Anda di halaman 1dari 12

KETERLIBATAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK :

STUDI PENDAHULUAN MENGENAI KESIAPAN ANAK MENGIKUTI


SEKOLAH DASAR DI BANDUNG, INDONESIA

Retno Pangestuti1 , Hendriati Agustiani2 , Surya Cahyadi3, Anissa L Kadiyono4


1
Mahasiswa Program Doktor Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran, Indonesia
E-mail: retno16004@mail.unpad.ac.id
2
Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran, Indonesia
E-mail: tiawiraatmadja@yahoo.com
3
Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran, Indonesia
E-mail: surya@unpad.ac.id
4
Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran, Indonesia
E-mail: anissanugroho@gmail.com

Keterlibatan orang tua (Parent Engagement) terhadap pendidikan anak adalah kunci untuk menentukan
kesiapan anak mengikuti pendidikan dasar dan mendukung keberhasilan akademis anak mereka. Penelitian
ini merupakan lanjutan dari studi pendahuluan mengenai faktor yang berperan terhadap kesiapan anak
mengikuti Sekolah Dasar. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam dan diskusi kelompok
terarah yang spesifik membahas mengenai: 1) Pemahaman mengenai keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak; 2) Dimensi atau aspek apa yang dapat digunakan untuk mengukur keterlibatan orang tua
terhadap pendidikan anak, 3) Menjelaskan bagaimana gambaran permasalahan keterlibatan orang tua
terhadap pendidikan anak. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 48 orang yang terdiri dari; 36 orang tua
yang memiliki anak usia 6-7 tahun dan akan mengikuti pendidikan dasar di tahun ajaran 2018, serta 12
orang guru SD kelas satu. Setelah dilakukan triangulasi data dan sumber, hasil penelitian ini adalah: 1)
Pemahaman keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak tidak hanya sebatas peran serta orangtua di
sekolah namun termasuk dukungan dalam proses belajar anak di rumah, 2) Dimensi keterlibatan orang tua
dalam pendidikan anak antara lain: partisipasi aktif dalam pembelajaran, dukungan otonomi anak, kepekaan
dan kasih sayang orangtua serta adanya penambahan satu dimensi penting, yakni komunikasi orangtua-anak
yang efektif. 3) Gambaran permasalahan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak di Jawa Barat antara
lain; orangtua kurang terlibat aktif dalam pembelajaran anak, orangtua yang over protective dan komunikasi
orangtua-anak lebih bersifat satu arah.
Kata kunci: Keterlibatan Orang Tua, Pendidikan Anak, Kesiapan Sekolah Dasar
KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN ANAK : STUDI
PENDAHULUAN HOLISTIK MENGENAI KESIAPAN ANAK MENGIKUTI
SEKOLAH DASAR DI INDONESIA

LATAR BELAKANG berpengaruh terhadap kompetensi sosial anak,


Keterlibatan keluarga terutama orangtua menumbuhkan perilaku prososial anak dan
menjadi masalah penting dalam Pendidikan penyesuaian yang baik terhadap teman-teman
Anak Usia Dini. Seperti dilansir dalam laporan sebaya. Penelitian dari Lunkenheimer dkk
HIMPAUDI, bahwa keterlibatan keluarga (2008) menemukan adanya pengaruh yang
belum seiring sejalan dengan lembaga PAUD. significan antara kesiapan bersekolah anak
Padahal, PAUD adalah kerja membangun dengan factor lingkungan terdekatnya, yakni
pondasi bangsa dan tumbuh kembang anak orangtua.Intervensi yang diberikan pada
( http://www.tribunnews.com/nasional/2016/03 orangtua dalam meningkatkan dukungan
/10/himpaudi-8-masalah-pendidikan-anak-usia- perilaku positifnya pada anak, ternyata
dini). berpengaruh terhadap peningkatan regulasi diri
Studi pendahuluan yang telah dilakukan anak dan keterampilan berbahasa dalam
berkaitan dengan permasalahan kesiapan anak dimensi kesiapan bersekolah anak.
mengikuti sekolah dasar, menempatkan Lebih lanjut, penelitian Sheridan et all
keterlibatan orangtua (parent engagement) (2010) juga memfokuskan penelitian kesiapan
dalam pendidikan anak sebagai salah satu factor bersekolah anak pada intervensi yang diberikan
determinan. (Hasil wawancara pada tanggal 05 dalam pengasuhan anak. Intervensi ini
Oktober 2017, 19 Oktober 2017 dan 24 bertujuan meningkatkan parent engagement
November 2017). Hasil temuan awal ini sehingga mempengaruhi attachment behavior
dilanjutkan dengan mengkaji hasil-hasil anak, perilaku inisiatif dan asertif anak serta
penelitian yang terkait factor predictor kesiapan mereduksi kecemasannya. Ketiga indicator
mengikuti sekolah dasar. Banyak penelitian perilaku tersebut digolongkan oleh Sheridan
yang telah mengungkap faktor keluarga sebagai dkk sebagai indicator kompetensi
pendukung utama kesiapan bersekolah anak. social-emosional dalam kesiapan bersekolah
Landry & Smith (2008) menyatakan bahwa anak.
kualitas interaksi orangtua-anak dan kelekatan Selain berbagai penelitian yang
aman yang dirasakan anak berperan sebagai memfokuskan pada factor eksternal, terdapat
‘cognitive and socialization agent’ dalam pula uji eksperimen dalam bidang
kesiapan bersekolah anak. Orangtua yang neuropsikologi yang membuktikan factor
responsif, memperhatikan kebutuhan psikologis internal yang berpengaruh terhadap dimensi
anak dan komunikatif dengan anak akan kesiapan belajar anak. Uji eksperimen ini
dilakukan oleh Meaney et all (1989) dalam pendidikan anaknya. Dalam bahasa Inggris,
Blair dan Raver (2014), mengungkapkan bahwa keterlibatan orangtua seringkali disebutkan
pemisahan anak dengan orangtuanya dan pola dalam istilah parent engagement atau parent
asuh disfungsional ternyata mampu involvement. Kata parent dapat diartikan
meningkatkan hyphothalamic pictuary adrenal sebagai “Adult primary caregivers of a child’s
(HPA) untuk memproduksi hormon stress basic need.Include biological parents (mother
glucocorticoid. Peningkatan hormon and father); other biological relatives such as
glucocorticoid ini berkorelasi positif dengan grandparents, aunts, uncles, non biological
munculnya perilaku bermasalah seperti such as adoptive or stepparents. Dengan
kecemasan berlebihan, hiperaktif sampai demikian, orangtua bisa diartikan sebagai orang
dengan penurunan executive function dalam dewasa yang mengasuh anak dan memenuhi
fungsi kognitif dan masalah belajar lainnya kebutuhan dasar anak.Termasuk di dalamnya,
(Thulin et al, 2014). Dengan demikian orangtua kandung (ayah-ibu), orang yang ada
diperlukan engagement yang tepat untuk hubungan biologis dengan anak, seperti
mengoptimalkan perkembangan anak dan kakek-nenek, paman-bibi, orang dewasa yang
meningkatkan kesiapan anak dalam tidak memiliki hubungan biologis seperti
menghadapi transisi ke sekolah formal. orangtua angkat dan orangtua tiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Parent engagement didefinisikan sebagai
Pemahaman mengenai keterlibatan orangtua “behaviors that connect with and support
dalam pendidikan anak; menguraikan dimensi children or others in their environment in ways
dan aspek apa yang dapat digunakan untuk that are interactive, purposeful, and directed
mengukur keterlibatan orang tua terhadap toward meaningful learning and affective
pendidikan anak, serta menjelaskan bagaimana outcomes (Sheridan, 2011). Jika diartikan
gambaran permasalahan keterlibatan orang tua dalam bahasa Indonesia, keterlibatan orangtua
terhadap pendidikan anak. dalam pendidikan anaknya adalah perilaku yang
terkait dan mendukung anak dalam
TELAAH TEORI lingkungannya, bersifat interaktif, bertujuan
1. Keterlibatan Orangtua (Parent secara langsung pada pembelajaran yang berarti
Engagement) Dalam Pendidikan Anak dan hasil afektif. Istilah parent engagement
Keluarga terutama orangtua adalah seringkali identik dengan parent involvement
pendukung utama kesiapan anak mengikuti dalam bahasa Inggris. Parent involvement
sekolah dasar. Sebagai faktor eksogen, banyak didefinisikan sebagai “The process of the parent
aspek dari keluarga yang berpengaruh terhadap connecting with and using the services the
kesiapan bersekolah anak, salah satunya adalah education program”(Korfmacher, et al, 2008).
bagaimana keterlibatan orangtua terhadap Perbedaan dari kedua istilah tersebut adalah
parent involvement defined in terms of konteks pendidikan anak. Ada 3 dimensi utama
educational and academic pursuits; parent keterlibatan orangtua yang diadopsi dalam
engagement defined in more holistic terms penelitian ini, yakni:
encompassing various dimensions of parenting a. Kehangatan dan kepekaan (Warmth and
practices. Parent involvement lebih mengarah Sensitiveness)
pada keterlibatan orangtua dalam konteks Diartikan sebagai bentuk kasih sayang,
pendidikan di sekolah, misalnya mengantar perhatian dan kemampuan merespon dengan
anak ke sekolah, mengikuti kegiatan parenting, tepat segala kebutuhan anak (Emde dan
memperhatikan aktivitas anak di sekolah, dan Robinson, 2000; Landry dan Smith, 2008).
lain-lain. Dengan demikian, dalam penelitian Dimensi kehangatan dan kepekaan orangtua
ini keterlibatan orangtua yang dimaksud terhadap anak diuraikan lagi menjadi aspek
menggunakan istilah parent engagement yang fisik, social dan kognitif.
bersifat lebih holistic, meliputi seluruh kegiatan a. Aspek fisik lebih memfokuskan bentuk
pembelajaran anak baik di rumah maupun di kasih sayang, perhatian dan respon orangtua
sekolah dan melibatkan dimensi pengasuhan terhadap kebutuhan fisik anak, seperti
orangtua. menyediakan makanan sehat, mengobati bila
2. Dimensi Keterlibatan Orangtua sakit, dan memberi sentuhan fisik (Edwards &
Keterlibatan orangtua untuk menunjang Whitting, 2004; Whitting, 1994). Dalam
pendidikan anaknya telah lama diteliti oleh para memberikan makanan atau mengobati
ahli pendidikan dan psikologi. Epstein dan misalnya, selalu ada komunikasi dari orangtua
Salinas (2004) menyatakan ada 6 dimensi yang menyatakan perasaan sayang dan cintanya
keterlibatan orangtua dalam kegiatan sekolah terhadap anak.
anak, yakni: b. Aspek social lebih menekankan pada
1. Pengasuhan (Parenting) bentuk kasih sayang, perhatian dan respon
2. Komunikasi (Communicating) orangtua terhadap kebutuhan sosialisasi anak.
3. Kerelaan dan dukungan terhadap program Contoh aspek social dari dimensi kehangatan
sekolah (Volunteering and supporting dan kepekaan adalah mengajarkan nilai-nilai
school programs) social, menemani anak dalam situasi social
4. Pembelajaran di rumah (Learning in the dengan penuh perhatian dan cinta kasih.
home) c. Aspek kognitif lebih menitikberatkan
5. Pengambilan keputusan (Decision making) bentuk kasih sayang, perhatian dan respon
6. Kerjasama komunitas (Community orangtua terhadap kebutuhan kognitif anak.
collaborations) Contoh perilakunya adalah menyediakan
Ahli lain, Sheridan et al (2010) menjabarkan fasilitas belajar anak, melatih kemampuan
lebih dalam konsep keterlibatan orangtua dalam kognitif anak dan berkomunikasi untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa anak. c.Partisipasi aktif dalam
b. Dukungan otonomi (Autonomy Support) pembelajaran (Active Participation in
Didefinisikan sebagai bimbingan positif, Learning)
kedisiplinan dan dukungan anak untuk lebih Diartikan sebagai proses belajar
mandiri (Clark & Ladd, 2000; Glornick & orangtua bersama-sama dengan anak
Farkas, 2002).Sama halnya dengan dimensi yang bersifat mendukung, memotivasi
kehangatan dan kepekaan diatas, dukungan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
otonomi orangtua juga dibagi menjadi 3 aspek Orangtua diharapkan memiliki
yakni fisik, social dan kognitif. ‘curriculum of the home’ yang lebih
Aspek fisik lebih memfokuskan bimbingan bersifat holistic dan menunjang
positif, kedisiplinan dan dukungan mandiri kurikulum formal di sekolah. Contoh
terhadap kebutuhan fisik anak, seperti perilaku dari partisipasi aktif
membiarkan anak untuk bergerak aktif, pembelajaran adalah dalam
mendukung anak untuk melakukan aktivitas pembelajaran bahasa anak (early
harian secara mandiri, seperti mandi dan makan language learning),Interaksi membaca
sendiri. anak (literacy interaction), dan
Aspek social lebih menekankan pada partisipasi orangtua dalam kegiatan
bimbingan positif, kedisiplinan dan dukungan sekolah anak (school activities).Aspek
mandiri terhadap kebutuhan sosialisasi anak. yang meliputi dimensi ini juga terdiri
Dengan demikian orangtua tidak terlalu dari aspek fisik, social dan kognitif.
mengintervensi kegiatan sosialisasi anak, Aspek fisik lebih menitikberatkan
seperti mengijinkan anak untuk bermain dengan partisipasi aktif orangtua terhadap
teman sebaya, membimbing anak untuk berbagi pembelajaran anak yang berorientasi
dengan temannya, mendukung anak untuk pada kebutuhan fisik anak, contohnya
bekerjasama. bersama-sama dengan anak mengikuti
Aspek kognitif lebih menitikberatkan kegiatan fisik di luar sekolah, seperti
bimbingan positif, kedisiplinan dan dukungan outbond bersama, olahraga bersama,
mandiri terhadap kebutuhan kognitif anak. memasak makanan sehat bersama anak.
Contoh perilakunya adalah menyediakan Aspek social lebih memfokuskan
alternative pilihan, menjelaskan konsekuensi partisipasi aktif orangtua terhadap
dari setiap pilihan dan membiarkan anak untuk pembelajaran anak yang berorientasi
menyelesaikan sendiri permasalahan sehari-hari pada kebutuhan sosial anak. Contoh dari
yang sesuai dengan kemampuannya. kegiatan ini adalah ikut mengenali
lingkungan bermain anak, teman-teman
anak, bersama anak mengikuti kegiatan 5) Perkembangan kognitif dan
sosialisasi. pengetahuan umum.
Aspek kognitif lebih menitikberatkan Hasil penelusuran literatur ditemukan
partisipasi aktif orangtua terhadap bahwa kesiapan bersekolah dasar dapat
pembelajaran anak yang berorientasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
pada kebutuhan kognitif anak. Contoh bersifat internal maupun eksternal. Faktor
perilakunya adalah bersama-sama eksternal yang dianggap paling berpengaruh
belajar membaca, berhitung, menulis adalah keluarga, khususnya orangtua. Banyak
dll. aspek dari orangtua yang dapat berpengaruh
3. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap kesiapan bersekolah anak, salah
Terhadap Kesiapan Anak Mengikuti satunya adalah parent engagement atau
Pendidikan Dasar keterlibatan orangtua terhadap pendidikan anak
Masa transisi dari kanak-kanak awal menuju (Edwards, Sheridan dan Knoche, 2008).
kanak-kanak madya pada usia 6-7 tahun Keterlibatan orangtua merupakan perilaku yang
menuntut kesiapan yang matang untuk belajar terkait dan mendukung anak dalam belajar serta
formal di Sekolah Dasar (SD). Pada saat berorientasi pada hasil belajar yang efektif.
memulai pendidikan dasar, anak akan Pada penelitian Daniel, Wang dan Berthelsen
menghadapi serangkaian tugas baru yang (2016) secara longitudinal di Australia yang
mungkin saja belum pernah ditemuinya ketika melibatkan 3616 anak menyimpulkan bahwa
ia menempuh pendidikan pra-sekolah. Hal ini keterlibatan orangtua terhadap masa-masa awal
membutuhkan kemampuan psikologis yang masuk Sekolah Dasar berpengaruh terhadap
disebut kesiapan mengikuti sekolah dasar, kemampuan membaca anak dan kemampuan
yakni kapasitas anak untuk belajar dan komunikasinya melalui perantara peningkatan
menyesuaikan diri terhadap situasi formal di regulasi diri anak. Kedua kemampuan ini, yakni
sekolah dasar atau yang sederajat (Kagan, kemampuan membaca anak dan kemampuan
1992). Merujuk pada teori selanjutnya dalam komunikasinya adalah dimensi kognitif dan
Doherty (1997) dan Janus & Offord (2007) perkembangan bahasa anak pada konstruk
bahwa pengertian kesiapan bersekolah adalah kesiapan bersekolah dasar.
kesiapan anak dalam lima dimensi standar
perkembangan, yang terdiri dari: METODE PENELITIAN
1) Kesiapan fisik dan perkembangan 1. Subjek Penelitian
motorik, Investigasi ini merupakan bagian dari studi
2) Perkembangan sosial dan emosional, holistik mengenai kesiapan mengikuti sekolah
3) Pendekatan aktivitas belajar dasar hingga langkah intervensi untuk
4) Perkembangan bahasa dan komunikasi mengatasi permasalahannya. Studi
pendahuluan dilakukan di Bandung, Jawa dilaksanakan selama 3 minggu, yakni pada
Barat. Teknik sampling yang digunakan dalam tanggal 08-26 Januari 2018.
penelitian ini adalah purposive sampling Penelitian ini menggunakan analisis tematik
dengan merekrut 50 subjek penelitian, yang yang mengacu pada teori parent engagement.
terdiri dari 38 orang tua (ayah atau ibu) dan 12 Pertama, hasil diskusi kelompok terarah dibuat
guru kelas satu Sekolah Dasar. Kriteria inklusi menjadi transkrip data, kemudian dilakukan
subjek orangtua adalah: Orang tua dari siswa pengkodean (coding). Tahap selanjutnya
taman kanak-kanak di kelas tertinggi (TK-B/ adalah kategorisasi yang akan ditransfer ke
nol besar) dengan latar belakang pendidikan tema utama hasil penelitian sesuai dengan
minimal Sekolah Menengah Umum (SMU) tujuannya. Untuk memastikan validitas dan
atau sederajat. Sedangkan Kriteria inklusi konsistensi hasil penelitian ini, peneliti
subjek guru adalah (a) Mengajar kelas satu di menggunakan program perangkat lunak
sekolah dasar selama minimal 2 tahun dengan kualitatif N Vivo 10 untuk Windows.
latar belakang pendidikan minimal sarjana
2. Prosedur HASIL DAN DISKUSI
Peneliti mengurus ijin terlebih dahulu kepada Secara keseluruhan, sebanyak 48 peserta dari
komisi etik Universitas Padjadjaran serta 50 undangan telah berpartisipasi dalam
meminta ijin kepada organisasi HIMPAUDI penelitian ini. Informasi demografis tentang
(Himpunan Pendidik Anak Usia Dini) dan subjek penelitian diwakili dalam tabel 1.
IGRA (Ikatan Guru Raudhatul Athfal) wilayah Tabel. 1 Demografi Subjek Penelitian
Jawa Barat. Atas rekomendasi dari kedua Deskripsi Orangtua Guru SD
Jumlah
organisasai tersebut, peneliti kemudian Undangan 38 12
Kehadiran 36 12
mengundang guru dan orang tua untuk
Rata-rata usia 37.10 42.07
mengikuti wawancara dan diskusi kelompok Ages 20-29 15.78 % 16.6%
Ages 30-40 47.36 % 33.3%
terarah (FGD). Seluruh subjek penelitian Ages >40 36.84 % 50%
diminta untuk menandatangani informed Jenis Kelamin
Perempuan 58.33 % 83.3%
concent sebelum mengikuti penelitian ini. Laki-laki 26.31 % 16.6%
Status Pernikahan
3. Pengumpulan Data dan Analisis Single - 16.6%
Proses FGD dibagi menjadi 3 kelompok, yakni Menikah 88.8 % 83.3%
Cerai 11.1% -
satu kelompok guru SD dan dua kelompok Tingkat
Pendidikan
orang tua murid TK. Wawancara diadakan SMU/sederajat 5.26 %
setelah FGD hanya untuk mengklarifikasi data D3 89.47 % 66.6%
S1 5.26 % 33.3%
terkait keterlibatan orangtua terhadap Lama Mengajar -
Rata-rata - 12 years
pendidikan anak. Proses FGD dan wawancara
Tabel demografi menunjukkan, prosentase mengembangkan sekolah. Contohnya yang
kehadiran guru lebih besar dibanding orangtua. dinyatakan oleh salah seorang guru
Terdapat 2 orangtua subjek penelitian yang “Keterlibatan orangtua berarti kan terlibat
mengundurkan diri dari keikutsertaannya aktif ya, bukan hanya ikut kegiatan sekolah
dalam penelitian ini. Usia rata-rata guru lebih saja sebetulnya, tapi ortu juga punya
tua dibandingkan dengan orangtua, demikian ide-ide penting untuk sekolah. Misalnya
pula dengan tingkat pendidikannya. Status bagaimana membangun lingkungan hijau,
pernikahan orangtua lebih dominan menikah kantin sehat, menambah sarana pendidikan
dibandingkan status cerai, sementara pada guru dan lain lain..” (G3).
lebih banyak menikah dibandingkan status Awalnya diskusi para orangtua dan guru
single. masih sebatas konsep keterlibatan orangtua
dalam konteks pendidikan anak di sekolah.
1. Pemahaman Keterlibatan Orangtua Seperti yang disampaikan oleh Korfmacher,
Dalam Pendidikan Anak et al (2008). Bahwa involvement orangtua
Peneliti memulai diskusi kelompok terarah berbeda dengan engagement. Involvement
dengan pertanyaan mengenai definisi hanya sebatas peran serta orangtua di
keterlibatan orangtua dalam pendidikan sekolah anak
anaknya. Sebagian besar menjawab Peneliti mencoba menyampaikan beberapa
keterlibatan orangtua mengarah pada definisi keterlibatan orangtua dalam
partisipasi orangtua di sekolah anak, seperti pendidikan anak, yang lebih bersifat
mengikuti kegiatan parenting, menghadiri holistic. Kedua kelompok subjek
rapat, mengambil raport anak dan lain menyepakati bahwa keterlibatan orangtua
sebagainya. Seperti disampaikan oleh salah dalam pendidikan anak melibatkan konteks
satu perwakilan orangtua siswa TK B Al pengasuhan. “..Kalau bersifat lebih luas
Ikhlas berikut ini “Keterlibatan itu yaa yaa berarti bukan cuma peran ortu di
orangtua berperan aktif di sekolah anak, sekolah, tapi juga di rumah ya, misalnya
mulai dari mengantar anak sekolah, dateng bimbing anak belajar.. kan mau masuk SD,
undangan rapat atau kumpul-kumpul di jadi mulai diajarin baca sama nulis, jadi
sekolah, ngambil raport anak..yaa ortu ikut belajar gitu ..(O13)”.
semacam itulah..” (O7). Sementara itu, “Dalam konteks pengasuhan juga yaa
mayoritas guru berpendapat bahwa berarti dukungan orangtua dalam belajar
keterlibatan orangtua bukan hanya anak di rumah termasuk memberi
ditunjukkan dalam peran serta aktif mereka perhatian dalam belajar anak.. (G5)”
dalam kegiatan sekolah anaknya, tapi juga Pengertian yang disepakati para partisipan
menyampaikan ide-ide untuk penelitian sejalan dengan definisi
keterlibatan orangtua dalam pendidikan merupakan dimensi yang paling menentukan
anak menurut konsep Sheridan (2011), dari parent engagement. Disusul dengan
yakni perilaku yang terkait dan mendukung dukungan orangtua terhadap aktivitas belajar
anak dalam lingkungannya, bersifat anak serta adanya perhatian dan kasih sayang.
interaktif, bertujuan secara langsung pada Pendapat para partisipan sejalan dengan
pembelajaran yang berarti dan hasil afektif. teori Sheridan (2011) yang menjabarkan
dimensi keterlibatan orangtua terdiri dari: (1)
2. Dimensi Keterlibatan Orangtua Dalam warmth and sensitiveness. Makna dari
Pendidikan Anak kehangatan dan kepekaan sejalan dengan
Proses diskusi dilanjutkan dengan perhatian dan kasih sayang yang disampaikan
menjabarkan apa saja dimensi atau aspek yang oleh partisipan FGD. (2) Autonomy support.
melingkupi keterlibatan orangtua dalam Dukungan dalam konteks ini lebih mengarah
pendidikan anak. Partisipan menyampaikan pada kebutuhan otonomi anak. Sementara para
beberapa pendapat terkait dimensi pengasuhan, partisipan menyatakan dukungan yang lebih
seperti: perhatian dan kasih sayang, dukungan spesifik pada aktivitas belajar anak. (3) Active
terhadap aktivitas belajar anak, pemberian participation in learning. Partisipasi aktif
disiplin serta komunikasi efektif. Rangkuman dalam pembelajaran merupakan dimensi yang
hasil diskusi dimensi keterlibatan orangtua mayoritas dinyatakan oleh para partisipan
digambarkan dalam grafik 1 dibawah ini: sebagai dimensi utama.
Selain ketiga dimensi yang senada dengan
teori Sheridan (2011) diatas, terdapat satu
dimensi tambahan yang penting dalam
konstruk keterlibatan orangtua, yakni
komunikasi efektif antara orangtua dan anak.
Partisipan menyatakan bahwa komunikasi dua
arah antara orangtua dan anak adalah proses
yang harus ada dalam engagement orangtua,
termasuk dalam kaitannya dengan kesiapan
anak mengikuti pendidikan dasar. Seperti
dinyatakan oleh salah satu partisipan orangtua
Grafik 1. Dimensi Keterlibatan Orangtua berikut ini; “..Menurut saya komunikasi adalah
Dalam Pendidikan Anak
kuncinya. Kalau orangtua ada, ibaratnya
Pada grafik diatas terlihat bahwa mayoritas
mendukung dalam bentuk apapun, katanya
partisipan FGD menyatakan bahwa partisipasi
perhatian juga tapi gak komunikatif yaa atuh
aktif orangtua dalam kegiatan belajar anak
percuma. Ula’ cicing wae’ (jangan diam termasuk bermain anak dianggap tidak
saj)a..” (O19). bermakna. Seperti dinyatakan oleh salah
3. Gambaran Permasalahan Keterlibatan seorang subjek penelitian “Banyak orangtua
Orangtua Dalam Pendidikan Anak di Jawa yang cuek aja, kurang peduli dengan kegiatan
Barat di TK anak nya. Soalnya pulang kerja udah
Teknik wawancara digunakan untuk malam. Lagian kalo masih TK kan lebih
menggali permasalahan terkait keterlibatan banyak mainnya.. ”(O3).
orangtua dalam pendidikan anak. Peneliti Permasalahan selanjutnya justru
berharap para peserta FGD telah memiliki sebaliknya, orangtua yang terlalu terlibat
gambaran dalam memahami pengertian parent sehingga bersifat over protective dan masih
engagement beserta dimensi-dimensi yang melakukan tugas-tugas perkembangan yang
melingkupinya. Dengan demikian diharapkan seharusnya dapat dilakukan oleh anak-anak.
para orangtua dapat menyampaikan secara Salah seorang subjek menyampaikan “Kalau
jujur dan terbuka tentang permasalahan menurut saya yang bermasalah justru
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. orangtua yang terlalu ikut campur urusan
Berdasarkan data hasil wawancara, anaknya. Apa-apa dikerjakan mamanya, mulai
permasalahan yang diungkapkan oleh orangtua dari ganti baju, makan disuapin, sampai di
terangkum dalam grafik 2 berikut: sekolah juga ditungguin. Padahal kan sudah
mau SD..” (O24).
Permasalahan dominan ketiga terkait
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
adalah komunikasi yang tidak efektif antara
orangtua-anak. Para subjek penelitian menilai
komunikasi yang terjalin lebih bersifat satu
arah, dari orangtua kepada anaknya. Orangtua
juga dinilai lebih banyak melakukan perintah
daripada berdiskusi dengan anaknya. Salah
satu orangtua menyampaikan “Anak saya kalau
Grafik 2. Rangkuman Permasalahan dikasih tahu susah patuhnya. Mungkin ini yang
Keterlibatan Orangtua Dalam Pendidikan Anak
kemarin di diskusi disebut gak efektif ya, satu
Berdasarkan grafik diatas, permasalahan arah gitu yaa, dari saya saja.. (O18).
yang dianggap paling sering ditemui adalah Beberapa permasalahan yang terangkum ini
orangtua yang tidak peduli dengan kegiatan menggambarkan bahwa keterlibatan orangtua
belajar anaknya. Apalagi anak yang masih dalam pendidikan anak belum optimal. Identik
berusia pra-sekolah, berbagai kegiatan dengan konteks pengasuhan, keterlibatan
orangtua (parent engagement) bisa orangtua dalam pendidikan anak melalui
digambarkan sebagai kutub yang berkebalikan. kegiatan parenting di TK atau lembaga PAUD.
Orangtua yang kurang terlibat, cenderung
mengabaikan dan tidak peduli dengan REFERENSI
pendidikan anak akan berdampak pada Blair, C & Raver, C. 2014. Closing the
Achievement Gap trough Modification of
kesiapan anak yang rendah. Demikian pula
Neurocognitive and Neuroendocrine
sebaliknya, orangtua yang terlalu terlibat, Function: Innovative Approach to The
educational Children in Kindergarten.
cenderung over protective dan dominan akan
Neuropsychologia Journal. Vol 9: 01-11
berdampak negative pula bagi kesiapan anak
Clark, K.E., & Ladd, G.W. (2000).
mengikuti sekolah dasar.
Connectedness and autonomy support in
parent-child relationships: Links to
children’s socioemotional orientation and
KESIMPULAN
pe e r r el at i ons hi p s. De v el o pm ent al
1) Pemahaman keterlibatan orangtua dalam Psychology, 36, 485-498
pendidikan anak tidak hanya sebatas peran
Daniel, Wang dan Berthelsen (2016). Early
serta orangtua di sekolah namun termasuk school-based parent involvement,
dukungan dalam proses belajar anak di rumah, children’s self-regulated learning and
academic achievement: An Australian
2) Dimensi keterlibatan orang tua dalam
longitudinal study. Early Childhood
pendidikan anak antara lain: partisipasi aktif Research Quarterly 36, pp. 168-177.
dalam pembelajaran, dukungan otonomi anak,
Doherty, (1997). Zero to Six: The Basis for
kepekaan dan kasih sayang orangtua serta School Readiness. Canada: HRDC
adanya penambahan satu dimensi penting, Publication Centre

yakni komunikasi orangtua-anak yang efektif. Edwards, C.P. & Whiting, B.B. (Eds.). (2004).
3) Gambaran permasalahan keterlibatan Ngecha: A Kenyan Village in a Time of
Rapid Social Change. Lincoln, NE:
orangtua dalam pendidikan anak di Jawa Barat University of Nebraska Press.
antara lain; orangtua kurang terlibat aktif
Emde, R. N., & Robinson, J. L. (2000). Guiding
dalam pembelajaran anak, orangtua yang over principles for a theory of early intervention:
protective dan komunikasi orangtua-anak lebih A developmental-psychoanalytic
perspective. In J. P. Shonkoff & S. J.
bersifat satu arah. Meisels (Eds.), Handbook of early
childhood intervention. New York:
Cambridge University Press.
IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Berdasarkan temuan penelitian, khususnya Epstein, J.L., & Salinas, K.C. (2004).
Partnering with Families and
terkait permasalahan keterlibatan orangtua Communities. Schools as Learning
dalam pendidikan anak, kiranya perlu Communities, 61(8), 12-18.

dilakukan sosialisasi terkait keterlibatan aktif Grolnick, W. S., & Farkas, M. (2002). Parenting
and the development of children's
self-regulation. In M. H. Bornstein (Ed.),
Handbook of Parenting, Volume 5:
Practical Issues in Parenting (pp. 89-110).

http://www.tribunnews.com/nasional/2016/03/
10/himpaudi-8-masalah-pendidikan-anak-
usia-dini.

Janus & Offord. (2007).. Development and


Psychometric Properties of EDI: A
Measure of School Readiness.
Canadian Journal of Behavioral
Science, 39 (1): 01-22

Kagan (1992). Readiness past, present, and


future: Shaping the agenda. Young
Children, 48(1), 48-53.

Korfmacher, J., Green, B., Staerkel, F., Peterson,


C., Cook, G., Roggman, L., Schiffman, R.
(2008). Parent involvement in early
childhood home visiting. Child and Youth
Care Forum, 37(4), 171-196.

Landry, S., Smith, K. 2008. Family Process that


Support School Readiness. Early
Childhood Education. 42: 261-269

Lunkenheimer ES, Dishion TJ, Shaw


DS, Connell AM, Gardner F, Wilson
MN, Skuban EM. 2008. Collateral
benefits of the Family Check-Up on early
childhood school readiness: indirect
effects of parents' positive behavior
support. Journal of Developmental
Psychology. 44(6):1737-52.

Sheridan, Lisa L. Knoche, Carolyn P. Edwards,


James A. Bovaird, and Kevin A. Kupzyk.
2010. Parent Engagement and School
Readiness: Effects of the Getting Ready
Intervention on Preschool Children’s
Social-Emotional Competencies. Early
Education & Development 21:1 : 125–156

Thulin, Svirskyae, Serlachiusa, Anderson &


Ost (2014). The Effect of Parent
Involvement in the Treatment of Anxiety
Disorders in Children: A Meta-Analysis.
Cognitive Behaviour Therapy 43(3):1-16.

Anda mungkin juga menyukai