PENDAHULUAN
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas
berhubungan dengan orang lain. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain
dalam dimensi sosial maka orang tersebut tidak bisa dipisahkan dari lingkungan
pranatanya dengan simbol dan nilai serta norma yang sudah mapan terkait dengan
lingkungan alam, lingkungan binaan dan buatan. Artinya manusia akan selalu
berhubungan dengan manusia lainnya pada suatu lingkungan sosial baik berupa
dapat bereaksi dengan penerimaan atau penolakan dari diri individu terhadap
individu (Soekarno, 2010). Setiap individu memiliki sikap yang berbeda dalam
dengan lingkungan barunya, tetapi ada pula individu yang memerlukan waktu
mendidik, dan mengembangkan perilaku anak serta belajar hidup sosial (Suwita P,
1
2011). Lingkungan keluarga merupakan tempat awal untuk berlangsungnya
sosialisasi pada anak. Semua nilai dan norma yang dimiliki individu berawal dari
sosial (2011), terdapat sejumlah 6.810 panti sosial di Indonesia yang tediri dari
panti anak, panti lanjut usia, panti penyandang cacat, panti tunasosial, dan panti
NAPZA. Dari sekian banyak panti yang ada di Indonesia, 5846 panti di antaranya
merupakan panti anak. Data ini menunjukkan tingginya angka anak Indonesia
yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Dilihat dari banyaknya jumlah
anak yang berada dilingkungan panti salah satu faktor yang mendorong perlunya
anak-anak tersebut mendapat perhatian serius dari semua pihak adalah status
mereka yang yatim, piatu, yatim piatu, berasal dari keluarga berstatus ekonomi
kurang atau tidak mampu, terlantar, ODHA, cacat, dan lain sebagainya.
Mengacu pada salah satu penelitian di tahun 2007 yang dilakukan oleh
mengalami setidaknya satu atau lebih gangguan mental dan 63% diantaranya
Anak (KPAI) melaporkan menerima rata-rata 200 laporan kasus anak stress per
bulan sepanjang tahun 2011 meningkat 98% dari tahun sebelumnya. Laporan
2
Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI) tersebut turut mengindikasikan
2012).
melindungi kesejahteraan sosial anak yang bertujuan untuk pemenuhan hak dasar
dapat terwujud.
5000 sampai dengan 8000 panti asuhan yang menyebar di seluruh pelosok negeri
dan melayani 1,4 juta anak. Jumlah ini merupakan salah satu yang tersebar di
terpadat keempat di dunia. Hasil proyeksi Sensus Penduduk 2010, pada tahun
2011 penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 243,8 juta jiwa. Sekitar 33,9 %
dari penduduk Indonesia adalah anak-anak berusia 0-17 tahun. Hal ini
3
Menanggapi fenomena ini, perlu adanya perhatian khusus bagi anak yang
pelanggaran hukum, dan eksploitasi. Maka dari itu dibentuklah suatu wadah atau
lembaga yang siap mewadahi anak-anak kurang beruntung agar tetap dapat
terpenuhi hak nya, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.
Lembaga yang dimaksud salah satunya ialah Panti Sosial Asuhan Anak. Namun,
panti sosial asuhan berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah anak terlantar
beberapa tahun terakhir. Disisi lain, pengawasan dari pemerintah masih sangat
hak-hak anak, terutama pada anak yatim, yatim piatu, anak terlantar serta berasal
dari keluarga dengan status ekonomi kurang atau tidak mampu (Voekl, 2012).
Panti asuhan memberikan bekal untuk masa depan anak asuh melalui kegiatan-
(Listyawati, 2010).
tanpa keluarga. Ada beberapa fenomena yang dapat muncul dalam kehidupan di
panti asuhan, yaitu pertama pengalaman atau peristiwa yang menyenangkan serta
perlakuan-perlakuan yang benar dan sehat dari anggota pengasuh, teman bermain
atau lingkungan akan membentuk individu yang sehat, namun apabila pengalaman
atau peristiwa atau perlakuan yang tidak atau kurang sehat dan tidak
4
menyenangkan bahkan sampai menimbulkan trauma akan mempengaruhi
muncul dengan cara yang baik. Individu dengan penyesuaian diri yang tinggi
hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial (Schneiders, 2008).
masalah-masalah yang dihadapi secara efektif terhadap tuntutan dari dalam dan
luar diri, maka dia dikatakan sebagai orang yang mampu menyesuaikan diri
berdaya, tidak bahagia atau gejala lainnya, maka orang itu dikatakan sebagai
Hasil survey awal pada Panti Asuhan Puteri Aisiyah Jl. Santun No.17,
SudirejoI, Kota Medan, Sumatera Utara adalah Panti Asuhan yang menampung
anak-anak yang terdiri dari anak yatim piatu, anak-anak yang masih memiliki
orang tua lengkap tapi tidak mampu. Anak di Panti Asuhan ini rata-rata berusia
5
12-16 tahun, berjumlah 42 orang dan keseluruhannya adalah putri. Panti Asuhan
ini memberikan pendidikan kepada anak asuh berupa pendidikan formal dan
informal. Pendidikan formal didapatkan di sekolah sesuai tingkat usia anak asuh
Pengaruh tingkat adaptasi anak panti terhadap penerimaan diri di lingkungan panti
asuhan Aisiyah.
anak Panti Asuhan terhadap penerimaan diri di lingkungan Panti Asuhan Aisiyah.
sosial. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi
6
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi
bagi anak yang berada di panti asuhan mengenai pengaruh tingkat adaptasi anak
kepada peneliti lain, supaya menjadi acuan dan untuk mengembangkan penelitian
lanjutan yang belum dibahas dalam penelitian ini agar lebih lengkap.