Anda di halaman 1dari 6

Komunikasi Anak Pada Ibu Bekerja

Arfani Amalia1, Annisaa Nurul Wafa2, Giska Nurul Assyifa Putrisia3, Nabila
Putri Rizqia Ahwan4, Qonita Adzra Habibah Darojat5.
Pendidikan Guru - Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Islam Bandung.

Abstrak
Tujuan penelitian ini memaparkan bagaimana komunikasi pada anak tetap terjalin meski
ibunya bekerja (working mom). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
metode studi kasus. Pengumpulan data menggunakan angket (googleform). Angket yang
digunakan berupa pertanyaan mendalam. Partisipan dalam penelitian ini ialah ibu bekerja
yang memiliki anak usia dini. Penelitian dilakukan di beberapa keluarga di Kota Bandung,
Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa komunikasi anak pada ibu
bekerja perlu ditingkatkan agar kelekatan nya tetap terhubung meskipun terkadang
memiliki hambatan karena waktu yang dimiliki terbatas, sehingga ibu memerlukan strategi
yang sesuai untuk membagi waktu antara keluarga dan pekerjaannya. Dalam penelitian ini
akan membahas bagaimana pola komunikasi yang terjalin antara anak dengan ibu bekerja
serta strategi dan hambatan yang dialami pada ibu bekerja.
Kata Kunci: komunikasi, ibu bekerja, anak usia dini.

Abstract
The aim of this research is to explain how communication between children continues even
though their mother works (working mom). This research uses qualitative research with a
case study method. Data collection uses a questionnaire (google form). The questionnaire
used was in-depth questions. Participants in this research were working mothers who had
young children. The research was conducted in several families in Bandung City, West Java
Province. The research results reveal that children's communication with working mothers
needs to be improved so that their attachment remains connected even though sometimes
there are obstacles because their time is limited, so mothers need appropriate strategies to
divide their time between family and work. This research will discuss the communication
patterns that exist between children and working mothers as well as the strategies and
obstacles experienced by working mothers.

Keywords: communication, working mothers, early childhood.

Copyright (c) 2024 Arfani, Annisaa, Giska, Nabila, Qonita.


Pendahuluan

1
Anak merupakan individu yang memiliki keunikan, dan setiap anak mengalami
perkembangan yang berbeda. Baik guru maupun orang tua perlu memenuhi kebutuhan
anak dengan menciptakan lingkungan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengalami berbagai situasi (Kurniawan, A., et.all, 2023). Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, anak usia dini didefinisikan
sebagai individu yang berusia dari lahir hingga 6 tahun. Menurut pandangan Feld dan Baur,
anak usia dini dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu bayi (lahir sampai 1 tahun), balita
(1-3 tahun), prasekolah (3-4 tahun), awal sekolah dasar (5-6 tahun), dan lanjut sekolah dasar
(7-8 tahun). National Association Education for Young Children (NAEYC) juga
mendefinisikan anak usia dini sebagai kelompok individu yang berusia antara 0-8 tahun,
yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
Penelitian oleh Weiss et al. pada tahun 2013 menyebutkan bahwa ibu yang bekerja
penuh waktu cenderung memiliki keterlibatan yang lebih sedikit dalam mendidik anak-
anaknya. Sebaliknya, ibu yang bekerja paruh waktu dengan penghasilan lebih rendah
mampu menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga dan merawat anak-anak
dengan baik. Sehingga, ibu yang bekerja paruh waktu memiliki kesempatan lebih besar
untuk menjalankan peran sebagai seorang wanita, meliputi pekerjaan rumah, pengurusan
keluarga, dan perhatian terhadap anak-anaknya (Gita, T., N., et.all, 2022).
Peran ibu dalam perkembangan anak dapat diidentifikasi sebagai dua aspek utama.
Pertama, ibu berfungsi sebagai pendidik bagi anak. Ceka (2016) mengungkapkan bahwa ibu
dianggap sebagai guru pertama dan terbaik dalam lingkungan keluarga, menciptakan
perlindungan serta memberikan sugesti positif kepada anak. Tanggung jawab orang tua
dalam mengarahkan perkembangan anak sangat penting agar mereka dapat tumbuh
menjadi individu yang memiliki kepribadian utuh. Sebagai pendidik, ibu memiliki peran
dalam membentuk perilaku kemandirian, baik dalam aspek sosial maupun intelektual.
Kehadiran kasih sayang dan perhatian dari ibu memungkinkan anak untuk menyampaikan
emosinya dengan baik. Peran kedua ibu adalah memenuhi kebutuhan dasar anak. Ini
mencakup memberikan dasar pendidikan tentang budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih
sayang, rasa aman, kepatuhan terhadap peraturan, serta pembiasaan positif seperti
beribadah, berdoa, dan berperilaku baik (Zahrok, 2018). Sebagai pemenuhan kebutuhan
dasar, ibu memberikan landasan yang kokoh bagi perkembangan anak, mencakup aspek-
aspek penting dalam membentuk karakter dan keterampilan dasar mereka.
Kendala komunikasi yang sering dialami oleh anak dan ibu yang bekerja yaitu waktu
yang terbatas. Pulang kerja terlalu larut membuat ibu jarang untuk berkomunikasi dengan
anak dikarenakan anak sudah tidur sehingga tidak ada waktu untuk menghabiskan waktu
bersama anak. Banyak waktu kebersamaan yang terbuang antara anak dan ibu karena ibu
yang memilih untuk bekerja. Tidak sedikit anak yang merengek dan menangis ketika ibunya
pergi bekerja harnya karena ingin ditemani ke sekolah atau bermain. Cara yang dilakukan
ibu dalam menjaga komunikasi dengan anak agar tetap berjalan dengan baik yaitu dengan
bertukar cerita terkait aktivitas masing-masing yang dilakuakan pada hari itu, menelpon dan
melakukan video call di sela waktu istirahat walaupun hanya sekedar untuk menanyakan
keadaan anak seperti sudah makan atau tidur siang, meluangkan waktu untuk mengobrol
dan bercanda dengan anak, membacakan cerita sebelum tidur, bermain bersama, terkadang
ibu mengajak anak untuk jalan-jalan sore jika pulang kerja lebih awal. Tidak sedikit juga ibu
yang jarang menghabiskan waktu bersama anaknya selepas pulang bekerja bahkan terdapat
ibu yang benar-benar sibuk bekerja dan tidak memperhatikan anaknya. Cara ibu yang
bekerja dalam mengatasi kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan memenuhi
kebutuhan anak diantaranya ibu harus pintar dalam membagi waktu, pulang lebih cepat
dan menyempatkan waktu untuk menemani dan bermain dengan anak, mengesampingkan
ego walaupun terasa capek setelah bekerja, ketika libur bekerja ajak anak sesekali untuk
keluar bersama agar hubungan antara anak dan ibu semakin lekat.
Komunikasi efektif antara orangtua dan anak dapat terjadi ketika keduanya memiliki
hubungan yang dekat, saling menyukai, menjalani komunikasi yang menyenangkan, dan
saling terbuka satu sama lain, sehingga rasa percaya diri dapat tumbuh (Rahmat, 2007).

2
Komunikasi Pada Ibu Bekerja

Keefektifan komunikasi ini bergantung pada keterbukaan dan dukungan positif dari
orangtua, yang memungkinkan anak menerima dengan baik apa yang disampaikan.
Pentingnya menjalani komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak juga terletak pada
kemampuan untuk menghasilkan feedback dari kedua belah pihak serta memastikan pesan
yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. Para ahli lain menyatakan bahwa
komunikasi yang berhasil melibatkan tiga komponen utama, yaitu pembicara (orangtua),
pendengar (anak), dan pesan yang disampaikan (Zarkasyi, 2005: 65). Dengan demikian,
komunikasi dapat berlangsung dengan baik jika orangtua dan anak mampu menyampaikan
pendapat mereka secara jelas dan bersedia untuk mendengarkan baik pesan yang
disampaikan secara verbal maupun isyarat (non-verbal) atau gerakan tubuh dari lawan
bicara.
Membentuk komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak dapat dilakukan dengan
beberapa cara (Hardiningrum, A., n.d.). Pertama, penting untuk bersikap terbuka dengan
anak, terutama ketika mereka sudah dapat memahami dan mengerti situasi keluarga.
Sebagai contoh, jika seorang ibu bekerja, penting untuk menjelaskan kepada anak bahwa
pekerjaan ibu adalah suatu keharusan, dan dalam beberapa situasi, anak perlu menjadi
mandiri atau berada di bawah pengasuhan orang lain.
Kedua, praktik empati juga sangat diperlukan. Sebagai ibu, perlu meluangkan waktu
untuk mendengarkan cerita anak mengenai kegiatan mereka, menunjukkan perhatian dan
pemahaman terhadap pengalaman anak.
Ketiga, memberikan dukungan merupakan aspek penting dalam komunikasi. Ibu harus
memberikan dukungan penuh terhadap segala hal yang dilakukan anak, terutama jika itu
memiliki nilai positif. Jika ada perilaku negatif, ibu dapat memberikan pengertian kepada
anak mengenai konsekuensi tersebut, sehingga anak mau untuk mengubah perilaku
negatifnya.
Terakhir, menjaga sikap positif terhadap anak dalam semua situasi adalah kunci.
Hindari menghakimi anak terlalu cepat atas kesalahan perilakunya. Lebih baik
mendengarkan, memahami alasan di balik perilaku tersebut, dan selalu berpikir positif
mengenai potensi anak untuk perubahan positif.

Metodologi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena
dilaksanakan dalam konteks alamiah. Pendekatan kualitatif memberikan keleluasaan dan
kebebasan dalam memperoleh informasi dari informan utama sebagai sumber data yang
dapat diandalkan. Dengan demikian, penerapan pendekatan kualitatif dalam penelitian
dapat menghasilkan analisis yang lebih mendalam terhadap suatu fenomena. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Creswell dalam Sugiyono
(2012:14), studi kasus merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif di mana peneliti
menyelidiki secara mendalam suatu program, kejadian, proses, atau aktivitas yang
melibatkan satu atau lebih individu. Dalam konteks penelitian ini, peneliti menerapkan
teknik purposive sampling, yang, menurut Sugiyono (2012:126), adalah suatu metode
penentuan sampel dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Peneliti memilih
sampel atau narasumber yang dianggap krusial dan memiliki pemahaman paling mendalam
terkait dengan topik penelitian, sehingga dapat memfasilitasi penelitian dalam menggali
informasi tentang objek atau situasi sosial yang sedang diteliti. Dengan begitu akan
diperoleh sebuah informasi berupa komunikasi anak pada ibu yang bekerja.
Responden berjumlah 56 ibu yang mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda dari
mulai PNS,Guru,Karyawan swasta sampai dengan wirausaha. Berdasarkan hasil survei,
sebagian besar responden (96,4%) percaya bahwa ibu yang bekerja memberikan perhatian
lebih kepada anak-anak mereka. Hasil ini mencerminkan pandangan positif terhadap
kemampuan ibu yang bekerja untuk memberikan perhatian dan keterlibatan kepada anak-
anak mereka, meskipun terlibat dalam dunia kerja.
Dalam konteks komunikasi, mayoritas responden (57,1%) melaporkan bahwa ibu
mereka sering bertukar cerita dengan mereka. Sebanyak 33,9% responden menyatakan

3
Komunikasi Anak Pada Ibu Bekerja

bahwa pertukaran cerita dengan ibu terjadi sangat sering. Meskipun masih ada sebagian
kecil responden (8,9%) yang melaporkan bahwa pertukaran cerita jarang terjadi, mayoritas
tampaknya menikmati tingkat interaksi yang cukup tinggi dalam hal berbagi cerita dengan
ibu mereka.
Selain itu, dalam hal berkomunikasi secara umum, mayoritas responden (53,6%)
menyatakan bahwa ibu mereka berkomunikasi sangat sering dengan mereka, sementara
42,9% melaporkan bahwa komunikasi antara ibu dan anak mereka berlangsung secara
sering. Tidak ada yang melaporkan bahwa komunikasi jarang terjadi. Ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden memiliki tingkat interaksi komunikatif yang baik dengan ibu
mereka.
Secara keseluruhan, hasil survei menunjukkan persepsi positif terhadap perhatian,
keterlibatan, dan komunikasi ibu yang bekerja dengan anak-anak mereka.

Penyusunan Pengumpulan Reduksi Penyajian Penarikan


Instrumen Data Data Data Kesimpulan

Gambar 1. Langkah-Langkah Penelitian

Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini mendeskripsikan informasi mengenai pola komunikasi anak pada ibu
bekerja, kelekatan antara anak dan ibu bekerja, hambatan yang dihadapi para ibu bekerja
serta strategi yang dilakukan ibu agar bisa membagi waktu antara keluarga dan
pekerjanaan. Hasil wawancara yang dilakukan dari 56 responden akan di jelaskan dengan
pembahasan sebagai seberikut.

Frekuensi Komunikasi Ibu Bekerja dan Anak


jarang sering sangat sering

4%

54% 43%

Dari 56 responden dan berdasarkan hasil diagram diatas, didapati sebanyak 53%
ibu bekerja sangat sering berkomunikasi dengan anak meskipun tidak memiliki banyak
waktu seperti ibu rumah tangga pada umumnya, 43% sering berkomunikasi dan 4% jarang

4
Komunikasi Pada Ibu Bekerja

berkomunikasi dikarenakan waktu yang dimiliki dengan sang anak kurang. Dan sebanyak
96.4% ibu bekerja cenderung memberikan perhatian lebih kepada anak.
Komunikasi Anak Pada Ibu Bekerja
Dari data yang diatas, didapat bahwa sebanyak 57.1% ibu bekerja sering
menghabiskan waktu untuk bertukar cerita dengan sang anak dan menghabiskan waktu
untuk bermain dengan anak selepas bekerja, seperti bermain puzzle bersama,
menggambar, bermain tebak-tebakan dan menonton film favorit anak bersama.
Tak jarang, ibu juga memerlukan strategi untuk meningkatkan komunikasi dengan
anaknya, seperti dengan cara menelfon anak disela-sela bekerja, mengajak anak komunikasi
dua arah, dan menyakan bagaimana harinya dan adakah sesuatu yang berkesan serta
memberikan kesempatan untuk menceritakan kegiatan sekolah atau kegiatan yang lain yg
tidak di dampingisi oleh saya (bermain bersama teman sebaya). Disamping komunikasi
yang terjalin, didapati kendala/hambatan yang terjadi antara komunikasi anak dengan ibu
bekerja seperti ibu yang bekerja pulang terlalu larut sehingga tidak ada waktu untuk
menghabiskan waktu bersama anak, sesampainya dirumah ibu bekerja sudah kehabisan
energy, Terkadang anak ingin mengobrol atau bermain dengan ibunya pada saat ibu nya
sedang fokus melakukan pekerjaan dirumah alhasil sang anak terbaikan dan hal tersebut
membuat anak cenderung lebih dekat kepada pengasuh ataupun neneknya.

Adapun cara yang dilakukan ibu bekerja agar tetap terhubung dengan anaknya
dengan cara memandikan, menyiapkan segala kebutuhan sebelum sekolah seperti
mendandani, menyuapi saat sarapan sambil nonton kartun favoritnya, menemani anak
disaat ada pr dan menemani ketika. ada di rumah juga dengan menelfon dan menanyakan
kabar anak melalui orang rumah.

Serta strategi yang digunakan agar ibu bekerja tetap menjaga keseimbangan antara
karir dan kehidupan keluarga yaitu dengan cara membagi waktu dirumah untuk keluarga
dan membagi waktu di kantor untuk bekerja demi menjalankan tugas sebagai ibu dan
sebagai pekerja. Dapat memberi pengertian sama anak mengenai kondisi orangtuanya dan
tetap memprioritaskan anak.

Dalam penelitian ini, ibu yang bekerja berusaha membesarkan anaknya dan
membina hubungan dengan anaknya, namun terkadang beban pekerjaan menghalangi ibu
untuk berinteraksi dengan anaknya. Ibu merasakan kedekatan dengan anak dan kurangnya
komunikasi dengan anak. Ibu yang bekerja memiliki sumber daya pribadi yang terbatas
seperti waktu dan upaya untuk memenuhi tuntutan ganda yang saling bertentangan antara
pekerjaan dan pengasuhan anak (Huang, 2019). Seorang ibu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan anak dengan cara, mendengarkan dan memahami keluh kesah anak serta
memberikan pendapat atau solusi terhadap permasalahan yang timbul pada anak. Misalnya;
saat berbicara santai dengan ibu, menanyakan perasaan anak ketika ibu mengalami emosi
dan marah, menanyakan hal yang disukai dan tidak disukai anak, serta memahami dan
menyikapi saat anak bercerita kepada ibu.

Simpulan
Ibu bekerja sering menghabiskan waktu untuk bertukar cerita dengan sang anak dan
menghabiskan waktu untuk bermain dengan anak selepas bekerja, seperti bermain puzzle
Bersama. Tak jarang, ibu juga memerlukan strategi untuk meningkatkan komunikasi dengan
anaknya, seperti dengan cara menelfon anak disela-sela. Disamping komunikasi yang
terjalin, didapati kendala/hambatan yang terjadi antara komunikasi anak dengan ibu
bekerja seperti ibu yang bekerja pulang terlalu larut sehingga tidak ada waktu untuk
menghabiskan waktu bersama anak. Adapun cara yang dilakukan ibu bekerja agar tetap
terhubung dengan anaknya dengan cara memandikan, menyiapkan segala kebutuhan
sebelum sekolah seperti mendandani, menyuapi saat sarapan sambil nonton kartun
favoritnya

5
Komunikasi Anak Pada Ibu Bekerja

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada semua responden (nenek dan
keluarga), Pengawas TK Kota Bandung, kepala sekolah berserta guru-guru TK dan teman-
teman yang telah membantu menyebarkan angket kuisioner dan memberikan support
hingga terselesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Gita, T., N., et.all. (2022). Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun dengan Ibunya Yang Bekerja
Paruh Waktu. Jurnal Obsesi: jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2735-2744.

Kurniawan, A., et.all. (2021). Pendidikan Anak Usia Dini. Padang: PT. GLOBAL EKSEKUTIF
TEKNOLOGI.

Rahman, A., S. (2017). Peranan Wanita Karier Dalam Keluarga, Pola Asuh Dan Pendidikan
Anak (Studi Kasus Pada Wanita Karier Pada Jl. Anggrek Rt 002/018 Pondok Benda
Pamulang Tangerang Selatan). JENIUS: Jurnal Ilmiah, Manajemen Sumber Daya
Manusia, 1(2), 25-44.

Anda mungkin juga menyukai