BAB 1
PENDAHULUAN
Masa post partum adalah masa dimulainya setelah plasenta keluar dan
berakhir dengan kembalinya kondisi ibu seperti sebelum hamil, pada masa ini
berlangsung selama 3 minggu atau lebih tepatnya selama 42 hari (Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, 2016). Pada masa ini selain rentan
terhadap resiko terjadinya perdarahan juga rentan terkena infeksi postpartum.
Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 40% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (YP
Rahayu, 2012).
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu kehamilan,persalinan dan
nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas yang terjadi oleh sebab
apapun. Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 380C atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum. Secara umum infeksi
puerpuralis adalah sekitar 1-3%, secara proposional angka infeksi menurut jenis
infeksi adalah infeksi jalan lahir 25-55% dari kasus infeksi, infeksi mamma 5-
10% dari kasus infeksi dan infeksi campuran adalah 2-5% dari kasus infeksi
(Rustam Mochtar, 2011). Faktor penyebab lain terjadi infeksi nifas diantaranya,
adanya beberapa bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan, daya
tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang kurang baik, kurang
gizi/malnutrisi, anemia, hygene yang kurang baik, serta kelelahan. Upaya yang
dilakukan dengan pemberian asuhan pada ibu dan bayi dengan baik pada masa
nifas diharapkan dapat mencegah kejadian infeksi yang akan berakibat menjadi
komplikasi lebih lanjut, untuk itu perlu diperhatikannya kebersihan, nutrisi,
perawatan pada luka perineum (Bahiyatun, 2009).
Di Indonesia indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat adalah AKI. Target AKI di Indonesia pada tahun 2016 adalah 102
kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu
(AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2016). Jumlah kasus maternal yang
1
2
disebabkan karena infeksi di Kabupaten Kediri tahun 2013 mencapai 29 jiwa dan
tahun 2014 meningkat menjadi 31 jiwa, tahun 2015 masih tetap 31 jiwa yang
mengalami infeksi, tahun 2016 dan tahun 2017 kejadian infeksi nifas. Salah satu
faktor yang pendukung infeksi genetalia di masyarakat yaitu ibu nifas tidak
memperhatikan cara perawatan luka genetalia karena pada ibu nifas terutama dari
kalangan ekonomi menengah kebawah memiliki pengetahuan yang kurang dalam
perawatan luka perineum sehingga mempengaruhi lama penyembuhan luka selain
itu nyeri pada daerah perineum membuat ibu takut mendekati luka.
Akibat perawatan perineum yang tidak adekuat dapat mengakibatkan
kondisi perineum yang kena lokhea dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah
ukuran dari luka itu sendiri. Baik panjang maupun kedalaman luka (Yeye dan Lia,
2010). Luka jahitan perineum di masa nifas perlu dilakukan perawatan yang lebih
intensif dibandingan ibu nifas yang tidak mengalami jahitan luka perineum.
Kurangnya tindakan aseptik saat melakukan penjahitan, hygiene pasien yang
kurang serta pemenuhan nutrisi yang kurang optimal menjadi faktor predisposisi
luka jahitan perineum ke arah kejadian infeksi (WHO, 2013).
Pada masa nifas diperlukan nutrisi bermutu tinggi dengan cukup kalori,
protein, cairan serta vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi proses
penyembuhan luka jalan lahir. Banyak ibu nifas melakukan pantang makanan
disebabkan oleh bebeapa faktor diantaranya : 1) faktor predisposisi yait meliputi :
pengetahuan, pendidikan pengalaman, pekerjaan, usia, dan ekonomi. Dampak dari
perilaku pantang makanan pada ibu nifas adalah kekurangan gizi, yang berdampak
pada ASI yang tidak lancar, lambatnya kembalinya kondisi tubuh pasca nifas, dan
lamanya proses penyembuhan luka. adanya budaya pantang makan sangat
berpengaruh besar terhadap kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas (Ardita,2013).
Proses penyembuhan luka terdapat tiga fase, yaitu : fase inflamasi (1
sampai 4 hari) ,fase proliferasi (5 sampai 20 hari), dan fase maturasi (21 sampai
sebulan atau setahun) (Ismail, 2012). Dalam proses penyembuhan luka sebaiknya
mendapatkan asuhan yang baik, apabila tidak mendapatkan asuhan yang baik,
maka besar kemungkinan infeksi pada luka jahitan, perawatan luka bekas jahitan
penting dilakukan karena jaringan yag terbuka dapat menjadi pintu masuk kuman
dan menimbulkan infeksi. Tanda yang tampak adalah ibu menjadi panas, luka
basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan
lahir (vagina) untuk itu penting dilakukan perawatan luka perineum agar tidak
terjadi infeksi, komplikasi bahkan kematian ibu post partum
Penelitian yang dilakukan oleh Darling B. jiji1 dan Bazil Alfred Benjamin
tahun 2014 dengan judul Pengetahuan dan Sikap Ibu Postnatal Tentang Perawatan
Diri Setelah Anak lahir di Pusat Maternitas di Madurai didapatkan hasil
pengetahuan ibu tentang perawatan diri setelah melahirkan sebesar 46% memiliki
pengetahuan yang memadai, 47% sudah cukup pengetahuan yang memadai dan
dan 7% responden yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup
Agustin Dwi Syalfina dalam penelitian tahun 2016 tentang “faktor yang
berpengaruh terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas” didapatkan
3
hasil responden sebagian besar berumur 20-35 tahun (68,8 %). Responden
berumur 20-35 tahun memiliki proporsi sama antara penyembuhan luka pada
perineum lama dan normal, akan tetapi dalam hal pendidikan sebagian besar SD-
SMP sebesar 68,4% mengalami penyembuhan luka perineum yang lama dan
31,6% mengalami penyembuhan luka perineum yang normal.
Penelitian yang dilakukan Mardi Hartono tahun 2013 tentang “Hubungan
Antara Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Personal Hygiene pada Luka Perineum
dengan Penyembuhan Luka Fase Proliferasi di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggot
Kota Pekalongan” didapatkan hasil bahwa responden yang termasuk dalam
kategori sembuh sebanyak 24 orang dan responden dalam kategori belum sembuh
sebanyak 16 orang, dan respon dalam kategori luka sembuh mayoritas memiliki
pengetahuan baik dan cukup dari pada responden kategori belum sembuh.
Sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu nifas tentang
personal hygiene pada luka perineum dengan penyembuhan luka fase proliferasi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri tahun 2017 kejadian
infeksi nifas tertinggi berada diwilayah kerja puskesmas wonorejo sejumlah 7
dilanjutkan wilayah puskesmas Blabak sejumlah 3 dari data tersebut dilakukan
kunjungan ke wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo didapatkan kejadian infeksi
nifas akibat mastitis sejumlah 4, Luka perineum sejumlah 2 dan 1 infeksi nifas
akibat perdarahan pasca persalinan. Sedangkan Infeksi nifas yang terjadi di
Wilayah Kerja Blabak sejumlah 3 terjadi akibat kurangnya perawatan ibu dalam
melakukan perawatan luka perineum. Dari Data Dinas Kesehatan Kabupaten
Kediri 2016 didapatkan jumlah ibu hamil tertinggi berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Blabak sebanyak 1240 orang dan tahun 2017 sebanyak 1225 ibu hamil
(Dinkes Kabupaten Kediri, 2016 dan 2017). Berdasarkan fenomena di atas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Perawatan Luka
Perineum oleh Ibu Nifas dengan Masa Penyembuhan Luka Perineum”
1.2 Rumusan Masalah
“Adakah hubungan perawatan luka perineum oleh ibu nifas dengan masa
penyembuhan luka perineum?”
1.3 Tujuan Penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nifas
2.1.1 Definisi Masa Nifas
Post partum atau biasa disebut masa nifas. Masa nifas dinyatakan sebagai
masa 6 minggu setelah melahirkan, merupakan periode penyesuaian setelah
kehamilan yang memungkinkan ibu untuk menyusui dan tubuh ibu dapat kembali
kekeadaan sebelum hamil.
(Ralph C Benson, 2009).
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2015).
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam kelahiran plasenta sampai 6 minggu (42
hari) (Pitriani Risa,dkk. 2014). Pada fase ini kita melakukan observasi perubahan
fisiologis dan psikologis yang terjadi pada ibu untuk mengetahui kemungkinan
masalah yang terjadi pada masa nifas sehingga masalah diketahui sedini mungkin
untuk menghindari komplikasi lebih lanjut (Indriyani.dkk, 2016).
b. Kebutuhan Cairan
Fungsi cairan adalah sebagai pelarut zat gizi yang dikonsumsi dalam proses
metabolisme tubuh. Kegunaan cairan bagi tubuh menyangkut beberapa
fungsi berikut :
1) Fungsi sistem perkemihan
2) Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di dalam tubuh
a) Pengaturan tekanan darah
b) Perangsang produksi sel darah merah : pembentukkan sel darah
oleh sumsung tulang belakang memerlukan hormon eritropoietin
yang diproduksi oleh ginjal
3) Sistem urinarius
(Endang dan Elizabeth, 2015).
c. Kebutuhan Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.
2 jam setelah persalinan normal ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi,
dilakukan secara perlahan dan bertahap memberikan jarak antara aktivitas
dan istirahat diawali dengan gerakkan miring kanan-miring kiri.
Pada sebagian kasus persalinan dengan sectio setelah pembedahan pasien
dapat turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan, paling sedikit dua
kali. Waktu ambulasi diatur agar analgetik yang baru diberikan dapat
mengurangi rasa nyeri. Pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan
bantuan. Dengan ambulasi dini, trombosis vena dan emboli paru jarang
terjadi (Sulistyawati, 2015).
2) Defekasi
BAB pada ibu nifas sudah dapat dilakukan satu hari pasca persalinan,
bila 3-4 hari BAB tidak dapat dilakukan maka berikan obat rangsang per
oral atau per rektal.
(Endang dan Elizabeth, 2015).
e. Kebersihan Diri
1) Kebersihan pakaian
Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar dan menyerap keringat
karena pada masa nifas produksi keringat meningkat sebagai upaya
menghilangkan ekstra volume saat hamil.
2) Rambut
Perubahan secara tiba-tiba yang dialami ibu nifas juga ikut membuat
kerontokan pada rambut ibu hal ini diakibatkan karena gangguan
perubahan hormon sehingga rambut menjadi lebih tipis dan mudah
rontok meskipun demikian kebanyakkan akan pulih setelah beberapa
bulan.
3) Kebersihan kulit
Dengan mandi lebih sering dan jaga kulit tetap kering dapat menjaga
kebersihan kulit meskipun jumlah keringat yang meningkat.
4) Kebersihan vulva dan sekitarnya
Dengan membersihkan daerah vulva dan sekitarnya dapat menghindari
kejadian infeksi pada luka yang terbuka, meningkatkan rasa nyaman dan
mempercepat penyembuhan.
(Endang dan Elizabeth, 2015).
b. Informasi konseling
Pengasuhan anak, pemberian ASI, oerubahan fisik, tanda-tanda infeksi
kontrasepsi, higiene, sex.
c. Rasa takut
Memberikan dukungan biasanya ibu takut kehilangan suami.
(Rahayu YP dkk, 2012)
Menurut Mansjoer dkk dalam buku kapita selekta (2008) dan Boyle Mauren
(2009) lingkup proses penyembuhan luka dapat terjadi sebagai berikut :
a. Per primer adalah proses utama yang dilalui penyembuhan luka yang
terjadi ketika disatukannya (approximated) tepi luka dengan cara
menjahit luka. Jika luka dijahit, terjadi penutupan jaringan yang
disatukan dan tidak ada ruang yang kosong. Menyembuhan melalui
penyatuan primer atau itensi pertama ini dibuat secara aseptic dengan
pengrusakan jaringan minimum dan penutupan dengan baik.
Pada kondisi ideal, epitelialisasi luka berlangsung dalam 48-72 jam hal
lain juga berkontribusi terhadap menutupnya luka yang akan
mengurangi ukuran luka melalui kerja miofibroblas.
b. Per sekunder adalah luka jahitan yang rusak tepian lukanya yang
dibiarkan terbuka dan penyembuhan terjadi dari bawah melalui jaringan
granulasi dan kontraksi luka. Jika luka perineum tidak bersatu dan atau
jika terdapat defisit jaringan, akan mengakibatkan ruang kosong
sehingga membutuhkan proses penyembuhan sekunder dengan
pembentukkan jaringan granulasi dan kontraksi luka sehingga
mengakibatkan peningkatan jumlah densitas jaringan parut fibrosa
akibatnya penyembuhan ini membutuhkan waktu yang lama.
c. Per tetrier atau primer tertunda yaitu luka yang terbuka selama beberapa
hari setelah dilakukan tindakan debridemen. Setelah diyakini bersih tepi
luka dipertautkan (4-7 hari). Respon inflamasi berlangsung dan terjadi
peningkatan pertumbuhan darah baru ditepian luka setelah beberapa
hari luka baru dijahit.
Luka pembedahan dapat terbuka karena beberapa alasan dibawah ini :
a. Infeksi
b. Meningkatnya kadar cairan (mis., hematoma)
c. Adanya benda asing
d. Proses penyakit yang telah ada
(Boyle Mauren, 2009)
18
Cedera jaringan
b. Cara kerja
1) Melakukan cuci tangan.
2) Ibu mengatur posisi yang nyaman : dikamar mandi
3) Ibu membuka baju bagian bawah.
4) Membersihkan paha bagian atas keringkan (kiri dan kanan)
5) Bersihkan lipatan bagian luar dengan tangan kiri secara hati-hati
lipatan kulit. Usap dari luka ke arah anus dengan kapas steril dan
air bersih. Ulangi sampai beberapa kali.
6) Regangkan lipatan bagian luar dengan tangan kiri. Tangan kanan
membersihkan dari area bulu kemaluan sampai ke lubang tempat
buang air besar (anus) dengan satu kali usapan lakukan 2 sampai 3
kali dengan kapas steril dan air bersih. Gunakan kapas yang
berbeda untuk area yang dibersikan yaitu lipatan bagian dalam
(labia minora, klitoris dan oripicium vagina)
7) Tuangkan air hangat atau air bersih ke area perineum dan
keringkan dengan handuk.
8) Merubah posisi ibu.
9) Bersihkan area anus dari kotoran dan feses jika ada. Bersihkan dari
arah depan (vagina) ke belakang (anus) dengan kapas dan air
bersih. Ulangi dengan kapas yang berbeda sampai bersih.
10) Keringkan dengan handuk. Pasang pembalut pada celana dalam.
11) Pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut
12) Pakai pakaian bawah
13) Cuci tangan
14) Dokumentasi
2009). Sedangkan dari hasil penelitian Viska Windah Yuni, Ari Andayani
Kartika Sari pada tahun 2014 di Semarang dengan judul “Hubungan
Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas dengan Lama Penyembuhan Luka
Jahitan Perineum Ibu Nifas di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang”
didapatkan hasil bahwa perawatan luka dalam kategori kurang terjadi pada 9
orang (2 orang mengalami lama penyembuhan luka kurang dan 7 orang
mengalami penyembuhan luka sedang), pada perawatan luka sedang 17
orang (12 orang kategori penyembuhan luka adalah sedang dan 5 orang
penyembuhan luka kategori baik). Perawatan luka perineum dalam kategori
sedang terjadi pada ibu nifas yang memiliki kategori pendidikan kurang dan
kurangnya sumber informasi yang didapat. Selain itu paritas dan pekerjaan
juga mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan perawatan perineum
sehingga dapat disimpulkan bahwa cara perawatan luka perineum kurang
maka dapat membuat kesembuhan luka tidak menjadi baik (Yuni dkk,
2014).
Sebuah penelitian di daerah jawa timur pada tahun 2011 tentang
waktu penyembuhan luka perineum pada ibu nifas dipengaruhi oleh status
nutrisi yang dikonsumsi ibu. Dari 19 responden, 65,22% asupan gizinya
tidak terpenuhi dengan baik, luka perineum belum sembuh pada hari ke 7
post partum, dan 17,39 % dapat sembuh sebelum hari ke 7 post partum,
sedangkan dari 4 responden yang asupan gizinya terpenuhi dengan baik
diperoleh 17,39 % luka perineum sembuh sebelum hari ke 7 post partum,
dan tidak didapatkan luka perineum sembuh setelah hari ke 7 post partum
(Munawaroh, 2011). Sehingga Kecepatan penyembuhan luka perineum
dipengaruhi oleh kebutuhan dasar ibu nifas yaitu tentang gizi. Pengetahuan
Ibu yang baik mengenai gizi pada ibu nifas akan mempermudah ibu dalam
memenuhi kebutuhan gizinya serta perilaku ibu dalam melakukan perawatan
dapat mempercepat proses penyembuhan luka perineum.
25
Faktor-faktor yang
Perawatan Luka Perineum mempengaruhi
Oleh Ibu Nifas penyembuhan luka :
Keterangan :
: Dipengaruhi
: Tidak Diteliti
: Diteliti
: Berhubungan
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban
atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan perawatan luka perineum
oleh ibu nifas dengan masa penyembuhan luka perineum
27
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
riset pertanyaan dan untuk mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
timbul selama proses riset (Nursalam, 2011).
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik yang
tujuannya mencari fenomena kesehatan itu terjadi dengan cara menganalisis faktor
resiko dan faktor efek. Pendekatan yang dilakukan cross sectional. Artinya,
subjek penelitian hanya dilakukan pengumpulan data sekali saja yaitu perawatan
luka perineum yang dilakukan oleh ibu nifas kemudian peneliti melakukan
observasi masa penyembuhan luka yang sudah terjadi.
Sampel
Sebagian ibu postpartum dalam masa perawatan luka perineum
Pengumpulan Data
\
Perawatan luka perineum oleh ibu Nifas : Penyembuhan luka perineum :
Wawancara dengan Kuesioner Lembar Observasi
Pengolahan data :
Editing, Coding, Skoring, Tabulasi, Data Entry
Analisis Data menggunakan Uji Korelasi Spearman dengan cara manual dan
komputerisasi
Skripsi
Gambar 3. 1. Kerangka Operasional “Hubungan Perawatan Luka Perineum Oleh Ibu Nifas dengan
Masa Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat
Kabupaten Kediri”
28
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. (Sugiyono, 2016). Peneliti tidak harus meneliti keseluruhan sampel atau
total populasi karena berbagai keterbatasan yang ada. Peneliti sebaiknya
menggunakan sampel sebagai bagian populasi atau sampel, sampel yang baik
adalah sampel yang mampu mewakili populasi penelitian (I Ketut Swarjana,
2014). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu nifas wilayah kerja
Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.
Rumus Slovin :
N
n =
{1+ N (d2)}
Keterangan
1 Faktor kejiwaan
N = besar populasi
n = besar sampel atau gangguan
psikisMalaise
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan berdasarkan rumus di
2 Fatigue
atas, maka besar sampel dihitung 0,05
3 Nausea dan
3.3.3 Teknik Sampling Vomiting
Teknik sampling merupakan 4 Diareteknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
5 Nyeri punggung
teknik sampling yang digunakan (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini cara
pengambilan sampel menggunakanbawah nonprobability sampling dengan teknik
consecutive sampling, yakni suatu 6 teknik
Sakit penetapan
kepala sampel dengan cara memilih
7 Vertigosampai kurun waktu tertentu sehingga
sampel yang memenuhi kriteria penelitian
jumlah sampel terpenuhi (Hidayat, 2014).1.
2. Kelainan
3.4 Kriteria Sampel organik
Untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus penelitian ini, maka peneliti
menentukan responden penelitian dengan kriteria N sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi : n =
Kriteria inklusi adalah kriteria atau
{1+ciri-ciri
N (d2)} yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).
1) Bersedia menjadi responden.
2) Ibu post partum dengan persalinan pervaginam dengan luka
episiotomi derajat 82 Faktor kejiwaan
atau gangguan
psikisMalaise
9 Fatigue
10 Nausea dan
Vomiting
11 Diare
29
b. Coding
Setelah semua data di edit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean
atau koding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
angka atau bilangan
Memberikan dengan memberikan kode pada setiap responden :
Responden 1 = R1 dan seterusnya untuk responden lainnya
c. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu
diberikan nilai. Penelitian ini memberikan skor berdasarkan nilai yang
diperoleh mengenai perawatan luka perineum oleh ibu nifas.
Kategori
1) Baik : jika nilainya ≥ 75 %
2) Cukup : jika nilainya 56-74 %
31
b. Analisis Bivariate
Analisis ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel
terikat dengan variabel bebas yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi
spearman rank yang merupakan untuk mengukur tingkat atau keeratan hub
ungan antara dua variabel yang berskala ordinal (Hidayat, 2014). Caranya
sebagai berikut :
1) Membuat hipotesis
Ha :Ada hubungan antara perawatan luka perineum oleh ibu nifas
dengan masa penyembuhan luka perineum
H0 :Tidak ada hubungan antara perawatan luka perineum oleh ibu
nifas dengan masa penyembuhan luka perineum.
2) Membuat tabel 3.2 penolong untuk menghitung rangking
6 d2
rs = 1-
n (n2 – 1)
Keterangan :
rs : nilai korelasi Spearman Rank
2 :
d selisih setiap pasangan Rank
n : jumlah pasangan Rank untuk Spearman (5 < n < 30)
N
33
Tabel 3.11 Distribusi Hubungan Perawatan Luka Perineum oleh Ibu Nifas
dengan Masa Penyembuhan Luka Perineum
Perawatan Masa Penyembuhan luka
Luka Perineum Jumlah
Perineum Baik Kurang Baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
3.11Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan obyek manusia, untuk itu diperlukan suatu
inform consent dari ibu pospartum yang dijadikan responden. Dalam hal ini hak
responden harus dilindungi. Peneliti melakukan penelitian dengan menekan
masalah etik yang meliputi :
1) Lembar Persetujuan menjadi Responden (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed
consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden, tujuan
pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya (Hidayat, 2014). Jika responden bersedia diteliti
35
2.6 Rencana sumber daya berasal dari orang tua dan Saudara yang berasal
dari keluarga Wirausaha
36
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009.[online].Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta:
EGC.
Baroroh, dkk.2011. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Bedah Sesar di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Jurnal Nasional
Pharmacy vol 13 ISSN 1693-3591.
Hidayat, Alimul Aziz. 2014. Metode Penelitian kebidanan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
_______________,(2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Indriyani, Diyan. Dkk. 2016. Edukasi Postnatal.Yogyakarta : Trans medika.
37
Maghfuri, Ali. 2015. Keterampilan Dasar Perawatan Luka Bagi Pemula. Jakarta :
TIM.
Mansjoer, Arif dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Mardi, dkk. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Personal
Hygiene Pada Luka Perineum dengan Penyembuhan luka fase proliferasi
di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggot Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan
vol. 4