Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH IBU NIFAS PADA PNEUMONIA

OLEH
KELOMPOK 8
1. ANISA IBRAHIM MAHIM
2. RIBKA FARIDA TAHIK
3. YUSTI MNUNE
4.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Postpartum/masa nifas merupakan masa pulih kembali mulai dari
persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu kira-
kira 6-8 minggu. Pada masa post partum ibu banyak mengalami kejadian
seperti perubahan fisik, psikologis untuk menghadapi masa nifas yang bila
tidak ditangani segera, akan dapat membahayakan kesehatan atau
mendatangkan kematian bagi ibu di waktu masa nifas/masa peurperium
(Indriyani, 2013).
Masa peurperium/masa nifas merupakan masa mengembalikan alat
genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42
hari atau enam minggu dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Puerperium
dibagi menjadi 3 yaitu puerperium dini, pueperium intermedial, dan remote
puerpuerium (Indriyani, 2013). Potensial bahaya yang sering terjadi adalah
pada immediate 24 jam pertama dan early postpartum period (minggu
pertama) sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late
postpartum period (minggu kedua-minggu ke enam). Bahaya yang paling
sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP (Haemorrhage
Postpartum) (Indriyani, 2013).
Perdarahan paska persalinan biasanya terjadi pada masa postpartum
yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir. Menentukan jumlah
perdarahan pada saat persalinan sulit karena bercampurnya darah dengan air
ketuban serta rembesan di kain pada alas tidur. Manifestasi klinis pada
perdarahan adalah klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin,
dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit
dan kadar HB < 8 gr (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah
bekas insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol karena banyaknya
vena yang di tutupi oleh trombus. Selain itu, kuman juga dapat masuk melalui
serviks, vagina dan perineum. Terjadinya infeksi dapat terjadi karena
manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-
ulang, alat-alat tidak steril, infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang
terkontaminasi oleh kuman dan virus, infeksi nosokomial rumah sakit, infeksi
intrapartum dan hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan
ketuban pecah dini (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Infeksi masa nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan
nifas. Menurut john comittee on Maternal Weifare (Amerika serikat ). Tanda
dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah
infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi
nifas terbagi menjadi 2 yaitu: Infeksi lokal dan infeksi umum. Infeksi lokal
warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lochia bercampur
nanah, mobilitas terbatas, suhu badan meningkat. Infeksi umum sakit dan
lemah, suhu badan meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran
gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lochia
berbau, bernanah dan kotor (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Penyebaran infeksi nifas pada perineum bisa terjadi di vulva, vagina,
serviks dan endometrium. Adapun infeksi yang penyebarannya melalui
pembuluh darah yaitu: Septikemia, piemia dan tromboflebilitis (Purwoastuti
dan Walyani, 2015). Di negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan
bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara
keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi, lebih sering terjadi sering terjadi pada
masa setelah persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi
ekonomi, di samping ketidak tersediaan pelayanan atau rendahnya peranan
fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup
berkualitas (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Menurut WHO, 2010 (World Health Organization), di seluruh dunia
setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Sehingga, 1.400 perempuan
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas. Diperkirakan bahwa kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama. Berdasarkan laporan (Depkes tahun, 2010 ).
Angka Kematian Ibu di Indonesia 125 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan beberapa faktor yaitu
perdarahan karena eklamsia, infeksi, abortus dan partus lama (SKRI, 2012).
Secara nasional angka kejadian infeksi pada kala nifas berkembang kearah
infeksi akut. Asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Infeksi merupakan salah
satu penyebab secara langsung terjadinya kematian ibu di Indonesia (SKRI,
2012).
Berdasarkan data laporan Indikator Kesehatan Ibu Kabupaten
Bondowoso tahun 2016, pada bulan Desember data Dinas Kesehatan
Bondowoso menyebutkan komplikasi kebidanan yang ditangani sejumlah
2.143 yaitu infeksi yang terjadi pada masa nifas. Persalinan NAKES di
fasilitas kesehatan sejumlah 7.333 dan pelayanan pada ibu nifas sejumlah
7.333. Tahun 2016 Indikator Kesehatan Ibu, menyebutkan komplikasi
kebidanan yang ditangani di Kecamatan Prajekan sebanyak 74 kasus dengan
infeksi masa nifas, dan pelayanan ibu nifas sejumlah 233 kasus (DinKes
Bondowoso, 2016).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2017, yang di
peroleh dari hasil wawancara dengan kepala bidan Puskesmas Kecamatan
Prajekan, bahwa Kecamatan Prajekan terdiri dari 6 desa diantaranya: desa
Prajekan kidul, Prajekan lor, Tarum, Sempol, Walidono dan Cangkring. Pada
tiap desa memiliki bidan desa, pada tahun 2016 dengan jumlah kelahiran ibu
dengan primipara sejumlah 152 0rang (Data Pukesmas Prajekan, 2017).
Bersadarkan Penelitian Kurnia, Tripriadi, & Andrini (2013) dengan
judul “Gambaran Penderita Infeksi Luka Operasi Pada Pasien Pasca Operasi
Bersih (Clean) Di RSUD Arrifin Achmad Provinsi Riau”. Penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa prevalensi infeksi luka operasi bedah dalam
penelitian ini adalah 13 pasien dari 192 pasien. Sedangkan penelitan yang
dilakukan Rusmawati (2013) dengan judul “Surveillance Kejadian Infeksi
Daerah Operasi (IDO) Di RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa sebanyak 87% pasien yang mendapatkan
tindakan pembedahan terkena infeksi superfisial dan 13% terkena infeksi
deep incisionserta mikroorganisme terbanyak penyebab infeksi daerah operasi
yaitu staphylococcus aureus sebanyak 40%. Penelitian yang dilakukan
Wardoyo, Tjoa, Ocvyanty & Moehario (2014) dengan judul “Infeksi Luka
Operasi (ILO) di Bangsal Kebidanan dan Kandungan RSUPN Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Penelitian ini didapatkan hasil bahwa insidens ILO
bangsal Kebidanan dan Kandungan pada Agustus–Oktober 2011 dilaporkan
4,4% serta E. Coli merupakan organisme penyebab ILO terbanyak.
Berbagai hambatan terjadi pada perilaku pencegahan infeksi masa nifas
sehingga ibu tidak bisa merawat bayinya. Faktor penghambat tersebut adalah
perilaku ibu yang kurang baik. Hal ini juga dapat disebabkan antara lain,
karena rendahnya pengetahuan ibu mengenai manfaat pencegahan infeksi
yang baik dan benar. Kurangnya pelayananan konseling pencegahan infeksi
dan dukungan dari petugas kesehatan, peresepsi-peresepsi sosial budaya yang
menentang perilaku pencegahan infeksi masa nifas secara tidak baik
(Notoatmodjo, 2010).
Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor , seperti
pengetahuan, sikap, motivasi, dan lingkungan. Perilaku diawali dengan
adanya pengalaman-pengalaman serta faktor di luar orang tersebut
(lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan
lingkungan tersebut diketahui, di persepsikan, diyakini dan sebagainya
sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, dan akhirnya terjadilah
perwujudan niat berupa perilaku (Notoatmodjo, 2010).
Peran petugas kesehatan dalam pencegahan infeksi masa nifas sangat
diperlukan yaitu dengan memberikan informasi mengenai pentingnya
mencegah terjadinya infeksi kepada ibu postpartum. Pemberian informasi dan
edukasi pencegahn infeksi dapat dilakukan melalui penyuluhan, konseling,
dan pendampingan. Petugas kesehatan diharapkan dapat mendukung
keberhasilan dalam mencegah terjadinya infeksi masa nifas, mengurangi
kebiasaan masyarakat memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku
yang baik dalam mencegah terjadinya infeksi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di Wilayah Puskesmas Prajekan
pada bulan Mei tahun 2017 bahwa jumlah ibu postpartum dengan primipara
sebanyak 60 orang. Dari 60 orang tersebut berada di tiap-tiap desa, yaitu
kecamatan prajekan. Peran petugas kesehatan yang kemungkinan kurang
perhatian dapat berdampak pada ibu postpartum dalam pecegahan infeksi
masa nifas. Dari data tersebut maka penelti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Hubungan Peran Petugas Keshatan Dengan Perilaku
Pencegahan Infeksi Masa Nifas Pada Ibu Postpartum Primipara Di Wilayah
Puskesmas Prajekan “.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ibu nifas pneumonia
2. Apa tanda dan gejala ibu nifas pneumonia
3. Apa penyebab ibu nifas pneumonia
4. Konsep dasar perawatan luka perinium
5. Konsep dasar nutrisi perawatan luka perinium
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ibu nifas pneumonia
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala ibu nifas pneumonia
3. Untuk mengetahui penyebab ibu nifas pneumonia
4. Untuk mengetahui konsep dasar perawatan luka perinium ibu nifas pneumonia
5. Untuk mengetahui konsep dasar nutrisi perawatan luka perinium ibu nifas
pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Definisi
Masa nifas (puerperum) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil,
Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode,
yaitu:
a) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan
b) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetal
c) Puerperium remote, waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna
mungkin beberapa minggu, bulan atau tahun (Bahiyatun, 2009).
2. Lokea
Lokea keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4
minggu postpartum. Perubahan lokea terjadi dalam tiga tahap, yaitu
lokea rubra, serosa, dan alba.
Lokea rubra merupakan darah pertama yang keluar dan berasal dari
tempat lepasnya plasenta. Setelah beberapa hari, lokea berubah warna
menjadi kecoklatan yang terdiri dari darah dan serum yang berisi leukosit
dan jaringan yang disebut lokea serosa. Pada minggu kedua, lokea
berwarna putih kekuningan yang terdiri dari mukus serviks, leukosit, dan
jaringan (Bahiyatun, 2009).
3. Hygiene Personal Ibu
Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan
kenyamanan dan mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering
menggunakan air hangat yang dialirkan(dapat ditambah larutan
antiseptik) ke atas vulva perineum setelah berkemih atau defekasi,
hindari penyemprotan langsung.
Pasien yang selalu istirahat ditempat tidur (misal, hipertensi, post
seksio sesaria) harus dibantu mandi setiap hari dan mencuci daerah
perineum dua kali sehari dan setiap eliminasi. Setelah ibu mampu mandi
sendiri (dua kali sehari), biasanya daerah perineumdicuci sendiri,
pengganti pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah
membersihkan perineum atau setelah berkemih atau defekasi.
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi
merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan
kering. Tindakan membersihkan vulva dapat memberi kesempatan untuk
melakukan inspeksi secara seksama daerah perineum.
postpartum, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu menjaga
kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungannya.
Ajari ibu untuk membersihkan daerah genetalnya dengan sabun dan air
bersih setiap kali setelah berkemih dan defekasi. Sebelum dan sesudah
membersihkan genetalia, ia harus mencuci tangan sampai bersih. Pada
waktu mencuci luka (episiotomi), ia harus mencucinya dari arah depan ke
belakang dan mencuci daerah anusnya yang berakhir. Ibu harus
mengganti pembalut sedikitnya dua kali sehari.
Alat kelamin wanita ada dua, yaitu alat kelamin luar dan alat kelamin
dalam. Vulva adalah alat kelamin luar wanita yang terdiri dari berbagai
bagian, yaitu kommissura anterior, kommissura interior, lbia mayora,
labia minora, klitoris, prepusium klitoris, orifisiun uretrs, orifisiun
vagina, perineummanterior, dan perineumposterior.
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan, dan biasanya
robekan terjadi di daris tengah dan dapat meluas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat. Perineum yang dilalui bayi biasanya mengalami
peregangan, lebam, dan traum. Rasa sakit pada perineum semakin parah
jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru,
area episiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh,
yaitu 7 hingga 10 hari (Bahiyatun, 2009).
4. Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan.
Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian
ibu (AKI). Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi
yang meluas ke saluran urinari payudara dan pembedahan merupakan
penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari
suhu pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa
uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya disuria.
Ibu beresiko infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas
pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genetal, termasuk episiotomi
pada perineum, dinding vagina, dan serviks. Infeksi pasca seksio sesuatu
mungkin terjadi, Penyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen.
Persalinan lama, ruptur membran, episiotomi, dan seksio sesaria. Gejala
klinis endometritis tampak pada hari ke-3 post partum disertai suhu yang
mencapai 390C dan takikardia, sakit kepala, kadang terdapat uterus yang
lembek. Ibu yang ngalami kondisi ini harus diisolasi(Bahiyatun, 2009).
5. Tanda Bahaya Masa Nifas
Tanda bahaya dalam masa nifas menurut Bahiyatun (2009) terdiri dari:
a. Lelah dan sulit tidur
b. Adanya tanda infeksi puerperalis (demam)
c. Nyeri/panas saat berkemih, nyeri
d. Sembelit, hemoroid
e. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, dan edema
f. Lokea berbau bsuuk, sangat banyak (lebih dari 2 pembalut dalam 1
jam) dan disertai nyeri abdomen
g. Puting susu pecah dan mamae bengkak
h. Sulit menyusui
i. Rabun senja
j. Edema, sakit, panas pada tungkai
B. Konsep dasar perawatan luka perineum
1. Definisi
Luka pada perineum atau episiotomi merupakan daerah yang sulit
dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan perawatan khusus di
perlukan untuk menjamin daerah tersebut agar dapat sembuh dengan
cepat dan harus selalu di lakukan inspeksi yang tujuannya untuk
mengetaui apakah ada tanda-tanda infeksi atau peradangan pada daerah
tersebut (Moloku, 2013).
2. Penyebab
Faktor penyebab terjadinya infeksi pada ibu yaitu bisa berasal dari
perlukaan pada jalan lahir yang merupakan media yang baik untuk
berkembang kuman. Hal ini diakibatkan oleh daya tahan tubuh ibu rendah
setelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan kebersihan
yang kurang terjaga (BKKBN, 2004) (Moloku, 2013).
3. Patofisiologi terjadinya infeksi perineum
Handayani (2011) menyatakan, Luka pada perineum merupakan luka
yang rentan terjadi infeksi dimana bakteri yang berperan dalam sebagian
besar infeksi yang terjadi pada masa nifas adalah spesies steptekokus atau
stafilokokus. Bakteri steptikokus memiliki bentuk seperti rantai dan
memiliki sifat hemolitik atau non hemolitik, aeron atau non aerob.
Bakteri stephylococus memiliki struktur seperti anggur spesies yang
paling berpengaruh adalah S.aureus atau pyogenes. Stafilokokus adalah
penyebab infeksi luka perineum,karena bakteri ini merupakan koagulase
positif, membentuk bekuan pada plasma yang dapat menyebabkan
mordibitas sistemik yang meluas(Myles, 2009).
4. Komplikasi
Luka perineum yang tidak dilakukan perawatan dengan baik akan
menimbulkan dampak infeksi, yaitu kondisi perineum yang terkena
lokhea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri
yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Komplikasi,
memunculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada
jalan lahir.
Gejala infeksi cukup mudah untuk dilihat, yaitu berupa rasa panas
dan perih pada tempat yang terinfeksi, perih saat buang air kecil, demam
dan keluar cairan seperti keputihan yang berbau (Damarini, 2013).
5. Proses penyembuhan luka
Penyembuhan luka dapat terjadi secara :
a. Per Priman yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera
diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
b. Per Sekunden yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan
perprimam. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan
lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya
dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan.
Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan
jaringan granulasi.
c. Per Tertiam atau priman tertunda yaitu luka yang dibiarkan
terbuka selama beberapa hari setelah tindakan (4-7 hari).
6. Bentuk penyembuhan luka
Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan
sebagai penyembuhan melalui instensi pertama, kedua, atau ketiga.
a. Penyembuhan melalui instensi pertama (penyatuan primer).
Luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum,
dan penutupan dengan baik, seperti dengan suture, sembuh dengan sedikit
reaksi jaringan melalui intensi pertama, ketika luka sembuh
melalui intensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan
pembentukan jaringan perut minimal.
b. penyembuhan melalui intensi kedua (Granulasi).
Pada luka dimana terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana
tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang
sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama.
c. penyembuhan melalui intensi ketiga (suture sekunder).
Jika luka dalam baik yang belum disuture atau terlepas dan
kemudian disture kembali nantinya, dua permukaan granulasi yang
berlawanan disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut
yang lebih dalam dan luas.
C. Konsep Dasar Nutrisi untuk luka perineum
1. Definisi Nutrisi
Nutrisi pada dasarnya adalah bahan-bahan makanan yang biasa kita
konsumsi sehari-hari. Akan tetapi, nutrisi bukan berarti makanan,
melainkan sesuatu yang terkadung dalam maknan tersebut. Nutrisi bisa
berasal dari makanan atau cairan (minuman), yang selanjutnya
diasimilasi oleh tubuh.(Yani, 2013)
Nutrisi dibutuhkan oleh manusia untuk fungsi normal dari sistem
tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Dengan kata lain, tubuh
manusia memerlukan nutrisi (makanan) untuk mempertahankan
kelangsungan fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang
kehidupan manusia, meskipun jumlah nutrisi yang diperlukan oleh setiap
orang berbeda-beda, sesuai dengan kakteristiknya (seperti jenis kelamin,
usia, aktivitas, dan lain-lain).
Pemenuhan kebutuhan nutrisi sebenarnya bukan karena untuk
menghilangkan rasa lapar, tetapi karena memiliki banyak fungsi,
Umumnya, fungsi dari nutisi adalah sebagai sumber energi, memelihara
jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak, mempetahankan vitalitas
tubuh, dan sebagainya.
Dengan demikian, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal yang
perlu diperhatikan adalah zat gizinya(nutrien). Hal ini karena nutrien
diabsorbsi di saluran pencernaan, yang kemudian didistribusikan ke
sel-sel tubuh.
2. Jenis Nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon,
hidrogen, dan oksigen. Zat karbohidrat dapat ditemukan dalam
makanan yang mengandung zat tepung, gula, atau makanan berserat.
Misalnya, roti, mie, nasi, dan makanan yang berasal dari biji-bijian
(seperti ubi, padi, jagung, gandum, dan singkong/ketela).
Karbohidrat berperan sebagai sumber tenaga atau energi, melindungi
protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi, mengatur
metabolisme lemak dan protein agar mencegah terjadinya ketosis
dan pemecahan protein yang berlebihan, serta membantu
pengeluaran feses.
b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan
minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak.
Zatmakanan yang mengandung lemak terdiri atas asam lemak jenuh
dan tak jenuh. Asam lemak tak jenuh akan lebih mudah terurai
dalam tubuh sehingga tidak mengakibatkan penumpukan atau
penggumpalan dalam pembuluh darah. Sedangkan asam lemak jenuh
berlaku sebaliknya.
c. Protein
Protein adalah jenis makanan yang mengandung asam amino.
Protein banyak terdapat pada jenis makanan daging-dagingan,
kacang-kacangan, beragam produk kedelai, telur, serta beragam
produk susu dan olahannya, seperti keju dan es krim. Protein
berguna bagi perumbuhan, perkembangan, dan mengganti sel-sel
tubuh yang rusak. Protein juga berfungsi sebagai bahan pembentuk
senyawa kimia seperti enzim yang berperan penting dalam mengatur
berbagai proses yang berperan penting dalam mengatur berbagai
proses yang terjadi di dalam tubuh, mengatur keseimbangan kadar
asam basa dalam sel, dan sebagai media perambatan implus saraf.
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor,
misalnya suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna
atau cahaya pada sel-sel mata.
d. Vitamin
Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh
tubuh, dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Zat makanan ini dibutuhkan tubuh dalam porsi sedikit. Mestipun
begitu, kekurangan zat makanan berupa vitamin akan mengganggu
keseimbangan tubuh sehingga tubuh dapat menderita sariawan,
bahkan penuaan dini.
e. Mineral
Mineral merupakan unsur esensial bagu fungsi normal sebagian
enzim, dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.
Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan,
dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral.
f. Air
Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh
manusia. Kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air.
Sehingga, air sangat diperlukan oleh tubuh, terutama bagi mereka
yang melakukan olahraga atau aktivitas berat.
g. Mineral
Mineral merupakan unsur esensial bagu fungsi normal sebagian
enzim, dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.
Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan,
dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral.
h. Air
Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh
manusia. Kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air.
Sehingga, air sangat diperlukan oleh tubuh, terutama bagi mereka
yang melakukan olahraga atau aktivitas berat.
3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
a. Faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi :
1. Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan
ibu hamil.
2. Selama perbaikan jaringan atau pemulihan kesehatan karena
proses suatu penyakit.
3. Peningkatan suhu tubuh.
4. Aktivitas yang meningkat.
5. Stes.
6. Terjadi infeksi
b. Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi :
1. Penurunan laju pertumbuhan, misalnya lansia.
2. Penurunan basal metabolisme.
3. Hipotermi.
4. Jenis kelamin.
5. Gaya hidup pasif.
4. Konsumsi Tinggi Protein untuk luka perineum
1. Definisi
Protein sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka
perineum karena pengganti jaringan yang rusak akan sangat
membutuhkan protein untuk proses regenerasi sel baru. Protein
bertanggung jawab sebagai zat untuk blok pembangun otot, jaringan
tubuh, maka untuk tahap penyembuhan luka dibutuhkan asupan
protein setiap hari (Supiati, 2015). Sumber protein dapat diperoleh
dari nabati yang menyumbang asam amino sederhana dan lebih
mudah diserap oleh tubuh (Lebang, 2015).
Penyembuhan luka dengan penilaian kualitas jahitan perineum
dalam masa nifas sangat diharapakan untuk menghindarkan ibu nifas
dari bahaya infeksi atau keluhan fisiologis yaitu dengan cara
penambahan asupan konsumsi tinggi protein dalam menu makan
kesehariannya
Sumber perbaikan jaringan dan regenerasi tubuh harus
mempunyai suplai protein sebanyak 100 gram perhari agar dapat
menetralisir penyembuhan luka dengan baik (Boyle, 2009).
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein
nabati. Protein hewani merupakan protein yang sempurna yaitu
protein yang mengandung asam amino esensial lengkap. Sedangkan
protein nabati merupakan jenis protein yang tidak sempurna karena
mengandung asam amin esensial atau kandungan asam amino
esensialnya sangat rendah (hanya 1 atau 2 macam saja), sehingga
dinilai tidak dapat menjamin berbagai keperluan pertumbuhan dan
mempertahankan kehidupan berbagai jaringan pada tubuh. Protein
hewani antara lain terdapat pada telur, daging, ikan, udang, kerang,
susu dan keju. Sedangkan protein nabati banyak terkandung dalam
tahu, tempe, kacang-kacangan, jagung, dan lain-lain.
c. Manfaat tinggi protein
Penyembuhan luka dengan penilaian kualitas jahitan perineum
dalam masa nifas sangat diharapkan untuk menghindarkan ibu nifas
dari bahaya infeksi atau keluhan fisiologis yaitu dengan cara
penambahan asupan atau konsumsi tinggi protein dalam menu
makan kesehariannya. Salah satu nutrisi yang paling berperan
penting dalam proses penyembuhan luka ialah protein. Hayu (2013)
Luka perineum pada masa nifas jika tidak dijaga dapat
menyebabkan infeksi, maka dari itu luka perineum perlu dijaga betul
dan dipastikan penyembuhannya berjalan normal. Salah satu aspek
yang berperan penting dalam penyembuhan luka perineum ialah
asupan nutrisi, terutama protein yang bertanggung jawab dalam
proses penyembuhan luka (dari hasil penelitian Komala Y pada
tanggal 7 Febuari 2017 di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman).
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ija
(2009) yang menyatakan bahwa bila ibu nifas mampu melakukan
perawatan luka dengan benar selama dirumah, ditunjang dengan
normal sesuai masa penyembuhan luka, resiko terjadinya infeksi
masa nifas dapat dihindari.
Peneliti menunjukan pengaruh konsumsi tinggi protein terhadap
kualitas penyembuhan luka perineum rata-rata luka perineum
sembuh dengan kualitas yang baik terjadi pada hari ke 5.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2014),
menunjukan bahwa penyembuhan luka dipengaruhi oleh faktor
diantaranya gizi terutama protein yang berperan untuk pergantian
jaringan yaitu dengan pemberian protein

Anda mungkin juga menyukai