Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA

PRASEKOLAH DI KABUPATEN BLORA

Proposal Skripsi

Disusun sebagai salah satu syarat melakukan penelitian

Oleh:

Elvin Anggrianti

NIM. G2A018030

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala rumah
tangga dan beberapa orang yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan merupakan
“lembaga” yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan
erat dan saling ketergantungan antara anggota dan keluarganya begitu penting
sehingga keluarga sebagai satu kesatuan yang melayani harus diperhitungkan (Wati &
Ardiani, 2020). Tahap pra sekolah dimulai pada saat anak berusia 3 tahun dan
berakhir pada saat anak berusia 5 tahun. Tahap perkembangan taman kanak-kanak
harus menanggapi kebutuhan dari anak prasekolah (menurut pertumbuhan dan
perkembangan, proses pembelajaran dan kotak sosial) dan memiliki rencana kelahiran
masa depan. Tugas perkembangan keluarga anak pra sekolah adalah anak
bersosialisasi, mengintegrasikan anak baru, sekaligus memenuhi kebutuhan anak
lainnya, memelihara hubungan keluarga yang sehat dan di luar keluarga, dan
memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti perumahan, ruang bermain, privasi dan
keamanan (Wati & Ardiani, 2020). Menurut Duvall (1977), sebuah keluarga akan
bertumbuh dan berkembang. Awalnya dua orang individu membangun keluarga
sebagai pasangan, tugas mereka saling menyesuaikan diri satu sama lain agar tercipta
keharmonisan (married couple). Setelah mereka dikaruniai anak pertama, mereka
memasuki tahap keluarga yang disebut childbearing families. Memasuki tahap ini,
tugas mereka bertambah pula, bukan hanya sebagai pasangan, melainkan juga sebagai
ayah / ibu bagi anak-anaknya.
Menurut (Rachman, 2018) Fenomena pada permasalahan keluarga tahap
perkembangan anak usia prasekolah di Blora yaitu ekonomi dan pendidikan keluarga,
kebanyakan dari keluarga hanya perpendidikan jenjang SD sebesar 25 %, sedangkan
yang berpendidikan SMP sebesar 73%. Keluarga dengan berpenghasilan rendah
mungkin juga memiliki pengetahuan, waktu atau kemampuan yang terbatas untuk
melibatkan anak-anak mereka dalam bermain dan berkomunikasi (Suprayitno et al.,
2021). Sedangkan menurut (Septiani et al., 2016) Sebagian keluarga yang tidak
mengikutkan anaknya ke PAUD mengeluh bahwa anaknya kurang mandiri dan
sebagian keluarga beranggapan bahwa anak dengan usia kurang dari 5 tahun keluarga
masih mampu mengasuh dan mendidik ananknya sendiri.
Peran keluarga sangat dibutuhkan karena anak membutuhkan orang lain dalam
setiap proses tumbuh kembangnya (Markham, 2019). Jika orang tua kurang ikut
terlibat langsung dengan kegiatan anak, atau adanya pengaruh stimulasi lain yang
besar dari selain orang tua, maka dapat terjadi keterlambatan tumbuh kembang anak
dan tanda bahaya perkembangan anak tidak bisa dideteksi dini secara awal (IDAI,
2013). Ada tahap perkembangan dalam keluarga, salah satunya adalah keluarga
dengan anak pra sekolah. Keluarga pra sekolah adalah keluarga yang dibuat dengan
anak pertama pada usia menjadi anak prasekolah (2,5-5 tahun). keluarga pada tingkat
pra sekolah adalah keluarga tahap perkembangan III (Nafisa & Ardiani, 2020).
Orang tua akan memberi kesempatan kepada anak untuk memulai dan
memahami sesuatu sendiri, membiarkan anak belajar hal-hal baru yang tidak
diketahui sebelumnya, namun keluarga tetap menjadi lingkungan terdekat anak yang
berfungsi memantau dan memberikan pengawasan dalam hal membenarkan
pemahaman anak yang salah (Sumarni et al., 2020).
Menurut UNICEF 2012 di Indonesia 40% balita dipedesaan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat (Kemenkes, 2017). WHO
melaporkan bahwa 5-25% dari anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak
minor, termasuk gangguan perkembangan. Dari 200 juta anak usia 4-6 tahun di
negara-negara berkembang, lebih dari sepertiganya tidak terpenuhi potensinya untuk
perkembangan yang optimal (UNICEF, 2006). Tidak terpenuhinya potensi
perkembangan anak akan menyebabkan terganggunya perkembangan anak dimasa
yang akan datang.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Eka irmilia dkk bahwa waktu
yang memiliki orang tua untuk mengikuti perkembangan anaknya merupakan hal
penting yang dapat melatarbelakangi peran keluarga yang baik. Orang tua yang tidak
bekerja biasanya memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendampingi anak,
sehingga juga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menstimulus anaknya
lebih lama. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan hasil skrinning
perkembangan yang berbeda-beda, dengan rentang nilai 13%-28,5%. Tujuh puluh
persen anak dengan keterlambatan tidak teridentifikasi tanpa skrining, sedangkan 70-
80% anak dengan keterlambatan perkembangan teridentifikasi dengan skrining
perkembangan yang baik (Fadlyana, 2003). Penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Asthiningsih pada tahun 2018 yang berjudul Deteksi Dini Perkembangan Balita
dengan Metode DDST II di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda
didapatkan hasil perkembangan pada balita dengan menggunakan metode DDST II
yaitu perkembangan anak normal berjumlah 93 anak (82,3%), abnormal ada 2 anak
(1,8%), dan suspect ada 18 balita (15,9%). Hasil tersebut didapatkan berdasarkan 4
aspek perkembangan, yaitu personal sosial, adaptif-motorik halus, bahasa, dan
motorik kasar.
Hasil skrining di berbagai tempat akan berbeda tergantung dengan faktor -
faktor yang mempengaruhi perkembangan seperti halnya pada penelitian yang
dilakukan oleh Anindhita pada tahun 2017 didapatkan bahwa faktor usia, jenis
kelamin, dan riwayat prematuritas dapat mempengaruhi perkembangan anak pada usia
prasekolah. Selain itu, ada pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keterlambatan anak pada usia prasekolah. Hal itu didapatkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Moonik, dkk (2015) didapatkan bahwa berat badan lahir rendah dan
kepadatan hunian berhubungan dengan keterlambatan perkembangan anak. Maka dari
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Tugas Perkembangan Keluarga Pada
Tahap Anak Usia Prasekolah di Blora”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kajian latar belakang tersebut rumusan permasalahan yang ditetapkan
penulis yaitu ingin mengetahui bagaimana tugas perkembangan keluarga pada anak
usia pra sekolah di Kabupaten Blora.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah
di Kabupaten Blora.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.
b. Mendeskripsikan permasalahan yang muncul pada proses perkembangan anak
usia pra sekolah.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan acuan yang diperlukan dalam meningkatkan pelaksanaan praktek
pelayanan keperawatan khususnya pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
2. Bagi Instansi Akademik
Hasil penelitian keperawatan ini dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah dan
peningkatan perkembangan ilmu keperawatan khususnya Keperawatan Keluarga
tentang tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
perawat serta meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan khususnya
pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
4. Bagi Klien
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan
informasi mengenai tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam rung lingkup penelitian Keperawatan Keluarga.

F. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang hampir sama sudah pernah dilakukan, dengan


variabel yang berbeda, tempat yang berbeda atau metode penelitian yang berbeda.
Penelitian yang sudah dilakukan terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1

Keaslian penelitian

Judul, Nama, Variabel


Rancangan
No Tahun, Tempat penelitian Hasil penelitian
penelitian
penelitian
1 Peran Keluarga - Peran observasional Hasil penelitian ini adalah terdapat
Berhubungan kelurga analitik hubungan yang signifikan antara peran
dengan Tumbuh - Tumbuh keluarga dengan tumbuh kembang anak
Kembang Anak kembang prasekolah di TK Al-Amanah Desa
Usia anak Barat (= 0,000). Meskipun anak sudah
Pra Sekolah - Usia mendapat stimulus melalui
Suprayitno et al., prasekolah pembelajaran dari guru di TK, namun
(2021) keluarga tetap menjadi individu paling
dekat dengan anak dan lingkungan
pertama bagi anak sekaligus menjadi
faktor pendukung dalam tahap tumbuh
kembangnya
2 Peran Orang Tua Peran orang tua metode kualitatiff Hasil penelitian ini adalah terdapat
dalam Menstimulasi deskriptif. Sampel peran penting orang tua dalam
Menstimulasi Bahasa anak dipilih perkembangan bahasa anak usia pra
Perkembangan Usia prasekolah menggunakan sekolah. Kebersamaan antara anak dan
Bahasa Anak teknik saturation orang tua dinilai penting karena pada
Usia Pra Sekolah sampling usia tersebut anak dengan mudah
Oktaviani et al., menyerap lingkungan sekitar, sehingga
(2020 jika tidak diawasi, dikhawatirkan anak
akan mengikuti contoh yang buruk.

3 “Lingkungan - Lingkungan Metode Hasil dari penelitian ini adalah stimulasi


Keluarga Sebagai keluarga penelitian ini dari lingkungan keluarga memiliki
Sumber Stimulasi - Stimulasi adalah metode pengaruh yang lebih kuat pada
Utama Untuk perkembanga eksplanatori dan perkembangan kognitif anak
Perkembangan n kognitif cross sectional. dibandingkan dengan stimulasi dari
Kognitif Anak Usia anak lingkungan luar. Hal ini terjadi karena
Pra Sekolah - Anak usia orang tua merupakan guru yang utama
Elmanora et al., prasekolah bagi anak.
(2017)
4 Integrated School- - Keperawatan Penelitian ini Hasil dari penelitian ini adalah sekolah
Family Partnerahipa keluarga menggunakan dan keluarga harus saling membangun
in Preschool: - Anak nusia metode hubungan, berkomunikasi dan saling
Building Quality prasekolah penelitian terlibat dalam memberikan pendidikan
Involvement kualitatif pada anak usia pra sekolah agar dicapai
Through hasil yang maksimal.
Multidimensional
Relationships
Nitecki (2015)

Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian


sebelumnya diantaranya yaitu, (1) Tempat penelitian, penelitian ini akan
dilakukan di Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. (2) Variabel penelitian,
variabel dalam penelitian ini yaitu tugas perkembangan keluarga pada tahap anak
usia pra sekolah, sedangkan pada penelitian sebelumnya yaitu pada keluarga
dengan anak child bearing. (3) Rancangan penelitian, pada penelitian ini
menggunakan pendekatan kuanitatif deskriptif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga prasekolah
1. Pengertian keluarga
Dalam keluarga terdapat beberapa perkembangan, salah satunya adalah
keluarga dengan tahap perkembangan anak usia prasekolah. Keluarga pada tahap
prasekolah adalah keluarga yang dimulai dengan anak pertama usia prasekolah (2,5-5
tahun). Keluarga pada tahap prasekolah merupakan tahap perkembangan keluarga ke
III (Paradila, 2012).
Menurut Duvall (1977), sebuah keluarga akan bertumbuh dan berkembang.
Awalnya dua orang individu membangun keluarga sebagai pasangan, tugas mereka
saling menyesuaikan diri satu sama lain agar tercipta keharmonisan (married couple).
Setelah mereka dikaruniai anak pertama, mereka memasuki tahap keluarga yang
disebut childbearing families. Memasuki tahap ini, tugas mereka bertambah pula,
bukan hanya sebagai pasangan, melainkan juga sebagai ayah / ibu bagi anak-anaknya.
Perkembangan anak prasekolah disebut dengan “Golden Age” yang artinya
perkembangan pada usia ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan anak dalam waktu dekat sampai tumbuh dewasa. Secara umum, anak
usia dini mempelajari berbagai hal pada tahap ini, termasuk perkembangan motorik,
kognitif, bahasa, dan keterampilan sosial pribadi. Salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan adalah organisasi sosial pribadi (Adii et al., 2021). Sedangkan
menurut pendapat (Wasaniyah, 2017) usia prasekolah adalah usia yang sangat rentan
terkena penyakit, karena pada usia motorik anak mulai aktif dan terus menerus
bertambah. Anak-anak bias melakukan aktivitas yang dekat dengankuman yang dapat
menyebabkan penyakit seperti flu, batuk, diare, dan sebagainnya. Sedangkan para
orang tua hanya menganggap penyakit itu adalah hal yang biasa.
Masa 5 tahun pertama merupakan masa yang pendek dan tidak akan terulang
kembali dalam kehidupan seorang anak, maka orang tua, pengasuh, dan pendidik
harus memanfaatkan periode yang singkat ini untuk membentuk menjadi bagian dari
generasi penerus yang tangguh dan berkualitas. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu
dengan memerhatikan tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang optimal adalah
tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
anak. Dengan mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak sejak dini, maka
dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta
pemulihannya sedini mungkin pada masa-masa proses tumbuh kembang anak
sehingga akan tercapai hasil yang diharapkan (Dinkes, 2014).

B. Tahap dan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah


Ini adalah tahap ke 3 dari 8 tahap perkembangan keluarga dalam tahap perkembangan
anak prasekolah:
Tahap perkembangan prasekolah dimulai saat anak umur 3 tahun dan berakhir
saat anak umur 5 tahun. Tahap perkembangan prasekolah adalah menyesuaikan pada
kebutuhan diantara anak prasekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar
dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan
menurut (Kemenkes, 2013) yaitu:
1) Mensosialisasikan anak
2) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
yang lain
3) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga
4) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan
keamanan.

Sedangkan menurut (Andi, 2018) keluarga dengan anak usia prasekolah


dimulai sejak anak-anak pertama (anak usia 2-6 tahun), tugas perkembangan keluarga
dengan anak usia prasekolah yaitu:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga


2) Mensosialisasikan anak
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
yang lainnya
4) Mempertahankan buhungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga
5) Menanamkan nilai dan norma kehidupan
6) Mulai mengenalkan kultur keluarga
7) Menanamkan keyakinan beragama
8) Memenuhi kebutuhan bermain anak.
C. Masalah yang sering muncul pada keluarga dengan anak usia prasekolah
Menurut pendapat (Supartini, Y. 2012) ada beberapa masalah yang sering muncul
pada keluarga dengan anak usia prasekolah yaitu:
1. Masalah kesehatan

Masalah kesehatan umum pada anak usia prasekolah yaitu diare (Penyakit Dalam
Perut) Agen Pembuka: Bakteri dan virus. Menurut (Darmawati, 2012) Diare dapat
menyerang anak-anak maupun orang dewasa, tetapi anak usia prasekolah lebih rentan
terserang penyakit ini karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah terhadap
penyebaran bakteri penyebab diare. WHO (World Health Organization) tahun 2018,
menyatakan bahwa hampir 1,7 miliar terdapat kasus diare yang terjadi pada anak.
Perolehan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita setiap tahunnya (WHO,
2017).

2. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang dapat menghasilkan
keterampilan baru, meskipun tidak meninggalkan bekas luka atau fisik namun
kecelakaan dianggap sebagai kegagalan dan akan berhati-hati jika membahayakan
anak tersebut.
3. Keracunan

Pada dasarnya, anak-anak prasekolah suka mencoba sesuatu yang dilihat anak-anak
tanpa mengetahui apakah itu berbahaya.bahaya

4. Psikologis
Rasa bersalah terjadi ketika seorang anak tidak mampu mencapai sesuatu dan bisa
menjadi kurang bersosialisasi, marah, dan agresif.
5. Gangguan tidur
Pada usia tiga atau empat tahun, anak itu bermimpi, tetapi anak itu tidak dapat
membedakan antara fantasi dan kenyataan.
6. Hubungan keluarga

Dengan masalah ini biasanya anak mulai iri dengan adanya orang/keluarga baru, anak
merasa orang tua tidak lagi memperhatikan, sehingga anak sering menimbulkan
masalah atau masalah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
D. Faktor - faktor yang menjadi suksesnya pencapaian keluarga dengan anak usia
prasekolah

Faktor ini sangat berpengaruh terhadap pemenuhan perkembangan bagi anak usia
prasekolah yang dilakukan oleh orangtua yaitu: pemenuhan nutrisi pada anak usia
prasekolah, pemenuhan kebutuhan istirahat tidur anak, dan pemenuhan stimulasi
dimana ini sangat berdampak terhadap perkembangan anak usia prasekolah (Potter,
A., & Perry, 2012).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan kali ini adalah penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono 2017:8).
Metode penelitian yang dilakukan kali ini adalah metode penelitian deskriptif.
Riset deskriptif merupakan riset yang bertujuan untuk menggambarkan atau
mengungkap fenomena yang terjadi (Suprajitno, 2016). Penelitian deskriptif
dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta-fakta
mengenai populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam penelitian deskriptif fakta-
fakta hasil penelitian disajikan apa adanya.

B. Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono (2019:126) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut (Sugiyono, 2016) Pada penelitian kali ini, populasinya adalah
keluarga yang memiliki anak usia pra sekolah dimulai sejak anak pertama berumur 2
tahun dan anak tertua berumur 6 tahun di Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
Menurut Arikunto (Dalam Riduwan 2012:56) mengatakan sampel adalah
sebagian dari populasi (sebagai wakil populasi yang di teliti). Sampel penelitian
adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi. Menurut (Sugiyono, 2018:81) Sampel adalah bagian besar dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan maka peneliti menggunakan metode
sampling simple random sampling.

C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Variabel Tugas perkembangan Tahap Kuisioner Ordinal Baik
independent keluarga dalam tahap perkembangan menggunakan Cukup
tugas perkembangan anak keluarga skala likert Sedang
perkembangan prasekolah: dengan anak
keluarga 1. Memenuhi usia pra
kebutuhan sekolah
anggota keluarga
seperti rumah,
ruang bermain,
privasi dan
keamanan.
2. Memelihara
hubungan yang
sehat di dalam
dan luar keluarga.
3. Mengintegrasikan
anak yang baru
4. Mensosialisasikan
anak.
Variabel Keluarga pada tahap Keluarga pada Kuisioner Ordinal Ya
dependent prasekolah tahap menggunakan Tidak
anak usia pra merupakan tahap prasekolah skala likert
sekolah perkembangan adalah
keluarga ke III keluarga yang
dimulai
dengan anak
pertama usia
prasekolah
(2,5-5 tahun).

D. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian merupakan objek penelitian diamana kegiatan penelitian
dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah atau
memperjelas lokasi yang menjadi sasaran dalam penelitian. Lokasi penelitian kali ini
di Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.

E. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal
dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, 1 bulan
pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam
bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.

F. Etika Penelitian
Prinsip etika riset terdapat empat dasar yaitu menghormati harkat dan martabat
manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subyek
riset (respect for privacy and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for
justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan (balancing harms and benefits) (Suprajitno, 2016).
Berikut ini adalah metodologi yang dapat kita gunakan untuk memutuskan apakah
penelitian kita tidak melanggar etika penelitian (Husna & Suryana, 2017), sebagai
berikut:
1. Informed Consent (persetujuan)
Prosedur ini harus dilakukan peneliti untuk memastikan agar subjek penelitian
benar-benar bersedia berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela. Persetujuan
meliputi 3 elemen, yaitu kapasitas subjek penelitian, informasi, dan sukarela.
Ketiga elemen ini harus dipenuhi.
a. Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai kemampuan subjek penelitian untuk
memutuskan apakah dia menginginkan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Dalam hal ini seorang anak dan orang yang cacat mental dianggap tidak
mempunyai kapasitas tersebut.
b. Informasi
Informasi, berarti peneliti telah memberikan informasi secukupnya agar
responden memahami tujuan penelitian dan peran mereka dalam penelitian
tersebut.
c. Sukarela
Sukarela, berarti bahwa subjek penelitian memilih berpartisipasi dalam
penelitian secara sukarela dan bebas mengundurkan diri dari penelitian kapan
saja. Harus dipastikan bahwa tidak ada usaha pemaksaan, pemalsuan,
kebohongan, atau ancaman, pemaksaan secara tersembunyi terhadap subjek
penelitian. Membayar subjek penelitian dapat dilakukan, tetapi peneliti tidak
boleh mengancam untuk memenjarakan, misalnya, agar partisipan bersedia
berpartisipasi dalam suatu penelitian.
Perhatian khusus harus diberikan untuk memperoleh konsen dari anak-anak,
pasien rumah sakit jiwa, dan orang yang cacat mental. Untuk kelompok subjek
penelitian tersebut, kita perlu meminta konsen dari orangtua atau wali mereka.
Namun, subjek penelitian tetap harus diberi informasi sebanyak mungkin
tentang penelitian dan apakah mereka bersedia berpartisipasi dalam penelitian
tersebut.
2. Bahaya atau Risiko
Salah satu hal terpenting dalam hal etika penelitian adalah kita tidak boleh
membahayakan subjek penelitian kita. Termasuk dalam kategori bahaya adalah
membahayakan partisipan secara fisik maupun mengakibatkan merasa stress,
merasa malu ataupun dipermalukan. Harga diri subjek penelitian harus dijaga oleh
setiap peneliti.
Penelitian pendidikan dapat juga menyebabkan bahaya psikologis atau bahaya
sosial, misalnya, sebagai akibat dari intervensi dalam proses belajar maupun
proses sosialisasi. Tugas kitalah sebagai peneliti untuk mengurangi risiko bahaya
semaksimal mungkin. Tugas peneliti untuk menilai apakah bahaya atau risiko
yang harus diterima subjek penelitian melebihi potensi hasil penelitian untuk
memberikan pengaruh yang baik kepada masyarakat.
3. Privasi
Setiap subjek penelitian mempunyai hak untuk tidak mau diketahui bahwa ia
berpartisipasi dalam penelitian kita; dan hak agar informasi yang diberikan kepada
kita tidak dapat dikaitkan dengan mereka. Informasi yang digunakan dalam
penelitian dan dipublikasikan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin kerahasiaan subjek penelitian.
4. Kebohongan
Kebohongan dalam penelitian mencakup kesalahan dalam menginterpretasikan
fakta yang terkait pada tujuan penelitian. Menghilangkan atau meniadakan fakta
sama buruknya dengan salah menginterpretasikan. Bila terdapat kesalahan
interpretasi pada sebagian dari penelitian, sebetulnya subjek penelitian dapat
dianggap tidak sepenuhnya memberikan konsen atau bersedia menjadi partisipan
pada penelitian, dan secara moral penelitian tersebut tidak dapat dibenarkan.
Ada penelitian yang justru tidak menghendaki subjek penelitian mengetahui
perlakuan apa yang akan diberikan pada penelitian eksperimental karena
pengetahuan mereka dianggap dapat mempengaruhi respons mereka (Hawthorne
Effect). Sebetulnya, penelitian seperti ini dapat dikatakan “membohongi” subjek
penelitian. Dari pada tidak memberitahu subjek penelitian tentang perlakuan yang
akan diberikan, sebaiknya kita menggunakan metode placebo, dengan
menggunakan kelompok kontrol, dan kita informasikan bahwa subjek penelitian
dapat saja terpilih menjadi anggota kelompok kontrol ataupun kelompok
perlakuan secara acak.

G. Alat Pengumpul Data


Dalam dunia penelitian dikenal dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dan biasa
dikumpulkan menggunakan metode survei, observasi, eksperimen ataupun
dokumentasi. Sedangkan data sekunder merupakan data yang tidak dikumpulkan
peneliti secara langsung melainkan diambil dari berbagai dokumen cetak ataupun
elektronik. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan angket (questionnaire).
Angket merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
kesepakatan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket ini
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden
(Sugiyono, 2018:124).

H. Prosedur Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Selain metode survei, data primer seperti karakteristik seorang individu juga dapat
digambarkan dengan melakukan observasi atau pengamatan. Istilah observasi
mengacu pada prosedur objektif yang digunakan untuk mencatat subjek yang
sedang diteliti. Metode observasi, misalnya, dapat digunakan untuk menjaring
informasi mengenai bagaimana siswa bersikap dan berinteraksi satu sama lain di
sekolah. Untuk itu, peneliti dapat menggunakan instrumen penelitian yang berupa
pedoman observasi atau dapat juga berupa suatu ceklis (Husna & Suryana, 2017).
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan dalam
penelitian dan praktek mengenai suatu fenomena dalam suatu bidang. Partisipan
penelitian mencatat semua kejadian yang diteliti dalam catatan harian atau jurnal,
Peneliti kemudian melakukan analisis konten terhadap hasil-hasil kajian, laporan-
laporan maupun catatancatatan penelitian. Metode dokumentasi banyak digunakan
pada penelitian historis (historical Research), literatur (literature Review), Meta
analisis (Meta Analysis), analisis konten (content Analysis), dan penelitian yang
menggunakan data sekunder (Husna & Suryana, 2017).
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face-to-face) (Notoatmodjo, 2010:139). Dalam kasus ini,
wawancara dilakukan secara langsung saat melakukan pengkajian keperawatan
dengan klien yang menderita gout arthritis.

I. Rencana Analisis Data


Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan Sugiyono,
(2018:147)
Analisis data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang
telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan objektif yang
didapatkan dalam berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal, untuk
diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih hal - hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Data yang diperoleh didalam lapangan
ditulis/diketik dalam bentuk uraian (Transkip) atau laporan terperinci.
2. Penyajian Data (Data Diplay)
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan. Hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Tetapi yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif
(Narasi).
3. Conclusion Drawing/Verification
Data yang sudah diperoleh kemudian dikategorikan, dicari tema dan polanya
kemudian ditarik kesimpulan, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat, yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai