilaksanakan oleh instruk-
dan correctional “No”. Ketika metode de- tur dalam pelatihan tersebut dibagi menjadi
monstrasi yang digunakan oleh instruktur, dua bentuk, pertama simulasi yang memakai
tugas peserta hanya memperhatikan dengan naskah maksudnya peserta pelatihan diberi-
seksama apa yang diperagakan oleh instruk- kan skenario respont anak ketika melakukan
tur, serta mencatat hal-hal yang dianggap perlu terapi seperti benar-salah-benar, salah-benar--
ketika simulasi nantinya, pada metode salah dan sebagainya, kedua simulasi tanpa
demonstrasi peserta tidak diberikan kesem- naskah, tidak diberikan respont anak, semu-
patan dalam melakukan simulasi untuk se- anya diberikan kebebasan kepada peserta, apa
mentara waktu. yang harus dilakukan baik posisi sebagai
Metode selanjutnya yang dipakai adalah terapis, anak autis, asisten terapis ataupun
metode simulasi melakukan kegiatan seo-lah- observer, untuk posisi sebagai anak autis be-
olah kegiatan itu benar terjadi, simulasi ini bas melakukan apa saja ketika proses terapi,
merupakan kegiatan yang dilakukan se-belum tanpa diberitahu respont apa yang akan dibe-
memasuki kejadian yang sebenarnya, bisa juga rikan anak autis ketika proses terapi.
disebut dengan kegiatan persiap-an dalam Pada akhir pelatihan peserta mendapatkan
menghadapi kejadian nyata di la-pangan. kesempatan untuk melakukan terapi yang
Simulasi bertujuan untuk menam-bah sesungguhnya, dengan salah seorang anak
keterampilan peserta dalam menangani kasus- peserta penyandang autistik, lama terapisnya
kasus di lapangan. Metode simulasi sangat berkisar 5-10 menit, peserta benar-benar di-
membantu peserta pelatihan dalam memahami hadapkan dengan anak autis yang sesungguh-
materi yang disampaikan oleh instruktur dan nya. Pada terapi tersebut persis yang terjadi
metode simulasi juga berman-faat ketika melakukan simulasi kategori kedua,
menghidupkan suasana belajar, sehingga anak autis tidak bisa diprediksi respontnya
peserta pelatihan tidak merasa jenuh dengan ketika diberikan instruksi, tidak jarang anak
kondisi yang ada karena mereka diberikan memukul terapis, menangis, marah bahkan
kebebasan untuk bergerak dan beralih tem-pat menyemburkan air liurnya, dalam kondisi
dari posisi semula. Metode simulasi juga seperti ini dibutuhkan keterampilan terapis

107
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

sesuai konsep yang telah diajarkan ketika Ketiga tahap paska pelatihan, pelatihat
pe-latihan oleh instruktur. terapi autis ini memiliki sistem tindak lanjut
Instruktur menggunakan beragam me-dia yang jelasa, sehingga selesai pelatihan sela-ma
dalam pelatihan terapi autis, instruktur empat hari itu tidak berhenti sampai disi-tu,
memakai alat elektronik seperti laptop, se- melainkan ada kegiatan lanjutan yang me-
perangkat proyektor. Media tersebut sangat rupakan bagian dari follow up kegiatan yang
membantu para peserta pelatihan dalam dilaksanakan selama empat hari di lembaga
menguasai materi. Selain itu instruktur juga pemasyarakatan kelas 1 Tangearang. Bebera-
menggunakan powerpoint dalam menyajikan pa kegiatan yang dilakukan setelah pelatihan
materi agar peserta mudah memahami buku seperti studi banding ke klinik ABA, setelah
panduan yang telah mereka miliki. selesai pelatihan kegitan selanjutnya adalah
Pada hari terakhir pelatihan instruktur juga para peserta melakukan studi banding ke kli-
memutarkan sebuah video pendek ten-tang nik ABA guna melihat pelaksanaan tata lak-
tatalaksana terapi yang dilakukan oleh orang- sana terapi menggunakan metode ABA oleh
orang profesional memakai metode ABA orang-orang profesional.
dengan siklus DTT. Video ini dapat Dalam kegiatan studi banding ke KIDA-
meningkatan kemampuan dan keterampilan BA, dapat menambah keterampilan dan wa-
peserta dalam melaksanakan terapis yang wasan peserta pelatihan dalam menangani
sesungguhnya. Setelah pemutaran video atau melaksanakan tata laksanak terapi me-
pendek tersebut para peserta di minta untuk tode ABA yang benar. Dalam kegiatan ini
menanggapi proses terapi yang dilakukan instruktur tidak terlibat sama sekali, semua
olehorang-orang profesional tersebut dan di- aktivitas dalam kegiatan studi banding di-
sesuaikan dengan materi yang sudah diterima dampingi asisten instruktur. Dalam studi
selama pelatihan terapi dilaksanakan. banding ini peserta dapat melihat langsung
Komponen terakhir dalam proses belajar pelakasana proses terapi menggunakan me-
adalah evaluasi, yang berguna untuk meng- tode ABA
ukur tingkat keberhasilan dalam sebuah pro- Studi banding ini juga memiliki beberapa
gram, pelatihan yang dilaksanakan di lembag tahapan yang harus dilakukan oleh peserta
pemasyarakatan kelas 1 Tangerang memiliki pelatihan di klinik. Tahapan tersebut harus
beberapa bentuk evaluasi yang mulai dari diikuti dengan serius oleh peserta pelatihan
kunjungan ke klinik intervensi dini, membu-at agar ilmunya dapat diterapkan nantinya pada
buku komunikasi oleh peserta yang sudang klien masing-masing, karena dalam kegiat-an
menangani anak autis, meeting bulanan ber- tersebut begitu banyak tahapannya, agar
sama instruktur di lembaga pemasyarakatan peserta memahami pelaksanan terapis yang
dan melaksanakan ujian baik tertulis maupun sesungguhnya sesuai dengan metode ABA,
lisan. Namun dalam pelatihan terapi autis ini mulai dari cara penilaian yang dilakukan oleh
evaluasi tidak dimasukan kedalam kom-ponen asisten terapi, cara memberikan bantuan
pembelajaran seperti halnya yang ada pada (promt) kepada anak, serta cara pelaksanaan
komponen-komponen pembelajaran. Pada DTT yang benar. Jika diamati ada beberapa
pelatihan ini sistem evaluasi dimasukan tahapan yang harus dilalui oleh peserta pe-
kedalam kategori kegiatan paska pelatihan latihan untuk menjadi terapis yaitu: Sebagai

108
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

observer (pengamat), hanya bertugas meng- dinaikan menjadi 20 menit, 30 menit sampai
amati proses pelatihan yang dilakukan oleh 1 jam, jika peserta mampu melakukan terapi
terapis-terapis profesional, baik itu teknik selama satu jam maka akan diberikan
memberikan instruksi kepada anak, bemberi- kesem-patan untuk menangani anak-anak
kan hadiah, apa yang dilakaukan terapis jika autis sela-ma satu sesi (1,5 jam). namun
anaka bersikap of task dan sebagainya, sela-in apabila satu tahap peserta pelatihan
itu peserta juga mengamati cara penilaian yang melakukan kesalahan fatal terapi dihentikan,
dilakukan oleh asisten terapis dalam pe- Prinsipnya dalam setiap sesi adalah di-
laksanaan terapi. butuhkan ketelitian peserta dalam melaksa-
Sebagi penilai, tugas selanjutnya yang nakan tugasnya, karena setiap tahap akan di
harus dilaksanakan oleh peserta pelatihan lakukan evaluasi, seperti pada tahap kedua,
adalah melakukan penilaian dalam proses te- nilai yang diberikan oleh peserta akan dico-
rapis, menilai semua kejadian yang diamati cokan dengan nilai terapis profesional, apa-
selama satu sesi terapi, setelah proses terapi kah memiliki kesamaan atau terjadi perbe-
berakhir kemudian nilai antara pengamat di- daan, semuanya akan dilakuakn peninjauan
cocokan dengan penilaian terapis kembali, dan begitu juga pada tahap ke tiga
profesional yang sedang melakukan terapis. dan ke empat, apakah antara terapis dengan
Langkah se-lanjutnya peserta pelatihan asisten terapis dapat melakukan kerja sama
menjadi asisten terapis tanpa melakukan yang baik atau tidak, pada tahap ini kerjasa-ma
penilaian, tugasnya hanya mengkondisikan sangat menentukan keberhasilan terapi yang
anak autis, memberi-kan bantuan (promt) dijalankan. Terapis dengan asisten me-rupakan
jika anak tidak meres-pont instruksi dari satu kesatuan dalam pelaksanan pro-ses
terapis, pada sesi ini kerja sama antara terapis, pada tahap kelima setiap 10 menit
terapis dengan asisten sangat di utamakan. proses terapis dihentikan untuk melakukan
Tugas peserta pelatihan selanjutnya ada-lah evaluasi, apa kesalahan-kesalahan yang di-
menjadi asisten sekaligus melakukan lakukan oleh terapis selama 10 menit perta-
penilaian, pada tahap ini selain mengkon- ma, karena dalam prinsip dalam menjalankan
disikan anak serta memahami instruksi dari terapis adalah anak tidak pernah salah, apa
terapis, asisten juga melakukan penilain res- saja kasus-kasus yang ditemukan serta bagai
pont anak terhadap instruksi terapis. Menjadi mana cara menanggulanginya sehingga pada
terapis peserta diberikan wewenang sebagai 20 menit kedua tidak terjadi lagi kesalahan
terapis seutuhnya, pada tahap ini peserta ti-dak yang sama, setiap tahap dilakukan evaluasi
langsung melakukan terapi pada anak autis sampai satu sesi terapi
satu sesi penuh, namun bertahap untuk Kegiatan pelatihan itu tidak berhenti sam-
meminimalisir resiko yang mengakibatkan pai disitu saja, peserta dimonitoring oleh
kesalahan fatal, karena pada sesi ini peserta instruktur maupun asisten instruktur ketika
telah berhadapan langsung dengan anak-anak peserta telah menjalankan aktifitas mereka,
autis, tidak lagi kegiatan simulasi, awalnya baik yang berprofesi sebagai terapi maupun
peserta diberikan waktu 10 menit jika itu yang berprofesi sebagai orang tua yang me-
berhasil atau kesalahan tidak terlalu banyak lakukan terapi kepada anaknya sendiri, para
dilakukan oleh terapis, intensitas waktunya peserta masih memiliki tugas-tugas yang

109
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

harus diselesaikan agar mendapatkan hasil pada peserta yang mengikuti praktek di KI-
yang maksimal yaitu membuat laporan hari- DABA selama 3-6 bulan, sertifikat ini me-
an dan bulanan, pada setiap bulan dilakukan nerangkan kemampuan yang telah mereka
pertemuan di lembaga pemasyarakatan kelas kuasai, peserta yang tidak mengikuti praktek
I Tangerang bersama instruktur, tujuannya hanya diberikan sertifikat pelatihan saja
untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan yang menerangkan bahwa peserta telah
terapi yang sedang dilakukan peserta terha- mengikuti pelatihan terapi autis.
dap anak autis Ujian yang dilaksanakan merupakan rang-
Laporan harian yang dibuat peserta untuk kaian terakhir dalam proses pelatihan terapi
mengetahui perkembangan anak dan juga autis yang dilaksanakan di lembaga pemasya-
dapat menganalisis jika pada kemudian hari rakatan kelas1 Tangerang, ujian merupakan
ada masalah-masalah yang terjadi pada klien salah satu bentuk evalusai dalam proses pela-
yang ditangani oleh peserta pelatihan, contoh tihan tersebut dengan tujuan untuk mengeta-
anak terlalu lama untuk bisa melaksanakan hui tingkat keberhasilan peserta didik dalam
instruksi terapis atau terlalu lama dalam satu mencapai tujuan yang telah dirumuskan se-
materi, hal ini dapat dilihat dalam laporan ha- belum proses pelatihan dilaksanakan, selain itu
rian yang dibuat peserta, atau anak tidak mau ujian ini juga berfungsi untuk mengukur
lagi melakukan terapis, barangkali kegiatan kemampuan peserta dalam mempertahankan
sebelumnya dilakukan oleh terapis tidak me- ilmu yang telah diperolehnya serta mengukur
nyenangkan yang mengakibatkan kliennya keterampilan dalam menangani anak autis di
tidak nyaman, karena pada prinsipnya ABA lapangan.
dilakukan dalam keadaan menyenangkan, te- Manfaat Pelatihan Terapi Autis. Perma-
rapis dan asisten terapis harus mampu men- salahan autis juga menjadi permasalahan ke-
ciptakan ruangan menyenangkan bagi anak luarga yang harus ditangani dengan serius,
sehingga anak merasa nyaman dalam melak- baik dari pihak pemerintahan maupun dari
sanakan kegiatan terapis. lembaga swadaya masyarakat, demi
Kegiatan selanjutnya ujian untuk mengu-ji menjaga kualitas generasi bangsa masa
penguasaan materi, maupun teknik-teknik depan. Meng-atasi fenomena ini dibutuhkan
pelaksanaan terapi autis, ujian ini bertujun partisipasi dari seluruh elemen, kerja sama
memantapkan pengetahuan serta keteram-pilan yang kuat antara orang tua, guru, psikolog,
dalam melaksanakan terapi dengan metode terapis dan dokter agar penanganan anak
ABA. Ujian dilaksanakan dalam dua bentuk autis bisa lebih baik. Permasalahan autis
yaitu ujian tertuli dan ujian lisan. Uji-an adalah permasalah-an yang komplit mulai
tertulis dilaksanakan di klinik ABA rawa masalah makna yang dialamainya, masalah
mangun dan bekasi bersama asisten instruk- komunikasi maupun masalah sosial.
tur, namun untuk ujian lisan dan simulasi di- Masalah imajinasi, pada anak autis cende-
laksanakn di lembaga pemasyarakatan kelas 1 rung memilki imajinasi yang tinggi sehingga
Tangerang bersama instruktur. Ujian me- yang dikatakan mereka sulit untuk diterima
rupaka salah satu syarat dalam pengambilan oleh orang normal, ada bebrapa perbedaan an-
sertifikat kompetensi oleh peserta pelatihan, tara orang normal dengan autis seperti: anak
sertifikat kompetensi khusus diberikan ke- normal berperilaku terhadap benda sesuai

110
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

secara sosial (kegunaannya) dua benda atau hal ini merupakan keinginan sejak lama yang
lebih dihubungkan secara tepat, sendangkan ingin di wujudkan oleh instruktur, karena
pada anak autis agak penasaran/eksplorasi instruktur memiliki pengalaman pribadi se-
terhadap lingkungan. Contoh lain anak nor- perti apa memiliki anak penyadang autistik.
mal sering berperilaku simbolik (pura-pura Selain itu pelatihant terapi autis yang dilak-
minum, berbicara ditelpon dan lain-lain, tapi sanakan di lembaga pemasyarakatan kelas 1
pada anak autis tidak dapat bebuat seperti itu Tangerang, juga memberikan dampak yang
atau tidak ada permainan simbolik. positif kepada peserta pelatihan, seperti pe-
Pelatihan terapi autis yang dilaksanakan serta memiliki kemampun dalam menangani
di lemabga pemasyarakatan kelas 1 Tang- anak-anak autis, keterampilan ini dapat me-
erang dapat membantu mengatasi masalah ningkatkan taraf hidup mereka, keterampilan
penyandang autis tersebut, pelatihan terapis yang mereka miliki tersebut dapat dijadikan
ini melahirkan sumber daya manusia yang sebagai profesi seperti menjadi terapi pro-
memahami dan menguasai tatalaksana terapi fesional, dan dapat juga dijadikan sebagai
metode ABA. Semakin banyak masyaraktan membantu anak sendiri.
memahami tatalaksana terapi metode ABA bahwa ilmu yang diperoleh tersebut da-pat
semakin banyak pula penyandang autistik dijadikan sebagai profesi yaitu menjadi terapis
terbantu, dengan demikian kesejahteraan profesional, sehingga mampu menda-tangkan
yang di inginkan keluarga tercapai dan nilai ekonomis. Selain itu keteram-pilan
begitu juga dengan anak autis. menguasai ilmu ABA juga dapat mem-berikan
Kesejahteraan meliputi segala bidang as- manfaat kepada lingkungan keluarga seperti
pek kehidupan manusia tidak terkecuali bagi melakukan terapi kepada anak sendiri
anak penyandang autis, untuk membuat me- mengikuti pelatihan terapi autis tersebut, ha-
reka sejahtera perlu bantuan dari kesadaran nya bertujuan untuk menjadi terapi buat anak
orang dewasa (orang tua) dalam melepaskan sendiri, namun tidak dipungkiri juga setelah
permasalahan tersebut. Inti dari kesejahte- menguasai ilmu terapi ABA dapat juga men-
raan adalah terlepasnya permasalahan dan jadi terapi untuk anak-anak autis lainnya,
terpenuhinya kebutuhan, permasalahan yang bahkan mampu menajadi pemateri dalam be-
dialami keluarga yang memiliki anak autis berapa seminar tentang penyandang autistik
adalah sulit dalam mengajarkan mereka ber- yang diadakan di Indonesia.
komunikasi, bersosialisasi dan sulitnya me-
mahami imajinasi mereka. apabila permasa- KESIMPULAN
lahan ini mampu diatasi maka kesejahteraan
Pelatihan terapi autis yang dilaksanakan di
mampu dirasakan oleh keluarga penyanda
lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tang-erang,
autistik.
secara umum memiliki tiga tahapan yaitu
Sementara manfaat bagi instruktur da-
tahap pra pelatihan, tahap pelatihan dan paska
lam pelatihan ini adalah memiliki kepuasan
pelatihan. Tahap pra pelatihan, pada ta-hap ini
tersendiri apabila ilmunya dapat di gunakan
ada dua hal yang harus dipersiapkan, pertama
atau dimanfaatkan oleh orang banyak. Se-
berkenaan dengan perizinan baik itu perizinan
makin banyak penyandang autistik terbantu
untuk pelaksanaan pelatihan di lembaga
semakin tinggi tingak kepuasan instruktur,
pemasyarakatan, maupun perizinan

111
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

warga binaan X untuk menjadi instruktur da- pendidikan yang dilakukan di luar pendidik-
lam pelatihan tersebut. Pengurusan perizinan an formal, pelatihan ini diselenggarakan atas
bukanlah warga binaan X (instruktur), mela- dasar kebutuhan masyarakat terhadap pena-
inkan sebuah lembaga swadaya masyarakat nganan autistik, jadwal pelatihanpun tidak
(LSM) yang bergerak dalam bidang autistik. ada waktu yang mengikat seperti layaknya
Berkenaan dengan perizinan rentang waktu pendidikan formal dan pesertanya tidak
jawaban yang diberikan oleh pihak lembaga dise-suaikan dengan tahap perkembangan,
pemasyarakatan kelas 1 Tangerang tergolong semua orang berkesempatan untuk menjadi
cepat yaitu 4 hari kerja, meskipun dalam UU peserta dalam pelatihan terapi autis tersebut
no 14 tentang sistem keterbuka-an informasi apapun profesinya.
publik dikatakan 10 hari kerja. Kedua Pelatihan ini telah memenuhi komponen--
berkenaan dengan registrasi peserta. Pelatihan komponen dari pembelajran itu sendiri yaitu
dapat dilaksanakan apabila peser-ta mencapai memiliki tujuan, mempunyai materi/bahan ajar
batas minimum yaitu 10 orang, rentang waktu yang spesifik, memakai metode yang biasa
pendaftaran peserta pelatihan terapi autis ini digunakan dalam proses pembelajaran,
selama tiga bulan, registrasi dilakukan dengan memanfaatkan media yang ada, serta memi-
dua cara yaitu melalui me-dia sosial (website, liki sistem evaluasi yang jelas. Tujuan dari
facebook, tewitter, sms, telpon) dan mendaftar pelatihan terapi autis yang dilaksanakan di
langsung kepada asiten instruktur di klinik lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tangerang
ABA bekasi dan rawa ma-ngun. Registrasi ini adalah: Untuk mengubah pengetahuan
peserta pelatihan dikelolah oleh asisten (knowledge) peserta tentang autistik. Pena-
instruktur, setelah calon peserta mencapai naman konsep (understanding) serta menga-
batas minimum, asisten instruk-tur memberi sah dan melatih keterampilan peserta dalam
tahu kepada lembaga swadaya masyarakat menjalankan metode ABA. Untuk mengubah
yang bergerak dibidang autistik untuk sikap (attitude) peserta terhadap anak autistik
menyegerakan pengurusan surat peri-zinan, itu sendiri.
pada proses pra pelatihan ini instruktur tidak Materi dalam pelatihan terapi autis terse-
terlibat sama sekali. but fokus pada penangan anak autistik pende-
Tahap pelatihan, peserta terdiri dari ber- katan metode ABA dengan memakai teknik
bagai profesi yaitu: psikolog, terapis, dokter, discrete trial training (DTT) meskipun me-
dan ibu rumah tangga yang memiliki anak nyinggung sedikit tentang biomedical inter-
autistik. Pelatihan ini dilakasanakan di ruang vensi Dini (BIT), bahan kimiawi atau takaran
sidang TPP. Jadwal pelatihan sifatnya kon- dosis obat yang diberikan kepada autistik.
disional disesuaikan dengan jadwal lembaga Metode yang dipakai oleh instruktur dalam
pemasyarakatan. Namun pelatihan terapi au- pelatihan sangat bervariasi disesuaikan de-
tis kali ini dilaksanakan pada tanggal 29 ngan konten materi yang disampaikan.
Sep-tember 2014 sampai 02 Oktober 2014 Pelatihan tersebut dibagi menjadi dua ka-
(Se-nin-Kamis) dengan jumlah peserta 13 tegori, hari pertama dinamakan seminar de-
orang mewakili berbagai profesi. ngan materi sejarah penyandang autistik dari
Pelatihan terapi autis ini dikategorikan se- masa kemasa, penyebab terjadinya autistik
bagai pendidikan non formal, karena sistem pada anak, mengetahui gejala-gejala autistik

112
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

pada anak, dan bagaimana seharusnya sikap setelah pelatihan di lembaga


orang dewasa kepada anak autistik, karena pemasyarakatan tepatnya pada tanggal 6
sifatnya teori maka metode yang digunakan Oktober 2014, pada tahapan ini kegiatan
oleh instrutktur adalah metode ceramah dan dipandu oleh asisten in-struktur sepenuhnya.
tanya jawab. Untuk hari kedua dan seterus- Untuk meningkatkan keterampilan pe-
nya dinamakan pelatihan terapi autis dengan serta dalam menangani anak-anak autistik
materi khusus tatalaksana ABA dan bagai direkomendasikan untuk mengikuti praktek
mana cara penerapan ABA itu dengan benar selama 3-6 bulan di klinik ABA, dan untuk
sesuai konsepnya, maka metode yang dipa- calon terapis profesional diharuskan mengi-
kai oleh instruktur adalah metode diskusi, kuti praktek. Setelah studi banding dan prak-
demonstrasi dan simulasi. Sedangkan me- tek baru dilaksanakan ujian baik secara ter-
dia yang digunakan dalam pelatihan tersebut tulis, lisan maupun praktek berupa simulasi.
adalah satu unit proyektor, laptop, LCD, Ujian tertulis dilaksanakan di knilik ABA
mo-dul pelatihan, alat peraga, power point atas bimbingan asisten instruktur, untuk
dan audio video tentang tatalaksana terapi. ujian lisan dan simulasi dilaksanakan di
Namun yang menjadi kelemahan dari lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tangerang
pelatihan ini instruktur belum memiliki ser- bersama instruktur. Pelatihan terapi autis ini
tifikasi secara normatif atau pengakuan atas berman-faat bagi peserta pelatihan untuk
keterampilan instruktur dalam penyembuhan mening-katkan taraf hidup baik dari segi
autistik oleh lembaga profesi maupun lemba- ekonomis maupun dari segi psikologis.
ga Negara, hal ini dikarenakan belum dike- Dalam bidang ekonomis peserta terampil
tahui pihak mana yang berhak mengeluarkan dalam menguasai teknik ABA sehingga
sertifikat keterampilan tersebut, berhubungan menjadi terapi profesi-onal dan keterampilan
ilmu ABA sangat tergolong baru di Indone- tersebut dijadikan se-bagai sumber
sia, sehingga secara legalitas instruktur be-lum pendapatan, dalam segi psiko-logis peserta
punya pengakuan. Hal yang menarik da-lam dapat melakukan terapi kepada anak sendiri.
pelatihan ini adalah pada sistem evaluasi, Pelatihan terapi autis yang dilaksanakan di
dalam pelatihan ini evaluasi tidak dimasukan lembaga pemasyarakatan kelas 1 Tange-rang,
ke dalam rangkaian komponen pembelajaran, salah satu kegiatan yang berdampak po-sitif
evaluasi memiliki rangkaian tersendiri yaitu kepada masyarakat luas, karena pelatih-an itu
proses kegiatan paska pelatihan. Pada kegi- mempelajari meotde ABA yang sangat
atan paska pelatihan instruktur tidak terlibat dibutuhkan dalam membantuk autistik. ABA
penuh hanya terlibat pada kegiatan-kegiatan memiliki keunggulan yaitu diajarkan secara
tertentu saja. sistematis, terstruktur, hasilnya dapat diukur,
Paska pelatihan, setelah pelaksanaan pe- dan ABA efektif dan efisien dalam membantu
latihan terapi autis di lembaga pemasyarakat- autistik. Oleh karena itu penelitian ini dapat
an, kegiatan selanjutnya peserta melakukan memberikan saran sebagai berikut:
studi banding ke klinik intervensi dini app-lied 4. Disarankan kepada pihak penyelenggara
behavior analysis (KIDABA) untuk me-lihat pelatihan untuk mengoptimalkan pelaksa-
tatalaksana terapi oleh orang-orang pro- naan pelatihan terapi autis yang dilaksa-
fesional, studi banding dilaksanakan tiga hari nakan di lembaga pemasyarakatan kelas 1

113
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 2, OKTOBER 2015, 92-115

Tangerang, terutama dalam hal distribusi rakat: Sebagai Upaya Pemberdayaan


bahan ajar atau materi, seharusnya peserta Masyarakat. Jakarta: Raja Wali Perss Adi,
memperoleh panduan atau modul pelatih- Isbandi Rukminto. (2013). Kesejahte-raan
an sebelum kegiata pelatihan dimulai. Sosial: Pekerjaansosial, Pemba-ngunan
5. Perlu dilakukan penambahan kader te- sosial, dan kajian Pembangun-
rapis pedamping yang handal terutama an. Jakarta: Raja Wali Perss
dalam hal kegiatan tindak lanjut berupa Basleman, Anisah dan Mappa, Syamsu.
praktek tata laksana metode applieb be- (2011). Teori Belajar Orang Dewasa.
havior analysis yang dilaksanakan di kli- Bandung: Remaja Rosdakarya
nik ABA, karena tidak cukup satu orang Fahrudin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahte-
mendampingi 13 peserta dalam praktek raan Sosial. Bandung: Refika Aditama
tatalaksana ABA. Kunandar. (2011). Guru Profsional: Imple-
6. Penyelenggara pelatihan perlu melakukan mentasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
kerja sama dengan lembaga sertifikasi dan Sukses dalam Sertifikasi
profesi dalam hal legalitas sertifikat kom- Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
petensi yang diberikan kepada peserta Purwanto, Ngalim. (2007). Ilmu Pendidikan
pelatihan, sehingga secara normatif serti- Teoretis dan Praktis. Bandung: Rema-
fikat peserta diakui secara global. ja Rosdakarya
7. Kepada pihak lembaga pemasyarakatan, Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru
warga binaan yang mampu mengembang- Pembelajaran: Sebagai Referensi
kan keterampilan dan bermanfaat bagi bagi Pendidik dalam Implementasi
orang banyak perlu diberikan pengharga-an Pembel-ajaran yang Efektif dan
baik penghargaan sosial maupun pe- Berkualitas. Jakarta: Prenada Media
ngurangan masa tahanan (remisi) hal ini Roestiyah. (1988). Strategi Belajar Menga-
jika dilakukan akan berpengaruh kepada jar. Jakarta: Bina Aksara
warga binaan lainya. Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajar-
an Berorientasi Standar Proses
DAFTAR PUSTAKA Pendi-dikan. Jakarta: Kencana
Prenada Me-dia
Adi, Isbandi Rukminto. (1994). Psikologi,
Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi
Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahte-
Belajar-Mengajar. Jakarta: RajaGra-
raan Sosial: Dasar-Dasar Pemikiran.
findo Persada
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Satori, Djam’am, Aan Komariyah (2009).
Adi, Isbandi Rukminto . (2005). Ilmu Kese-
Metodologi Penelitian Kualitatif.
jahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosi-
Ban-dung: Alfabeta
al. Depok: FISIP UI Press
Slameto. (1991). Proses Belajar Mengajar
Adi, Isbandi Rukminto. (2007). Perencanaan
dalam Sistem Kredit Smester (SKS).
Partisipatoris Berbasis Asset Komuni-
tas: Dari Pemikiran Menuju Penerap-
Jakarta: Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi. (2012). Psikologi Pen-
an. Depok: FISIP UI Press
Adi, Isbandi Rukminto. (2008). Intervensi didikan. Jakarta: Rajawali Pers
Komunitas & Pengembangan Masya-

114
PELATIHAN TERAPI AUTIS METODE APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) (NOFRI JULIMET, SOFYAN CHOLID)

Suud, Mohammad. (2006). 3 Orientasi Ke- langi Tindak Kekerasan Antara


sejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Tahan-an Dan Narapidana
Pustaka (Tesis).
Syah, Muhibbin. (2012). Psikologi Belajar. Sibatangkayu, Diapari. (2008). Privatisa-
Jakarta: Raja Wali Pers silembaga Pemasyarakatan
Yusuf, Muri. (1982). Pengantar Ilmu Pendi- sebagai Alternatif Pemberdayaan
dikan. Jakarta: Ghalia Indonesia Narapidana (Tesis).
Autis.Info. (2015). Jumlah Anak Autisme Prabawanti, Dwi Wahyuni. (2006).
Meningkat. Diakses Tanggal 04 Juni Rancang-an Pelatihan Keterampilan
2015, dari web: http://www.autis.info/ Konseling Bagi Manejer Penjual di
index.php/artikel-makalah/artikel/ PT.X (Tesis)
210-jumlah-anak-autis-meningkat Tina, Andrilina. (2009). Analisis
Klinikautis.Com. (2015). Angka Kejadian Kebutuhan Pelatihan Pada CHRD
Autis di Indonesia dan Di Berbagai PT.XYZ (Te-sis).
Belahan Dunia lainnya. Diakses tang- Sari prima, candi. (2008). Rancangan
gal 24 Maret 2015 dari web: http:// Pro-gram Pelatihan Appreciative
klinikautis.com/2015/03/24/angka-- Inquiry Bagi PT.X (Tesis)
kejadian-autis-di-indonesia-dan-di--
berbagai-belahan-dunia-lainnya
Syarifah, Fitri . (2014). Jumlah anak autis
semakin banyak. Diakses tanggal 25
Maret dari web: http://health.liputan6.
com/read/2031441/jumlah-anak-autis-
-semakin-banyak
jpnn.com. (2013). Penderita autis di Indone-
sia terus meningkat. Diakses tanggal
24 Maret 2015 dari web: http://www.
jpnn.com/read/2013/04/12/ 167064/
Penderita-Autisme-di-Indonesia--
Terus-Meningkat
Mulyadi, Kresno.,Sutadyi, Rudy dan Anwar,
Liza .(2014). Autism Parent Support
Group Meeting (makalah disampaikan
diseminar autis Tanggerang, 04 okto-
ber 2014)
Sutadi, Rudy. (2014). Melatih Bicara Pe-
nyandang Autis Menggunakan ABA.
(Modul ABA) Jakarta.
Cahyadi, Dedy. (2008). Strategi Rutan Kelas
1 Jakarta Pusat Dalam Menanggu-

115

Anda mungkin juga menyukai