Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA

PRASEKOLAH DI TK KENANGA NYANGKOKOT SUKABUMI


KABUPATEN SUKABUMI

USULAN PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata ajar skripsi
di Prodi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Oleh :
NAWAF ERDIANSYAH
C1AA19071

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
SUKABUMI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan anak pada usia prasekolah sangat penting karena

anak akan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Apabila

perkembangan tersebut mengalami masalah maka anak akan mengalami

kesulitan dalam tahap belajar selanjutnya (Maulina, 2018). Secara garis besar,

ranah perkembangan anak terdiri atas motorik kasar, motorik halus,bahasa /

bicara, dan personal sosial /kemandirian. IDAI (2017) menyebutkan untuk

mencapai keberhasilan pada masa tersebut, dibutuhkan peran pengasuh anak

yaitu ibu. Jika peran tersebut dapat dimainkan dengan baik oleh ibu, maka

pertumbuhan dan perkembangan anak dapat mencapai titik optimal (Maulina,

2018). Kenyataan pada saat ini banyak anak usia dibawah lima tahun (balita)

mengalami gangguan perkembangan, speech delay salah satu gangguan

perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak balita. Biasanya anak

yang mengalami speech delay ia juga bermasalah pada gangguan

pendengaranya. Saat ini banyak balita mengalami gangguan perkembangan

motorik dan banyak anak yang mengalami kecerdasan kurang dan

keterlambatan bicara. Sebagian besar ibu menganggap permasalahan

keterlambatan bicara merupakan hal sepele, sehingga yang awalnya hanya

gangguan kecil menjadi gangguan yang sulit disembuhkan.

Menurut UNICEF tahun 2020 didapat data masih tingginya angka

kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita

1
2

khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta

anak mengalami gangguan (UNICEF 2020 dalam Fauzia, 2021). Data nasional

menurut Kementrian Kesehatan Indonesia bahwa pada tahun 2019, 11,5% anak

balita di Indonesia mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan.

Cakupan SDIDTK anak balita di Jawa Barat pada tahun 2018 sebesar 70,34%

yang masih dibawah target 83% (Dinkes prof jabar, 2018). Sedangkan cakupan

SDIDTK balita dinas kesehatan Sukabumi pada tahun (2019) sebesar 84,58%

masih dibawah target sebesar 85% (Dinkes Sukabumi (2019). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Rahmat (2019) yang dilakukan di wilayah kerja

puskesmas, Sukabumi, Kab.Sukabumi diperoleh dari 5 Anak teridentifikasi 3

anak dengan perkembangan dalam kategori yang meragukan dan 2 lainnya

mempunyai perkembangn yang sesuai (normal). Hal ini disebabkan karena

kurangnya pemahaman orang tua atau keluarga dalam menstimulus

perkembangan anak. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada

tanggal 17 September 2022 di TK Kenanga Nyangkokot Kec.Sukabumi

Kab.Sukabumi dengan wawancara terhadap 10 ibu didapatkan 6 ibu (60%)

yang kooperatif terhadap perkembangan anaknya, dan terdapat 4 ibu (40%)

yang kurang kooperatif terhadap perkembangan anaknya.

Seorang anak memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh

kembangnya. Optimalisasi perkembangan diperlukan adanya interaksi antara

anak dan orangtua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses

perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera

mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sedini mungkin dan

memberikan stimulus tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek


3

fisik, mental, dan sosial. Terdapat empat faktor risiko yang mempengaruhi

perkembangan anak-anak di negara berkembang yaitu malnutrisi kronis berat,

stimulasi dini yang tidak adekuat, defi siensi yodium dan anemia defisiensi

besi. Salah satu faktor resiko yang penting dan berhubungan dengan interaksi

ibu dan anak adalah pemberian stimulasi dini (Hati, 2019). Karena pada masa

ini anak akan meningkatkan kemampuan dalam berbagai hal. Pencapaian

kemampuan ini akan membuat dirinya bangga. Hambatan atau kegagalan untuk

hal tersebut mengakibatkan anak merasa rendah diri, sehingga pada masa

dewasa akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi (Hasneli, 2021).

Berbagai upaya yang diberikan kepada anak berupa rangsangan untuk

tumbuh kembangnya terutama untuk otak. Pengoptimalan otak manusia

dilakukan dengan diberikannya rangsangan sebanyak mungkin melalui semua

alat indera yang ada. Dalam hal ini peran ibu sangat penting karena pada masa

ini anak usia prasekolah dapat melakukan berbagai hal termasuk interaksi dan

prestasi belajar untuk menghasilkan suatu karya berdasarkan kemampuan diri

sendiri (Hasneli, 2021)

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan peran ibu terhadap perkembangan anak usia

prasekolah di TK Kenanga Nyangkokot Kec.Sukabumi Kab.Sukabumi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
4

Menganalisis hubungan peran ibu terhadap perkembangan anak usia

prasekolah di TK Kenanga Nyangkokot Kec.Sukabumi Kab.Sukabumi

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi peran ibu di TK Kenanga Nyangkokot Kec.Sukabumi


Kab.Sukabumi

b. Mengidentifikasi perkembangan anak usia prasekolah di TK Kenanga

Nyangkokot Kec.Sukabumi Kab.Sukabumi

c. Menganalisis hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia

prasekolah di TK Kenanga Nyangkokot Kec.Sukabumi

Kab.Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang

kesehatan dan pendidikan dengan mendapatkan metode untuk meningkatkan

kualitas peningkatan perkembangan anak usia prasekolah.

1.4.2 Praktis

1. Bagi responden (Ibu)

Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi orang tua

khususnya ibu mengenai pentingnya peran ibu terhadap perkembangan anak.

2. Tempat Penelitian (Guru TK Kenanga)

Dapat dijadikan informasi tambahan terkait dengan adanya penelitian

perkembangan pada anak usia prasekolah.


5

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya dapat dijadikan bahan

refrensi untuk meneliti faktor-faktor lain yang belum

diteliti dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai