/ KOTA TASIKAMLAYA
KARYA ILMIAH
Abstrak
The research carried out aims to improve children’s introduction to the concept of number
symbols through number cards for chidren in the AL-HIKMAH Kindergarden group,
Sukapura Village, Sukaraja District, Tasikmalaya Regency. The cognitive abilities studied
include recognition of number symbols. The research used is Classroom Action Research
(PTK). The duration of the research carried out included two cycles, each cycle consisiting of
8 boys and 4girl. The date analysis used is descriptive qualitative and quantitative. The results
of the research in cycle I showedthat there werw 4 children who were not able to recognize
number symbols (66,7%). From these data it can be seen that in cycle I there were still many
children who were not able to recognize number symbols. Then improvements were made in
the second cycle showed that 10 children were able (83,3%), and 2 children were not able to
recognize number symbols (16,7%). If you look at the results of the research conducted in
cycle I and II at TK AL-HIKMAH, it is implied that number card media has significant
effectiveness in chidren’ ability to recognize number symbol.
Anak usia dini merupakan seorang individu unik dalam rentang usia nol
sampai enam tahun yang sedang berada dimasa keemasannya dimana pertumbuhan dan
perkembangannya mengalami ledakan yang luar biasa pesat. Secara kelembagaan,
Pendidikan anak usia dini dapat diartikan sebagai suatu betuk Pendidikan yang
menitik beratkan pada peletakan dasar tumbuh kembang, serta pada koordinasi
motoric, kecerdasan emosional, kecerdasan majemuk, dan kecerdasan internal
(Kurniawan, 2023:1). Selain itu, menurut undang-undang, istilah anak usia dini di
Indonesia sekarang diberikan kepada anak-anak sejak lahir sampai usia lanjut. Pada
undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah kegiatan pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun dan melalui
pemberian insentif Pendidikan dilaksanakan untuk memajukan pertumbuhan fisik dan
perkembangan agar anak siap melanjutkan pendidikannya (Kurniawan, 2023:2).
Pendidikan anak usia dini mengacu pada pendidikan yang bermain. Menurut
Al-Ghazali bermain sangat penting bagi anak. Sebab, melarang anak bermain akan
dapat mematikan hatinya, mengacaukan kecerdasannya, dan akan merusak ritme
hidupnya (Fadrillah, 2019:11). Perkembangan kognitif juga sangat penting pada anak
usia dini.Perkembangan kognitif pada anak usia 4 sampai 5 tahun terdiri dari
pemecahan masalah, berpikir logis dan berpiki simbolik. Keterampilan simbolik pada
anak usia 4 sampai 5 tahun ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk menomori
banyak benda dari 1 - 10 serta mengenal konsep dan simbol bilangan. Pada
PERMENDIKBUD Nomor 146 Tahun 2014 diketahui memiliki indikator berpikir
simbolik, dimana anak mampu mengasosiasikan benda konkret dengan simbol angka
dari 1 sampai 10 ( Fitria, 2018).
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya melibatkan pendididkan dalam proses
mengasuh, mengasuh dan mendidik anak dengan menciptakan aura dan lingkungan
dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan untuk
meningkatkan pengalaman belajarnya, meliputi upaya dan tindakan. Mengetahui dan
memahami lingkungan, termasuk segala kemungkinan dan seluruh kecerdasan anak,
melalui observasi, peniruan, dan eksperimen yang berulang-ulang. Salah satu
keterampilan yang harus dimiliki siswa PAUD adalah kemampuan beradaptasi secara
optimal terhadap kebutuhan masyarakat dan mengikuti pelatihan lanjutan secara
optimal. Keterampilan dasar yang dikembangkan di PAUD meliputi keterampilan
kognitip. Perkembangan kognitif bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
anak. Keterampilan kognitif ini diharapkan mampu membuat anak mampu mengenal
konsep sains dan matematika sederhana.
Menurut Aisyah (2007), matematika merupakan salah satu keterampilan yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari anak. Dapat dikatakan bahwa daya
komputasi diperlukan untuk seluruh aktivitas manusia. Kegiatan berhitung pada anak
usia dini sering disebut dengan membaca angka secara berurutan (Adiputri, 2021).
Menurut Abubakar, media yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini
dapat berupa apa saja yang untuk menunjang hasil belajar anak usia dini, seperti alat
yang menyajikan proses dengan cara yang mudah dipahami anak. Media pembelajaran
(dalam Hasibuan), 2020). Penggunaan kartu angka juga membantu mengembangkan
pengetahuan dasar matematika, khususnya simbol bilangan dan angka. Hal ini
mempersiapkan mental anak untuk mengikuti pembelajaran matematika tingkat tinggi,
termasuk mengenalkan simbol bilangan, warna, bentuk dan ukuran yang sesuai.
Kepada Pratiwi (2017, dalam Hasibuan, 2020). Menurut Elyana dan Latief (Hasibuan,
2020), pengembangan keterampilan kognitif dapat dengan mudah dicapai melalui
berhitung, berhitung, mengelompokkan benda, dan lain-lain.
Sesuai dengan judul penelitian yang dilakukan yaitu meningkatkan
kemampuan mengenal simbol angka melalui kartu angka di TK Al-Hikmah,
kemampuan ini sangat penting dimiliki oleh anak usia dini. Menurut Musfiroh (Sari &
Fauziddin, 2017), permainan dengan menggunakan kartu angka dapat mendorong
anak berinteraksi dengan angka dan meningkatkan kemampuannya dalam mengenal
angka dan simbolnya. Kartu angka juga bisa dibuat di TPA, KB, dan TK. Berdasarkan
observasi dan pengujian kemampuan pengenalan lambang bilangan yang dilakukan
pada tanggal 18 dan 19 Oktober 2023 diketahui bahwa 8 dari 12 anak masih memiliki
kemampuan pengenalan angka yang buruk. Data yang diperoleh pada saat tes
kemampuan mengenal lambang bilangan dengan menggunaakan stik es krim yaitu
kemampuan mengucapkan 1 sampai 10 menunjukkan bahwa 6 anak ( 50% ) mampu
berhitung dengan benar dan 6 anak (50%) masih bingung. orang..%). Selanjutnya
mengenai kemampuan mengasosiasikan gambar dengan simbol angak, 4 anak (33,3%)
sudah mampu, dan 8 anak (66,7%) masih belum mampu. Maka dari itu di lembaga
kami akan terus mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara permainan
melalui media kartu angka.
Berdasarkan pengamatan tersebut, penulis mengenali beberapa faktor yang
menyebabkan menurunnya kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan,
antara lain penggunaan media dan alat peraga yang masih kurang menarik bagi anak.
Seringkali guru menggunakan media papan tulis sehingga anak menjadi kurang
tertarik dalam belajar, khususnya belajar dalam pengenalam lambang bilangan. Selain
itu, guru juga menggunakan metode pembelajaran yang rendah variasinya, dan guru
sering menggunakan metode tanya jawab atau ceramah untuk menjelaskan kepada
anak cara mengenal lambang bilangan, sehingga anak menjadi memahami
pembelajaran tersebut.
Mengingat pentingnya pengenalan lambang bilangan pada anak, maka perlu di
lakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Anak Dalam Mengenal
Lambang Bilangan Melalui Media Kartu Angka”. Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang teridentifikasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Merencanakan
Mengamati
Dari diagram di atas terlihat bahwa diagram tersebut mencakup empat fase
yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas, sehingga membentuk siklus PTK yang
dapat direpresentasikan sebagai spiral. Menurut (Wibawa, B, 2003), Proses PTK
mempunyai empat kegiatan yang membentuk suatu siklus kegiatan. Keempat kegiatan
tersebut dijelaskan sebagai berikut : membuat rencana aksi dengan kata lain, ini adalah
tindakan strukturnya harus berwawasan ke depan dan berorientasi pada masa depan.
Perencanaan harus menyadari bahwa semua kegiatan sosial berada dalam batas-batas
tertentu yang dapat diprediksi. Rencana harus fleksibel untuk mengakomodasi
dampak yang dapat diperkirakan dan hambatan yang sebelumnya tidak terlihat.
Langkah-langkah yang diambil juga harus memperhitungkan semua resiko yang
terkait dengan perubahan sosial, dan langkah-langkah yang dipilih harus
memungkinkan para peserta untuk bertindak lebih efektif dalam segala situasi.
Langkah-langkah tersebut harus memberdayakan semua praktisi untuk mengatasi
hambatan yang ada, selalu merespons situasi tertentu dengan tepat, dan berhasil
sebagai pendidik, pelaksana atau pemimpin, dan mendukung semua praktisi dalam
melakukan hal tersebut. Tindakan adalah sesuatu yang dapat dilakukan secara sadar
dan terkendali dan juga merupakan jenis praktik yang disengaja dan bijaksana. Dalam
setiap tindakan, amalan selalu merupakan cara berpikir yang menjadi landasan bagi
pengembangan di masa depan, yaitu tindakan yang selalu mengandung niat untuk
memperbaiki keadaan. Langkah ini didasrkan pada rencana sebelumnya. Tindakan
yang bersifat fleksibel dan dapat terus diubah tergantung situasi yang ada. Harus selalu
diingat bahwa tindakan tersebut berkaitan dengan tindakan dimasa lalu. Selanjutnya
kita melakukan observasi untuk mencatat dampak dari tindakan yang terkait.
Observasi bersifat berwawasan ke depan dan selalu memberikan dasar bagi pemikiran
masa kini. Pengamatan juga perlu dilakukan dengan lebih hati-hati dan selalu
terencana sehingg selalu ada dasar yang terdokumentasi untuk refleksi dikemudian hari.
Observasi juga harus bersifat reflektif dan terbuka terhadao pandangan dan pemikiran
semua orang. Penelitian yang dilakukan di PTK meliputi pengamatan terhadap proses
pengambilan tindakan, pengaruh terhadap tindakan, kondisi dan hambatan tindakan,
kondisi dan hambatan tersebut dapat menghambat atau juga menciptakan kondisi
yang menguntungkan bagi rencana tindakan dan dampaknya, serta permasalahan lain
yang timbul. Observasi juga dapat berkontribusi besar dalam meningkatkan praktik
melalui pemahaman yang baik terhadap setiap tindakan apa yang difikirkan. Refleksi
melibatkan mengingat dan merefleksikan tindakan sebenarnya yang dicatat selama
kegiatan observasi. Refleksi juga berupaya memahami proses nyata, permasalah dan
hambatan dalam tindakan strategis. Refleksi juga mempertimbangkan semua aspek
berbeda yang mungkin ada dalam sutiasi sosial apapun dan selalu mencakup
permasalahan dan keadaan dimana masalah tersebut muncul. Refleksi juga dilakukan
dengan bantuan peserta tindakan.
Melalui kegiatan reflektif, kita akan mencapai akan rekonstruksi makna situasi dan selalu
menciptakan landasan untuk memperbaikan rencana. Refleksi juga mempunyai aspek
evaluatif, karena refleksi mengharuskan peneliti untuk selalu mempertimbangkan
pengalamannya untuk menilai apakah pengalaman tersebut telah memberikan dampak
yang diinginkan. Efisien dan selalu memberikan saran tentang prosedur yang harus diikuti
untuk tindakan lebih lanjut. Kerangka reflektif yang terkait dengan PTK diterapkan:
9
8 8
7
7
6
5 5
4
4
Jumlah Anak
3
2
1
0
MengurutkanMenghubungkan
lambang bilangan sesuai kartu angka
Jumlah anak yang sudah mampuJumlah anak yang belum mampu Column1
4
3
2
2
0
Mengurutkan Menghubungkan
lambangsesuai kartu bilanganangka
Pada diagram terlihat jelas bahwa pada siklus I ke siklus II hasil pengenalan
konsep lambang bilangan sebagai pendukung mengalami peningkatan. Oleh karena
itu, dapat disimpilkan bahwa penggunaan kartu angka dapat meningkatkan pengenalan
konsep simbol bilangan pada anak kelompok A TK AL-HIKMAH. Dalam penelitian
PTK siklus I dan siklus II tentunya terdapat faktor yang menunjang keberhasilan yaitu
Motivasi anak. Pada hakikatnya motivasi adalah suatu usaha yang dilakukan secara
sadar dan dapat memotivasi, mengarahkan dan memelihara tingkah laku seseorang
agar dapat untuk melakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk mencapai hasil atau
tujuan tertentu (Febrita, Y., & Ulfah, M, 2019).
Menurut Clayton Alderfer (dalam Febrita, Y., & Ulfah, M, 2019) Motivasi
belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong
oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi selalu
dipandang sebagai suatu dorongan mental yang dapat menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, terutama perilaku belajar. Disamping motivasi, ada
juga metode, media, dan sumber belajar yang menarik dan bervariatif juga dapat
meningkatnya hasil belajar anak. Menurut Derek Rowntree (dalam Wahyuningtyas,
R., & Sulasmono, B. S, 2020), menjelaskan bahwa media pembelajaran juga
mempunyai pengaruh untuk membangkitkan motivasi belajar anak, dengan cara
mengulang-ulang apa yang telah dipelajari, selalu memberikan rangsangan belajar,
mengaktifkan respon siswa., memberikan umpan balik langsung. Umpan balik dan
selalu mendorong kelancaran proses pelatihan. Oleh karena itu, dapat kita simpulankan
bahwa media pembelajaran juga dapat digunakan oleh guru sebagai perantara untuk
menyampaikan materi kepada siswanya sehingga siswa mudah memahami materi
yang diajarkan. Selain itu, guru harus mampu menciptakan dan memelihara kondisi
kelas yang ramah siswa untuk mengembangkan lingkungan belajar yang positif,
kreatif, produktif dan menyenangkan. Dalam pengelolaan kelas, hal ini tidak bisa
hanya berupa penataan ruang kelas, baik fasilitas maupun rutinitasnya. Kegiatan
pengelolaan kelas bertujuan untuk menciptakan dan memelihara suasana dan kondisi
kelas. Sehingg proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien
(Wahid, A., Muali, C, & Mutmainnah, M, 2018).
Kesimpulan Dan Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulakan bahwa kemampuan anak
dalam mengenal angka melalui kegiatan mampu menyusun simbol bilangan dengan
kartu angka dan anak dapat menghubungkan gambar berdasarkan kartu angka dapat di
tingkatkan dengan menggunakan media kartu angka. Hal ini terbukti pada siklus I
hanya sebesar 33,3% dan setelah dilaksanakan kegiatan pada siklus II jumlah tersebut
meningkat menjadi 75% dan ditunjukkan melalui hasil yang dicapai anak pada
kegiatan pengenalan konsep bilangan pada usia 4-5 tahun, bisa meningkat dengan
sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak mengenal angka melalui
penggunaan media kartu angka di kelompok A di TK AL-HIKMAH mengalami
peningkatan dan berjalan dengan sangat baik.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang ingin diajukan
peneliti kepada: sekolah, untuk mendukung dan menciptakan peluang bagi guru untuk
mengembangkan inovasi pembelajaran melalui proses belajar mengajar yang inovatif.
Guru perlu lebih keatif dalam mengembangkan gagasan, mampu memotivasi anak
dalam belajar dan lebih cermat dalam memberikan penguatan pada anak untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengenal simbol bilangan. Lembaga juga harus
mampu memfasilitasi sarana dan prasarana sekolah yang mampu menunjang setiap
kegiatan perkeembangan dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, A., Muali, C., & Mutmainah, M. (2018). Manajemen Kelas Dalam
Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif; Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar Siswa. Al-Fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan.