Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS INTERVENSI TERAPI BEMAIN PAPER TOYS TERHADAP

PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-6 TAHUN


DI RW 08 KELURAHAN DURI PULO JAKARTA PUSAT

NASKAH PUBLIKASI

MUALLIMAH

NIRM : 19020

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
JAKARTA
2022
ANALISIS INTERVENSI TERAPI BEMAIN PAPER TOYS TERHADAP
PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-6 TAHUN
DI RW 08 KELURAHAN DURI PULO JAKARTA PUSAT

Muallimah1, Elfira Awalia Rahmawati2,


Mahasiswa Program Diploma Tiga Keperawatan1
Akademi Keperawatan Pelni Jakarta2
Email : muallimah772@gmail.com

Abstrak

Perkembangan pada anak biasanya berbeda-beda dengan yang lain, pada masa perkembangan
anak mengalami perubahan tinggi badan, berat badan, perkembangan motorik kasar dan
perkembangan motorik halus. Anak usia pra sekolah 3-6 tahun membutuhkan stimulasi
perkembangan motorik halus seperti menggambar, menulis dan melukis. Salah satu metode
meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah dengan cara melakukan
terapi bermain paper toys yang berbentuk bahan dasar kertas yang dicetak dalam bentuk
dalam berbagai ukuran yang di desain untuk sebuah hasil atau produk berupa bantuan dua
atau tiga dimensi dengan menggunakan prinsip bangun ruang sehingga menghasilkan karakter
yang diharapkan.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peningkatan motorik halus
anak pada usia 3-6 tahun di Rw 08 Kelurahan Duri Pulo Jakarta Pusat. Metode penelitian ini
menggunakan desain penilitian studi kasus. Responden yang diteliti sebanyak 2 responden
anak. Kedua Responden berusia 5 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dengan status masalah
peningkatan motorik halus. Instrumen yang digunakan adalah denver developmental
screening test (DDST) dan SOP pemberian terapi paper toys. Intervensi pemberian terapi
bermain paper toys, diberikan sehari 1 kali pagi selama 4 hari berturut-turut dalam waktu 30
menit. Hasil penelitian studi kasus dengan peningkatan motorik halus anak pada usia 3-6
tahun di TK Wakab Kelurahan Duri Pulo memberikan pengaruh yang dapat meningkatkan
motorik halus pada anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi bermain paper toys dapat
meningkatkan motorik halus pada anak.

Kata kunci :Anak Usia Prasekolah, Denver Developmental Screening Test (DDST),
Motorik Halus, Paper Toys.
Abstract

Development in children isually different from others, during the developmental period
children experience changes in height, weight, gross motor development and fine motor
development. Pre-school aged 3-6 years need stimulation for fine motor development such as
drawing, writing and painting. One method of improving fine motor development in pre-
school aged children is by doing paper toys play therapy in the form of paper-based materials
printed in various sizes designed for an outcome or product in the form of two or three-
dimensional assistance by using the geometrical principle so that produce the expected
character. This study aims to identify the increase in fine motor skills of children at the age of
3-6 years in Rw 08 Kelurahan Duri Pulo, Central Jakarta. This research method uses a case
study research design. The respondents studied were 2 child respondents. The two
respondents were 5 years old and male with fine motor development problems. The
instruments used were the Denver Developmental Screening Test (DDST) and the SOP for
giving paper toys therapy. Intervention of giving paper toys play therapy, given once a day in
the morning for 4 consecutive days within 30 minutes. The results of a case study study with
an increase in children's fine motor skills at the age of 3-6 years in Kindergarten Wakab
Kelurahan Duri Pulo have an influence that can improve fine motor skills in children. So it
can be concluded that paper toys play therapy can improve fine motor skills in children.

Keywords : Preschool Age Children, Denver Developmental Screening Test (DDST), Fine
Motor, Paper Toys.

Pendahuluan

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, pada usia ini
anak sudah mulai mengikuti program preschool. Anak usia prasekolah saat diberikan tugas
oleh gurunya belum bisa menirunya dengan rapi. Anak tidak mau menuliskan nama dibuku
tugasnya, anak masih minta bantuan gurunya saat mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan perkembangan motorik
halus yang perlu diatasi. (Saputra, 2017).
World Health Organitation (WHO) melaporkan bahwa 5-25 % dari anak-anak usia
prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan motorik halus
(WHO, 2016). Kementerian Kesehatan RI tahun 2016 melaporkan bahwa 0,4 juta (16%)
balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik gangguan motorik halus dan kasar,
perkembangan kreativitas, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara (Chollies, 2017).
Keterampilan motorik halus adalah keterampilan motorik yang melibatkan gerakan-
gerakan yang diselaraskan seperti ketangkasan jari (Santrock, 2019). Oleh karena itu, gerakan
motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat
serta ketelitian. Keterampilan motorik halus lebih lama pencapaiannya dari pada kemampuan
motorik kasar karena kemampuan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit.
Misalnya, konsentrasi, kontrol, kehatihatian, dan koordinasi otot-otot tubuh yang satu dengan
yang lain.
Dampak yang terjadi apabila kurangnya pencegahan gangguan perkembangan motorik
halus pada anak akan menyebabkan perkembangan tidak sesuai dengan umur. Oleh karena
itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan
perkembangan motorik halus anak yaitu dengan cara melakukan terapi bermain paper toys
(Sukamti, 2018). Beberapa stimulasi telah dikembangkan untuk meningkatkan perkembangan
motorik halus pada anak usia prasekolah (3-6) salah satunya adalah paper toys.
Papertoys adalah salah satu jenis karya kerajinan yang terbuat dari kertas yang diolah
menjadi bentuk 3 dimensi sesuai dengan bentuk dan karakter (Rusdyan dkk, 2017). Bentuk
papertoys dirancang sesederhana mungkin karena papertoys sangat mengutamakan
kemudahan bagi perakitnya. perakitan papertoys memerlukan proses tambahan, yaitu
pemotongan (menggunakan gunting atau cutter) dan pengeleman.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan waktu 4 kali pertemuan dengan waktu
30 menit setiap pertemuan menggunakan 2 macam bentuk Paper toys yang sesuai dengan
perkembangan motorik halus anak dan anak telah mampu melipat kertas dengan berbagai
macam bentuk dan dapat mengeskpresikan imajinasi lewat hasil mainan yang telah dibuatnya
sendiri sehingga kemampuan anak meningkat lebih baik (Anggi, 2018).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyanto ( 2017) data yang diperoleh selama
penelitian tentang pengaruh media paper toys terhadap kemampuan motorik halus anak
kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 57 Semolowaru Surabaya, maka dihasilkan
simpulan bahwa penggunaan media papertoy berpengaruh sangat signifikan terhadap
kemampuan motorik halus anak, hal ini terlihat dari hasil perhitungan rumus Mann Whithney
U Test telah didapatkan hasil dari kelompok eksperimen sebesar 11 dan kelompok kontrol
sebesar 518.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis ialah metode deskriptif studi kasus.
Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 2 responden dengan kriteria inklusi yaitu: Anak
usia prasekolah di Rw 08 Kelurahan Duri Pulo jakarta pusat, anak kooperatif dan anak dan
orang tua bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria ekslusinya adalah sebagai berikut:
Responden mengalami cidera pada tangan. Adapun instrumen yang digunakan oleh penulis
yaitu, Lembar persetujuan (Informed Consent), lembar Denver, SOP terapi bermain Paper
Toys. Analisa data ini dilakukan dengan cara mengemukakan fakta- fakta melalui wawancara
kepada orang tua responden, selanjutnya membandingkan dengan teori yang tertera,
kemudian dijabarkan didalam opini pembahasan. Serta melakukan intervensi terapi bermain
paper toys yang nantinya akan didokumentasikan. Adapun prinsip etika penelitian ini, teridi
dari: Informed consent (setuju menjadi responden), Confidentiality (kerahasiaan), dan bebas
eksploitasi.

Hasil Penelitian
Karakter Responden
Responden I bernama An.A usia 5 tahun Jenis kelamin laki-laki, tinggal di Jalan setia
kawan Kelurahan Duri Pulo Kecamatan gambir Jakarta pusat. An.A merupakan anak kedua
dari empat bersaudara tinggal serumah dengan orang tua. Saat di ukur responden I memiliki
tinggi badan 107 Cm, berat badan 18 kg, berambut pendek, kulit putih berpenampilan
bersih, tidak memiliki cacat fisik, pengalaman di rawat di rumah sakit tidak pernah,
hubungan responden dengan keluarga dengan baik, saat ini anak bersekolah di TK Wakab.
Responden II bernama An.A Usia 5 tahun Jenis kelamin laki – laki, tinggal di Jalan
setia kawan Kelurahan Duri Pulo Kecamatan gambir Jakarta pusat, An.A merupakan anak
ketiga dari 4 bersaudara, Anak tinggal serumah dengan orang tua. Saat ini responden II
dirumah. An.A saat diukur memiliki tinggi badan sekitar 110 cm, Berat badan 19 kg,
berambut lurus tipis, kulit sawo matang, berpenampilan bersih, tidak memiliki cacat fisik,
pengalaman dirawat di rumah sakit pernah. Keluarga yang mengurus responden II adalah
orang tuanya, hubungan responden penelitian dengan keluarga baik, Saat ini anak
bersekolah di TK Wakab.
Tabel 1 hasil pengukuran denver sebelum intervensi
Denver II Responden I Interpretasi Responden II Interpretasi
hasil hasil
Meniru garis Pass Normal Pass Normal
vertikal
Menara dari Pass Normal Pass Normal
kubus
Menggoyangkan Pass Normal Pass Normal
ibu jari
Mencontoh O Pass Normal Pass Nomal
Menggambar Pass Normal Fail Suspect
orang tiga bag
Mencontoh + Pass Normal Pass Normal
Denver II Responden I Interpretasi Responden II Interpretasi
hasil hasil
Memilih garis Pass Normal Pass Normal
yang lebih
panjang
Mencontoh segi Pass Normal Pass Normal
empat
ditunjukkan
Menggambar Fail Suspect Fail Suspect
orang 6 bag
Mencontoh segi Fail Suspect Fail Suspect
empat

Tabel 2 hasil pengukuran Denver setelah intervensi


Denver II Responden I Interpretasi Responden II Interpretasi
hasil hasil
Meniru garis Pass Normal Pass Normal
vertikal
Menara dari Pass Normal Pass Normal
kubus
Menggoyangkan Pass Normal Pass Normal
ibu jari
Mencontoh O Pass Normal Pass Nomal
Menggambar Pass Normal Fail Suspect
orang tiga bag
Mencontoh + Pass Normal Pass Normal
Memilih garis Pass Normal Pass Normal
yang lebih
panjang
Mencontoh segi Pass Normal Pass Normal
empat
ditunjukkan
Menggambar Fail Suspect Fail Suspect
orang 6 bag
Mencontoh segi Fail Suspect Fail Suspect
empat

Berdasarkan tabel diatas (n=2) menunjukkan bahwa dari kedua responden sebelum
dilakukan intervensi hasil pengukuran denver responden 1 motorik halus terdapat dua yang suspect
dan responden II terdapat tiga suspect. Setelah dilakukan intervensi selama empat hari kedua
responden menunjukkan hasil evaluasi yang cukup baik yaitu hasil responden I dan resonden
II adalah normal.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian intervensi yang dilakukan peneliti di rumah responden di
jalan setia kawan 5 kelurahan duri pulo. Peneliti mengambil 2 responden dalam intervensi
terapi bermain paper toys untuk pengingkatan motorik halus anak usia 3-6 tahun. responden I
bernama An.A berumur 5 tahun , jenis kelamin laki-laki, berada di jalan setia kawan 5 rt 09
rw 08 no.5 kelurahan duri pulo.
Responden II bernama An. A berumur 5 tahun, jenis kelamin laki-laki, berada di
rumah jalan setia kawan 5 kelurahan duri pulo. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti dimana semua responden adalah anak berusia 3-6 tahun. Sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Seefeld & Wasik (2018) yang menjelaskan
bahwa pada anak usia 3-5 tahun dapat mengembangkan peningkatan kendali atas otot-otot
halus anak.
Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, pada
usia 5-6 tahun, koordinasi motorik halus berkembang pesat, pada masa ini anak dapat
mengkoordinasikan garakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dan
tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat saat anak sedang
menulis atau menggambar (Sujarwo & Widi, 2017). Hal ini juga membuktikan bahwa melipat
kertas adalah salah satu ciri utama dari latihan membentuk koreksi diri, dalam artian anak-
anak mengetahui sendiri jika mereka salah membentuk atau melipat kertas yang dilipat
(Rahmawati & Khotimah, 2018).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam terapi bermain paper toys
selama 4 hari dalam waktu 30 menit kepada dua responden peneliti yaitu didapatkan hasil
kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan setelah pelaksanaan kegiatan
menggunting kertas, melipat dan mengelem dilakukan menggunakan kertas paper toys dan
kegiatan mengunting, melipat dan mengelem kertas jarang dilakukan pada anak-anak
sehingga menimbulkan anak merasa cepat bosan, mudah beralih. Hal ini sesuai dengan teori
Erikson (2018) dalam perkembangan yang menghambat antara lain rasa malu dan ragu-ragu
ini terjadi masa kanak-kanak awal, sekitar usia 3 sampai 6 tahun.
Anak-anak yang mendapatkan perhatian yang lebih baik akan mengembangkan rasa
yakin akan kemampuannya. Hal ini sesuai dengan teori Yuningsih (2019) upaya untuk
melatih anak masih ada kendala antara lain hambatan dan konsentrasi, cepat bosan, dan
mudah beralih, kurangnya kordinasi mata dan tangan, mengingat kondisi tersebut kemampuan
gerak motorik halus anak lebih ditingkatkan agar memiliki kemampuan motorik halus yang
lebih baik , salah satunya bentuk kegiatan untuk melatih motorik halus anak dengan melipat
kertas seperti paper toys. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Decaprio
(2018), bahwa syaraf motorik dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan
rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Terbukti dengan diberikannya
treatment secara terus-menerus kepada anak maka kemampuan motorik halus anak semakin
berkembang.
Perkembangan motorik ada dua yaitu motorik kasar dan halus disini dimana motorik
halus itu kemampuan motorik halusnya berada setelah kemampuan motorik kasar pada anak
berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik halus pada usia tertentu akan menjadi
lebih halus dan akan lebih terkoordinasi dibanding dengan pada masa bayi. Anak lebih cepat
berlari dan melompat serta keseimbangan badan baik (Maghfiroh, 2018). Perkembangan
motorik halus anak usia prasekolah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yaitu
faktor pra kelahiran, faktor genetik, cacat fisik, dan jenis kelamin. Faktor berikut yaitu
faktor eksternal yaitu pola asuh, faktor budaya, kesehatan dan gizi anak setelah kelahiran
dan stimulasi yang tepat (Nurlaili & Jannah, 2019).

Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Perkembangan motorik halus anak prasekolah pada responden I sebelum terapi

bermain paper toys di Rw 08 Kelurahan Duri Pulo jakarta pusat adalah 2 kali suspect,

sedangkan responden II adalah 3 kali Suspect.

2. Perkembangan motorik halus anak prasekolah sesudah terapi bermain paper toys di

Rw 08 Kelurahan Duri Pulo jakarta pusat adalah responden I motorik halusnya

Normal dan responden II motorik halusnya normal.

3. Intervensi terapi bermain paper toys pada anak untuk peningkatan motorik halus anak

terdapat peningkatan motorik halus pada responden I dan responden II terjadi

peningkatan dengan hasil normal.

Saran

1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah bahan acuan bagi mahasiswa dalam
kegiatan pembelajaran anak serta dapat mengetahui dampak pada anak yang kurang
stimulasi perkembangan motorik halusnya, dan dapat sebagai bahan penyuluhan
tentang perkembangan motorik halus anak usia prasekolah, agar anak usia prasekolah
tidak mengalami keterlambatan stimulasi motorik halus dengan aplikasi terapi bermain
paper toys terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai
perkembangan motorik halus anak usia prasekolah, mengenai terapi bermain paper
toys terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah.
3. Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat mengasah motorik halus pada anaknya
agar dapat berkembang dengan baik.

Referensi
Heni Dwi Windarwati. (2020). “Takut Kehilangan” Penyebab Kecemasan Keluarga Yang
Merawat Anak Dengan Hospitalisasi di Rumah Sakit. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 2
(3) Hal. 197-202.
Imron. (2019) Analisis Pengaruh Kualitas Produksi Terhadap Kepuasan Konsumen
Menggunakan Metode Kuantitatif Pada CV. Maubele Berkah Tanggerang. Indonesia
Journal On Software Engineering, 1 (5) Hal. 19-21
Kusumaningrum Risti Puput, Fitriana Dkk. (2021) Gambaran Perkembangan Pada Anak
Usia Pra Sekolah di TK RA Hidayatul Qur’an. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Unimus. Vol 4 Hal 144-152.
Munawaroh Siti, Novi Indrayani, Dkk. (2019) Gambaran Perkembangan Motorik Halus
Anak Usia Prasekolah dengan Metode Menggambar. Jurnal Community Of
Publishing In Nurshing (Coping), 1,VII, Hal. 51-58.
Muscari, M,E (2016). Keperawatan pediatric. Jakarta : EGC.
Najah Hidayatun. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Diare yang Dirawat
diRumahSakit.http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/1061/1/KTI%20Hidayatun%20Najah.pdf
Nisa Yusanti. (2017). Penggunaan Paper Toys Tokoh Kartun Dalam Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Bangun Ruang Pada Tuna Runggu Kelas 01 SDLB Sukapura
Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. Hal 1-7.
Nurdin, Ismail dan Sri Hartati. (2019). Metodologi Penelitian Sosial.Surabaya: Media Sahabat
Cendekia.
Nyimas Hany Purwati, Titin Sutini, Dkk. (2019) Peningkatan Pengetahuan Orang Tua dan
Screening Tumbuh Kembang Anak di PAUD Cempaka Kecamatan Kemayoran
Jakarta Pusat. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat. Hal 26.
Oktiawati, A., Khodijah, Setyaningrum, I., & Dewi, R. C. (2017). Teori Dan Konsep
Keperawatan Pediatri. Jakarta.
Rahmawati, I., & Khotimah, N. (2018). Meningkatkan Motorik Halus Anak Dengan Melipat
Kertas Sederhana kelompok B TK Pertiwi I Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Tahun. Jurnal Mahasiswa Teknologi. Retrieved from
http://ejournal.unesa.ac.id/article/5888/19/article.pdf
Ramaita, Sri Burhani Putri. (2019) Jurnal Kesehatan Perintis. Perintis Health Journal. 6 (2)
Hal. 95-103.
Redha Ivantoni, Izzati Muhimmah. (2017). Aplikasi Penentu Tingkat Tumbuh Kembang Anak
Menggunakan Test Denver II. Seminar Nasional Informatika Medis. VI, Hal. 124.
Rizki Septiani, Susana Widyaningsih, Dkk. (2016). Tingkat Perkembangan Anak Prasekolah
Usia 3-5 Tahun yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Jurnal FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang, 2,IV, Hal. 114-125.
Saputro, H., & Fazrin, I (2017). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Akibat Hospitalisasi
dengan Penerapan Terapi Bermain. JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 3(1), 9-12.
https://doi.org/10.21067/jki.v3i1.1972
Seefeldt, Carol & Wasik, Barbara A. (2018). Pendidikan Anak Usia Dini (Pius Nasar).
Jakarta: Indeks.
Sugiyono.(2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Bandung.
Sujarwo, Widi. (2017). Kemampuan Motorik Kasar Dan Halus Anak Usia 4-6
Tahun.Indonesian Journal of Physical Education, Vol 11 Nomor 2(2017).
Ulfa M. (2018). Analisis Deteksi Dini dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah.
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 3 (2) Hal. 200-208.
Wulandari, Maya. (2020). Konsep Berkfikir. https://repository.poltekkes-
smg.ac.id/repository/BAB%20III%20MAYA%20WULANDARI%20P133742451808
9.pdf
Yuhana. (2020) Pengaruh Terapi Bermain Paper Toys Terhadap Perkembangan Motorik
Halus Anak Usia Pra Sekolah. Skripsi
https://repo.stikesicmejbg.ac.id/120/1/Skripsi%20Yuhana%20U.pdf
Yuliani Santi. (2017) Hubungan Karakteristik Anak. Fakultas Ilmu
KesehatanUMP,http://repository.ump.ac.id/6091/3/Santi%20Yuliani%20BAB%20II.p
df
Yuniarti, Edi Riyanto (2016) Pengaruh Media Papertoy Terhadap Kemampuan Motorik Halus
Anak Kelompok B. Fakultas Ilmu Pendidikan, UNS
file:///C:/Users/Fajar/Downloads/papertoys%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai