Proposal Skripsi
Oleh:
Elvin Anggrianti
NIM. G2A018030
2022
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah
di Kabupaten Blora.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.
b. Mendeskripsikan permasalahan yang muncul pada proses perkembangan anak
usia pra sekolah.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan acuan yang diperlukan dalam meningkatkan pelaksanaan praktek
pelayanan keperawatan khususnya pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
2. Bagi Instansi Akademik
Hasil penelitian keperawatan ini dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah dan
peningkatan perkembangan ilmu keperawatan khususnya Keperawatan Keluarga
tentang tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
perawat serta meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan khususnya
pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
4. Bagi Klien
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan
informasi mengenai tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam rung lingkup penelitian Keperawatan Keluarga.
F. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga prasekolah
1. Pengertian keluarga
Dalam keluarga terdapat beberapa perkembangan, salah satunya adalah
keluarga dengan tahap perkembangan anak usia prasekolah. Keluarga pada tahap
prasekolah adalah keluarga yang dimulai dengan anak pertama usia prasekolah (2,5-5
tahun). Keluarga pada tahap prasekolah merupakan tahap perkembangan keluarga ke
III (Paradila, 2012).
Menurut Duvall (1977), sebuah keluarga akan bertumbuh dan berkembang.
Awalnya dua orang individu membangun keluarga sebagai pasangan, tugas mereka
saling menyesuaikan diri satu sama lain agar tercipta keharmonisan (married couple).
Setelah mereka dikaruniai anak pertama, mereka memasuki tahap keluarga yang
disebut childbearing families. Memasuki tahap ini, tugas mereka bertambah pula,
bukan hanya sebagai pasangan, melainkan juga sebagai ayah / ibu bagi anak-anaknya.
Perkembangan anak prasekolah disebut dengan “Golden Age” yang artinya
perkembangan pada usia ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan anak dalam waktu dekat sampai tumbuh dewasa. Secara umum, anak
usia dini mempelajari berbagai hal pada tahap ini, termasuk perkembangan motorik,
kognitif, bahasa, dan keterampilan sosial pribadi. Salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan adalah organisasi sosial pribadi (Adii et al., 2021). Sedangkan
menurut pendapat (Wasaniyah, 2017) usia prasekolah adalah usia yang sangat rentan
terkena penyakit, karena pada usia motorik anak mulai aktif dan terus menerus
bertambah. Anak-anak bias melakukan aktivitas yang dekat dengankuman yang dapat
menyebabkan penyakit seperti flu, batuk, diare, dan sebagainnya. Sedangkan para
orang tua hanya menganggap penyakit itu adalah hal yang biasa.
Masa 5 tahun pertama merupakan masa yang pendek dan tidak akan terulang
kembali dalam kehidupan seorang anak, maka orang tua, pengasuh, dan pendidik
harus memanfaatkan periode yang singkat ini untuk membentuk menjadi bagian dari
generasi penerus yang tangguh dan berkualitas. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu
dengan memerhatikan tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang optimal adalah
tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
anak. Dengan mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak sejak dini, maka
dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta
pemulihannya sedini mungkin pada masa-masa proses tumbuh kembang anak
sehingga akan tercapai hasil yang diharapkan (Dinkes, 2014).
Masalah kesehatan umum pada anak usia prasekolah yaitu diare (Penyakit Dalam
Perut) Agen Pembuka: Bakteri dan virus. Menurut (Darmawati, 2012) Diare dapat
menyerang anak-anak maupun orang dewasa, tetapi anak usia prasekolah lebih rentan
terserang penyakit ini karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah terhadap
penyebaran bakteri penyebab diare. WHO (World Health Organization) tahun 2018,
menyatakan bahwa hampir 1,7 miliar terdapat kasus diare yang terjadi pada anak.
Perolehan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita setiap tahunnya (WHO,
2017).
2. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang dapat menghasilkan
keterampilan baru, meskipun tidak meninggalkan bekas luka atau fisik namun
kecelakaan dianggap sebagai kegagalan dan akan berhati-hati jika membahayakan
anak tersebut.
3. Keracunan
Pada dasarnya, anak-anak prasekolah suka mencoba sesuatu yang dilihat anak-anak
tanpa mengetahui apakah itu berbahaya.bahaya
4. Psikologis
Rasa bersalah terjadi ketika seorang anak tidak mampu mencapai sesuatu dan bisa
menjadi kurang bersosialisasi, marah, dan agresif.
5. Gangguan tidur
Pada usia tiga atau empat tahun, anak itu bermimpi, tetapi anak itu tidak dapat
membedakan antara fantasi dan kenyataan.
6. Hubungan keluarga
Dengan masalah ini biasanya anak mulai iri dengan adanya orang/keluarga baru, anak
merasa orang tua tidak lagi memperhatikan, sehingga anak sering menimbulkan
masalah atau masalah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
D. Faktor - faktor yang menjadi suksesnya pencapaian keluarga dengan anak usia
prasekolah
Faktor ini sangat berpengaruh terhadap pemenuhan perkembangan bagi anak usia
prasekolah yang dilakukan oleh orangtua yaitu: pemenuhan nutrisi pada anak usia
prasekolah, pemenuhan kebutuhan istirahat tidur anak, dan pemenuhan stimulasi
dimana ini sangat berdampak terhadap perkembangan anak usia prasekolah (Potter,
A., & Perry, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan kali ini adalah penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono 2017:8).
Metode penelitian yang dilakukan kali ini adalah metode penelitian deskriptif.
Riset deskriptif merupakan riset yang bertujuan untuk menggambarkan atau
mengungkap fenomena yang terjadi (Suprajitno, 2016). Penelitian deskriptif
dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta-fakta
mengenai populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam penelitian deskriptif fakta-
fakta hasil penelitian disajikan apa adanya.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
D. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian merupakan objek penelitian diamana kegiatan penelitian
dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah atau
memperjelas lokasi yang menjadi sasaran dalam penelitian. Lokasi penelitian kali ini
di Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
E. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal
dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, 1 bulan
pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam
bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.
F. Etika Penelitian
Prinsip etika riset terdapat empat dasar yaitu menghormati harkat dan martabat
manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subyek
riset (respect for privacy and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for
justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan (balancing harms and benefits) (Suprajitno, 2016).
Berikut ini adalah metodologi yang dapat kita gunakan untuk memutuskan apakah
penelitian kita tidak melanggar etika penelitian (Husna & Suryana, 2017), sebagai
berikut:
1. Informed Consent (persetujuan)
Prosedur ini harus dilakukan peneliti untuk memastikan agar subjek penelitian
benar-benar bersedia berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela. Persetujuan
meliputi 3 elemen, yaitu kapasitas subjek penelitian, informasi, dan sukarela.
Ketiga elemen ini harus dipenuhi.
a. Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai kemampuan subjek penelitian untuk
memutuskan apakah dia menginginkan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Dalam hal ini seorang anak dan orang yang cacat mental dianggap tidak
mempunyai kapasitas tersebut.
b. Informasi
Informasi, berarti peneliti telah memberikan informasi secukupnya agar
responden memahami tujuan penelitian dan peran mereka dalam penelitian
tersebut.
c. Sukarela
Sukarela, berarti bahwa subjek penelitian memilih berpartisipasi dalam
penelitian secara sukarela dan bebas mengundurkan diri dari penelitian kapan
saja. Harus dipastikan bahwa tidak ada usaha pemaksaan, pemalsuan,
kebohongan, atau ancaman, pemaksaan secara tersembunyi terhadap subjek
penelitian. Membayar subjek penelitian dapat dilakukan, tetapi peneliti tidak
boleh mengancam untuk memenjarakan, misalnya, agar partisipan bersedia
berpartisipasi dalam suatu penelitian.
Perhatian khusus harus diberikan untuk memperoleh konsen dari anak-anak,
pasien rumah sakit jiwa, dan orang yang cacat mental. Untuk kelompok subjek
penelitian tersebut, kita perlu meminta konsen dari orangtua atau wali mereka.
Namun, subjek penelitian tetap harus diberi informasi sebanyak mungkin
tentang penelitian dan apakah mereka bersedia berpartisipasi dalam penelitian
tersebut.
2. Bahaya atau Risiko
Salah satu hal terpenting dalam hal etika penelitian adalah kita tidak boleh
membahayakan subjek penelitian kita. Termasuk dalam kategori bahaya adalah
membahayakan partisipan secara fisik maupun mengakibatkan merasa stress,
merasa malu ataupun dipermalukan. Harga diri subjek penelitian harus dijaga oleh
setiap peneliti.
Penelitian pendidikan dapat juga menyebabkan bahaya psikologis atau bahaya
sosial, misalnya, sebagai akibat dari intervensi dalam proses belajar maupun
proses sosialisasi. Tugas kitalah sebagai peneliti untuk mengurangi risiko bahaya
semaksimal mungkin. Tugas peneliti untuk menilai apakah bahaya atau risiko
yang harus diterima subjek penelitian melebihi potensi hasil penelitian untuk
memberikan pengaruh yang baik kepada masyarakat.
3. Privasi
Setiap subjek penelitian mempunyai hak untuk tidak mau diketahui bahwa ia
berpartisipasi dalam penelitian kita; dan hak agar informasi yang diberikan kepada
kita tidak dapat dikaitkan dengan mereka. Informasi yang digunakan dalam
penelitian dan dipublikasikan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin kerahasiaan subjek penelitian.
4. Kebohongan
Kebohongan dalam penelitian mencakup kesalahan dalam menginterpretasikan
fakta yang terkait pada tujuan penelitian. Menghilangkan atau meniadakan fakta
sama buruknya dengan salah menginterpretasikan. Bila terdapat kesalahan
interpretasi pada sebagian dari penelitian, sebetulnya subjek penelitian dapat
dianggap tidak sepenuhnya memberikan konsen atau bersedia menjadi partisipan
pada penelitian, dan secara moral penelitian tersebut tidak dapat dibenarkan.
Ada penelitian yang justru tidak menghendaki subjek penelitian mengetahui
perlakuan apa yang akan diberikan pada penelitian eksperimental karena
pengetahuan mereka dianggap dapat mempengaruhi respons mereka (Hawthorne
Effect). Sebetulnya, penelitian seperti ini dapat dikatakan “membohongi” subjek
penelitian. Dari pada tidak memberitahu subjek penelitian tentang perlakuan yang
akan diberikan, sebaiknya kita menggunakan metode placebo, dengan
menggunakan kelompok kontrol, dan kita informasikan bahwa subjek penelitian
dapat saja terpilih menjadi anggota kelompok kontrol ataupun kelompok
perlakuan secara acak.