DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KERUAK
Jln. Pancor-Keruak KM 23 Kec.Keruak Kab Lombok Timur Kode Pos.83672
A. PENDAHULUAN
Sehat adalah keadaan sejahtera fisik mental dan sosial dan tidak sekedar terbebas
dari keadaan cacat dan kematian.Definisi sehat ini berlaku bagi perorangan maupun
penduduk (masyarakat). Derajat kesehtatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yang
saling berinteraksi yaitu lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang dengan
memperhatikan semua segi kehidupan dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan
dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup yang wajar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kehidupan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima
dengan baik apa yang ada pada dirinya, merasa nyaman bersama oprang lain. Jadi
kesejahteraan jiwa (mental) merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kesejahteraan secara keseluruhan.
B. LATAR BELAKANG
Program kesehatan jiwa merupakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk bersama masyarkat dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan jiwa sebagai upaya mendukung pencapaian indonesia
bebas pasung.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan jiwa dan kualitas hidup masyarakat.
2) Tujuan khusus
1 Mendukung pencapaian Indonesia bebas pasung.
2 Meningkatkan pelayanan kesehatan psikiatri .
3 Meningkatkan kemampuan masayarakat dan keluarga melalui penyuluhan
tentang kesehatan jiwa.
4 Mengenali penderita yang memerlukan pelayanan kesehatan psikiatri.
5 Memberi pertolongan pertama psikiatri , dengan memberikan pengobatan atau
merujuk pasien ke RS jiwa.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Program kesehatan jiwa dapat dilaksanakan berbagai kegiatan seperti:
1Kunjungan rumah pasien gangguan jiwa.
2Pemantuan dan kotroling status pengobatan pasien gangguan jiwa.
F. SASARAN
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa :
1 Melaksanakan pelayan kesehatan jiwa dengan mengintegrasikan dalam pelayanan
kesehatan lainnya diseluruh rentang usia.
2 Memberikan penyuluhan kesehatan jiwa kepada pengunjung /pasien puskesmas
baik individu atau kelompok masyarakat.
3 Memberikan psikoterapi lingkungan atau keluarga kepada pasien dengan
gangguan kesehatan jiwa.
A. PENDAHULUAN
Sehat adalah keadaan sejahtera fisik mental dan sosial dan tidak sekedar terbebas
dari keadaan cacat dan kematian.Definisi sehat ini berlaku bagi perorangan maupun
penduduk (masyarakat). Derajat kesehtatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor
yang saling berinteraksi yaitu, lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan
kesehatan. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas
hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan dengan ciri
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup yang
wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kehidupan hidupnya, dapat berperan
serta dalam lingkungan hidup.
B. LATAR BELAKANG
Program kesehatan jiwa merupakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk bersama masyarkat
dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan jiwa sebagai upaya mendukung pencapaian
indonesia bebas pasung.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
1 Untuk meningkatakn derajat kesehatan jiwa dan kualitas hidup terutana Pasca
Rawat inap.
2 Untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
untuk bias mandiri dengan lingkungannya.
2) Tujuan khusus
1 Mendukung pencapaian Indonesia bebas pasung.
2 Meningkatkan pelayanan kesehatan psikiatri.
3 Meningkatkan kemampuan masayarakat dan keluarga melalui penyuluhan
tentang kesehatan jiwa.
4 Mengenali penderita yang memerlukan pelayanan kesehatan psikiatri.
5 Memberi pertolongan pertama psikiatri , dengan memberikan pengobatan atau
merujuk pasien ke RS jiwa.
D. KEGIATAN POKOKDAN RINCIAN KEGIATAN
Program kesehatan jiwa dapat dilaksanakan berbagai kegiatan seperti:
1. Kunjungan rumah pasien gangguan jiwa.
2. Pemantuan dan kotroling status pengobatan pasien gangguan jiwa.
F. SASARAN
Penderita gangguan jiwa pasca perawatan di Rumah sakit jiwa
KERANGKA ACUAN
PENGAWASAN PEMBERIAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN
JIWA
A. PENDAHULUAN
Menurut Word Health Organization (WHO) bahwa masalah gangguan kesehatan
jiwa diseluruh dunia sudah menjadi masalah yang serius.WHO memperkirakan
sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami gangguan kesehatan jia (Widyasih,
2008). Berdasarkan riset kesehatan dasar prevalensi gangguan jiwa di Indonesia
sebesar 14,1% dan gangguan jiwa yang ringan hingga berat Dirjen Bina Pelayanan
mudik Departement kesehatan juga menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan
jiwa di Indonesia meningkat pesat mencapai 8-10% dari total penduduk Indonesia
tahun 2007.
Salah satu factor untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan
jiwa yaitu dengan melaksanakan program pengobatan dengan rutin, pengobatan yang
dimaksud adalah pengawasan minum obat bagi pasien gangguan jiwa. Kekambuhan
yang dialami pasien disebabkan karena kurangnya control dalam pengawasan dalam
minum obat. Pasien yang mengalami pengawasan untuk itu, perlu adanya dukungan
dari keluarga, orang-orang terdekat dan juga lingkungan sekitar. Melalui pengawasan
secara intensif ke pada penderita gangguan jiwa, maka kepatuhan untuk selalu
mengkonsumsi obat bisa juga, sehingga pasien merasa memiliki tambahan kekuatan
dari keluarga dan orang terdekatnya (Nurjanah, 2004)
B. LATAR BELAKANG
Menurut Dharmadi (2002) mengemukakan bahwa, skizofrenia
merupakan penyakit gangguan jiwa terberat yang dialami manusia, bahkan bisa
dinilai lebih buruk dibanding penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV),
bukan karena tidak bias diobati, tetapi penyembuhannya yang membutuhkan waktu
yang lama. Sedangkan menurut Siswono (2003) mengemukakan bahwa, Sekitar 1%
sampai 2% dari seluruh penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu
waktu dalam hidupnya. Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan
skizofrenia, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara
teratur, menghentikansendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan
dari keluarga danmasyarakat, sehingga penderita kambuh dan perlu dirawat di rumah
sakit. Oleh karena itu pengawasan minum obat oleh keluarga dengan gangguan
jiwasangat penting demi kesembuhan pasien gangguan jiwa.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan dalam pengawasan minum obat
pada pasien gangguan jiwa.
2) Tujuan khusus
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengawasan minum obat
terutama pada keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.
2. Meningktakan peran serta masyarakat dalam pengawasan minum obat.
3. Menyebutkan obat-obat yang sering digunakan untuk pasien
gangguan jiwa
4. Memberikan konseling kepada masyarakat terutama keluarga yang
mengalami gangguan jiwa tentang manfaat dalam pengawasan minum
obat dan reaksi yang efektif setelah minum obat.
E. SASARAN
1. Puskesmas melakukan pelayanan dan penyuluhan kesehatan jiwa dalam
pengawasan pemberian minum obat
2. Peran lintas program dan lintas sektoral.
KERANGKA ACUAN
USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS)
A. PENDAHULUAN
Pemerintah telah mencanangkan ”Indonesia Sehat 2015” sebagai paradigm baru,
yaitu paradigma sehat melalui pendekatan promotif dan preventif dalammengatasi
permasalahan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi
dan mulut merupakan bagian terpenting dari integral di pembangunan kesehatan yang
semakin muncul di permukaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang
pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) dan salah satu program yang ada di dalamnya yaitu Usaha Kesehatan Gigi
sekolah (UKGS) merupakan program pengembangan. Segala upaya peningkatan dan
pengembangan kesehatan di sekolah diupayakan melalui Tim Pembina UKS pusat dan Tim
Pembina UKS di daerah secara berjenjang. Hasil penelitian yang dilakukan empat
departemen terkait dalam program UKS (Depdiknas, Depkes, Depag, Depdagri)
menyimpulkan bahwa secara umum prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik
belum mencapai tingkat yang diharapkan salah satunya ditinjau dari aspek kesehatan gigi.
B. LATAR BELAKANG
Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bentuk kegiatan untuk
meminimalkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada siswa/siswisekolah dasar. UKGS
memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang terpadu dan pemeriksaan gigi
dan mulut secara lintas program dan lintas sektoral yang ditujukan untuk murid-murid
sekolah dasar (Darwita, 2006).
UKGS ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
seluruh peserta didik disekolah yang ditunjang dengan upaya pelayanan kesehatan
perseorangan (kuratif) yang meliputi pengobatan ringan dan pertolongan pertama untuk
menghilangkan rasa sakit gigi di sekolah oleh guru UKS atau dokter kecil, pencabutan
gigi sulung bagi yang memerlukan. Program UKGS di Puskesmas dilaksanakan dalam
bentuk tim. Adapun kegiatan timtersebut melibatkan dokter gigi, perawat gigi dan
petugas UKS (Herijulianti, 2002)
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang
ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta
didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya
kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan
mulut.
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan persentase murid Sekolah Dasar yang telah mendapat pemeriksaan
gigi dan mulut menjadi 100% yang mengacu pada Visi Indonesia Sehat 2015
2. Tujuan khusus
6 Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut siswa
7 Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa
8 Meningkatkan sikap atau kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan dan gigi
mulut siswa.
9 Siswa mendapatkan pelayanan medik dasar atas permintaan.
2. Lintas Sektor
- UPT DIKBUD : Mengetahui adanya kegiatan UKGS.
- KECAMATAN : Membantu dan bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan
UKGS di sekolah yang meliputi seluruh wilayah kecamatan.
- SEKOLAH: Melaksanakan kegiatan UKGS yaitu kegiatan pemeriksaan gigi pada
siswa SD.
KERANGKA ACUAN
USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT (UKGMD)
A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan antara lain dapat dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan adalah program Upaya Kesehatan
Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
UKGMD adalah suatu pendekatan Edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi (Upaya
Promotif, Preventif secara terpadu (UKBM) dikenal dengan Primery Oral Health Care
Aproach yang dilakukan disarana-sarana UKBM ( Posyandu, Poskesdes, Desa Siaga
dll)
B. LATAR BELAKANG
Strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk
mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan
aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam
mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) merupakan kegiatan yang
bersumber dari masyarakat seperti Poskestren, Posyandu dan Desa Siaga.Melalui
program UKGMD diharapkan terbentuknya derajat kesehatan masyarakat secara
komprehensip.Posyandu merupakan suatu upaya kesehatan melalui pemberdayaan
masyarakat yang bekerjasama dengan berbagai lintas sector seperti Puskesmas,
Pemerintahan desa / kelurahan dan lembaga swadaya masyarakat lainnya.
Kader sebagai kelompok penggerak kesehatan di masyarakat tidak dapat bekerja
sendiri – sendiri. Tidak hanya pengetahuan dan keterampilan teknis saja yang harus
dimiliki oleh seseorang kader posyandu, namun juga kemampuan untuk berinteraksi dan
bekerjasama.Oleh karena itu, pendidikan kesehatan yang diberikan kepada kader
posyandu seyogyanya tidak hanya berorientasi pada peningkatan pengetahuan saja,
tetapi juga mampu melatih keterampilan sosialisasi dan kemampuan bekerjasama
sebagai teamwork.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum :
Meningkatkan status Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat secara optimal melalui
upaya Promotif dan Preventif.
2) Tujuan khusus :
Memberikan pelayanan UKGMD yang sesuai dengan visi dan misi Puskesmas Keruak
yaitu :
1. Visi : Mewujudkan masyarakat Keruak yang sehat, Produktif dan Berkualitas.
2. Misi
a. Mendorong Kemandirian Masyarakat Keruak untuk berperan aktif dalam bidang
kesehatan.
b. Memberikan pelayanan Kesehatan Dasar bagi Masyarakat keruak yang bermutu
dan berkesinambungan.
c. Tata nilai Puskesmas yaitu : 5s (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
E. CARAPELAKSANAANDAN KEGIATAN
1) Ceramah
2) Diskusi
3) Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
F. SASARAN
Ibu hamil dan pengunjung Posyandu
PELAKSANA :
Dokter Gigi / Perawat Gigi
G. PERAN LINTAS PROGRAM DAN SEKTORAL
1) Lintas Program
a. INDRA : Pemeriksaan mata, telinga dan mulut pada masyarakat.
b. GIZI : Menentukan status gizi masyarakat.
c. KESLING: Memberikan penyuluhan tentang penyakit yang berbasis lingkungan
kepada masyarakat.
d. KIA : Berkoordinasi dalam kegiatan penyuluhan kesehatan gigi masyarakat.
2) Lintas Sektor
a. DESA : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh
di desa khususnya dibidang UKGMD
b. KADER : Membantu kegiatan posyandu dengan melakukan penyuluhan kesehatan
gigi pada masyarakat.
H. JADWAL PELAKSANAANKEGIATAN
Penyuluhan kesehatan gigi mulut di Posyandu oleh Kader sesuai jadwal.
KERANGKA ACUAN
PELATIHAN DOKTER KECIL
A. PENDAHULUAN
Pelatihan Dokter Kecil merupakan salah satu pelatihan kader kesehatan sekolah
yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan peserta didik (murid
SD) khususnya dalam bidang kesehatan.Di lingkungan sekolah, sering sekali terjadi
beberapa kasus kesehatan yang membutuhkan pertolongan segera, seperti pada siswa
yang epistaksis (mimisan), pingsan, diare, dan penanganan pada siswa yang
jatuh/terluka.Kejadian ini membutuhkan penanganan cepat sehingga gangguan yang
dialami siswa tersebut tidak menjadi parah yang dapat mengganggu aktivitas belajar
disekolah.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan kegiatan yang sangat strategis
sebagai salah satu upaya untuk menangani segala kejadian gangguan kesehatan yang
dialami oleh para peserta didik di sekolah. Melalui kegiatan UKS ini setiap siswa
mendapat pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan mampu memelihara
lingkungan sekolah yang mendukung kelancaran pelaksanaan proses belajar dan
mengajar di sekolah. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan UKS, perlu didukung
dengan sarana dan sumber daya seperti ruangan UKS dan kelengkapan pendukung
seperti tempat tidur, kotak P3K serta keberadaan dokter kecil yang terlatih dalam
menangani segala keluhan dan gangguan kesehatan pada setiap siswa.
B. LATAR BELAKANG
Dokter kecil merupakan kader kesehatan sekolah yang berasal dari para siswa yang
dilatih untuk melakukan kegiatan promotif, preventif serta tindakan kuratif (penanganan
pengobatan dan perawatan ringan) untuk membantu para siswa yang mengalamai
gangguan kesehatan di sekolah.Dokter kecil merupakan perangkat yang harus dimiliki
setiap sekolah untuk membantu penanganan cepat beberapa gangguan kesehatan karena
memiliki keterampilan khusus dalam penanganan kasus-kasus gawat darurat dan
kesehatan lainnya dalam upaya peningkatan kesehatan sekolah. Dengan demikian
Pelatihan dokter kecil sebagai wujud menciptakan “Penggerak Cilik Upaya Kesehatan
di Sekolah”, yang merupakan investasi perubahan bagi masa depan pembangunan yang
lebih baik.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikap positif peserta
didik dalam upaya kesehatan di sekolah
2. Tujuan Khusus
Peserta diharapkan mampu ;
a) Memahami program UKS dan Dokter Kecil
b) Bersikap dan berperilaku sehat
c) Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan di sekolah
d) Melakukan pengenalan tanda-tanda penyakit
e) Melakukan pengamatan kebersihan di sekolah
f)Menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, dirumah, dan dilingkungannya.
g) Menjadi penolong dirinya sendiri, sesama siswa, dan orang lain untuk hidup sehat.
h) Memotivasi peningkatan partisipasi siswa dalam program UKS di sekolah
i) Membuat laporan kegiatan dokter kecil
F. Sasaran.
1. Siswa/ siswi
2. Guru
G. PERAN LINTAS PROGRAM DAN SEKTORAL
1) Lintas Program
1. INDRA : Pemeriksaan mata, telinga dan mulut pada siswa SD
2. GIZI : Menentukan status gizi siswa SD
3. SURVAILANS : Melakukan survey jentik kamar mandi sekolah.
4. UKGS : Melakukan pemeriksaan gigi anak sekolah
5. PROMKES : Bekerjasama dalam melakukan penyuluhan UKS dan promosi
kesehatan dalam kegiatan pelatihan dokter kecil di sekolah.
2) Lintas Sektor
1. UPT DIKBUD : Mengetahui adanya kegiatan UKS.
2. KECAMATAN : Membantu dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan pelatihan dokter kecil di sekolah yang meliputi seluruh wilayah
kecamatan.
3. SEKOLAH : Melaksanakan kegiatan UKS yaitu kegiatan pelatihan dokter kecil
pada siswa SD.
A. PENDAHULUAN
Sasaran pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) atau disingkat
dalam MDGs, hasil kesepakatan kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara
perserikatan bangsa – bangsa (PBB) yang telah dijalankan mulai September 2000,
memiliki beberapa poin sasaran salah satunya meliputi kesehatan anak – anak.
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka kemajuan
kehidupan bangsa. Jumlah anak yang besar yakni 30% dari total penduduk Indonesia
atau sekitar 73 juta orang dan usia sekolah merupakan masa keemasan untuk
menanamkan nilai – nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga
berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat.
B. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menyatakan bahwa angka
kejadian karies pada anak – anak adalah sebesar 60-90%. Jumlah penderita karies di
Indonesia didominasi oleh anak kelompok usia kurang dari 12 tahun sebesar 76,2%
atau delapan dari sepuluh anak Indonesia mengalami masalah gigi berlubang yang
disebabkan oleh kebiasaan sikat gigi berlubang yang disebabkan oleh kebiasaan
menyikat gigi yang salah. Penanaman nilai – nilai PHBS disekolah merupakan
kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah
(PHBS).Gigi sehat yaitu gigi yang bersih taka da plak apalagi karang gigi.Menggosok
gigi adalah membersihkan gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi. Sikat gigi setiap hari
pada pagi hari dan malam malam / sebelum tidur dengan cara baik dan benar.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
2) Tujuan khusus
1. Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
2. Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
E. SASARAN
Semua murid usia sekolah yang dalam lingkup wilayah kerja puskesmas.
G. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan setiap1 kali setahun
KERANGKA ACUAN
PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
A. PENDAHULUAN
Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan
tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta
manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. Pengobatan tradisional merupakan
salah satu upaya pengobatan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau
ilmu keperawatan, yang banya dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turu-temurun,
berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat,
baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-
obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan
penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penalitian tidak terlalu menyebabkan sfek samping, karena masih bisa dicerna
oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih
lanjut. Bagian dari obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, baang,
buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisoinal yang banya dijual di pasar dalam bentuk
kapsul, sebuk, cair, simplisia dan tablet.
B. LATAR BELAKANG
Pusat Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer mempunyai
tanggungjawab terhadap pengelolaan kegiatan yang berdampak pada kesehatan
tradisional masyarakat. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer yang memenuhi
kriteria tertentu dapat diintegrasikan pada fasilitas pelayanan kesehatan meliputi :
a. Mengikuti kaidah-kaidah ilmiah;
b. Tidak membahayakan kesehatan pasien/klien;
c. Tetap memperhatikan kepentingan tebaik pasien/klien;
d. Memiliki potensi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan meningkatkan kualitas
hidup pasien/klien secara fisik, mental, dan sosial; dan
e. Dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisiona.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan pengobatan tradisional dan derajat kesehatan.
2) Tujuan Khusus
1. Membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional yang bersinergi dengan
pelayanan konvensional.
2. Membangun sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional Komlementer yang
bersinergi dan dapat berintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3. Memberikan perlindungan kepada masyarakat.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan tradisional
5. Memberikan kepastian hukum bagi pengguna dan pemberi pelayanan kesehatan
tradisional.
F. SASARAN
SasaranPelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer adalah tempat-tempat
pengobatan tradisional dan masyarakat.
Jumlah tempat : 6 lokasi di Dusun Keruak
2. Lintas Sektor
PKK: Penataan / pembinaan TOGA serta pemanfaatan TOGA.
A. PENDAHULUAN
Amanat UU nomer 13 tahun 2008, pasal 3 tentang penyelenggaraan ibadah haji
bahwa penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan yang sebaik baiknya bagi Jemaah haji sehingga Jemaah haji dapat
menunaiukan ibadahnya sesuai ketentuan ajaran agama islam. Sesuai dengan keputusan
menteri kesehatan republik Indonesia nomor 442/MENKES/SK/VI/2009 tentang
pedoman penyelenggaraan kesehatan haji, tujuan penyelenggaraan kesehatan haji adalah
meningkatkan kesehatan kondisis kesehatan Jemaah haji sebelum keberangkatan,
menjaga agar Jemaah haji dalam kondisi sehat selama msnunaikan ibadah, sampai tiba
kembali ke tanah aur dan mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/ masuk oleh Jemaah haji.
Pemeriksaan kesehatan tahap pertama merupakan pemeriksaan kesehatan bagi
seluruh Jemaah haji di puskesmas untuk mendapatkan data kesehatan bagi upaya upaya
perawatan dan pemeliharaan,serta pembinaan dan perlindungan. Pelaksanaannya
dilakukan oleh tim pemeriksa.
B. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan kebugaran adalah elemen dasar untuk menilai ketahanan dan kekuatan
fisik seseorang.Melakukan tes kebugaran sangat baik untuk menilai sekaligus
meningkatkan kerja jantung, paru paru dan otot.Tes kebugaran juga dapat diartikan
sebagai tes daya tahan kardiorespirasi, tes kekuatan dan eksebilitas otot.
Oleh karena itu tes kebugaran ini dapat dijadikan factor yang dapat menentukan
derajat kesehatan seseorang. Manfaat tes kebugaran bagi tubuh daopat digunakan menilai
kebugaran seseorang, dapat digunakan untuk mencegah atau bahkan mengobati penyakit
penyakit yang menyebabkan kemunduran kesehatan akinat gaya hidup yang tidak sehat
dan atau penuaan , dapat melatih ketahanan fisik, kardiorespirasi sehingga baik untuk
kesehatan jantung dan paru.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum :
Menjadi haji yang mabrur dan istihaah yang berarti memiliki kemampuan baik dari
segi jasmani,rohani, ekonomi dan keamanan.
2) Tujuan khusus :
1. Agar Jemaah haji mempunyai kemampuan fisik dan mental utuk menjalankan
ibadah haji dengan lengkap.
2. Sebagai bahan laporan pelaksanaan tes kebugaran Jemaah haji
E. SASARAN
Calon jemah haji berjumlah 69 orang
J. SUMBER DANA
Pelaksanaan tes kebugaran Jemaah haji didanai oleh dan BOK
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan
masyarakat telah dibangun Puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu. Salah satu upaya pembangunan kesehatan yang
diselenggaraka oleh puskesmas adalah bina upaya kesehatan bagi lansia. Salah satu
dampak pembangunan kesehatan adalah meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir
yang beakibat meningkatnya lanjut usia denga bebagai masalah dan kebutuhan bagi
lanjut usia di bidang kesehaan.
B. LATAR BELAKANG
Menurut dokumen Pelembagaan Lanjut Usia dalam Kehidupan Bangsa yang
diterbitkan oleh Departeman Sosial dalam rangka perancangan Hari Lanjut Usia Nasional
tanggal 29 Mei 2006, batas lanjut usia adalah 60 tahun atau lebih. Besarnya jumlah
Lanjut Usia ( lansia ) yang menjadi kepala keluarga / rumah tangga dan banyaknya dari
para lansia yang masih bekerja menunjukkan besarnya peranan lansia dalam keluarga.
Secara individu peran lansia sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan
mereka. Hal tersebut menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik biologos, mental
maupun sosial ekonomi. Denga meningkatnya jumlah kelompok lansia harus diupayakan
agar kelompok lansia tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima untuk
menjadi sumber daya manusia yang optimal.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua
yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga,masyarakat.
2) Tujuan Khusus
1) Meningkatkan kesadaran para lansia untuk membina secara mandiri
kesehatannya.
2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga serta lansia dalam mengatasi
masalah kesehatan lansia.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIN KEGIATAN
Kegiatan Bina Kesehatan Lansia :
a. Posyandu Lansia
b. Penyuluhan Kesehatan bagi Lansia
c. Kunjungan rumah ( home visit ) bagi lansia beresiko.
2. Cara Pelaksanaan
a. Posyandu Lansia
7) Kegiatan posyandu lansia dilaksanakan 12 kali dalam sebualan sepanjang tahun
8) Kegiatan posyandu lansia meliputi pemeriksaan status gizi lansia dengan
melakukan penimbangan berat badan, tinggi badan dan mengisi KMS Lansia.
9) Pemeriksaan status kesehatan lansia meliputi pemerikaan tekanan darah dan
pemeriksaan lab sederhana jika perlu.
10) Konsultasi kesehatan dilakukan untuk memberikan konseling tentang penyakit
yang diderita oleh lansia.
b. Penyuluhan
11) Kegiatan penyuluhan pada lansia adalah upaya memberikan informasi kepada
lansia dan keluarga dalam upaya peningkatan kemampuan dan kemandirian
mereka dalam memelihara kesehatan lansia.
12) Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan cara menyampaikan informasi melalui
metode ceramah, diskusi atau tanya jawab dan pemberian brosur serta leaflet.
13) Kegiatan penyuluhan dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan posyandu lansia.
c. Home visit
14) Home visit adalah upaya kesehatan bagi lansia berupa kunjungan rumah kepada
lansia yang memiliki masalah resiko kesehatan.
15) Home visit merupakan kegiatan pembinaan kesehatan bagi lansia dengan
memberikan layanan kesehatan dalam upaya meningkatkan kemandirian lansia
untuk menjaga kesehatan mereka dengan memberikan penyuluhan, konseling
serta pemeriksan kesehatan.
F. SASARAN
a. Sasaran :
1) Kelompok pra lansia usi 45-49 tahun
2) Kelompok lansia usia 5-69 tahun
3) Kelompok lansia >70 tqhun resiko tinggi
b. Pihak Terkait
1) Kader posyandu
2) Petugas gizi Puskesmas
3) Petugas lab / analis puskesmas
4) Perawat/Bidan
J. SUMBER BIAYA
KERANGKA ACUAN
PENYULUHAN PEMERIKSAAN GULA DARAH UNTUK LANSIA
A. PENDAHULUAN
Pembinaan kesehatan lansia merupakan salah satu kegiatan yang harus terus
digalakkan untuk mewujudkan lansia sejahtera, bahagia dan berdaya guna bagi kehidupan
keluarga dan masyarakat sekitarnya. Hal ini merupakan suatu upaya menghadapi
peningkatan status dan derajat kesehatan rakyat indonesia yang memberikan dampak
pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa.
B. LATAR BELAKANG
Insidens dan prevalensi dari DM semakin meningkat. Dan pada tahun 2030
diperkirakan prevalensi DM di seluruh dunia akan meningkat menjadi dua kali lipat. DM
tipe 2 didapatkan pada 85-90% dari total penderita DM dan seringkali ditemukan pada
usia lanjut. Prevalensi DMtertinggi didapatkan pada penduduk berusia 60 tahun dan ke
atas dengan insidens tertinggi juga didapatkan pada kelompok usia tersebut. Hasil
penelitian The Canadian Study Of Health And Aging (CHSA) menunjukkan prevalensi
DM besarnya 12,1%. Menurut survei yang dilakukan World Health Organization (WHO),
Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderitaDM terbesar di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi
Diabetes Melitus maupun Gangguan Toleransi Glukosa (GTANJUNG) meningkat seiring
dengan pertambahan usia, menetap sebelum akhirnya menurun. Dari data WHO
didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg
%/tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah
makan.
Seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami kemunduran fisik dan
mental yang menimbulkan banyak konsekuensi. Proses menua adalah keadaan yang tidak
dapat dihindarkan. Perubahan-perubahan pada lansia dan kemunduran kesehatannya
kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit.
Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon
dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua. Diabetes
Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik hiperglikemia. Klasifikasi DMberdasarkan etiologi mempunyai 4 bentuk
klinis yaitu DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan gestational diabetes mellitus.
Diabetes mellitus yang terdapat pada lansia gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa
gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadangmenyerupai penyakit atau
perubahan yang biasa ditemui pada lansia.
Dengan demikian sangatdiperlukan pemeriksaan kadar guladarah pada lansia,
karena Diabetes Mellitus sangat rentan terjadi pada lansia.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah pada lansia serta
untuk memonitoring hasil pengobatan lansia dengan Diabetes Melitus (DM).
2) Tujuan khusus
1. Para lansia mengetahui kadar gula darahnya.
2. Para lansia mengetahui pencegahanatau pengobatan yang harus dilakukan apabila
mengalami DM.
F. SASARAN
Lansia di wilayah kerja Puskesmas Keruak
H. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan pemeriksaan kadar gula darah pada lansia dilakukan setiap 1 kali / tahun di
masing-masing desa di wilayah Puskesmas Keruak.
KERANGKA ACUAN
PROGRAM HAJI PUSKESMAS KERUAK
TAHUN 2017
A. PENDAHULUAN
Amanat UU nomor 13 tahun 2008, pasal 3 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji dapat
menunaikan ibadahnya sesuai ketentuan ajaran agama Islam. Sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 442/MENKES/SK/VI/2009 tentang
Pedoman Penyelenggaran Kesehatan Haji, tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Haji
adalah meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga
agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah, sampai tiba kembali di
Tanah Air dan mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa
keluar / masuk oleh jemaah haji
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama merupakan pemeriksaan kesehatan bagi
seluruh jemaah haji di Puskesmas untuk mendapatkan data kesehatan bagi upaya-upaya
perawatan dan pemeliharaan, serta pembinaan dan perlindungan. Pelaksanaannya
dilakukan oleh Tim Pemeriksa
B. LATAR BELAKANG
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah wajib menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
Haji agar jemaah haji dapat menunaikan ibadah dengan baik sesuai ketentuan ajaran
Islam. Kementrian Kesehatan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan haji sejak sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, di perjalanan pergi dan
pulang, selama di Arab Saudi dan setelah kembali ke Indonesia.
Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi Jemaah Haji pada bidang
kesehatan, sehingga Jemaah Haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan
ajaran agama Islam. Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya peningkatkan kondisi
kesehatan sebelum keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama menunaikan ibadah
sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah transmisi penyakit menular yang
mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah haji.
Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang
memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu
setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan
mempertahankannya. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai
landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminasi faktor risiko kesehatan.
Dengan demikian, prosedur dan jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara
holistik.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Terselenggaranya pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah
haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan, dan
profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan lengkap sebagai
dasar pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan
kesehatan jemaah haji di Arab Saudi.
2) Tujuan Khusus
1. Tercapainya identifikasi status kesehatan jemaah haji berkualitas.
2. Tersedianya data kesehatan sebagai dasar upaya perawatan dan pemeliharaan, serta
upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jemaah haji.
3. Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor risiko jemaah haji secara
benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Indonesia atau print
out entry data kesehatan calon jemaah di Siskohatkes.
4. Terwujudnya fungsi BKJH/ print out data kesehatan calon jemaah di siskohatkes
sebagai sumber informasi medik jemaah haji untuk kepentingan pelayanan
kesehatan haji.
5. Tersedianya bahan keterangan bagi penetapan layak kesehatan (istitho’ah) jemaah
haji.
6. Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit menular
berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada masyarakat Internasional/Indonesia
2. Rincian Kegiatan
a. pelayanan pemeriksaan tahap 1 bagi CJH di Puskesmas Keruak
b. di buka setiap hari senin s/d sabtu pukul 07.30 s/d 12.00.
c. Kunjungan rumah dilakukan seminggu setelah jamaah haji pulang dari mekah
maksimal 2 minggu
F. SASARAN
1. CJH (calon jamaah haji yang sudah mempunyai nomor porsi)
2. Semua CJH mendapat penilaian kesehatan yang baik dan benar
A. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan Jemaah haji, sebagaimana diamanahkan dalam UU. No. 13 Tahun
2008, bahwa penyelenggaraan Jemaah haji bertujuan untuk memberikan pelayanan dan
perlindungan yang sebaik–baiknya bagi Jemaah haji, sehingga Jemaah haji dapat
menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Pembinaan ibadah
haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan dan bimbingan bagi Jemaah
haji.
Sesuai Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menyatakan bahwa
peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah-
pemerintah daerah dan atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan
penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya
hidup sehat.
B. LATAR BELAKANG
Pembinaan kesehatan Jemaah haji dimaksud meliputi : kegiatan penyuluhan,
bimbingan manasik kesehatan haji, penyebarluasan informasi atau kegiatan lain untuk
menunjang tercapinya hidup sehat yang diselenggarakan sejak Jemaah mendaftar sampai 14
hari setelah kepulangan dari Arab Saudi, yang diuselenggarakan oleh petugas kesehatan
Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan bersama KUA, KBIH dan LSM secara terpadu
dan menyeluruh (paripurna). Pembinaan kesehatan diselenggarakan didaerah asal,
embarkasi/debarkasi haji, selama perjalanan dari Arab Saudi.
Data pemeriksaan awal status kesehatan Jemaah haji sebagian masih mempunyai
resiko tinggi Proporsi jemaah haji resiko tinggi berkisar 30 – 40 % , sebagian besar Karena
usia lanjut, hipertens idan Diabetus Militus ( DM ) yang merupakan penyakit resiko tinggi
terbanyak (35 – 37%), sementara penyakit saluran pernapasan dan saluran pencernaan
semakin meningkat .
Mencermati kondisi Jemaah haji tersebut, maka Jemaah haji perlu mendapat
pembinaan kesehatan secara komprehensif, terus menerus dan berkesinambungan sebelum
keberangkatan ketanah suci, selama perjalanan ibadah haji dan sekembalinya ketanah air,
maka perlu disusun Pedoman pembinaan kesehatan bagi Jemaah haji.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan kesehatan jemaaah haji sehingga
mampu melaksanakan ibadah haji dengan baik.
2) Tujuan Khusus
1. Terlaksananya pelayanan kesehatan Jemaah haji, termasuk pemeriksaan untuk
menentukan ada tidaknya faktor resiko serta merujuk Rumah Sakit
2. Terlaksananya pembinaan kesehatan haji selalui bimbingan manasik kesehatan haji
3. Terlaksananya penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan sehingga Jemaah
haji dapat mempersiapkan kesehatannya, mengenali masalah kesehatannya beserta
kebutuhan obat dan kebutuhan lain yang diperlukan untuk menjaga kesehatannya
selama perjalanan ibadah haji.
4. Terlaksananya koordinasi dan kerjasama dengan KUA, KBIH dan LSM dalam
melaksanakan pembinaan kesehatan Jemaah haji.
D. SASARAN
Sasaran pembinaan kesehatan Jemaah haji adalah calon Jemaah haji yang akan berangkat
ketanah suci serta KBIH setempat.
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium)
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang meliputi
nomer porsi, nama jemaah, nama ayah (bin / binti), umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, diagnosis
5. Mencari informasi tentang kesehatan jemaah haji dengan melakukan kunjungan rumah pada jemaah
haji.
A. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam
menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini mendorong setiap negara
untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah penyakit menular
maupun tidak menular. Pada penyakit tidak menular diketahui bahwa dari 57 juta
kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular (WHO, 2013).
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang lebih banyak disebabkan
oleh gaya hidup manusia atau sering dikenal juga denganpenyakit degeneratif. Kematian
akibat PTM diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar
akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari
populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
jantung, stroke dan diabetes(WHO dalam bulletin PTM Kemenkes RI, 2011).
B. LATAR BELAKANG
Upaya pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dibangun berdasarkan
komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM
melalui kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM merupakan
kegiatan deteksi dini dan pemantauan terhadap faktor risiko PTM yang dapat dilakukan
pada masyarakat, disetai dengan tindak lanjut dalam bentuk konseling dan rujukan ke
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Pos Pembinaan Terpadu atau disingkat POSBINDU adalah suatu bentuk
pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif dan preventif
untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko penyakit tidak
menular (PTM). PTM tertentu yg dikendalikan dalam pelayanan posbindu
adalah Hipertensi, penyakit jantung koroner, Diabetes, kanker, Penyakit paru obstruktif
kronis, osteoporosis, asam urat, asma, stroke, obesitas (kegemukan), batu ginjal, dan lain-
lain.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko PTM yg kurang menimbulkan gejala secara bersamaan
dan dapat terdeteksi & terkendali secara dini
2. Tujuan Khusus
Terlaksananya deteksi dini factor resiko PTM
Terlaksananya monitoring factor resiko PTM
Terlaksananya tindak lanjut dini
D. SASARAN
Masyarakat baik laki atau perempuan yang usia > 15 tahun yang memiliki atau tidak
memiliki factor resiko.
F. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan setiap 1 kali/bulan.
A. PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan kesehatan adalah
pemberdayaan dan peningkatan peranserta masyarakat termasuk dunia usaha. Masyarakat
diberikan pasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan,
dibekali pengetahuan dan keterampiln untuk mengenali masalah di wilayahnya,
mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri berdasarkan
prioritas dan potensi yang ada. Dalam menentukan prioritas masalah, merencanakan,
melaksanakan, memantau dan menilai kegiatan, masyarakat perlu dilibatkan sejak awal.
Potensi dan partisipasi masyarakat dapat digali dengan maksimal, sehingga solusi
masalah lebih efektif dan dapat menjamin kesinambungan kegiatan.
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui posbindu PTM.
Pengembangan posbindu PTM merupakan bagian integral dari syistem pelayanan
kesehatan, diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan
mencakup berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan peran serta masyarakatdalam mencegah dan penemuan dini faktor
risiko penyakit tidak menular.
2) Tujuan Khusus
1. Terselenggaranya pelayanan PTM secara efektif dan efisien
2. Terkendalinya penyakit tidak menular di masyarakat
3. Adanya kemauan masyarakat untuk mengenali kasus PTM dan berupaya untuk
melakukan tindakan pencegahan.
D. BENTUK KEGIATAN
Pembinaan pelayanan posbindu PTM meliputi kegiatan kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang
riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan
sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekrasan dalam rumah tangga, serta
knformasi lainnya.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, analisis lemak tubuh dan tekanan darah.
3. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang
diabetes mellitus paling sedikit 1 tahun sekali.
4. Kegiatan konseling dan penyuluhan.
5. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olahraga bersama.
6. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam
penaganan pra rujukan.
E. SASARAN
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang PTM berusia
15 tahun ke atas.
J. SUMBER BIAYA
Sumber biaya pelaksanaan Posbindu DI Puskesmas Keruak dibebankan pada anggaran BOK
( Bantuan Operasional Kesehatan ) Puskesmas Keruak.
A. PENDAHULUAN
Pelayanan PTM di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar adalah pelayanan PTM
yang meliputi deteksi dini, tindak lanjut dini, respon cepat kegawatdaruratan, pengobatan,
rehabilitatife dan fasilitatif dengan pendekatan faktor risiko dan gejala PTM (rokok,
obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, alkohol dan stress) secara terintegrasi dan
komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.Upaya pengendalian PTM di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar
ditekankan pada masyarakat yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang berisiko
dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan
masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated
population).
B. LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh
proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya,
keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka
tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga
menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan
sebagian besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti
Jantung Koroner, Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan
cidera. Namun mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap
kejadian PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka
menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit
orang kaya.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor resiko
PTM
2. Tujuan Khusus
- Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM untuk
menurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan meningkatkan kualitas hidup
sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.
- PencegahandanpengendalianPTM yangmengutamakanaspekpromotifdanpreventif.
- Membudayakan Gaya Hidup Sehatdenganberperilaku CERDIK yaitu Cek kondisi
kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet yang sehat
dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, Kelola stres dalam lingkungan yang
kondusif di rutinitas kehidupannya.
- PeningkatanPeranSerta Masyarakat dalam mendeteksi dini faktor resiko PTM.
D. SASARAN
Kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang PTM atauorang dewasa yang
berumur 15 tahun keatas.
F.JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan setiap 1 kali/bulan.
A. PENDAHULUAN
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem
kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan
oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki
kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah
pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan ketinggalan
rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Faktor lain yang akan
menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat untuk
memperolah dan memamfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan kesehatan
yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis
dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.
B. LATAR BELAKANG
Posbindu Dasar merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan
inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut.
Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda
dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua
baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki
lansia (Depkes, 2007).
Posbindu, dasar saat ini telah menjadi salah satu strategi penting pemerintah
(Kemenkes) untuk mengendalikan trend penyakit tidak menular yang semakin
mengkawatirkan. Sebagaimana kita ketahui, berbagai data dan penelitian, menunjukkan
bahwa trend tingkat kesakitan dan kematian penyakit tidak menular (hipertensi,
diabetes, stroke, jantung, ginjal, dan lainnya), sudah melampaui tinkat morbiditas dan
mortalitas penyakit menular.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan.
2) Tujuan Khusus
D. SASARAN
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang PTM berusia
15 tahun ke atas.
1. Wawancara yang dilakukan adalah untuk menelusuri faktor resiko perilaku seperti
merokok,konsumsi sayur dan buah, aktifitas fisik, konsumsi alcohol dan stress
2. Pengukuran yang dilakukan adalah mengukur berat badan, tinggi badan, Indeks
Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, dan tekanan darah
3. Pemeriksaan faktor resiko PTM seperti gula darah sewaktu, kolestrol total,
pemeriksaan klinik payudara, dll.
4. Berdasarkan hasil wawancara pengukuran, pemeriksaan dilakukan tindak lanjut
berupa pembinaan secara terpadu dengan peningkatan pengetahuan dan
kemampuanmasyarakattentangcaramengendalikanfaktorrisikoPTMmelaluipenyuluh
an/dialog interaktif secara massal dan atau konseling faktor risiko secara terintegrasi
pada individu.
5. Kegiatan konseling dan penyuluhan.
6. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olahraga bersama.
F. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan setiap 1 kali/bulan.
KERANGKA ACUAN
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI
A. PENDAHULAN
Anemia adalah kekuranga kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan
karena kekurangan gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia
sebagia besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe)hingga disebut
Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi. Remaja Putri : adalah masa
peralihan dari anak menjadi dewasa, ditandai dengan perubahan fisik dan metal. Faktor-
faktor yang mempengaruhi Kadar Hb Remaja Putri
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar Hb turun pada remaja yaitu,
yaitu kehilangan darah yang disebabkan oleh pendarahan mestruasi, kurangnya zat besi
dalam maknan yang dikonsumsi, penyakit yang kronis, misalnya TBC, Hepatitis, dsb,
pola hidup remaja putri berubah dari yang semula serba teratur menjadi kurang teratur,
misalnya sering terlambat makan atau kurang tidur, ketidakseimbangan antara asupan gizi
dan aktifitas yang dilakukan ( Wijanarka, 2007 ).
B. LATAR BELAKANG
Kondisi saat ini tingginya masalah kesehatan pada anak SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA salah satunya adalah masalah anemia gizi merupakan masalah yang
sedang kita hadapi dan harus dicarikan solusi untuk penyelesaian masalah ataupun
intervensi untuk meminimalkan akibat dari tindakan yang kemungkinan akan timbul pada
remaja khususnya anak usia sekolah.
Belum adanya data remaja putri yang mengalami anemia, sehingga dirasa perlu
untuk mendeteksi secara dini kasus anemia pada remaja putri melalui screning anemia
dengan cara melakukan pemeriksaan Hb remaja putri di sekolah.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Mengetahui jumlah prevalensi anemia besi pada remaja
2) Tujuan khusus
1. Deteksi dini anemia pada remaja.
2. Adanya data anemia pada remaja
E. SASARAN
Sasaran pemeriksaan hemoglobin adalah remaja putri di sekolah.
F. JADWAL PELAKSANAAN
Pelaksanaan pemeriksaan biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun, setelah
melakukan pemeriksaan hemoglobin pertama dilakukan intervensi dengan memberikan
tablet tambah darah selama 3 bulan, setelah itu dilakukan pemeriksaan Hemoglobin
kedua untuk mengevaluasi hasil intervensi pemberian TTD.
KERANGKA ACUAN
KAMPANYE Fe DAN DISTRIBUSI Fe KE SEKOLAH
A. PENDAHULUAN
Anemia Defisiensi Besi adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
yang disebabkan karena kekurangan Zat Besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb
tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi
(Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi. Remaja Putri : adalah masa peralihan
dari anak menjadi dewasa, ditandai dengan perubahan fisik dan metal. Perubahan fisik
ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti mestruasi ( umur 10-19 tahun.
Tablet Tambah Darah (Besi-Folat) : adalah tablet untuk suplementasi Penanggulangan
Anemia Gizi yang setiap tablet mengandung Fero Sulfat 200 mg atau setara 60 mg besi
elemental dan 0,2 mg asam folat. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) : adalah
berbagai kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
yang dalam hal ini berkaitan dengan dengan anemia gizi dan suplementasi Tablet
Tambah Darah (TTD).
B. LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah dimana manusia mengalami pertumbuhan yang pesat
sehingga membutuhkan asupan gizi yang seimbang. Selama ini yang diperhatikan
adalah asupan gizi marko dan kurang memperhatikan asupan gizi mikro. Padahal
kenyataannya banyak anak pada masa remaja mengalami anemia, yaitu kekurangan zat
gizi mikro berupa zat besi.
Oleh karena itu salah satu kegiatan program untuk perbaikan dan peningkatan gizi
salah satunya adalah kampanye Fe dan pemberian tablet tambah darah (TTD) pada
remaja putri di sekolah.
Kondisi anemia pada siswa, menyebabkan daya konsentrasi belajar menurun
(Seriaoetama, 1986). Pada anak-anak yang tidak menderita anemia cenderung lebih
cepat tanggap dan lebih akurat dibanding anak-anak yang menderita anemia.
Suplementasi tablet Fe. Merupakan cara untuk menenggulangi anemia di daerah dengan
prevalensi tinggi.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja putri melalui penanggulangan anemia
gizi dan menyebarkan informasi seluas-luasnya tentang anemia, pencegahan dan
penanggulangannya.
2) Tujuan Khusus
1. Meningkatkan minat remaja putri untuk mengkonsumsi Fe.
2. Meningaktkan kesadaran remaja putri akan pentingnya meningkatkan status
kesehatan gizi dengan mencegah masalah anemia sedini mungkin.
3. Melaksanakan suplementasi TTD untuk remaja putri secara mandiri.
F. SASARAN
1. Secara Khusus : Remaja putri di sekolah.
2. Secara tidak langsung: guru/kepala sekolah/peserta didik.
H. JADWAL PELAKSANAAN
Pelaksanaan kampanye Fe biasanya dilakukan sekali dalam setahun ke masing-masing
sekolah.
KERANGKA ACUAN
PELAKSANAAN KELAS REMAJA
A. PENDAHULUAN
Menurut WHO ( Worrld Health Organization ) yang tenasuk dalam kelompok
remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah, karena secara
demografis kelompok remaja dibagi menjadi kelompok usia 10-14 tahun dan 15-19
tahun. Sementara undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
mengelompokkan setiap orang yang berusia sampai 18 tahun sebagai ‘Anak’, sehingga
remaja termasuk dalam kelompok anak.
Besarnya populasi kelompok usia remaja merupakan aset dan potensi bangsa di
masa depan. Untuk mewujudkan harapan tersebut harus dapat dijamin bahwaremaja
Indonesia tumbuh dan berkembang secara positif dan terbebas dari berbagai
permasalahan yang mengancam.
B. LATAR BELAKANG
Kelompok usia remaja merupakan kelompok yang cukup besar, sekitar 23% dari
total penduduk. Sebagai generasi penerus, remaja merupakan modal utama sumber
daya manusia bagi pembangunan bangsa. Remaja yang berkualitas memegang
perananpentingdalam mencapai keberhasilan Tujuan Pembangunan Nasional.
Jumlah remaja yang banyak juga diikuti dengan banyaknya masalah kesehatan yang
terjadi pada mereka. Di Kabupaten Lombok Timur, pada tahun 2011 dari 25.889
kelahiran hidup, 20,6% ( 5.333 kelahiran hidup ) terjadi pada usia remaja (<20 tahun).
Padahal MDG’s memberikan toleransi hanya7,5% dari kelahiran yang terjadi pada
usia remaja. Sekitar 28,1% remaja putri dan 23,6% remaja laki-laki mulai berpacaran
pada usia kurang dari 15 tahun ( SKRRI 2007 ). Jika remaja tersebut tidak memiliki
‘life skills’ yang memadai, mereka beresiko untuk terlibat dalam perilaku pacaran
yang ‘tidak sehat’ dan beresiko.
Mengingat akses pelayanan remaja ke Puskesmas masih rendah maka rencana
akan dikembangkan melalui implementasi model kelas remaja. Kelas remaja
merupakan wadah dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
remaja tentang kesehatan remaja.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap keterampilan remaja tentang kesehatan remaja
termasuk kesehatan reproduksi remaja serta ikut berperan aktif dalam pencegahan dan
penaggulangannya.
2) Tujuan Khusus
1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar remaja, dan petugas kesehatan
tentang permasalahan kesehatan secara umum dan kesehatan reproduksi remaja serta
upaya pencegahan dan penanggulangannya.
2. Meningkatkan pemahaman sikap dan perilaku remaja.
A. PENDAHULUAN
Remaja indonesia dengan jumlahnya yang mencapai 42,2 juta (proyeksi tahun
2002) atau sekitar 20% dari populasi mendapat banyak hambatan atau masalah yang
biasanya muncul dalam bentuk perilaku yang beresiko terhadap kesehatannya. Perilaku
beresiko yang mempengaruhi masalah kesehatan remaja meliputi tumbuh kembang
(perubahan fisik dan psikososial), gizi, penyalahgunaan NAPZA, dan kesehatan
reproduksi termasuk IMS/ISR dan HIV/AIDS.
Upaya Departemen Kesehatan RI untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut
dilakukan melalui pendekatan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di puskesmas
yang dimulai sejak 2003. Mengingat jumlah remaja cukup besar dengan permasalahan
yang kompleks serta berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup bangsa, maka
perkembangan PKPR di setiap puskesmas tidak dapat ditunda lagi.(Buku Pedoman
Perencanaan, 2010)
B. LATAR BELAKANG
Kehidupan modern saat ini telah memberikan dampak perubahan yang pesat
terhadap perkembangan remaja. Remaja terlihat lebih cepat mengalami kedewasaan atau
kematangan akibat perubahan pola makan yang makin baik (bergizi) dan informasi
tentang berbagai hal tentang kehidupan lebih mudah diperoleh. Perkembangan teknologi
informasi yang sedang dinikmati remaja ternyata tidak mampu menghilangkan atau
meminimalkan permasalahan yang dihadapi remaja. Bahkan ada kecenderungan
permasalahan tersebut semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas.
Perilaku seks bebas dan mengarah pada tindakan kriminal dapat ditemui hampir di semua
kota besar di Indonesia, perilaku kekerasan dan perkelahian, perilaku anti sosial, tindakan
cyber crime dan permasalahan sosial yang terjadi tentunya tidak bisa lepas dari
perkembangan teknologi informasi tersebut.
Beberapa fakta berikut ini menunjukkan bahwa saat ini remaja indonesia
menghadapi berbagai tantangan. Data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa 28%
remaja perempuan dan 24% remaja laki-laki meminum-minuman beralkohol pada usia
sebelum 15 tahun. Sekitar 2,8% remaja umur 15-19 tahun terlibat penyalahgunaan
NAPZA, dan 0,7% perempuan dan 4,5% laki-laki umur 15-19 tahun melakukan
hubungan seks pra-nikah.
Oleh karena itu salah satu upaya untuk mencegah permasalahan remaja serta
untuk meningkatkan pelayanankesehatan pada remaja perlu dilaksanakan pelatihan
konselor sebaya.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal pada remaja.
2) Tujuan khusus
1. Adanya konselor sebaya yang mempunyai pengetauan dan pemahaman yang
baik dalam memberikan informasi kesehatan
2. Adanya konselor sebaya yang mempunyai kemampuan yang baik dalam
menangani masalah kesehatan remaja
3. Adanya konselor sebaya yang terampil dalam melakukan konseling tentang
masalah kesehatan pada remaja
4. Adanya pendidik sebaya di lingkup unit kegiatan siswa
H. JADWAL PELAKSANAAN
1. Kegiatan dalam gedung
Memberikan materi, menjawab pre dan post test dilakukan sekali setahun selama 3
hari berturut-turut.
2. Kegiatan luar gedung
a. Sosialisasi dan advokasi dilaksanakan sekali setahun
b. Pembentukan kelompok remaja dan melatih konselor sebaya sekali setahun
c. Penyuluhan kelompok remaja dilaksanakan 3 kali dalam setahun
d. Skrining tentang masalah kesehatan remaja dilaksanakan 3 kali dalam setahun
KERANGKA ACUAN
SURVEY JENTIK
A. PENDAHULUAN
Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun menyebabkan
berbagai upaya pemberantasan terus di lakukan.Sebagaimana kita kenal,metode
pemberantasan habitat nyamuk ini ,misalnya dengan upaya pemberantasan sarang
nyamuk (PSN),masih di anggap cara paling efektif.Berkaitan dengan hal tersebut
Pemerintah memiliki program kajian yaitu dengan melakukan survey jentik pada rumah-
rumah
B. LATAR BELAKANG
Dalam bidang kesehatan,serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vector (perantara) dari berbagai penyakit.Penyakit yang di tularkan
oleh vector ini antara lain penyakit Demam Berdarah,Malaria,dan Filariasis.Ketiga
penyakit ini di tularkan dari orang yang satu ke orang yang lain melalui perantara
nyamuk.Dewasa ini, penyakit Demam Derdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin
luas daerah penyebarannya,sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk. Pada Tahun 2009,kasus DBD di wilayah Indonesia mencapai 150 juta kasus
yang mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi Negara dengan kasus DBD tertinggi
di ASEAN.DBD di sebabkan oleh nyamuk Aedes Aegepty .Laju perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegepty yang cukup cepat merupakan salah satu penyebab Penyakit DBD
di Indonesia sulit di berantas. Nyamuk sering kali berkembang biak di tempat
penampungan air seperti bak mandi,tempayam,drum,barang bekas,pot tanaman air,dan
lain sebagainya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi segala dampak yang biasa di timbulkan
nyamuk,masyarakat umum perlu mengetahui jenis,kehidupan,permasalahan yang di
desebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk
sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk akibat serangga(khususnya
nyamuk) bagi kesehatan.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Mampu melakukan pengukuran kepadatan larva atau jentik nyamuk
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis larva atau jentik nyamuk yang di amati atau di survey.
2. Untuk melakukan interpretasi hasil kepadatan larva atau jentik dengan parameter
ABJ (Angka bebas jentik).
3. Untuk melakukan dan memberikan upaya pengendalian keberadaan larva atau
jentik di pemukiman
F. SASARAN
1) Tempat penampungan air
2) Kaleng bekas
3) Tempat minum burung
4) Ban bekas
5) dll
A. PENDAHULUAN
Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun menyebabkan
berbagai upaya pemberantasan terus di lakukan .Sebagaimana kita kenal,metode
pemberantasan habitat nyamuk ini ,misalnya dengan upaya pemberantasan sarang
nyamuk (PSN),masih di anggap cara paling efektif.Berkaitan dengan hal tersebut
Pemerintah memiliki program kajian yaitu dengan melakukan survey jentik pada rumah-
rumah.
B. LATAR BELAKANG
Dalam bidang kesehatan,serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vektor(perantara) dari berbagai penyakit.Penyakit yang di tularkan
oleh vector ini antara lain penyakit Demam Berdarah,Malaria,dan Filariasis.Ketiga
penyakit ini di tularkan dari orang yang satu ke orang yang lain melalui perantara
nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Derdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas
daerah penyebarannya,sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk .
Pada Tahun 2009,kasus DBD di wilayah Indonesia mencapai 150 juta kasus yang mana hal
ini menempatkan Indonesia menjadi Negara dengan kasus DBD tertinggi di
ASEAN.DBD di sebabkan oleh nyamuk Aedes Aegepty .Laju perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegepty yang cukup cepat merupakan salah satu penyebab Penyakit DBD
di Indonesia sulit di berantas .(P2B2 2010).
Nyamuk sering kali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak
mandi,tempayam,drum,barang bekas,pot tanaman air,dan lain sebagainya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi segala dampak yang biasa di timbulkan
nyamuk,masyarakat umum perlu mengetahui jenis,kehidupan,permasalahan yang di
desebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk
sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk akibat serangga(khususnya
nyamuk) bagi kesehatan.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Mampu melakukan pengukuran kepadatan larva atau jentik.
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis larva atau jentik yang di amati atau di survey.
2. Untuk melakukan interpretasi hasil kepadatan larva atau jentik dengan parameter
ABJ (Angka bebas jentik.
3. Untuk melakukan dan memberikan upaya pengendalian keberadaan larva atau
jentik di pemukiman
F. SASARAN
1.Tempat penampungan air
2. Kaleng bekas
3.Tempat minum burung
4.Ban bekas
5.dll
KERANGKA ACUAN
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)
A. PENDAHULUAN
Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun
menyebabkan berbagai upaya pemberantasan terus di lakukan .Sebagaimana kita
kenal,metode pemberantasan habitat nyamuk ini ,misalnya dengan upaya
pemberantasan sarang nyamuk (PSN),masih di anggap cara paling efektif.Berkaitan
dengan hal tersebut Pemerintah memiliki program kajian yaitu dengan melakukan
survey jentik pada rumah-rumah
B. LATAR BELAKANG
Dalam bidang kesehatan,serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vektor(perantara) dari berbagai penyakit.Penyakit yang di tularkan
oleh vector ini antara lain penyakit Demam Berdarah,Malaria,dan Filariasis.Ketiga
penyakit ini di tularkan dari orang yang satu ke orang yang lain melalui perantara
nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Derdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas
daerah penyebarannya,sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk .
Pada Tahun 2009,kasus DBD di wilayah Indonesia mencapai 150 juta kasus yang
mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi Negara dengan kasus DBD tertinggi di
ASEAN.DBD di sebabkan oleh nyamuk Aedes Aegepty. Laju perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegepty yang cukup cepat merupakan salah satu penyebab Penyakit
DBD di Indonesia sulit di berantas (P2B2 2010).
Nyamuk sering kali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak
mandi,tempayam,drum,barang bekas,pot tanaman air,dan lain sebagainya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi segala dampak yang biasa di timbulkan
nyamuk,masyarakat umum perlu mengetahui jenis,kehidupan,permasalahan yang di
desebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk
sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk akibat serangga(khususnya
nyamuk) bagi kesehatan.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk aedes aegipty
2) Tujuan Khusus
Untuk mencegah peningkatan jentik nyamuk aedes aegipty
F. SASARAN
1.Tempat penampungan air .
2.Kaleng bekas
3.Tempat minum burun
4.Ban bekas
5.dll
KERANGKA ACUAN
FOGGING FOKUS
A. PENDAHULUAN
Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD (Demam Berdarah
Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan DBD melalui penyemprotan
insektisida daerah sekitar kasus DBD yang bertujuan memutus rantai penularan
penyakit.Sasaran fogging adalah rumah serta bangunan dipinggir jalan yang dapat
dilalui mobil di desa endemis tinggi.Cara ini dapat dilakukan untuk membunuh nyamuk
dewasa maupun larva. Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara
penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Aedes aegypti tidak
suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti
kelambu pada kain tergantung. Fogging dilaksanakan dalam bentuk yaitu :
a. Fogging Fokus
Pemberantasan nyamuk DBD dengan cara pengasapan terfokus pada daerah
tempat ditemukannya tersangka / penderita DBD.
b. Fogging Massal
Adalah kegiatan pengasapan secara serentak dan menyeluruh pada saat terjadi KLB
DBD
B. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah dengue ( DBD ) masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dan menimbulkan dampak social maupun ekonomi.
Jumlah kasus yang di laporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya
bertambah luas.Kerugian social yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan
dalam keluarga,kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan
penduduk.Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya
pengobatan,sedangkan dampak ekonomi tidak langsung adalah kehilangan waktu
kerja,waktu sekolah dan biaya lain yang di keluarkan
selain untuk pengobatan seperti transportasi,dan akomodasi selama perawatan penderita.
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kepadatan jentiknyamuk penularan DBD secara berkala dan
terus menerus sebagai indicator keberhasilan PSN DBD dalam masyarakat.
2. Untuk memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang
potensial untuk perkembang biakan nyamuk penular DBD.
3. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD.
F. SASARAN
Rumah Penderita radius 100 meter
KERANGKA ACUAN
ABATESASI
A. PENDAHULUAN
Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun menyebabkan
berbagai upaya pemberantasan terus di lakukan. Sebagaimana kita kenal,metode
pemberantasan habitat nyamuk ini, misalnya dengan upaya pemberantasan sarang
nyamuk (PSN),masih di anggap cara paling efektif.Berkaitan dengan hal tersebut
Pemerintah memiliki program kajian yaitu dengan melakukan survey jentik pada rumah-
rumah
B. LATAR BELAKANG
Dalam bidang kesehatan,serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vektor(perantara) dari berbagai penyakit.Penyakit yang di tularkan
oleh vector ini antara lain penyakit Demam Berdarah,Malaria,dan Filariasis.Ketiga
penyakit ini di tularkan dari orang yang satu ke orang yang lain melalui perantara
nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Derdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin
luas daerah penyebarannya,sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk. Pada Tahun 2009,kasus DBD di wilayah Indonesia mencapai 150 juta kasus
yang mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi Negara dengan kasus DBD tertinggi
di ASEAN.DBD di sebabkan oleh nyamuk Aedes Aegepty .Laju perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegepty yang cukup cepat merupakan salah satu penyebab Penyakit DBD
di Indonesia sulit di berantas (P2B2 2010).
Nyamuk sering kali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak
mandi,tempayam,drum,barang bekas,pot tanaman air,dan lain sebagainya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi segala dampak yang bias di timbulkan
nyamuk,masyarakat umum perlu mengetahui jenis,kehidupan,permasalahan yang di
desebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk
sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk akibat serangga(khususnya
nyamuk) bagi kesehatan.
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mencegah timbulnya jentik nyamuk aedes aegipty.
2. Untuk membunuh jentik larva nyamuk aedes aegipty
F. SASARAN
Tempat penampungan air Masyarakat
G. LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL
1) Peran Lintas Program
Sanitarian : Melakukan penyuluhan dan membagikan abate
2) Peran Lintas Sektoral
1. Kepala Desa/Aparat Desa/ Kadus : Koordinator, Motivator dan Promotor dan
penanggung jawab pelaksaan pembangunan secara menyeluruh di desa khususnya
di bidang kesehatan.
2. Kader : Membantu petugas membagikan bubuk abate pada masyarakat.
KERANGKA ACUAN
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI ( PE )
A. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah. Nyamuk penularnya (Aedes Aegypti) dan
virus dengue tersebar luas disebagian besar wilayah Indonesia, sehingga penularan DBD
dapat terjadi disemua tempat/wilayah yang terdapat nyamuk penular penyakit tersebut.
Setiap diketahui adanya penderita DBD, segera ditindak lanjuti dengan kegiatan
Penyelidikan Epidemiologi (PE).
Dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan DBD sangat diperlukan peran serta
masyarakat, baik untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan pemberantasan maupun
dalam memberantas jentik nyamuk penularnya.
B. LATAR BELAKANG
Terjadinya kasus atau Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disuatu tempat dan
merupakan penyakit menular yaitu dengan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty yang
ditularkan terhadap manusia dan dapat menyebabkan kematian
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Tujuan umum untuk mengidentifikasi pasien yang terkena kasus penyakitDBD.
2) Tujuan Khusus
1. Mengetahui adanya penderita dan tersangka DBD lainnya
2. Mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular DBD
3. Menentukan jenis tindakan penanggulangan yang akan dilakukan
F. SASARAN
Penderita kasus DBD
KERANGKA ACUAN
PROGRAM PENGENDALIAN KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB)
PENYAKIT MENULAR (SURVEILANS) PUSKESMAS KERUAK TAHUN 2017
A. PENDAHULUAN
Undang – Undang No.4 tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular serta PP No.40
tahun 1991 tentang penaggulangan wabah penyakit Menular atau situasi yang mengarah
kewabah penyakit menular (kejadian yang luar biasa/KLB)harus di tangani secara dini.
Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah di terbitkan peraturan menteri kesehatan nomor
1501/Mentri/Per/X/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan.
B. LATAR BELAKANG
Dalam Pasal 14 Permenkes Nomor 1501/Mentri/Per/X/2010 disebutkan bahwa upaya
penganggulangan KLB di laksanakan secara dini kurang dari 24 jam terhitung sejak
terjadinya KLB.Diperlukan program yang terarah dan sintatis,yang mengatur secara jelas
peran dan tanggung jawabdi semua tingkat administrasi,baik di daerah maupun di tingkat
nasional dalam penanggulangan KLB di lapangan,sehingga dalam pelaksanaannya dapat
mencapai hasil yang optimal.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Dilaksanakannya pengendalian KLB Penyakit menular sesuai rencana dan tujuan
2) Tujuan Khusus
1. Menurunnya frekuensi KLB penyakit menular
2. Menurunnya angka kesakitan pada setiap KLB penyakit menular
3. Menurunnya angka kematian pada setiap KLB penyakit menular
4. Menurunnya periode waktu KLB penyakit menular
5. Terbatasnya daerah/wilayah yang terserang KLB penyakit menular
E. SASARAN
Sasaran Pengendalian KLB semua masyarakat yang beresiko/berada di wilayah tempat
terjadinya KLB
J. SUMBER DAYA
Sumber biaya pelaksanaan penanggulangan KLB di Puskesmas Keruak dibebankan pada
anggaran BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) Puskesmas Keruak bila memang
membutuhkan sumber biaya.
Keruak, 03 Januari 2017
Kepala Puskesmas Keruak
KERANGKA ACUAN
DESA ODF (OPEN DEFECATION FREE)
A. PENDAHULUAN
Open Defecation Free ( ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas
tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat
berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan
rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini agar usaha tersebut berhasil,
akses masyarakat pada jamban (sehat ) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas.
B. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop BABS yang
merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan upaya memutuskan rantai
kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makan dan lainnya. STBM
menggunakan pendekatan yang mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Dengan metode pemicuan, STBM
diharapkan dapat merubah perilaku kelompok masyarakat dalam upaya memperbaiki
keadaan sanitasi lingkungan mereka, sehingga tercapai kondisi Open Defecation
Free (ODF), pada suatu komunitas atau desa. Suatu desa dikatakan ODF jika 100%
penduduk desa tersebut mempunyai akses BAB di jamban sehat.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit yang berbasis
lingkungan.
2. Mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat .
3. Meningkatkan perilaku masyarakat untuk buang air besar di jamban sehat.
4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
5. Meningkatkan produktifitas kerja.
2) Tujuan Khusus
1. Semua masyarakat lelah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang tinja /
bayi hanya di jamban yang sehat (termasuk di sekolah )
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
3. Ada penerapan sanksi atau peraturan / upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB disembarangan tepat.
4. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100%
KK mempunyai jamban sehat.
5. Ada upaya atau srategi yang jelas untuk dapat mencapai total sanitasi.
G. JADWAL KEGIATAN
Dilaksanakan setiap 1 kali / bulan.
A. PENDAHULUAN
Rumah makan, depot dan warung adalah setiap tempat usaha komersil yang
lengkap kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau gangguan kesehatan.
Pengawasan sanitasi makanan pada rumah makan,depot, warung adalah pemantauan
secara terus menerus terhadap rumah makan, depot, warung atas perkembangan tindakan
atau kegiatan atau persyaratan sanitasi makanan dan keadaan yang terdapat setelah usaha
tindak lanjut dari pemeriksaan.
Pemeriksaan merupakan usaha melihat dan menyaksikan secara langsung serta
menilai tentang keadaan, tindakan atau kegiatan yang dilakukan serta memberikan
petunjuk/ saran perbaikan.
Kegiatan pengawasan sanitasi makanan meliputi pendataan tempat pengelolaan makanan,
pemeriksaan berkala, memberi saran perbaikan, melakukan kunjungan kembali, memberi
peringatan dan rekomendasi kepada pihak terkait serta laporan hasil pengawasan.
B. LATAR BELAKANG
Berdasarkan pengamatan awal beberapa rumah makan, depot dan warung yang
letaknya cukup stategis dan sering dilalui banyak kendaraan bermotor, ada beberapa
penjamah makanan yang menunjukan perilakuyang tidak sehat dalam menjamah
makanan, misal menggunakan lapkotor untuk membersihkan meja dan mengolah
makanan ketika sedang sakit.
Demikian juga dengan sarana disekitarnya, dimana sering ditemukan adanya rumah
makan, depot, warung yang melakukan pencucian peralatan makanan tanpa
menggunakan sabun, peralatan hanya di celupkan ke sumber air pencucian yang sudah
kotor, serta bahan makanan belum jadi disimpan dalam ruangan yang tidak dilengkapi
dengan pelindung dari hama.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui persyaratan sanitasi tempat pengelolaan makanan (TPM) dan
mampu menerapkan persyaratan dan teknik pembersihan atau pemeliharaan di
ruangan tempat pengelolaan makanan (TPM) agar terhindar dari resiko
pencemaran.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui lokasi / letak bangunan
2. Untuk mengetahui ruangan pengolahan
3. Untuk mengetahui tempat pencucian alat dan bahan makanan
4. Untuk mengetahui tempat sampah
5. Untuk mengetahui cara pembersihan dan tempat pemeliharaan
6. Untuk mengetahui tempat cuci tangan
7. Untuk mengetahui sarana air bersih (SAB)
8. Untuk mengetahui jamban
F. SASARAN
1. Rumah makan
2. Restoran
3. Jasa Boga / catering
4. Industri makanan
5. Kantin
6. Warung
7. Makanan jajanan
A. PENDAHULUAN
Tempat – tempat umum adalah suatu tempat dimana bersifat umum (semua orang)
dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul melakukan kegiatan baik secara
insidentil maupun terus menerus. Jadi tempat- tempat umum adalah suatu usaha untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat- tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Tempat – tempat umum
merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat sarana dan kegiatan
tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta dan atau perorangan yang
dipergunakan langsung oleh masyarakat.
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan
tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun
melakukan aktifitas lainnya. Tempat – tempat umum memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, penularan lingkungan ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Kondisi lingkungan tempat- tempat umum yang tidak terpelihara akan
menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta penularan lingkungan sehingga
perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik dan
tempat – tempat umum perlu dijaga sanitasinya.
B. LATAR BELAKANG
Sanitasi tempat – tempat umum sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, misalnya menimbulkan penyakit berbasis
lingkungan.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk meningkatkan agar masyarakat mengerti dan memelihara akan keberadaan
tempat-tempat umum di wilayah kerja puskesmas.
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sanitasi SAB di TTU
2. Untuk mengetahui sanitasi pembuangan kotoran di TTU
3. Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah di TTU
4. Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan limbah cair di TTU
5. Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang
memenuhi syarat kesehatan TTU.
F. SASARAN
1. Tempat ibadah (masjid atau gereja)
2. Sekolah
3. Kolam renang
4. Pasar
5. Pemangkas rambut
6. Salon
7. Rumah sakit
8. Rumah bersalin
9. Pertokoan
10. Hotel
A. PENDAHULUAN
Klinik sanitasi adalah suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan promotif, prefentif, dan kuratif yang di fokuskan pada penduduk yang
beresiko tinggiuntuk mengatasi masalah penyakit yang berbasis lingkungan dan
masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas
bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar
gedung.
B. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Indonesia. Hal ini tercemin dari tingginya angka kejadian dan kunjungan penderita
beberapa penyakit ke sarana kesehatan. Penyakit tersebut meliputi Insfeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Tuberkulosis paru, Diare, Malaria, Demam Berdarah Dengue
(DBD), Keracunan makanan, kecacingan serta gangguan kesehatan akibat keracunan
bahan kimia pestisida.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya prefentif, kuratif dan
promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.
2) Tujuan Khusus :
1. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam program
pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan dengan
memberdayakan masyarakat.
2. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan dari perilaku masyarakat
(pasien, klien, dan masyarakat) untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan masyarakat untuk mencegah
dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah kesehatan
lingkungan dengan sumber daya yang ada.
4. Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi
kesehatan lingkungan
F. SASARAN
1. Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan (yang datang ke
puskesmas atau yang diketemukan di lapangan)
2. Masyarakat umum atau (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan
(yang datang ke puskesmas atau yang menemui petugas klinik sanitasi di
lapangan)
3. Lingkungan penyebab masalah bagi penderita / klien dan masyarakat sekitarnya.
A. PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi sehingga tidak
ada kehidupan seandainya tidak ada air dibumi. Namun air dapat menjadi malapetaka jika
tersedia dalam kondisi yang tidak tersedia dalam kondisi yang tidak benar baik kualitas
maupun kuantitas airnya. Air yang bersih dapat dibutuhkan manusia baik untuk keperluan
sehari-hari untuk keperluan industry untuk kebersihan sanitasi kota dan sebagainya.
Kondisi suatu geografis suatu lokasi merupakan salah satu penyebab presentase jumlah
sumber air bervariasi sehingga tidak jarang pula tempat yang tidak memiliki sumber air
bersih. Walaupun demikian tempat yang memilki sumber air dengan debit yang cukup
tinggi juga mendapat masalah, misalnya kualitas sumber air yang kurang memenuhi
syarat sebagai air minum bahkan kurang memenuhi syarat untuk dijadikan sumber air
bersih yang lebih mengherankan lagi masalah tersebut tidak terletak pada kualitasnya
tetapi pada system distribusinya yang kurang maksimal sehingga masyarakat kurang bias
merasakan keberadaan air tersebut.
B. LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup
yang lain. Pemanfaatkan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada
segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air
meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun.
Untuk memperhatikan hal-hal tersebut sebelum melakukan penelitian kualitas air perlu
pangambilan sampel air untuk menilai apakah air tersebut masih layak pakai untuk
kebutuhan sehari-hari seperti air minum, mencuci, air untuk kakus dan lain-lain
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui cara pengambilan sampel air dengan parameter fisik, kimia
dan bakteriologis.
2) Tujuan Khusus
1. Untuk dapat menggunakan alat pengambilan sampel dengan baik dan benar
2. Untuk dapat mengetahui air dan bahan yang digunakan dalam pengambilan
sampel air dari keran (PDAM) dan cara pengambilan sampel.
3. Untuk dapat mengetahui air dan bahan yang digunakan dalam pengambilan
sampel air dari sumur gali (SGL) dan cara pengambilan sampel.
E. SASARAN
1. Air perpipaan
2. Sumur gali (SGL)
KERANGKA ACUAN
PEMBINAAN PHBS
DI PUSKESMAS KERUAK TAHUN 2017
A. PENDAHULUAN
Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari – oleh- untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan. Banyak masalah di negeri kita indonesia, termasuk
timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat
itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya
perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar
(tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak
sehat dan lain-lain.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok
dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.
B. LATAR BELAKANG
Program pembinaan PHBS sudah berjalan sekitar 17 tahun, tetapi keberhasilannya
masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukan
bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktikan PHBS baru mencapai 38,7%.
Padahal Rencana Strategi (Renstra) Kementrian Kesehatan menetapkan target pada tahun
2014 rumah tangga yang mempraktikan PHBS adalah 70%. Hal ini menuntut
peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan PHBS. (Dinkes Jombang,2013)
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatnya PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan
tempat kerja, tatanan umum dan tatanan fasilitas kesehatan.
2) Tujuan Khusus
1. Memperkuat gerakan dan peran serta masyarakat melalui PHBS di tatanan
rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan fasilitas
kesehatan.
2. Meningkatkan akses informasi dan edukasi kepada masyarakat ditatanan rumah
tangga , institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan fasilitas kesehatan.
3. Terwujudnya kawasan sehat dengan meningkatkan PHBS pada semua tatanan.
E. SASARAN
Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keluarga
yaitu : pasangan usia subur, ibu hamil atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut
dan pengasuh anak.
\
dr. H. M. AGUNG QODRIANSYAH
NIP. 19800805 201001 1 022
A. PENDAHULUAN
Kaporisasi adalah suatu kegiatan yang di lakukan secara rutin untuk menitik berakan
sarana air bersih, yang tingkat pencemaran rendah (R) dan sedang (S) agar air tersebut
dapat digunakan oleh masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut maka seharusnya air bersih yang di gunakan selain harus
mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari-hari dan juga harus memenuhi
persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik kualitas fisik,bakteriologis maupun
kimia.
B. LATAR BELAKANG
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecendrungannya semakin meningkat akhir – akhir ini
penyakit – penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit – penyakit berbasis
lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita.
Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi
lingkungan (Data Susenas 2001)
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum :
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kaporisasi
2. Untuk menimalisir tingkat pencemaran air terutama bakteri ecoli agar air tersebut
dapat digunakan oleh masyarakat.
2) Tujuan Khusus
1. Pendataan terhadap jumlah rumah keseluruhan
2. Menetukan kriteria rumah sehat dan rumah tidak sehat
3. Termonitoringnya perumahan sehat.
E. SASARAN
1. KK dengan rumah
2. Pembinan rumah sehat adalah 70% dari total rumah yang ada di wilayah kerja.
A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal (UU Kesehatan NO. 23 Tahun 1992). Untuk mencapai tujuan tersebut
bebagai program atau kegiatan telah dan akan dilaksanakan atau dikembangkan baik oleh
pemerintah, swasta maupun masyarakat, salah satu diantaranya adalah program
penyediaan air bersih.
Sesuai dengan penjelasan dalam undang- undang kesehatan No 23 tahun 1992
yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengemanan dan penetapan kualitas air
untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.
Dalam Kaitan dengan hal – hal tersebut maka seharusnya air bersih yang
digunakan selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari – hari dan
juga harus memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik kualitas fisik,
bakteriologis maupun kimia. Pendekatan penyehatan air diawali dengan kegiatan
pengawasan kualitas air yang ditindak lanjuti oleh kegiatan perbaikan kualitas air dan
pembinaan pemakai air untuk pengamanan kualitas air dengan melibatkan peran serta
masyarakat.
B. LATAR BELAKANG
Program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan tujuannya adalah
menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang memadai serta memenuhi syarat
kesehatan.Program ini diharapkan dapat memperbaiki status kesehatan masyarakat
melalui penurunan angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan
melalui air.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengamankan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.
2) Tujuan Khusus
1. Terapantaunya kualitas air melalui upaya pengawasan.
2. Berlakunya kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan.
A. PENDAHULUAN
Pemicuan merupakan salah satu cara untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang
hygiene dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipasi
berprinsip pada CLTS (Community Led Total Sanitation), karena masih banyak
masyarakat yang buang air besar sembarangan baik di kebun sungai sawah dll sehingga
menyebabkan lingkungan baik itu tanah , air, udara menjadi tercemar oleh tinja manusia ,
sehingga perlu dilakukan tekhnik baru seperti pemicuan ini.
B. LATAR BELAKANG
Pemerintah terus berusaha untuk mengatasi masalah sanitasi, terutama akses penduduk
terhadap jamban sehat. Pada tahun 2008 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan
Kepmenkes RI nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang kemudian diperkuat dengan Permenkes RI nomor 3
tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) adalah pendekatan yang digunakan untuk merubah perilaku
hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas tidak buang air besar sembarangan
(BABS) atau Open Defecation Free (ODF). Prinsip dari pelaksanaan
STBM adalah meniadakan subsidi untuk fasilitas sanitasi dasar dengan pokok kegiatan
menggali potensi yang ada di masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri dan
mengembangkan solidaritas sosial. Dalam Kemenkes RI nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) disebutkan peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan seperti di tingkat
RT/Dusun/Kampung memiliki peran dan tanggung jawab mempersiapkan masyarakat
untuk berpatisipasi aktif, di tingkat desa berperan dan bertanggung jawab dalam
membentuk tim fasilitator desa atau kader pemicu STBM untuk memfasilitasi gerakan
masyarakat dan pada tingkat kecamatan pemerintah kecamatan berperan dan
bertanggung jawab berkoordinasi dengan Badan Pemerintah yang lain dan memberi
dukungan bagi kader pemicu STBM.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku hygiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi tiga kompinen yaitu
penciptaan lingkungan mendukung , peningkatan penyediaan sanitasi, dan
pengembangan inovasi.
2) Tujuan Khusus
1. Membebaskan masyarakat yang buang air besar sembarangan.
2. Membuat / menciptakan desa ODF (Open defecation free).
3. Menerapkan 5 pilar STBM di masyarakat.
4. Membuat desa STBM.
5. Membuat lingkungan menjadi indah, bersih, sehat dan masyarakat menjadi
sehat.
E. SASARAN
Masyarakat yang ada di desa STBM tsb.
F. JADWAL PELAKSANAAN
Setiap 1 kali setahun
KERANGKA ACUAN
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
A. PENDAHULUAN
Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari oleh untuk dan bermasyarakat,agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri ,serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat ,sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan .Banyak masalah kesehatan di negara kita termasuk
timbulnya Kejadian Luar Biasa(KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat
sendiri sebagai contoh KLB Diare,dimana penyebab utamanya adalah rendahnya
perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan Buang Air Besar (BAB)
sembarang tempat,Cuci Tangan Pakai sabun masih sangat sedikit ,minum air yang belum
di masak dll.
Perilaku PHBS adalah sekumpulan perilaku yang di praktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat.
B. LATAR BELAKANG
Program pembangunan Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) sudah berjalan
sekitar kurang lebih 17 tahun ,tetapi keberhasilannya masih jauh dari harapan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan bahwa rumah tangga di
indonesia yang mempraktikkan PHBS baru mencapai 38,7% .Padahal rencana strategi
kementrian kesehatan menetapkan target pada tahun 2014 Rumah Tangga yang
mempraktikkan PHBS adalah 70% .Hal ini menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa
dalam pembinaan PHBS .
F. SASARAN
1. Masyarakat
2. Siswa/siswi sekolah
A. PENDAHULUAN
Kualitas air minum merupakan hal yang paling penting harus diperhatikan karena
sangat berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat. Dalam teori simpul
teori/paradigma kesehatan lingkungan , air merupakan media simpul ke dua dari rantai
penularan penyakit berbasis lingkungan. Water borne desease seperti kolera, muntaber,
polio, dan sebagainya akan rentan menyebar apabila media penular dalam hal ini air,
kualitasnya tidak diperhatikan. Oleh karena itu peranan tenaga sanitarian di lapangan
dalam hal pengawasan kualitas air minum di depo air minum isi ulang maupun
penyediaan air minum lainnya diharapkan dapat mengawasi secara maksimal sehingga
dapat mengantisipasi terjadinya penyebaran penyakit dengan media lingkungan air.
B. LATAR BELAKANG
Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air dar sumur gali,
pompa, air minum dalam kemasan, maupun depot air minum (DAM), Kecenderunga n
penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap pakai sangat besar, sehingga usaha depot
pengisian air minum tumbuh subur. Perlu dilakukan pengawasan, pembinaan dan
pengawasan kualitas air dari DAM agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi
masyarakat.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan pengawasan pada depo air minum isi ulang dan
pnyediaan air minum lainnya
2) Tujuan Khusus
1. Melakukan kajian awal depot air minum isi ulang
2. Memahami prinsip tekhnologi penyediaan air minum isi ulang
3. Memahami prinsip Hygiene sanitasi depot air minum isi ulang
4. Memahami prinsip operasional dan pemeliharaan instalasi DAM
5. Melakukan teknik pengambilan sampel dan pemeriksaan kualitas air minum isi ulang
6. Melakukan pengawasan terhadap DAM
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Penyuluhan kepada pemilik Depot tentang pengolahan air yang memenuhi syarat
F. SASARAN
Pemilik Depot Air Minum
KERANGKA ACUAN
INSPEKSI SANITASI SURVEY PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
A. PENDAHULUAN
Setiap manusia membutuhkan tempat tinggal yang di sebut rumah yang
mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung, tempat bersosialisasi antar anggota
keluarga,tempat menyimpan barang berharga dan lainnya. Perumahan yang layak sebagai
tempat tinggal haruslah memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap dalam
kondisi sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana
yang terkait, seperti penyediaan air bersih,saran sanitasi,pembuangan sampah,
transportasi, dan tersedianya pelayanan social.
B. LATAR BELAKANG
Yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini
penyakit-penyakit berbasis lngkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan
menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan
tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan
lingkungan ( data susenas 2001 ).
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Tujuan umum pemantauan rumah sehat ini antara lain untuk mengidentifikasi
jumlah rumah sehat dan ruah tidak sehat
2) Tujuan khusus
1. Pendataan terhadap jumlah rumah keseluruhan
2. Menentukan kriteria rumah sehat dan rumah tidak sehat
3. Termonitoringnya perumahan sehat
F. SASARAN
1. KK dengan rumah
2. Pembinaan rumah sehat adalah 70% dari total rumah yang ada di wilayah kerja
2) Lintas Sektoral :
1 TP –PKK : Motivator dan promotor dalam mewujudkan kesejahteraan
keluarga tentang kesehatan lingkungan serta membina ibu, bayi dan balita
melalui kunjungan rumah lewat kelompok Desa Wisma.
2 Korlap Desa : Motivator dan Promotor untuk meningkatkan kesejahteraan
lingkungan.
3 Aparat Desa : Koordinator, Motivator dan Promotor, fasilitator
penanggungjawab pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh di
wilayah desa, khususnya di bidang kesehatan lingkungan.
4 Kader : Memotivasi ibu hamil, ibu nifas, PUS/WUS dalam meningkatkan
kesehatan lingkungan seperti
KERANGKA ACUAN
KUNJUNGAN SANITARIAN KE DESA (KUSADES)
A. PENDAHULUAN
Untuk menurunkan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan dan dalam
rangka menindak lanjuti program klinik sanitasi dilakukan berbagai upaya terobosan
antara lain melakukan kunjungan rumah pada masyarakat (Klien/Pasien) untuk melihat
dan melakukan inspeksi sanitasi keadaan / kondisi rumah sebagai tindak lanjut dari
kunjungan pasien/klien puskesmas atau tindak lanjut dari penemuan pasien/klien di
lapangan antara lain penyakit – penyakit berbasis lingkungan seperti diare, TBC,
kecacingan pneumonia, DBD, ISPA, Keracunan makanan/ minuman, penyakit kulit dan
lain – lain.
B. LATAR BELAKANG
Kejadian kasus berbasis lingkungan yang terjadi di puskesmas Keruak yang
berkunjung ke klinik sanitasi puskesmas Keruak pada bulan Januari sampai Mei 2016
adalah ISPA 83 orang, TBC 5 orang, Malaria 0 orang, Diare 182 orang, DBD 86 orang,
Penyakit kulit 54 orang, cacingan 1 orang dan 6 orang penyakit lainnya seperti asma dan
penyakit mata. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan sanitarian ke desa atau alamat pasien
/ klien yang berkunjung ke klinik sanitasi puskesmas keruak (Asal penderita) guna
menindaklanjuti kesepakatan pada pasien /klien.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk memberikan pembinaan dan masukan kaitan dengan permasalahan
kesehatan lingkungan serta menindaklanjuti kesepakatan dengan pasien / klien
yang berkunjung ke klinik sanitasi.
2) Tujuan khusus
Unttuk menurunkan angka kejadian penyakit dan memutus mata rantai
penularan penyakit yang berbasis lingkungan di wilayah kerja Puskesmas
Keruak.
D. SASARAN
Klien / pasien melakukan kunjungan ke klinik sanitasi
2) Lintas Sektoral :
1 TP –PKK : Motivator dan promotor dalam mewujudkan kesejahteraan
keluarga tentang kesehatan lingkungan serta membina ibu, bayi dan balita
melalui kunjungan rumah lewat kelompok Desa Wisma.
2 Korlap Desa : Motivator dan Promotor untuk meningkatkan kesejahteraan
lingkungan.
3 Aparat Desa : Koordinator, Motivator dan Promotor, fasilitator
penanggungjawab pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh di
wilayah desa, khususnya di bidang kesehatan lingkungan.
4 Kader : Memotivasi ibu hamil, ibu nifas, PUS/WUS dalam meningkatkan
kesehatan lingkungan seperti
A. PENDAHULUAN
Penanggulangan Tuberkulosis (TB) tidak hanya dalam bentuk pengobatan.Namun juga
memiliki keterkaitan erat dalam perubahan prilaku paien, keluarga dan masyarakat
terhadap TB itu sendiri. Berdasarkan laporan dan hasil pengamatan di lapangan serta
didukung oleh hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, menunjukkan masih
rendahnya pengtahuan masyarakat tentang TB, baik pengetahuan tentang gejala dan
penularan penyakit, maupun pengobatan. Masih sedikit masyarakat yang tahu bahwa TB
dapat disembuhkan dan obat TB OAT dapat diperoleh secara gratis. Perilaku masyarakat
dalam keturunan berobat belum melaksanakn tugasnya dengan baik , serta keterlibatan
keluarga, lintas sektor dalam penanggulangan TB masih belum optimal.
B. LATAR BELAKANG
Pasien TB memerlukan pantauan secara ketat dn rutin melihat reaksi terhadap
pengobatan yang telah diberikan dan untuk mengetahui efek samping dari obat. Oleh karena
itu diperlukan kepatuhan yangt tinggi dlam pengobatyan, maka diperlukan seorang
Pengawasan Menelan Obat (PMO) untuk memantau pengobatan dan meningkatakan
pemriksaan yang perlu dilakuakan. PMO adalah seseorangf yang bertugas mengawasi ,
memberikan dorongan dan memastikan penderita TBC menelan obat anti TBC(DAT) secara
teratun smpai selesai.
C. TUJUAN
5) Tujuan umum
Membantu pengawasan pasien TB selama pengobatan hingga sembuh.
6) Tujuan khusus
1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan samapai
sembuh.
2. Mendampingi pasien pada saat kunjungan konsultasi ke puskemas dan
memeberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan
secara lengkap dan teratur.
3. Meningatkan pasien TB dating ke Puskesmas untuk mendapatakan obat dan
periksa ulang dahak sesuai jadwal.
4. Menemukan dan mengenali gejala gejala efek samping OT dan mengubungi unit
pelayanan kesehatan.
F. SASARAN
Semua Penderita TB Paru BTA Positif maupun Roungsen positif yang
mendaptkan pengobatan Anti Tuberclosis (OAT).
G. PERAN LINTAS PROGRAM DAN SEKTORAL
1) Lintas Program
1. Promkes : Bersama – sama memberikan informasi untuk meningkatkan
kemandirian dan derajat kesehatan masyarakat.
2. Kesling : Melakukan analisis masalah kesehatan berbasis lingkungan
membuat rencana pemecahan masalah serta memecahkan rencana yang sudah
dibuat.
2) Lintas Sektoral
1. Aparat Desa : Koordinator, Motivator dan Promotor, Fasilitator,
Penanggung jawab pelaksanaan pembangunan secar menyeluruh di wilayah
desa khususnya penyakit menular (TB)
2. Kader : Membantu petugas TB dalam pelacakan pasien TB, memberikan
penyuluhan di Posyandu.
A. PENDAHULUAN
Tuberklosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberlosis. Penularan Micobacterum Tuberklosis melalui udara ( airbone ) yang menyebar
melalui percik reik (droplrt nuclei) nsaat seseorang batuk, bersin, berbicara, berteriak atau
bernyanyi. Percik renik ini berukuran 1-5 mikron dan dapat bertahan di udara selama
bebrapa jam sampai sampai beberapa hari sampai akhirnya ditiup angina. Infeksi terjadi
bila seseorang menghirup percik renik yang mengandung M.TB dan akhirnya sampai ke
alveoli. Respon imun terbentuk 2-10 minggu setelah terinfeksi. Sejumlah kuman akan
tetap dorman bertahun-tahun yang disebut dengan infeksi laten. Kemingkinan seseorang
terinfeksi TB di pengaruhi oleh bebrapa factor seperti konsentrasi percik renik di udara
dan sejumlah kuman yang tertiup, ventilasi udara serta lamanya perjanan. Sehat (PHBS)
pada pasien TB perlu disampaikan bahwa pasien sebaiknya menjaga kesehatan dengan
hidup bersih dan sehat misalnya :
1. Menjemut alat tidur
2. Membuka jendela dan pintu agar udara dan sinar matahari masuk, aliran udara
pentilasi yang baik dalam ruangan dapat mengurangi jumlah kuman di udara,
sinar matahari langsung dapat mematikan kuman.
3. Makan makana bergizi
4. Tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol.
5. Olah raga secara teratur bila memungkinkan.
B. LATAR BELAKANG
Lombok timur merupakam kebutuhan kabupaten dengan jumlah pendduduk
paling banyak di BTA(+) = 2345 orang. Cakupan program dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir kurang mengembirakan artinya secara kabupaten belum mencapai
target.Kegiatan program yang sudah ada belum cukup unruk mendongkrak capaian
program.Mengintegrasikan kegiatan penemuan dan penjaringan untuk mendongkrak
capaian program lain dalam wadah posyandu paru sehat (pps)
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
1. Meningkatkan penjaringan suspek TBC.
2. Meningkatkan penemuan BTA(+).
2) Tujuan khusus
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC melalui
penyuluhan .
2. Meningktakan peran serta masyarakat dalam penanggulangan penyakit
TBC untuk penjaringan suspek dan penemuan BTA(+)
3. Mendekatkan jangkauan masyarakat untuk pelayanan TBC paru.
4. Mengurangi biaya (cost) dalam pengumpulan saasaran (penyuluhan
kelompok/CBA).
5. Memudahkan petugas untuk evaluasi bagi pasien yang akan, sedang
maupun paksa pengobatan.
6. Menguramgi angka drop out (Do) karen disiapkan obat 0AT bagi
pasienyang sedang pengobatan.
F. SASARAN
Sasaran yang diutamakn dalam kegiatan posyandu paru sehat adalah semua
masyarakat yang memiliki gejala TB paru dan penderita TBC yang masih dalam masa
maupun pasca pengobatan.
A. PENDAHULUAN
Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
perannya sebagai vector dari berbagai penyakit yang di tularkan oleh vector (perantara)
dari berbgai peneyakit yang ditularkan oleh vector ini antranya adalah penyakit demam
berdarah, malaria dan filariasis . Ketiga penyakit tersebut ini di tularkan dari orang yang
satu ke orang lain melaui perantara nyamuk. Dewasa ini penyakit demam berdarah
dengaue (DBD) ke orang lain perantara nyamuk. Dewasa ini penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu maslah kesehatan lingkungan yang
cenderung meningkat jumlah penderitanya dan semakin luas penyebaranya sejalan
dengan meningkatakatnya mobilitas kepadatan penduduk. Di indonesia DBD sering
terjadi pada saat perubahan musim dari kemarau ke hujan di daerah yang memiliki
sistem pembuangan dan penyediaan air tidak memadai , baik di pedesaan maupun di
perkotaan.
B. LATAR BELAKANG
Demam berdarah Dengue adalah penyakit menular yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegepty dan aedes Albopretus yang sebelumya telah terinfeksi
oleh virus Dengue dari penderita DBD lainnya terutama menyerang anak anak dan
orang dewasa di tandai dengan panas tinggi mendadak tanpa sebab tyang jelas
berlangsung selama 2-7 hari disertai timbulnya gejala tidak ada napsu makan, mual
muntah, sakit kepala , nyeri uluhati dan tanda tanda perdrahan serta dapat menimbulkan
kematian , penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Menurunkan angka insiden kasus DBD sebesar 1/100.000 penduduk di daerah
endemis
2) Tujuan khusus
1. Tercapainya angka bebas jentik (ABJ) > 95%
2. Menurunkan angka kematian DBD /CFR<1
3. Daerah KLB DBD <5%
F. SASARAN
Sasaran yang diutamkan pada daerah endemis.
B. LATAR BELAKANG
Penyakit Kusta adalah penyakit kronik ( menular menahun ) yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi,
selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut|), saluran pernapasan bagian atas, system
retikulo endothelial, mata, otot, tulang san testis. Penyakit kusta jarang sekali ditemukan
pada bayi.angka kejadian penyakit Kusta meningkat sesuai umur dengan puncak
kejadian pada umur 10-20 tahun (Depkes RI, 2006 ) . Penyakit Kusta dapat mengenai
semua umur dan terbnayak terjadi pada umur 15-29 tahun. Serangan pertama kali pada
wanita usia di atas 70 tahun sangat jarang sekali terjadi. Kejadian penyakit kusta pada
laki-laki lebih banyak terjadi pada wanita , kecuali di Afrika, wanita lebih banyak
terkena penyakit kusta dari pada laki-laki (DEPKES R1,2006). Menurut Lounhennpessy
dalam Buletin Penelitian Kesehatan (2007) bahwa perbandingan penyakit kusta pada
penderita laki-laki dan perempuan adalah 2,3 : 1,0, artinya penderita kusta pada laki-laki
2,3 kali lebih bnayak dibandingkan penderita kusta pada perempuan. Menurut NOOR
dalam Buletin Penelitian Kesehatan (2007) penderita pria lebih tinggi dari wanita
dengan perbandingannya sekitar 2:1 .Penderita penyakit kusta menimbulkan gejala yang
jelas pada stadium lanjut dan cukup didiagnosis dengan pemeriksaan fisik tanpa
pemeriksaan bakteriologi.
Ada 3 tanda –tanda utama yang dapat menetapkan diagnosis penyakit kusta yaitu :
Lesi(kelainan) kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan
funsi saraf, dan adanya bakteri tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit. Pemeriksaan
kerokan hanya dilakukan pada kasus yang meragukan. Apabila ditemukan pada
seseorang salah satu tanda-tanda utama seperti diatas maka orang tersebut dinyatakan
menderita kusta (Depkes, 2006 ).
Di puskesmas atau rumah sakit , penderita akan mendapatkan terapi anti kusta
Multi Drug Therapy (MDT) agar tidak menjadi sumber penularan, selain menghindari
kemungkinan cacat menjadi besar.
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik terhindar dari
penyakit menular terutama penyakit kusta.
2)Tujuan khusus :
1. Meningkatakan penemuan khusus dengan kusta secara dini di masyarakat .
2. Meningkatakan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta
3. Mengurangi angka kejadiaan penyakit kusta di masyarakat melalui peneman kasus
secara dini.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus kusta
5. Membentuk patisipan aktif ( toam , kader ) untuk mendukung penemuan kasus
F. SASARAN
Penderita positif Kusta
A. PENDAHULUAN
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu
hamil, selain itu malaria secara langsung menurunkan produktivitas kerja. Dengan
demikian malaria berperan sebagai salah satu penyakit yang sangat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, yang berdampak kepada masalah sosial ekonomi dan sosial
budaya. Saat ini tujuan program pengendalian malaria di Indonesia adalah mewujudkan
masyarakat yang hidup sehat dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria
pada tahun 2020 secara bertahap.
Puskesmas Keruak dalam wilayah kecamatan Keruak walaupun bukan termasuk
daerah endemis malariadan sudah mengalami penurunan kasus secara signifikan baik
dari segi penemuan suspek maupun penderita positif namun upaya pencegahan maupun
pemeliharaan tetap harus dilakukan mengingat masih tingginya mobilisasi penduduk dari
dan kewilayah endemis malaria. Mengingat masih terdapat wilayah reseptif di beberapa
Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur yang termasuk endemis dan belum
dinyatakan eliminasi malaria sehingga memungkin kasus impor berubah menjadi
indigenous.
B. LATAR BELAKANG
Target pencapaian program malaria yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Lombok
Timur dengan melakukan pemeriksaan darah 10 % dari jumlah penduduk yang ada di
wilayah kerja puskesmas Keruak (ABER 10% dari jumlah Penduduk) dengan API
dibawah 1 %. Data pencapaian ABER program malaria Puskesmas Keruak di awal
tahun 2017 sebanyak 1.648 (48%) dari target 5.169 (100%) masih berada di bawah
target.
Mencermati kondisi di atas program malaria harus bekerja lebih baik. Beberapa
Kegiatan program malaria yang dilakukan di tahun ini meliputi kegiatan penyuluhan,
penyebarluasan informasi tentang penyakit malaria ke masyarakat, menggalang
kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam penemuan kasus malaria, screning
malaria di masyarakat dan ibu hamil dan kegiatan- kegiatan lainnya untuk menunjang
tercapainya target program. Oleh karena itu maka perlu disusun suatu Pedoman
Penyelenggaraan program penanggulangan malaria..
C. TUJUAN
1) Tujuan umum
Untuk menemukan dan mengendalikan penyakit malaria di wilayah kerja puskesmas
Keruak.
2) Tujuan khusus
1. Meningkatkan kegiatan penemuan penderita malaria dan pemeriksaan darah
malaria guna mendeteksi secara dini kasus malaria di masyarakat.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengentasan penyakit malaria
terutama dalam prilaku hidup bersih dan sehat.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria dengan cara
penyuluhan tentang penyakit malaria di masyarakat.
4. Meningkatkan peran serta lintas program dan sektoral dalam pengentasan
penyakit malaria dengan melibatkan pustu, polindes dan kader malaria desa.
1. Penyelidikan Epidemilogi
2. Investigasi kasus Malaria
3. TIM gerak cepat (TGC)
F. SASARAN
H. JADWAL PELAKSANAAN.
Setiap 2 kali dalam setahun.
A. PENDAHULUAN
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006
naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian
Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada
tahu 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239
orang (CFR2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus
5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi
KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(CFR 1,74 %.) Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.
B. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum,
diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya, sekitar 20 % meninggal karena infeksi diare. Kematian yang disebabkan diare
diantara anak–anak terlihat menurun dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Meskipun
mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi/terapi cairan namun angka
kesakitannya masih tetap tinggi. Pada saat ini angka kematian yang disebabkan diare
adalah 3,8 per 1000 per tahun, median insidens secara keseluruhan pada anak usia dibawah
5 tahun adalah 3,2 episode anak per tahun. Diare menduduki urutan kedua penyebab
kematian pada anak , dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian
anak di dunia. Di Indonesia berdasarkan data laporan Surveilan Terpadu Penyakit (STP)
puskesmas dan rumah sakit (RS) secara keseluruh anangka insidens Diare selama kurun
waktu lima tahun dari tahun 2002 sampai tahun 2006 cenderung berfluktuasi dari 6,7
per1000 pada tahun 2002 menjadi 9,6 per1000 pada tahu 2006 (angka insiden bervariasi
antara 4,5-25,7per1000). Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
penyakit diare menduduki urutan kedua dari penyakit infeksi dengan angka morbiditas
sebesar 4,0% dan mortalitas 3,8%.7 Dilaporkan pula bahwa penyakit Diare menempati
urutan tertinggi penyebab kematian (9,4%) dari seluruh kematian bayi. Dari tampilan data
yang diuraikan diatas betapa tidak diare merupakan penyakit yang masih bayak terjadi di
masyarakat kita. Salah satu penyebabya adalah faktor ketidak tahuan masyarakat tentang
PHBS dan tidak menutup kemungkinan masih banyak lagi kasus di masyarakat yang tidak
terlaporkan karena ketidak tahuan sehingga dirawat sendiri dirumah dengan berbagai
ramuan. Salah ssatu langkah yang diambil dalam penemuan kasus di masyarakat adalah
dengan melakukan pelacakan kasus dilapangan sehingga diharapkan semua kasus
tertangani dan terlaporkan.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit diare bersama lintas
program dan sektoral terkait.
2) Tujuan Khusus
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang sesuai standar, baik di sarana
kesehatan maupun di rumah tangga.
2. Terkendalinya angka kejadian penyakit diare.
3. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup
sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan dan
kematian karena diare dapat dicegah.
4. Tertangani dan terlaporkannya semua kasus diare yang ada di masyarakat.
D. SASARAN
1. Luar Gedung
Bayi, balita dan semua masyarakat secara umum baik yang ditemukan saat pelacakan
kasus maupun yang dilaporkan oleh kader kesehatan.
2. Dalam Gedung
Semua masyarakat yang datang di sarana kesehatan baik Puskesmas, Pustu, Polindes,
Klinik dan Praktek swasta.
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan pelacakan kasus diare dilakukan setiap bulanya oleh pelaksana
program diare diseluruh dusun/posyandu yang ada di wilayah Puskesmas Keruak sesuai
dengan anggaran yang disetujui oleh BOK Puskesmas.
G. JADWAL KEGIATAN
Rencana dan Jadwal pelaksanaan kegiatan disusun setiap bulanya oleh pelaksana program
diare sesuai dengan kebutuhan program dan dikonsultasikan kepada pengelola BOK
Puskesmas untuk penganggaran biaya.
H. PEMBIAYAAN
Segala pembiayaan yang ditimbulkan dari kegiatan ini dibebankan kepada dana BOK
Puskesmas Keruak.
J. EVALUASI
Evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjut dilakukan sekali sebulan pada saat acara
minilokakarya Puskesmas.
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya
kualitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan penanggulangan HIV/AIDS yang
melibatkan semua sektor pembangunan nasional memiliki program yang terarah, terpadu
dan menyeluruh. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus
HIV yang mudah menular dan mematikan.
B. LATAR BELAKANG
Strategi penanggulangan HIV/AIDS di tujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko
dan penurunan HIV, meningkatkan kualitas hidup, odha, serta mengurangi dampak sosial
dan ekonomi akibat HIV/AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat menjadi
produktif dan bermanfaat untuk pembangunan.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umun
Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di masyarakat.
2) Tujuan Khusus
1. Menemukan kasus baru penderita HIV
2. Pencegahan HIV dari ibu ke anak
3. Meningkatkan pengetahuan kelompok resiko tinggi dan kelompok rentan
tertular HIV/AIDS
2. UKM
Pelaksanaan kegiatan berupa penyuluhan kepada kelompok resiko tinggi dan
rentan tertular HIV/AIDS
F. SASARAN
1. Konseling dan test
2. Merujuk pasie HIV/AIDS positif
3. Penyuluhan HIV/AIDS
4. Mobilitas visite kurang lebih 1 kali dalam 1 tahun
5. Laporan program HIV/AIDS
KERANGKA ACUAN
PERKESMAS (PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT)
A. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang dihadapi saat ini cukup kompleks karena upaya
kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data dasar riset (RISKERDES) Tahun 2007 diketahui penyebab kematian
di Indonesia untuk semua umur telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke tidak
menular.
B. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Kebutuhan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO 123 MENKES/
SK/ 2004 Tentang : Kebijakan dasar puskesmas. Upaya kesehatan masyarakat
merupakan upaya program pengembangan yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan
kesehatan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
2) Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
untuk melaksanakan keperawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah kesehatan
freventif dan kuratif.
E. PELAKSANAAN KEGIATAN
1) Pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien rawat jalan terdiri dari :
1. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini / sasaran / vasilitas.
2. Penyuluhan Kesehatan
3. Tindakan Keperawatan
4. Konseling Keperawatan
5. Pengobatan
6. Rujukan pasien
2) Kunjungan Rumah / Home care
Persiapan :
1. Memastikan identitas pasien
2. Monitoring / Evaluasi antara lain kelengkapan pengkajian awal
F. SASARAN
1. Individu khususnya resti
a. Penderita penyakitnya
b. Masalah mentalnya
2. Keluarga Khususnya
a. Ibu hamil
b. Lansia
c. Riwayat penyakit
3. Kelompok masyarakat yang resti
KERANGKA ACUAN
PROGRAM KEGIATAN PELAYANAN ANC DI POSYANDU
A. PENDAHULUAN
Bahwa dalam rangka mendukung dan mencapai target Mileneum Development
Goals (MDGs) dimana hampir 70% Goals yang ditetapkan dalam kegiatannya adalah
ditujukan untuk peningkatan dan percepatan Kesejahteraan Ibu dan Anak serta
Pemberdayaan Perempuan, maka untuk itu seluruh pilar kelembagaan masyarakatan yang
bergerak dibidang kesehatan dan pemberdayaan perempuan serta pemberdayaan
masyarakat diharapkan mendapat perhatian lebih luas dan serius untuk kita laksanakan.
Untuk itu salahsatu pilar upaya yang perlu dikembangkan adalah kegiatan Posyandu
Kinerja tenaga kesehatan yang baik akan berdampak pada
k u a l i t a s p e l a y a n a n pemeriksaan pada ibu hamil, termasuk kinerja bidan sebagai
penyedia pelayanan kesehatan m a t e r n a l d a n n e o n a t a l . D e n g a n k u a l i t a s A N C
y a n g b a i k m a k a i b u d a n k e l u a r g a s i a p menjadi orang tua dan juga dapat
melalui proses persalinan dengan aman. Apabila proses kehamilan, persalinan dan
nifas dilalui dengan aman maka AKI akan menurun.
B. LATAR BELAKANG
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Jumlah
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Keruak sebanyak 85 posyandu.
Dalam ANC Terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibuh a m i l , m e l a k u k a n i n t e r v e n s i s e c a r a a d e k u a t s e h i n g g a i b u
h a m i l s i a p u n t u k m e n j a l a n i persalinan normal.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Memberikan pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepadasemua ibu
hamil.
2) Tujuan Khusus
1. Mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak
3. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas
termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian
ASI
4. Mendeteksi secara dini dan melakukan intervensi dini terhadap kelainan
& penyakit &gangguan yang di derita ibu hamil.
5. M e l a k u k a n r u j u k a n k a s u s k e f a s i l i t a s p e l a y a n a n k e s e h a t a n s e s u a i
d e n g a n s i s t e m rujukan yang ada.
6. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat
7. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berdasarkan
geografi
2. PELAPORAN
Laporan pelayanan antenatal terpadu meng gunakan formulir
p e l a p o r a n y a n g s u d a h ada yaitu:
1. PWS KIA
2. PWS IMUNISASI
3. Bukti pelaporan yang disepakati oleh masing masing program.
4. Pelaporan dilakukan satu bulan sekali di akhir bulan.
K. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Pelayanan antenatal ( ANC ) Terpadu,
sebagai acuan dalammelakukan kegiatan tersebut pada tahun 2017.
A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya
antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin
sejak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih
dalam kandungan sampai lima tahun pertama. Kehidupannya ditujukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak
agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental maupun emosional.
B. LATAR BELAKANG
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 %
dariseluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas
tumbuhkembang balita perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi
yang baik,stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan
berkualitastermasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Agar semua balita umur 0-5 tahun, anak pra sekolah 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga berguna bagi
nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini.
2) Tujuan Khusus
1. Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita dan
anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas Keruak.
2. Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada
semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas Keruak.
3. Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah di
wilayah kerja Puskesmas Keruak.
4. Terselenggaranya rujukan terhadap kasus – kasus yang tidak bias ditangani
Puskesmas Keruak.
D. SASARAN
Semua anak umur 0 – 6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas Keruak.
F. JADWAL PELAKSANAAN
Pelaksanaan SDIDTK dilakukan setiap 1 kali/bulan
KERANGKA ACUAN
KEGIATAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN) DAN KUNJUNGAN NIFAS (KF)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERUAK
A. PENDAHULUAN
Sehubungan dengan salah satu tujuan pembangunan millennium atau Millenium
Development Goals (MDGs). Indonesia berupaya untuk menurunkan angka kematian ibu
dan anak – anak terutama neonatal sangat rentan terhadap penyakit yang berujung pada
kematian. Angka kematian Ibu(AKI) dan angka kematian neonatal (AKN) merupakan
indikator status kesehatan masyarakat.
Dibandingkan Negara – Negara tetangga Asia, Indonesia memiliki angka kematian ibu dan
bayi yang cukup tinggi. Menurut data survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007 AKI di Indonesia 288 per 100.000 kelahiran hidup.
Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya
peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak terutama pada kelompok yang paling rentan,
salah satu kelompok tersebut adalah ibu nifas. Ibu nifas perlu dipantau seoptimal mungkin
secara fisik dan mental selama masa nifas sehingga didapatkan ibu dan bayi yang sehat.
B. LATAR BELAKANG
Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai
42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu
m a u p u n bayinya. Diperkirakan bahwa 60% pada kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% masa nifas terjadi dalam 4
minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam
waktu 7 hari setelah lahir. Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan selama
masa nifas melalui kunjungan rumah yang dapat dilakukan pada hari ketiga atau
hari keenam, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu ibu
dalam proses pemulihan ibu dan memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta mem
berikan penjelasan mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan,makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,pemberian
ASI, imunisasi dan KB.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2) Tujuan Khusus
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
4. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
5. Memberikan konseling untuk KB secara dini
D. SASARAN
Ibu nifas dari 6 jam sampai 42 hari setelah melahirkan dan bayi berumur 0 – 28 hari.
F. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan setiap 1 bulan / kali
G. PERAN LINTAS PROGRAM DAN SEKTORAL
1) Peran lintas program
a. PROMKES : Memberikan Informasi kepada Masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan Ibu dan Anak.
b. GIZI : Bersama-sama menyusun rencana untuk meningkatkan status tumbuh
kembang balita, pemantauan IMD, ASI eksklusif, BGM dan gizi buruk.
c. IMUNISASI : Melakukan Imunisasi TT bayi dan balita.
2) Peran lintas Sektoral
a. TP-PKK : Motivasi dan Promotor dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga
KIA.
b. KEPALA DESA / KADUS : Koordinator, Motivator, dan Promotor, Fasilitator,
penanggung jawab pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh di wilayah desa
khususnya di bidang KIA.
c. KADER : Memotivasi ibu hamil, ibu nifas, PUS/WUS serta ibu yang
mempunyai balita 0 -28 hari dalam KIA serta pendataan, analisa data, informasi
data, penyuluhan di posyandu, kunjungan rumah dan evaluasi tentang KIA.
d. PKH : Berperan serta dalam bidang kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.
KERANGKA ACUAN
PERTEMUAN EVALUASI P4K PUSKESMAS KERUAK
A. PENDAHULUAN
Kondisi kesehatan ibu dan Anak di kabupaten lotim saat ini masih sangat penting untuk
di tingkatkan serta mendapat perhatian khusus.Menurut data Tahun 2016 di kabupaten
lombok timur jumlah kematian ibu sebanyak 20 orang yang di sebabkan oleh karena
perdarahan,evaluasi dan PTM ( penyakit tidak menular), Kematian neonatus sebanyak
135 orang. Hal ini secara keseluruhan di sebabkan dengan latar belakang dan penyebab
kematian ibu dan anak yang komplek,menyangkut aspek medis yang harus di tangani
oleh tenaga kesehatan,sedangkan penyebab non medis merupakan penyebab mendasar
seperti status perempuan,keberadaan anak,sosial
budaya,pendidikan,ekonomi,geografis,transportasi dan sebagainya yang memerlukan
lintas sektoral dalam penanganannya.
B. LATAR BELAKANG
Penyebab kematian ibu terbesar secara berurutan Perdarahan,Eklamsi,PTM.Kematian
bayi di sebabkan karena BBLR,Asfiksia . Upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi
dapat di lakukan dengan peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
anak,salah satu upaya yang di lakukan adalah mendekatkan jangkauan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat melalui program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K).
P4K dengan stiker adalah program perencanaan dan pencegahan komplikasi (P4K )
merupakan suatu kegiatan yang di Fasilitasi oleh Bidan dalam rangka peningkatan peran
aktif suami,keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil,termasuk merencanakan penggunaan
KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media nontifikasi sasaran dalam
rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru
lahir.
Melalui program P4K dengan stiker yang di tempelkan di rumahnya ibu hamil maka
setiap ibu hamil akan tercatat, terdata, dan terpantau secara tepat dengan data dalam
stiker, suami, keluarga ,kader, dukun bersama bidan dapat memantau secara intensif
keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil,selain itu agar ibu hamil mendapatkan
pelayanan yang sesuai standar pada saat ANC, Persalinan, dan Nifas sehingga proses
persalinan sampai dengan nifas termasuk rujukan dapat berjalan dengan aman dan
selamat.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Terdatanya status ibu hamil dan terpasang stiker P4K disetiap rumah ibu hamil yang
memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran
persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yang akan
digunakan serta pembiayaan
2) Tujuan Khusus
1. Mempercepat berfungsinya desa siaga
2. Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standar
3. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampilan
4. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
5. Menurunnya kejadian kesakitan ibu serta bayi.
D. SASARAN
Semua ibu hamil dari TM 1 sampai TM III
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
3. KADER : Memotivasi ibu nifas, serta ibu yang mempunyai balita 0 -6 tahun
dalam KIA serta pendataan, analisa data, informasi data, penyuluhan di
posyandu, kunjungan rumah dan evaluasi tentang KIA.
4. PKH : Berperan serta dalam bidang kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak.
KERANGKA ACUAN
PELAYANAN POSBINDU SEKOLAH
A. PENDAHULUAN
Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini
faktor resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan
kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan
terpadu.
Upaya Promotif dan preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini keberadaan
faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) secara terpadu.
B. LATAR BELAKANG
Posbindu sekolah adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia remaja
disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka mendapatkan pelayanan kesehatan. Posbindu sekolah
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi
para remaja yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas Posbindu sekolah
juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk bersama-sama menghimpun
seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan, memberikan serta
memperoleh informasi dan pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya peningkatan status
gizi masyarakat secara umum. Jadi Posbindu sekolah merupakan suatu fasilitas
pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat khususnya bagi para remaja.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan remaja di sekolah sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan remaja.
2) Tujuan Khusus
1. Pengetahuan remaja menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan
dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan
posbindu sekolah
2. Meningkatkan peran serta remaja dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko
PTM
D. SASARAN
Kelompok remaja sehat, Berisiko dan Penyandang PTM
KERANGKA ACUAN
PENILAIAN DAN PEMBINAAN POSYANDU
A. PENDAHULUAN
Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor
resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit paru
obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan
dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu.
Upaya Promotif dan preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini keberadaan faktor
resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) secara terpadu.
B. LATAR BELAKANG
Posbindu sekolah adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia remaja
disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka mendapatkan pelayanan kesehatan. Posbindu sekolah
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi
para remaja yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas Posbindu sekolah
juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk bersama-sama menghimpun
seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan, memberikan serta
memperoleh informasi dan pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya peningkatan status
gizi masyarakat secara umum. Jadi Posbindu sekolah merupakan suatu fasilitas
pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat khususnya bagi para remaja.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan remaja di sekolah sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan remaja.
2) Tujuan Khusus
1. Pengetahuan remaja menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap
dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan
posbindu sekolah.
2. Meningkatkan peran serta remaja dalam pencegahan dan penemuan dini faktor
risiko PTM
D. SASARAN
Kelompok remaja sehat, Berisiko dan Penyandang PTM
A. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebasdari pengakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan
fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Rejeki, 2008).
Sejalan dengan derasnya arus globalisasi yang melanda berbagai sektor,
berkembang pula masalah kesehatan reproduksi remaja yang terjadi di masyarakat.
Masalah tersebut baik fisik, psikis dan psikososial yang mencakup priaku sosial seperti
kehamilan usia muda, IMS maupun masalah NAPZA. Bila hal ini tidak dapat
ditanggulangi dengan sebaik-baiknya akan dapat menyebabkan masa depan remaja
suram.
B. LATAR BELAKANG
Pada usia remaja hormon-hormon reproduksi terpacu untuk di produksi lebih
banyak. Hormon estrogen dan progresteron pada wanita dan testoteron pada pria.
Produksi pada hormon tersebut akan mengakibatkan perubahan pada remaja secara
biologis, tumbuh tanda-tanda sekunder pada wanita seperti payudara membesar,
menstruasi, kulit lebih halus, suara lebih lembut, ingin diperhatikan. Sedangkan pada pria
suara lebih besar, pertumbuhan lebih besar, mimpi basah.
Energi yang besar pada remaja daya tarik dan dorongan seksual yang besar jika
disalurkan secara salah akan mengakibatkan prilaku seksual yang salah, perkembangan
audiovisual tentang sex/film forno yang terbuka, pendidkan sex yang kurang populer,
mengakibatkan remaja melakukan penyaluran-penyaluran yang salah. Salah satu
penyebab masalah, kemungkinan karena faktor ketidaktahuan, karena remaja tidak
endapatkan informasi yang jelas, benar dan tepat mengenai kesehatan reproduksi remaja
serta permasalahannya.
Dengan latar belakang itulah remaja merasa perlu diberikan penyuluhan
kesehatan reproduksi.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan siswa/remaja mengenai kesehatan reproduksinya dan
mempunyai prilaku seksual yang sehat dan mampu menjaga kesehatan reproduksinya.
2) Tujuan Khusus
1. Remaja mengerti tentang kesehatan reproduksi
2. Remaja mengetahui perubahan-perubahan yang ada pada remaja adalah wajar
3. Remaja mengetahui prilaku seksual yang salah dan mengetahui akibatnya
4. Meningkatkan kewaspadaan dini dalam penyimpangan ataupun kelainan dalam
reproduksi
F. SASARAN
Siswa/siswi SMP/SMA sederajat di wilayah kerja Puskesmas Keruak.
I. PENDANAAN
Untk pelaksanaan kegiatan penyuluhan reproduksi remaja menggunakan dana
BOK Puskesmas Keruak.
Keruak, 3 Januari 2017
Kepala Puskesmas Keruak
A. PENDAHULUAN
Sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Kesehata Nasional, BPJS kesehatan
bekomitmen untuk selalu dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pesertanya,
jaminan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan dilaksanakan dengan system managed
care yaitu pelayanan yang komprehensif mulai dari pelayanan promotif (edukasi
kesehatan), preventif (pencegahan peyakit), kuratif (pengobatan), dan rehabilitative
(pemulihan)dengan tujuan untuk meningkatkan kulitas pelayanan kesehatan dan
kepuasan pasien.
Salah satu upaya dalam mewujudkan pelayanan terbaik bagi peserta, BPJS
kesehatan telah menyelenggarakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
bagi peserta BPJS kesehatan yang menyandang penyakit kronis, diantaranya penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus (DM).
B. LATAR BELAKANG
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, pevalensi hipertensi pada
umur >18 tahun di Indonesia yang didapat melalui jawaban pernah didignosa Nakes
sebesar 9,4%, sedangkan yang pernah didignosa Nakes atau sedang minum obat sendiri
sebesar 9,5%. Sementara untuk penyakit Diabetes Millitus (DM), di Indonesia terdapat
kurang lebih 17 juta orang penderita DM atau sekitar 8,6% (WHO, 2001).
Dipuskesmas Keruak, jumlah kasus hipertensi pada tahun 2015 sebanyak 982
kasus dari total kunjungan kasus.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Puskesmas Keruak akan
melaksanakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) untuk penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan kesehatan dalam rangka pengelolaan penyakit kronis
(hipertensi da diabetes mellitus) yang efektif dan efisien bagi peserta BPJS
Kesehatan.
2) Tujuan Khusus
1. Teselenggaranya upaya promotif dan preventif kronis (hipertensi dan diabetes
mellitus), melalui kegiatan senam dan edukasi.
2. Teselenggaranya upaya deteksi dini penyakit kronis secara intensif.
3. Terselenggaranya tatalaksana penyakit kronis yang efektif, efisien bagi pasien
peserta BPJS Kesehatan.
D. JADWAL KEGIATAN
Untuk kegiatan perdan dilaksanakan pada bulan November 2016, untuk kegiatan
ritin dilaksanakan setiap minggu dan setiap bulan untuk kegiatan edukasi dan
pemeriksaan laboratorium (gula darah) untuk penderita DM. Kegiatan ini bertempat di
aula Puskesmas Keruak.
E. SASARAN
Sasaran pada kegiatan ini adalah penderita hipertensi dan diabetes mellitus peserta BPJS
Kesehatan sebanyak 35 orang, setiap bulan jumlahnya bisa bertambah.
F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Fasilitator/narasumber pada kegiatan ini adalah Petugas Kesehatan Puskesmas Keruak
(dokter, perawat, bidan, nutrisionis) dan instruktur senam dari Puskesmas Keruak.
2. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah praktek (senam), ceramah, tanya
jawab, diskusi, demonstrasi.
J. SUMBER BIAYA
Sumber biaya pelaksanaan kegiatan ini sepenuhnya dibiayai oleh Dana Program JKN
BPJS Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.
Keruak, 3 Januari 2017
Kepala Puskesmas Keruak
A. PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks yang abnormal
dimana sel-sel ini mengalami perubahan ke arah displasia atau mengarah pada
keganasan. Kanker ini biasanya menyerang wanita yang pernah atau sedang berada
dalam status sexually active. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah
berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi,
tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki
faktor risikonya. Perkembangan neoplasma ganas di serviks tidak menghalangi untuk
terjadinya kehamilan. Terdapat kemungkinan 1 di antara 3000 kehamilan bagi seorang
wanita penderita kanker serviks. Namun, adanya kanker serviks memberi pengaruh
yang tidak baik dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. Kanker serviks dapat memicu
terjadinya abortus akibat pendarahan dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena
pertumbuhan neoplasma tersebut. Apabila penyakit ini tidak diobati lebih lanjut, pada
kira-kira dua pertiga usia kehamilan penderita menjelang cukup bulan, dapat terjadi
kematian janin. (Wiknjosastro, Hanifa. 2005. )
B. LATAR BELAKANG
Pengendalian IVA ( Inpeksi Visual dengan Asam Asetat ) merupakan program baru di
Puskesmas Keruak yang dilaksanakan sejak tahun 2013. Adapu kegiatan pengendalian
IVA di Puskesmas Keruak tahun 2013 adalah pemeriksaan deteksi dini kanker leher
rahim dan payudara.
Dalam rangka program tersebut Puskesmas Keruak telah mengikuti kegiatan
“Sosialisasi Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara” die map pos di
wilayah kerja Puskesmas Keruak. Adapu kegiatan tersebut dilaksanakan oleh bidan dan
petugas PTM, kadus, kader, toga, toma dan WUS dan dari hasil pemeriksaan tersebut
diperoleh 1 orang positif IVA, 1 orang curiga kanker payudara. Adapun jumlah
pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara 2016 sebanyak 32
orang.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sebagai tindak lanjut dari kegiatan hal
tersebut di atas, perlu dilaksanakan penyuluhan deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara di wilayah Puskesmas Keruak.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan kanker lehe rahim dan kanker payudara pada
masyarakat.
2) Tujuan Khusus
1. Memahami tentang penyakit kanker leher rahim
2. Terselenggaranya upaya preventif penyakit kanker leher rahim
3. Terlaksananya pemeriksaan dengan metode IVA
4. Terlaksananya melakukan deteksi dini kanker payudara sendiri dengan
metode SADARI
D. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan di empat pos yang sudah ditentukan dan bertempat
di desa wilayah kerja Puskesmas Keruak.
E. SASARAN
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat risti (Wanita Usia Subur).
H. SUMBER BIAYA
Sumber biaya pelaksanaan Posbindu di Puskesmas Keruak dibebankan pada anggaran
BOK ( Bantuan Operasional Kesehatan ) Puskesmas Keruak.
KERANGKA ACUANKERJA
KUNJUNGAN RUMAH PENDERITA ISPA dengan PNEMONIA
A. PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak, insiden menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode peranak/tahun
di negara berkembang dan 0,05 episodeperanak/tahun di negaa maju. Ini menunjukkan
bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia pertahun dimana 151 juta episode (96,7%)
terjadi di negara bekembang. Kasus terbanyak terjadi di daerah India (43 juta), Cina (21%)
dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode.
Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat 7-13% kasus berat dan memerlukan
perawatan rumah sakit. Episode batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali
pertahun (Rudan et al Bulletin WHO, 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan di rumah sakit (15%-30%). (Kemenkes,
Pedoman pengendalian ISPA).
B. LATAR BELAKANG
ISPA masih merupakan maslah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Keruak, hal
ini bisa debuktikan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat pertama 10 besar penyakit
di Puskesmas Keruak tahun 2015 ( laporan tahunan Puskesmas Keruak ).
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA/pneumoni di wilayah
kerja Puskesmas Keruak.
2) Tujuan Khusus
1. Petugas dapat mengetahui faktor-faktor penyebab angka kesakitan ISPA di
wilayah kerja Puskesmas Keruak.
2. Petugas dapat mencari alternative pemecahan masalah, langkah-langkah
pemecahan masalah dan prioritas pemecahan masalah pada kasus ISPA di wilayah
kerja Puskesmas Keruak.
D. BENTUK KEGIATAN
Pembinaan pelayanan posyandu ISPA meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
E. SASARAN
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat penderita ISPA, berusia semua umur lebih
khusus umur balita.
J. SUMBER BIAYA
Sumber biaya pelaksanaan Posbindu di Puskesmas Keruak dibebankan pada anggaran
BOK ( Bantuan Operasional Kesehatan ) Puskesmas Keruak.
A. PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak, insiden menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode
peranak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episodeperanak/tahun di negaa maju. Ini
menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia pertahun dimana 151 juta
episode (96,7%) terjadi di negara bekembang. Kasus terbanyak terjadi di daerah India (43
juta), Cina (21%) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-
masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat 7-13% kasus berat
dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 2-3 kali pertahun (Rudan et al Bulletin WHO, 2008). ISPA merupakan salah
satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan di rumah sakit
(15%-30%). (Kemenkes, Pedoman pengendalian ISPA).
B. LATAR BELAKANG
Hingga saat ini Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan
masalah masyarakat di Indonesia. Kematian pada balita (berdasarkan surfei kematian
balita tahu 2005) sebagian besar disebabkan karena pneumonia yaitu 23,6%.
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Tanda
dan gejalanya penyakit ISPA dapat berupa : batuk, kesukaran bernafas, sakit
tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam. Anak dengan batuk atau sukar bernafas
mungkin menderita pneumonia atau infeksi saluran pernafasan yang berat lainnya.
Petugas kesehatan dan juga kader perlu mengenal anak-anak yang sakit serius
dengan gejala batuk atau sukar bernafas yang membutuhkan pengobatan dengan
antibiotika, yaitu pneumonia (infeksi paru) yang ditandai dengan nafas cepat dan
mungkin juga tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Diharapkan dengan
meningkatnya pengetahuan kader tentang tanda dan gejala pneumonia, angka kematian
balita bisa diturunkan.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kelompok ibu balita di desa Keruak, di wilayah kerja Puskesmas
Keruak.
2) Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang ISPA.
b. Menekan angka kematian balita akibat ISPA dengan pneumonia.
D. BENTUK KEGIATAN
Penyuluhan dengan metode :
1.) Ceramah.
2.) Tanya jawab
E. SASARAN
Sasaran utama adalah kelompok kelompok ibu balita penderita ISPA, berusia semua
umur lebih khusus umur balita.
J. SUMBER BIAYA
Sumber biaya pelaksanaan Posbindu di Puskesmas Keruak dibebankan pada anggaran
BOK ( Bantuan Operasional Kesehatan ) Puskesmas Keruak.
A. PENDAHULUAN
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu di wujudkan sesuai
dengan cita- cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melaui
permbangunan Nasional yang berkesinambungan.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda yaitu
beban masalah penyakit menular dan penyakit degemeratif. Pemberantasan penyakit
menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah. Imunisaasi
merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain yang
terbukti sangan efektif.
B. LATAR BELAKANG
Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang terbukti sangan efektif , banyak
kecacatan dan kematian yang di sebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.Eradikasi polio secara global akan memberi keuntungan secara finansial.
Biaya jangka pendek yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan eradikasi tidak seberapa
dibanding dengan keuntungan jangka panjang yang akan didapatkan.Tidak ada lagi
anak anak yang cacat karena polio sehingga biaya yang akan di keluarkan untuk
rehabilitasi penderita polio dan biaya untuk imunisasi polio dapat dikurangi.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Tercapainya Eradikasi Polio didunia pada akhir tahun 2020
2) Tujuan khusus
1. Memastikan tingkat imunisasi terhadap polio di populasi cukup tinggi dengan
cakupan > 95%
2. Memberikan perlindungan secara optimal dan merata pada kelompok umur 0-
59 bulan terhadap kemungkinan munculnya kasus polio yang disebabkan oleh
virus polio liar.
F. SASARAN
Sasaran utama pelaksanaan PIN adalah bayi dan balita umur 0 s/d 59 bulan.
A. PENDAHULUAN
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan
sesuai dengan cita – cita bangsa indonesia sebgaimana dimaksud dalam UUD 1945
melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan.Pembangunan bidang
kesehatan di indonesia saat ini mempunyai beban ganda yaitu beban masalah penyakit
menular dan penyakit degenaratif. Pemberatasan penyakit menular sangat sulit karena
penyebarannya tidak mengenal batas wilayah. Imunisasi merupakan salah satu tindakan
pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat efektif.
B. LATAR BELAKANG
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti efektif
dan telah diselenggarakan di indonesia sejak tahun 1956. Dengan program ini indonesia
dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974, sejak tahun 1977 tercakup dalam
program pemberantasan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) yaitu
tuberkolusis, Dipteri, Pertusis , Campak , Polio, Tetanus, Hepatitis B serta pneumonia .
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi kedalam
penyelanggaraan pelayanan yang bermutu dan efisien, upaya tersebut didukung dengan
kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru. Perkembangan teknologi lain
adalah penggabungan beberapa vaksin yang dapat digabung sebagai vaksin kombinasi
yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan
kontak dengan petugas imunisasi.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian serta kecacatan akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
2) Tujuan Khusus
1. Tercapainya target UCI (Universal Child Imunisation) yaitu cakupan imunisasi
lengkap 80% bayi secara merata diseluruh desa.
2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
3. Eradikasi Polio tanpa pada tahun 2015
4. Tercapainya Eliminasi Campak tahun 2015
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis ( safety injektion practice and waste dysposal management).
E. SASARAN
Sasaran utam kegiatan imunisasi adalah bayi, balita, anak sekolah dan wanita usia subur
dan ibu hamil.
F. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan imunisasi di posyandu dilaksanakan sekali sebulan di 138 posyandu wilayah
kerja Puskesmas Keruak sementara di dalam gedung Puskesmas dilaksanakan setiap hari
juma’t untuk imunisasi bayi dan imunisasi TT untuk bumil dan WUS (Calon Pengantin)
dilaksanakan bila ada yang datang ke puskesmas.
2) Lintas Sektoral :
1. CAMAT : Memberikan masukan dan kebutuhan masyarakat akan
pelaksanaan kegiatan Imunisasi.
2. TP –PKK : Membina dan memberikan motivasi dan menggerakan seluruh
kader dalam pelaksanaan kegiatan Imunisasi pada bayi dan balita, Bumil dan
WUS.
3. KADES / KADUS : Memfasilitasi kegiatan pembangunan bidang kesehatan
di desa terutama dalam pelaksanaan imunisasi di Posyandu.
4. KADER : Membantu kegiatan puskesmas di masyarakat terutama dalam
pelaksanaan imunisasi di Posyandu.
J. SUMBER BIAYA
Sumber biaya pelaksanaan Posbindu di Puskesmas Keruak dibebankan pada
anggaran BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) Puskesmas Keruak.
Keruak, 3 Januari 2017
Kepala Puskesmas Keruak
KERANGKA ACUAN
ANALISIS PENGENDALIAN BAHAYA
PUSKESMAS KERUAK TAHUN 2017
A. PENDAHULUAN
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Undang –
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa
tempat kerja ialah tiang ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber – sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian – bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi
untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian.
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di
tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya – upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja
yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau
bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang
berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;
2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk
antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup
besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
B. LATAR BELAKANG
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan
kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten
yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus
penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi. Puskesmas merupakan
tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan pengunjung) dan orang-
orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunyai
resiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas
puskesmas tersebut
mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit menular, dengan
darah dan cairan tubuh maupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin dapat
berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS dan juga
potensial sebagai media penularan penyakit yang lain.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Mampu mencegah dan mengendalikan penyakit dan/atau cidera di Puskesmas Keruak
2) Tujuan Khusus
1. Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya
di Puskesmas Keruak.
2. Untuk mengadakan upaya – upaya pengendalian dalam rangka pencegahan
penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi di lingkungan kerja wilayah
Puskesmas Keruak
E. SASARAN
Seluruh kegiatan, pegawai serta sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Keruak.
G. SUMBER DANA
Dana BOK.
KERANGKA ACUAN
SOSIALISASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
PUSKESMAS KERUAK TAHUN 2017
A. PENDAHULUAN
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannyadalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup terutama kesehatan dankeselamatan di
tempat kerja sehingga dapat meningkatkan produksi danproduktivitas di perusahaan /
organisasinya.
Dalam rangka melindungi tenaga kerja terhadap sekian gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja serta untuk meningkatkan kesehatan tubuh,
kondisi mental rohani dan kemampuan fisik dari tenaga kerja maka perlu diadakan
pemeriksaan kesehatan yang terarah sehingga dapat dicapai derajat kesehatan dan
lingkungan kerja dalam taraf sebaik-baiknya
B. LATAR BELAKANG
Upaya Kesehatan Kerja meliputi sektor formal dan informal dan berlaku bagi
setiap pekerja yang berada dilingkungan tempat kerja untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mencegah timbulnya bahaya kesehatan,
berdasarkan Kepmenkes No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar. Menurut
International Labaou Organisation (ILO) diketahui bahwa 1,2 juta orang meninggal
setiap tahun karena kecelakaan atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK)
diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya.
Maka dari itu perlu diberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja
kepada masyarakat pekerja di wilayah kerja Puskesmas Terara dengan tujuan
meningkatkan kemampuan pekerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi
peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktifitas kerja.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Melindungi pekerja agar hidup sehat, produktif dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, para pekerja memperoleh
pelayanan kesehatan kerja yang terjangkau, dan untuk menambah pengetahuan para
kader kesehatan tentang kesehatan kerja serta memperluas jangkauan pelayanan
Puskesmas Keruak sebagai salah satu program pengembangan.
2) Tujuan khusus :
1. Untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pekerja terhadap risiko
dan bahaya akibat kerja.
2. Meningkatkan peran aktif masyarakat,kelompok masyarakat dalam bidang
kesehatan kerja.
3. Meningkatkan cakupan pelaporan kesehatan kerja
E. SASARAN
Semua pekerja yang bekerja di wilayah kerja Puskesmas Keruak termasuk polindes dan
pustu.
F. Sumber Dana
Dana BOK 2017
KERANGKA ACUAN
PENDATAAN POS UKK PUSKESMAS KERUAK
A. PENDAHULUAN
Upaya Kesehatan kerja meliputi sektor formal dan informal dan belaku bagi
setiap pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,mencegah timbulnya bahaya kesehatan,
berdasarkan Kepmenkes No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar. Menurut
international Labaour Organisation (ILO) diketahui blahwa 1,2 juta orang meninggal
setiap tahun karena kecelakaan atau penyakit akibat hubungan kerja
(PAHK),diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya.
B. LATAR BELAKANG
Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas ditujukan untuk
melindungi pekerja agarhidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya yang dimaksud meliputi pekerja
disektor fomal dan informal dan berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada
dilingkungan tempat kerja. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004
tentang kebijakan dasar puskesmas menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya termasuk upaya
kesehatan kerja.
Menurut International Labaour Organisation (ILO) diketahui bahwa 1,2 juta orang
meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja
(PAHK). Dari 250 juta kecelakaan, 3000.000 orang meninggal dan sisanya meninggal
karena PAHK oleh sebab itu diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya.
Melihat data tersebut maka sangat perlu diberikan perlindungan kesehatan dan
keselamatan kerja kepada masyarakat pekerja di wilayah kerja puskesmas dengan tujuan
meningkatkan kemampuan pekerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi
peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja . Adapun
sasaran dari program ini adalah pekerja di sektor kesehatan antara lain masyarakat
pekerja di puskesmas, balai pengobatan/poliklinik, laboraturium kesehatan, Pos Upaya
Kesehatan Kerja (Pos UKK), Jaringan dokter perusahaan bidang kesehatan kerja,
masyarakat pekerja diberbagai sektor pembangunan, dunia usaha dan lembaga swadaya
masyarakat.
Untuk menerapkan pelayanan kesehatan kerja di puskesmas, secara umum kita
dapat melihat langkah-langkah yang dapat diterapkan sebagaimana yang tertuang dalam
pedoman pelayanan kesehatan kerja yang meliputi perencanaan, pelaksanaaan dan
evaluasi serta memperhatikan aspek indikator yang harus dipenuhi. Strategi yang
dikembangkan adalah dengan cara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan
kesehatan puskesmas dan rujukan, dilakukan melalui pelayanan kesehatan paripurna,
yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Serta peningkatan pelayanan
kesehatan kerja dilaksanakan melalui peran serta aktif masyakarat khususnya
masyarakat pekerja.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui jumlah masyarakat pekerja di berbagai sektor pembangunan dan
dunia usaha dan koprasi usaha
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja dan jenis pekerjaan yang ada di wilayah
Puskesmas Keruak
2. Untuk mengetahui organisasi tenaga kerja yang ada dan dapat menunjang
pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja
D. SASARAN
Masyarakat yang memiliki usaha di wilayah kerja Puskesmas Keruak
H. PENDANAAN
Anggaran yang digunakan dalam kegiatan ini adalah menggunakan dana BOK 2017
A. PENDAHULUAN
Upaya Kesehatan kerja meliputi sektor formal dan informal dan belaku bagi
setiap pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,mencegah timbulnya bahaya kesehatan,
berdasarkan Kepmenkes No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar . menurut
international Labaour Organisation (ILO) diketahui blahwa 1,2 juta orang meninggal
setiap tahun karena kecelakaan atau penyakit akibat hubungan kerja
(PAHK),diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya.
B. LATAR BELAKANG
Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pada BAB XII Kesehatan Kerja Pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pekerja
dalam ayat tersebut termasuk tenaga kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, dan Poskesdes (Posyandu, Pos UKK, dan
lain-lain). Mengingat tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja dan
adanya amanat dalam Undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja ditempat kerja,
maka perlu dilaksanakannya upaya Kesehatan kerja di wilayah kerja Puskesmas. Bentuk
upaya kesehatan kerja puskesmas salah satunya adalah dibentuknya Pos Upaya
Kesehatan Kerja (Pos UKK) di daerah pemukiman penduduk atau di lokasi kelompok
pekerja.
Pos UKK merupakan bentuk upayakesehatan bersumberdaya masyarakat(UKBM)
yang memberikan pelayanankesehatan dasar (primary health care)bagi masyarakat
pekerja, terutamapekerja informal. Pos UKK diperlukanuntuk memberikan pelayanan
kesehatanyang meliputi peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit dan
pengobatansederhana bagi masyarakat pekerja yangberisiko terpajan oleh pekerjaan
danlingkungan kerja sehingga merekamampu menolong dirinya sendiri(Depkes RI,
2006).
Puskesmas Keruak , merupakanPuskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Lombok
Timur, yangtelah mampu membentuk/ membina PosUKK di wilayah kerjanya. Pos
UKKtersebut dibentuk pada tahun 2013 olehPuskesmas Keruak melaluimusyawarah
tingkat Desa.Berdasarkan hasil musyawarah tersebutterbentuklah 5 Pos UKK di
wilayahkerja Puskesmas Keruak dan memiliki 3 kader pos UKK
C. TUJUAN
1) TujuanUmum
Meningkatkan kemampuan pekerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi
peningkatan status kesehatan dan ahirnya peningkatan produktivitas kerja melalui
Upaya Kesehatan kerja.
2) TujuanKhusus
1. Untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pekerja terhadap risiko
dan bahaya akibat kerja.
2. Peningkatan pelayanan bagi tenaga pekerja informal dan keluarganya yang
belum terjangkau.
3. Meningkatkan kemitraan melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan
LSM dalam Upaya kesehatan
F. SASARAN
Sasaran adalah setiap pekerja yang menjadi anggota kelompok pos UKK.
KERANGKA ACUAN
PEMBENTUKAN POS UKK
A. PENDAHULUAN
Pembentukan pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) tidak biasa di pandang sebelah
mata. Bentuk pemberdayaan masyarakat di kelompok pekerja informal,utamanya adalah
sebagian tindakan proventif melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang di akibatkan oleh pekerja. Prinsip pos
UKK adalah sebagian tindakan proventif melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang di akibatkan oleh pekerja.
Prinsippos UKK adalah: dari,oleh,danuntukkelompokpekerja informal di masyarakat.
B. LATAR BELAKANG
Wadah pelayanan kesehatan kerja yang berada di tempat kerja dan di kelola oleh
pekerja itu sendiri ( kader ) yang berkoordinasi dengan Puskesmas sebagai Pembina
dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja untuk meningkatkan produktivitas
kerjanya (Kepmenkes RI No.1758/Menkes/SK/XII /2003 tentang standar pelayanan
kesehatan kerja dasar).
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Mengupgrade pengetahuan pekerja tentang kesehatan kerja dan kemampuan
pekerja dalam menolong diri sendiri , selain itu, pelayanan kesehatan kerja oleh
kader,pekerja dan tenaga kesehatan, serta munculnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan
pekerja terhadap resiko dan bahaya akibat pekerjaannya.
2) Tujuan Khusus
1. Menambah Pengetahuan pekerja tentang kesehatan Kerja
2. Menambah kemampuan pekerja menolong diri sendiri
3. Menambah Pelayanan kesehatan kerja oleh kader,pekerja dan tenaga kesehatan
4. Menambah Dukungan pengambilan kebijakan
5. Menambah peranaktif LP/LS dalam penyelenggaraan pos UKK
F. SASARAN
Masyarakat Pemilik Kelompok Kerja
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatanmerupakanbagian integral daripembangunannasional yang
bertujuanuntukmeningkatkankesadaran,
kemauandankemampuanmasyarakatuntukhidupsehatsehinggaterwujudderajatkesehatan yang
optimal.Keberhasilanpembangunankesehatanberperanpentingdalammeningkatkankualitassu
mberdayamanusia (SDM).Inderapenglihatansangatmenentukankualitassumberdayamanusia,
karena 83 % informasisehari-harimasuknyamelaluijalurpenglihatan, melaluipendengaran 11
%, penciuman 3,5 %, peraba 1,5 %, danpengecap 1,0 %.
Dari hasil survey KesehatanInderaPenglihatandanPendengarantahun 1993-1996 yang
dilakukan di 8 Provinsimenunjukkanbahwaprevalensikebutaan di Indonesia 1,5 %. Menurut
WHO prevalensikebutaan yang melebihi 1 %
bukanhanyamasalahmedissajatetapisudahmerupakanmasalah sosial yang
perluditanganisecaralintas program dan lintas sektor. Penyebabutamakebutaanadalahkatarak
(0,78%), glaucoma (0,20%), kelainanrefraksi (0,14%), danpenyakit-penyakit lain yang
berhubungandenganusialanjut (0,38%).
Dalamrangkamenurunkanangkakebutaanini, WHO telahmencanangkan program
Vision 2020: The Right to Sightpadatanggal 30 September 1999, yang
kemudianditindaklanjutidengan pencananganVision 2020: The Right to Sight di Indonesia
padatanggal 15 Februari 2000 olehIbu Megawati Soekarnoputri. Dalamsidang world Health
Assembly ke 59 di Geneva, Mei 2006
dibahasberbagaipentingdiantaranyapemberantasankebutaan yang
masihmenjadimasalahdunia, denganpenyebabterbanyakadalahkatarakdan trachoma. Di
Indonesia xeroftalmiamasihmenjadipenyebabkebutaan yang disebabkankekurangan vitamin
A.
Sebagaitindaklanjutataspencanangan Vision 2020
iniDepartemenKesehatantelahmenyusunkebijakan-kebijakan di
bidangKesehatanInderaPenglihatanyaitu:
RencanaStrategiNasionalPenanggulanganGangguanPenglihatandanKebutaan (Renstranas
PGPK) untukmencapai Vision 2020
danPedomanManajemenKesehatanInderaPenglihatandanPendengaran.
Kegiatanpenanggulangangangguanpenglihatandankebutaan di ProvinsidanKabupaten/Kota
akandifokuskanpada 4 penyebabutamakebutaanyaitukatarak, kelainanrefraksi, xeroftalmia,
dan glaucoma. Namundemikianadanya focus
penanggulangantersebuttidakmenutupkemungkinanuntukmengangkatpenyebabkebutaan
yang spesifik yang ada di wilayahtersebut.
KegiatanpelayanankesehatanInderadilaksanakanolehPuskesmassebagaisaranapelayanankese
hatan strata pertamadanBalaiKesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/
BalaiKesehatanInderaMasyarakat (BKIM) danRumahSakitUmum (RSU)
sebagaisaranarujukan.
Puskesmasadalah unit pelaksanateknisDinasKesehatanKabupaten/Kota yang
menyelenggarakanpembangunankesehatan di suatuwilayahkerjadanmempunyaifunsisebagai
1) Penggerakpembangunanberwawasankesehatan, 2) Pusatpemberdayaanmasyarakatdan 3)
Pusatpelayanankesehatan strata pertama yang
meliputipelayanankesehatanperorangandanpelayanankesehatanmasyarakat.
DalammencapaiVisi: KecamatanSehat,
Puskesmasmenyelenggarakanupayakesehatanwajibyaituupayapromosikesehatan,
kesehatanlingkungan, kesehatanibudananakserta KB, upayaperbaikangizimasyarakat,
pencegahandanpemberantasanpenyakitmenularsertaupayapengobatan.
Selainitusesuaidenganmasalahdaerahsetempatdapatdilaksanakanupayakesehatanpengembang
an.KesehatanInderaPenglihatantermasukdalamupayakesehatanpengembanganPuskesmas
yang dapatdiintegrasikandenganupayakesehatanlainnya.
Agar pelayanankesehatanmatainidapatdikelolabaikdariaspekmanajemen di
tingkatPuskesmasmaupunaspekpelayanankepadamasyarakat yang mencakuppromotif,
preventif, dankuratif, makadiperlukansuatupedomanpelayanankesehatanInderaPenglihatan
di Puskesmas.
PedomaniniakanmenjadiacuanbagipetugasPuskesmasdalampelaksanaandanpengembanganpe
layanankesehatanmata di wilayahkerjaPuskesmas.
B. TUJUAN
1. TujuanUmum
MeningkatkanderajatkesehatanInderaPenglihatanmasyarakat di
wilayahkerjaPuskesmasKeruak.
2. TujuanKhusus
a. Menungkatmyapengetahuandanketrampilanpetugaskesehtandankader.
b. Meningkatnyakesadaran,
sikapdanperilakumasyarakatuntukmemeliharakesehatandalammenanggulangiganggu
anpenglihatandankebutaan.
c. MeningkatnyajangkauanpelayananKesehatanInderaPenglihatankepadamasyarakat.
d. MeningkatnyacakupanpelayananKesehatanInderaPenglihatanmasyarakatmelaluidete
ksidini.
C. SASARAN
1. Sasaran Primer:
1. Bayi
2. Balita
3. Anakusiasekolah/remaja
4. Usiaproduktif
5. Usialanjut
2. SasaranSekunder:
1. Tenagakesehatan
2. Kader
3. Tokohmasyarakat, dll
D. PERENCANAAN KEGIATAN
Puskesmas yang akanmengembangkanUpayaKesehatanInderaPenglihatanmempersiapkan;
1) Sumberdaya yang ada:
1. Tenaga yang terlibat:
a. Dokter, perawatdantenagamedislainnya
b. Kader, guru sekolahdantokohmasyarakat
c. Tenagarefraksionis
d. SurveiMawasDiri (SMD) danMusyawarahMasyarakatDesa (MMD)
2) Saranadanprasarana
3) Dana
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
1) Sosialisasi
2) Pelatihan
3) PelayananKesehatanInderaPenglihatan di Puskesmas:
1. Pelayanan di dalamgedungPuskesmas, berupa:
a. PenyuluhankesehatanInderaPenglihatan
b. Penjaringankasus-
kasuspenyakitmatadankebutaansertagangguanfungsipenglihatanmelaluirawatjala
npengobatan
c. PemeriksaandantindakanmedispelayanankesehatanInderaPenglihatan Primer
d. Rujukankasus-kasuspenyakitmata
2. Pelayanan di luargedungPuskesmas
KegiatanPelayananKesehatanInderaPenglihatantersebutadalah:
a. Penyuluhankesehatankepadamasyarakatanaksekolah, kelompokpekerja non
formal, dan lain-lain
b. Penjaringankasus-kasusgangguanpenglihatandankebutaanolehkader, guru UKS,
danpetugaskesehatan
c. Pemberiankapsul vitamin A 2x dalamsetahun vitamin A padabalita 6-11 bulan
(100.000 IU/kapsulbiru), balita 1-5 tahun (200.000 IU/kapsulmerah.
Sedangpadaibunifas(< 42 haridiberikan 200.000 IU)
d. Pengobatankasus-
kasuspenyakitmatasertapertolonganpertamapadakedaruratanmatadapatdilakukano
lehdokterPuskesmasatautengaperawatPuskesmasdenganbimbingandokterPuskes
mas
e. RujukankasuskePuskesmas
4) Pembinaanperansertamasyarakat
a. Pemberdayaanmasyarakat
b. PromosiKesehatanInderaPenglihatan
c. BinaSuasana
5) Advokasi
G. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pelaksanaankegiatanharusdiikutidenganpemantauansecaraberkalauntukmelakukantel
aahanpenyelenggaraankegiatandanhasil yang
telahdicapai.Telaahanbulananterhadappenyelenggaraankegiatandanhasil yang
telahdicapaiPuskesmasdibandingkandenganrencanakegiatandanstandarpelayanan.Kesimpula
ndirumuskandalambentukkinerjaPuskesmas yang terdiridaricakupan,
mutudanbiayasertamasalahdanhambatan yang
ditemukanpadawaktupenyelenggaraankegiatan.
TelahaanbulananinidilakukandalamLokakarya Mini
BulananPuskesmas.Sebagaitindaklanjutpemantauaninidirumuskanupayapemecahanmasalahd
andiuraikandalambentukrencanakegiatanbulanan/triwulan yang akandatang.
Padaakhirtahunsaatmengadakanevaluasikegiatan.
H. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatandanpelaporanterdiridari 3 komponen,
yaitukomponeninformasimelaluikegiatanpencatatan, komponenpelaporan,
dankomponenanalisisdanevaluasi.
1. Pencatatan Program KesehatanInderaPenglihatan
2. Pelaporan Program KesehatanInderaPenglihatan
3. AnalisisdanEvaluasi
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KERUAK
Jln. Pancor-Keruak KM 23 Kec.Keruak Kab Lombok Timur Kode Pos.83672
KERANGKA ACUAN
ORIENTASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
PUSKESMAS KERUAK TAHUN 2017
A. PENDAHULUAN
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup terutama kesehatan dan keselamatan di
tempat kerja sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas di perusahaan /
organisasinya.
Dalam rangka melindungi tenaga kerja terhadap sekian gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja serta untuk meningkatkan kesehatan tubuh,
kondisi mental rohani dan kemampuan fisik dari tenaga kerja maka perlu diadakan
pemeriksaan kesehatan yang terarah sehingga dapat dicapai derajat kesehatan dan
lingkungan kerja dalam taraf sebaik-baiknya
B. LATAR BELAKANG
Upaya Kesehatan Kerja meliputi sektor formal dan informal dan berlaku bagi setiap
pekerja yang berada dilingkungan tempat kerja untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, mencegah timbulnya bahaya kesehatan, berdasarkan Kepmenkes No.
128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar. Menurut International Labaou
Organisation (ILO) diketahui bahwa 1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena
kecelakaan atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK) diperkirakan ada 160 juta PAHK
baru setiap tahunnya.
Maka dari itu perlu diberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja kepada
masyarakat pekerja di wilayah kerja Puskesmas keruak dengan tujuan meningkatkan
kemampuan pekerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status
kesehatan dan akhirnya peningkatan produktifitas kerja.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Melindungi pekerja agar hidup sehat, produktif dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, para pekerja memperoleh
pelayanan kesehatan kerja yang terjangkau, dan untuk menambah pengetahuan para
kader kesehatan tentang kesehatankerja serta memperluas jangkauan pelayanan
Puskesmas Keruak sebagai salah satu program pengembangan.
2) Tujuan khusus :
1. Untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pekerja terhadap risiko dan
bahaya akibat kerja.
2. Meningkatkan peran aktif masyarakat,kelompok masyarakat dalam bidang kesehatan
kerja.
3. Meningkatkan cakupan pelaporan kesehatan kerja
E. SASARAN
Semua staf Puskesmas Keruak
F. SUMBER DANA
Dana BOK 2017
KERANGKA ACUAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
PUSKESMAS KERUAK TAHUN 2017
A. PENDAHULUAN
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.
B. LATAR BELAKANG
Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerja. Upaya yang dimaksud meliputi pekerja disektor fomal dan
informal dan berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada dilingkungan tempat
kerja. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya termasuk upaya kesehatan kerja.
Menurut International Labaour Organisation (ILO) diketahui bahwa 1,2 juta orang
meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja
(PAHK). Dari 250 juta kecelakaan, 3000.000 orang meninggal dan sisanya meninggal
karena PAHK oleh sebab itu diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya. Melihat
data tersebut maka sangat perlu diberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja
kepada masyarakat pekerja di wilayah kerja puskesmas dengan tujuan meningkatkan
kemampuan pekerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status
kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja . Adapun sasaran dari program ini
adalah pekerja di sektor kesehatan antara lain masyarakat pekerja di puskesmas, balai
pengobatan/poliklinik, laboraturium kesehatan, Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK),
Jaringan dokter perusahaan bidang kesehatan kerja, masyarakat pekerja diberbagai sektor
pembangunan, dunia usaha dan lembaga swadaya masyarakat.
Untuk menerapkan pelayanan kesehatan kerja di puskesmas, secara umum kita dapat
melihat langkah-langkah yang dapat diterapkan sebagaimana yang tertuang dalam pedoman
pelayanan kesehatan kerja yang meliputi perencanaan, pelaksanaaan dan evaluasi serta
memperhatikan aspek indikator yang harus dipenuhi. Strategi yang dikembangkan adalah
dengan cara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan puskesmas dan
rujukan, dilakukan melalui pelayanan kesehatan paripurna, yang meliputi upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Serta peningkatan pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan melalui peran serta
aktif masyakarat khususnya masyarakat pekerja.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, sehingga menjadi
pekerja sehat, selamat, produktif dan sejahtera.
2) Tujuan khusus :
1. Memberi bantuan kepada tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan.
4. Memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi (Corie Catarina, 2009).
D. TATA PENYELENGGARAAN
1. Upaya kesehatan kerja bagi pekerja dan keluarganya dikembangkan secara terpadu
dan menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan Puskesmas dan rujukan.
2. Upaya kesehatan kerja dilakukan melalui pelayanan kesehatan paripurna, yang
meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan melalui peran serta aktif
masyarakat dengan menggunakan pendekatan PKMD.
A. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang telah mencanangkan diri untuk memusatkan
perhatian pada masalah kebutaan melalui komitmennya terhadap VISION 2020 ‘The
Global Initiative for The Elimination of Avoidable Blindness’. Prevalensi kebutaan di
Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu 1,5% dengan 52% dari
jumlah tersebut (0,78%) disebabkan oleh katarak. Dalam kaitan dengan kelompok usia,
yaitu 20/1000 pada kelompok usia 45 – 59 tahun, dan tertinggi (50/1000) pada kelompok
usia >60 tahun. Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 melaporkan bahwa pada tahun
2025, jumlah penduduk lelompok usia >55 tahun diperkirakan akan meningkat menjadi
61 juta, yaitu sekitar seperempat keseluruhan penduduk Indonesia. Dengan adanya
kasusu – kasus lama yang belum tertangani akibat rendahnya tingkat operasi katarak di
Indonesia, ditambah dengan peningkatan kasus baru sebanyak 0,1% (240.000 kasus baru)
setiap tahun, akan terus terjadi penumpukan kasus katarak antara kasus – kasus lama dan
penambahan kasus – kasus baru sehingga terjadi apa yang dikenal sebagai backlog
katarak.
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan
yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus
dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam
prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantungpada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim
kesehatan yang terkait di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif. Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
B. LATAR BELAKANG
Hal yang patut disadari adalah bahwa kebutaan bukan hanya merupakan beban
pribadi penderita tetapi juga beban bagi orang – orang di sekeliling penderita yang
menjadi caregiver penderita. Kondisi ini memberi dampak buruk terhadap produktivitas,
kualitas hidup serta kesejahteraan baik individu maupun keluarga dan dalam lingkup
lebih
besar, komunitas dan negara. Oleh karena itu, selain sebagai masalah kesehatan
masyarakat (public health), kebutaan dan gangguan penglihatan juga sudah menjadi
masalah sosial ekonomi yang harus diatasi secara sungguh – sungguh guna memutus
rantai kebutaan kemiskinan, dan memperoleh kembali sumber daya manusia yang hilang.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar diketahui secara dini kelainan mata khususnya vis
2. Tujuan Khusus
a. Agar masyarakat tidak terganggu karena belum paham akan kekurangannya.
b. Untuk mengetahui tingkat prevalensi kecendrungan myopia (rabun jauh).
F. SASARAN
Semua orang (dewasa & anak – anak) yang datang posyandu.
A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan
kesehatan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Indera penglihatan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, karena 83 %
informasi sehari-hari masuknya melalui jalur penglihatan, melalui pendengaran 11 %,
penciuman 3,5 %, peraba 1,5 %, dan pengecap 1,0 %.
Dari hasil survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996
yang dilakukan di 8 Provinsi menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia 1,5 %.
Menurut WHO prevalensi kebutaan yang melebihi 1 % bukan hanya masalah medis saja
tetapi sudah merupakan maslah social yang petlu ditangani secara lintas program dan lintas
sector. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaucoma (0,20%), kelainan
refraksi (0,14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%).
B. LATAR BELAKANG
Dalam rangka menurunkan angka kebutaan ini, WHO telah mencanangkan program
Vision 2020: The Right to Sight pada tanggal 30 September 1999, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan pencanangan Vision 2020: The Right to Sight di Indonesia pada
tanggal 15 Februari 2000 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri. Dalam sidang world Health
Assembly ke 59 di Geneva, Mei 2006 dibahas berbagai isu penting diantaranya
pemberantasan kebutaan yang masih menjadi masalah dunia, dengan penyebab terbanyak
adalah katarak dan trachoma. Di Indonesia xeroftalmia masih menjadi penyebab kebutaan
yang disebabkan kekurangan vitamin A.
Sebagai tindak lanjut atas pencanangan Vision 2020 ini Departemen Kesehatan telah
menyusun kebijakan-kebijakan di bidang Kesehatan Indera Penglihatan yaitu: Rencana
Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK)
untuk mencapai Vision 2020 dan Pedoman Manajemen Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran. Kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota akan difokuskan pada 4 penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan
refraksi, xeroftalmia, dan glaucoma. Namun demikian adanya focus penanggulangan
tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat penyebab kebutaan yang spesifik
yang ada di wilayah tersebut. Kegiatan pelayanan kesehatan Indera dilaksanakan oleh
Puskesmas
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat
(BKMM)/ Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) dan Rumah Sakit Umum (RSU)
sebagai sarana rujukan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan mempunyai funsi
sebagai 1) Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2) Pusat pemberdayaan
masyarakat dan 3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mencapai Visi:
Kecamatan Sehat, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan wajib yaitu upaya
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta KB, upaya
perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya
pengobatan. Selain itu sesuai dengan masalah daerah setempat dapat dilaksanakan upaya
kesehatan pengembangan. Kesehatan Indera Penglihatan termasuk dalam upaya kesehatan
pengembangan Puskesmas yang dapat diintegrasikan dengan upaya kesehatan lainnya.
Agar pelayanan kesehatan mata ini dapat dikelola baik dari aspek manajemen di
tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakat yang mencakup promotif,
preventif, dan kuratif, maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan Indera
Penglihatan di Puskesmas. Pedoman ini akan menjadi acuan bagi petugas Puskesmas dalam
pelaksanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan mata di wilayah kerja Puskesmas.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan Indera Penglihatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Keruak.
2) Tujuan Khusus
1. Menungkatmya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehtan dan kader.
2. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara
kesehatan dalam menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan kepada
masyarakat.
4. Meningkatnya cakupan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan masyarakat
melalui deteksi dini.
D. SASARAN
1) Sasaran Primer:
1. Bayi
2. Balita
3. Anak usia sekolah/remaja
4. Usia produktif
5. Usia lanjut
2) Sasaran Sekunder:
1. Tenaga kesehatan
2. Kader
3. Tokoh masyarakat, dll
E. PERENCANAAN KEGIATAN
Puskesmas yang akan mengembangkan Upaya Kesehatan Indera Penglihatan
mempersiapkan;
1) Sumber daya yang ada:
1. Tenaga yang terlibat:
a. Dokter, perawat dan tenaga medis lainnya
b. Kader, guru sekolah dan tokoh masyarakat
c. Tenaga refraksionis
d. Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
2) Sarana dan prasarana
3) Dana
G. PELAKSANAAN KEGIATAN
1) Sosialisasi
2) Pelatihan
3) Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas:
1. Pelayanan di dalam gedung Puskesmas, berupa:
a. Penyuluhan kesehatan Indera Penglihatan
b. Penjaringan kasus-kasus penyakit mata dan kebutaan serta gangguan fungsi
penglihatan melalui rawat jalan pengobatan
c. Pemeriksaan dan tindakan medis pelayanan kesehatan Indera Penglihatan Primer
d. Rujukan kasus-kasus penyakit mata
2. Pelayanan di luar gedung Puskesmas
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan tersebut adalah:
a. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat anak sekolah, kelompok pekerja non
formal, dan lain-lain
b. Penjaringan kasus-kasus gangguan penglihatan dan kebutaan oleh kader, guru
UKS, dan petugas kesehatan
c. Pemberian kapsul vitamin A 2x dalam setahun vitamin A pada balita 6-11 bulan
(100.000 IU/kapsul biru), balita 1-5 tahun (200.000 IU/kapsul merah. Sedang
pada ibu nifas(< 42 hari diberikan 200.000 IU)
d. Pengobatan kasus-kasus penyakit mata serta pertolongan pertama pada
kedaruratan mata dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas atau tenga perawat
Puskesmas dengan bimbingan dokter Puskesmas
e. Rujukan kasus ke Puskesmas
4) Pembinaan peran serta masyarakat
a. Pemberdayaan masyarakat
b. Promosi Kesehatan Indera Penglihatan
c. Bina Suasana
5) Advokasi
KERANGKA ACUAN
KUNJUNGAN NEONATAL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERUAK
A. PENDAHULUAN
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur
satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali.Dengan terpisahnya bayi
dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik..
B. LATAR BELAKANG
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau
kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan
anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun
sesudah lahir.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada
masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan.
Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang
kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan
mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. BBLR
2. asfiksia neonatorum
3. sindrom, gangguan pernafasan
4. ikterus
5. perdarahan tali pusat
6. kejang
7. hypotermi
8. hypertermi
9. hypoglikemi
10 tetanus neonatorum.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pemantauan bayi dengan resiko
tinggi , menilai dan meningkatkan kemampuan ibu dan keluarga dalam merawat
bayi dengan resiko tinggi sehingga bayi mendapatkan perawatan dengan Optimal.
2. Tujuan Khusus
1. Menurunkan angka kematian bayi dan balita
2. Ibu dan keluarga menjadi trampil merawat bayi
E. SASARAN
Neonatal umur 0-28 hari.
F. JADWAL PELAKSANAAN
Kunjungan dilakukan setiap bulan pada Tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Keruak
dengan jadwal sebagai berikut :
Kunjungan Neonatal I (KN1) dilakukan saat usia 6 jam - 48 jam
Kunjungan Neonatal II (KN2) dilakukan saat usia 3 hari - 7 hari
Kunjungan Neonatal III (KN3) dilakukan saat usia 8 - 28 hari
G. PERAN LINTAS PROGRAM DAN SEKTORAL
1) Peran lintas program
1. PROMKES : Memberikan Informasi kepada Masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan Ibu dan Anak.
2. GIZI : Bersama-sama menyusun rencana untuk meningkatkan status Gizi bayi
KEK dan Penanganan Anemia, pemantauan IMD, ASI eksklusif, BGM dan gizi
buruk.
3. IMUNISASI : Melakukan Imunisasi TT pada bayi.
2) Peran lintas Sektoral
1. TP-PKK : Motivasi dan Promotor dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga
KIA.
2. KEPALA DESA / KADUS : Koordinator, Motivator, dan Promotor, Fasilitator,
penanggung jawab pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh di wilayah
desa khususnya di bidang KIA.
3. KADER : Memotivasi ibu hamil, ibu nifas, PUS/WUS dalam KIA serta
pendataan, analisa data, informasi data, penyuluhan di posyandu, kunjungan
rumah dan evaluasi tentang KIA.
4. PKH : Berperan serta dalam bidang kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak.
KERANGKA ACUAN
KUNJUNGAN NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERUAK
A. PENDAHULUAN
Dari tahun ke tahun, secara nasional, akses dan kualitas terhadap pelayanan
kesehatan ibu cenderung semakin membaik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
cakupan pelayanan kesehatan ibu dari hasil Riskesdas 2010 dan 2013. Cakupan ibu hamil
yang memperoleh pelayanan antenatal telah meningkat dari 92,7% pada tahun 2010
menjadi 95,2% pada tahun 2013. Cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan
juga meningkat dari 79,0% pada tahun 2010 menjadi 86,9% pada tahun 2013.
Walaupun demikian, Indonesia masih menghadapi tantangan besar, yaitu
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) Tahun 2012 menunjukkan AKI di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan kondisi pada
tahun 1990 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, maka terlihat AKI sudah berhasil
kita turunkan. Namun, target MDG tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup
diperkirakan sulit tercapai tanpa kerja ekstra keras.
RAN PP AKI menekankan 3 (tiga) tantangan utama yang dihadapi Indonesia
dalam upaya mempercepat penurunan AKI, yaitu 1) Akses masyarakat ke fasilitas
pelayanan kesehatan sudah membaik, tetapi cakupan dan kualitas belum optimal, 2)
Terbatasnya ketersediaan sumber daya strategis untuk kesehatan ibu dan neonatal, dan 3)
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu masih cukup rendah.
B. LATAR BELAKANG
Lebih lanjut, kepatuhan terhadap prosedur antenatal care rata-rata hanya 75%.
Padahal pada antenatal inilah dapat mendeteksi resiko dan komplikasi pada ibu hamil,
yang bila tidak ditata laksana dengan baik dapat menjadi komplikasi pada masa
persalinan dan nifas yang merupakan kasus komplikasi kebidanan. Belum optimalnya
kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil juga tercermin dari kepatuhan dalam pengisian
pencatatan yang hanya 80%. Kartu ibu merupakan instrumen dasar dalam pemantauan
ketat proses kehamilan dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan dalam tata
laksana rujukan.Kajian Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu ini menghasilkan beberapa
rekomendasi, di antaranya: 1) Meningkatkan kepatuhan terhadap standar yang
ditetapkan melalui penguatan supervisi (continuous quality assurance), 2)Memperkuat
pendidikan kepada petugas kesehatan utamanya bidan agar mampu melakukan tindakan
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar di Puskesmas
2. Tujuan Khusus:
a. Disosialisasikannya kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu dan Kebijakan Daerah di Kabupaten Lotim
b. Dipahaminya proses penanganan kehamilan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas
c. Dipahaminya prosedur standar pelayanan Antenatal care oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas
E. SASARAN
Ibu hamil yang sudah melahirkan dari 2 hari sampai 42 hari pasca melahirkan
D. JADWAL PELAKSANAAN
Kunjungan dilaksanakan setiap bulan pada tahun 2016 di rumah pasien di wilayah kerja
Puskesmas Keruak dengan jadwal sebagai berikut :
Kunjungan Nifas I (KF1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah
melahirkan.
KERANGKA ACUAN
PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN
KOMPLIKASI(P4K)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERUAK
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka pencapaian target sasaran rencana pembangunan jangka menengah
bidang kesehatan (RPJMN-KN) 2004-2009 yaitu AKI 226/100.000 KH, dan target
pencapaian Millenium Development Golals (MDG’s), yaitu AKI menjadi 102/100.000
KH pada tahun 2015, perlu dilakukan upaya terobosan yang efektif dan
berkesinambungan.
Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung, yaitu
perdarahan, infeksi, eklamsi, persalinan lama dan abortus komplikasi abortus. Di samping
itu, kematian ibu juga dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, kedudukan dan peran perempuan, faktor sosial budaya serta faktor
transportasi, yang kesemuanya berpengaruh pada munculnya dua keadaan yang tidak
menguntungkan, yaitu : (1) Tiga Terlambat (terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat
mendapatkan pelayanan fasilitas kesehatan); (2) Empat Terlalu (terlalu muda melahirkan,
terlalu sering melahirkan, terlali rapat jarak melahirkan, dan terlalu tua untuk
melahirkan). Mengingat penyebab dan latarbelakang kematian ibu yang sangat kompleks
dan menyangkut bidang-bidang yang ditangani oleh sektor, baik di lingkungan
pemerintah maupun swasta, maka upaya percepatan penurunan AKI memerlukan
penanganan yang menyeluruh terhadap masalah yang ada dengan melibatkan sektor
terkait.
B. LATAR BELAKANG
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, telah dilakukan upaya percepatan
penurunan AKI. Pada tahun 2000 Departemen Kesehatan telah mencanangkan Strategi
Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan strategi terfokus dalam penyediaan dan
pemantapan pelayanan kesehatan, dengan 3(tiga) pesan kunci MPS, yaitu: (1) setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) setiap komplikasi obstetri dan
neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan (3) setiap wanita usia subur mempunyai
akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran. Upaya penceptan penurunan AKI tersebut dilaksanakan melalui empat
strategi, yaitu: (1) peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatatan ibu dan bayi, (2)
Kerjasama lintasan program, lintasan sektor terkait dan masyarakat termasuk swasta, (3)
Pemberdayaan perempuan, keluarga dan pemberdayaan masyarakat, dan (4)
meningkatkan survailance, monotoring-evaluasi KIA dan pembiayaan.
Berbagai upaya peningkatan mutu pelayanan dan pengelolaan manajemen
progranm KIA bersama dengan program terkait dan lembaga internasional telah
dilaksanakan, namun masih perlu adanya peningkatan keterlibatan masyarakat dalam
perhatian dan pemeliharaan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Seperti diketahui bersama
bahwa di tingkat masyarakat masalah keterlambatan, utamanya terlambat mengenali
tanda bahaya dan pengambilan keputusan, serta masalah 4 terlalu, masih dilator
belakangi oleh rendahnya pengetahuan dan kondisi ketidakadilan dan ketidaksetaraan
gender. Di masyarakat kita, seringkali perempuan tidak mempunyai akses dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan dan kewenangan untuk memutuskan masalah
kesehatannya sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut dan sesuai dengan strategi MPS,
upaya percepatan angka kematian ibu diperlukan adanya dukungan lintas sektor dalam
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat dalam perencanaan persalinan dan
kesiagaan dalam menghadapi komplikasi obstetri dan neonatal.
Pada tahun 2007 menteri kesehatan menerangkan P4K (program perencanaan dan
pencegahan komplikasi) dengan stiker yang merupakan “upaya terobosan” dalam
percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan
peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang
membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan
tindak dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
Dari pengalaman lapangan, ditemukan bahwa kemampuan dalam berkomunikasi
merupakan kunci keberhasilan untuk dapat membangun kepercayaan masyarakat
terhadap bidan. Dalam P4K dengan Stiker bidan diharapkan berperan sebagai fasilitator
dan dapat membangun komunikasi persuasif dan setara di wilayah kerjanya agar dapat
terwujud kerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Melalui P4K dengan Stiker, masyarakat diharapakan dapat mengembangkan
norma sosial bahwa cara yang aman untuk menyelamatkan ibu hamil-bersalin-nifas dan
bayi lahir ke bidan dengan memeriksakan kehamilan, bersalin, perwatan nifas, dan
perawatan bayi baru lahir ke bidan atau tenaga kesehatan terampil di bidang kebidanan,
sehingga kelak dapat mencapai dan mewujudkan Visi Departemen Kesehatan, yaitu
“Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir
melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya
kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K disetiap rumah ibu hamil
yang memuat informasi tentang : lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil,
taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat
persalinan, calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.
b. Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB passca persalinan
yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
c. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi
selama, hamil, bersalin maupun nifas.
d. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal,
dukun/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat dalam
perencanaan persalinandan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB pasca
salin sesuai dengan perannya masing-masing
D. SASARAN
Ibu hamil.
G. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan setiap 1 bulan / kali
KERANGKA ACUAN
PROGRAM CACING
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERUAK
A. PENDAHULUAN
Cacingan umumnya terdapat di daerah tropis dan sub tropis di Negara
berkembang termasuk Indonesia. Akibat yang ditimbulkan cacingan antara lain gangguan
perkembangan fisik, intelektual, perkembangan kognitif dan malnutrisi. WHO
memperkirakan 42% sasaran beresiko cacingan di dunia berada di regional Asia
Tenggara (Data 2009). Gambaran Epidemiologi cacingan di Indonesia menuunjukkan
penularan masih terjadi di pedesaan mauun perkotaaan. Untuk mengakselerasi
pengendalian kecacingan WHO dalam roadmapnya menetapkan target cakupan
pemberian obat cacing minimal 75% pada populasi beresiko. Kementerian RI telah
menetapkan tujuan program pengendalian kecacingan pada usia anak sekoah dan anak
balita sehingga menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi masaalah kesehatan di
masyarakat. Sampai saai ini pemberian obat cacing di Indonesia belum mencapai target
yang ditetapkan WHO yaitu 775% dari sasaran. Oleh karena itu perlu adanya program
kecacingan yang terintegrasi dengan kegiatan pemberian vitamin A dan UKS melalui
penjaringan anak SD. Saat ini kementerian RI menggunakan Albendazole 400mg sebagai
obat program pengendalian kecacingan, karena obat ini relative aman, pemberian dosis
tunggal, tidak mahal, dan mudah dalam pendistribusian
B. LATAR BELAKANG
Penyakit kecacingan merupakan salah satu diantara banyak penyakit yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Cacingan ini dapat
mengakibatkan menurunnyakondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, kehilangan darah
serta kehilangan karbohidrat dan protein, sehingga menurunkan kualitas sumber daya
manusia. Berdasarkan data dari WHO tahun 2006 mengatakan bahwa kejadian
penyakit kecacingan di dunia masih tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing
Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing trichuris trichiura dan 740 juta
orang terinfeksi cacing tambang (hookworm). Prevalensi kecacingan di Indonesia pada
umumnya masih sangat tinggi, terumtama pada golongan penduduk yang kurang
mampu mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit ini. Manusia merupakan hospes
defenitif beberapa nematode usus (cacing perut), yang dapat mengakibatkan masalah
bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah spesies yang
ditularkan melalui tanah (soil transmitted hrelminths). Di antara caacing tersebut
adalah cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma
duedenale dan Necator Americanus) dan cacng cambuk (Trichuris trichiura).
Jenis cacing tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Pada
umumnya teur cacing bertahan pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur yang
efektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya.
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberdayakan individu, kelompok
dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan, melalui
peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan, serta mengembangkan iklim
yang mendukung, yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan
sosial budaya dan kondisi setempat. Penyuluhan kesehatan dalam memberantas
kecacingan bertujuan untuk meningkatkan praktek hidup bersih dan sehat.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Setiap anak usia sekolah di SD/MI serta anaka balita terbebas dari infeksi
kecacingan
2) Tujuan Khusus
Meningkatkan cakupan pemberian obat cacing paada usia 12 bulan sampai 12
tahun
D. SASARAN
Ibu hamil.
G. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan setiap 1 tahun /kali
A. PENDAHULUAN
Musyawarah masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan
atau masyarakat yang mewakili semua komponen masyarakat di desa/ kelurahan untuk
membahas hasil survey mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah
kesehatan, lingkungan dan perilaku yang diperoleh dari hasil survey mawas diri.
Musyawarah yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat (FMD) untuk membahas
masalah- masalah (terutama yang erat kaitannya dengan kemungkinan KLB,
Kegawatdaruratan dan Bencana) yang ada didesa serta merencanakan penanggulangannya.
Grafik yang dibahas fokus kepada hasil SMD yang telah diperoleh.
1. Tujuan MMD :
a. Masyarakat mengenal kesehatan di wilyahnya
b. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui penggerakan
dan pemberdayaan masyarakat di desa siaga.
c. Masyarakat membentuk forum desa atau kelurahan siaga dan menetapkan poskesdes
sebagai koordinator pelaksana upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
d. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menangulangi masalah kesehatan di
wilayahnya.
e. Mempersiapkan pelatihan kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader dalam mengembangkan desa siaga dan operasional poskesdes.
2. Tempat Pertemuan
Tempat pertemuan sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau tempat lain yang
menampung kurang lebih 20-30 orang peserta
3. Peserta Pertemuan
a. Peserta tingkat kecamatan.
1. Camat
2. TP-PKK Kecamatan
3. Kepala Puskesmas
4. Staf Puskesmas
5. DIKNAS
6. Departement agama lintas sektor terkait
b. Peserta tingkat desa
1. Kepala Desa
2. TP-PKK Desa
3. Sekdes
4. BPD
5. Tokoh Agama
6. Tokoh Masyarakat atau Guru.
4. WAKTU
Waktu pertemuan segera setelah SMD atau disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi
desa/ kelurahan yang bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat
hadir serta cukup memberikan kesempatan untuk tercapainya tujuan musyawarah
masyarakat desa.
5. PELAKSANAAN
a. Kepala Desa / Kelurahan yang mengundang para peserta MMD
b. MMD dibuka oleh kepala Desa/ Kelurahan dengan menguraikan maksud dan tujuan
musyawarah.
c. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan menggunakan alat peraga, poster dan lain- lain dipimpin oleh petugas
Puskesmas atau bidan di Desa.
d. Penyajian hasil SMD oleh tokoh masyarakat / kader / kelompok SMD
e. Perumusan dan penentuan priorotas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah
(butir c) dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi tekhnis dari petugas
puskesmas/bidan di desa.
f. Penyusunan rencana kerja masyarakat (RKM) dalam rangka penanggulangan
masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala desa/ kelurahan, dilanjutkan dengan
pembentukan forum desa siaga dan penetapan poskesdes sebagai koordinator UKBM.
g. Penutup.
6. TEMPAT
Balai Desa
7. POLA PENYELENGGARA
1. Susunan tempat duduk sebaiknya berbentuk lingkaran (round table) tidak ada peserta
membelakangi peserta yang lainnya, komposisi jangan seperti diruangan kelas.
2. Pimpinan pertemuan duduk sederetan, setara dan berada diantara para peserta, tidak
memisah atau duduk dikursi istimewa
3. Duduk tidak harus selalu dikursi, boleh juga dilantai diatas tikar/permadani/matras
8. SUASANA
Ciptakan suasana kekeluargaan yang akrab
Jangan ciptakan suasana formal dengan meja yang ditata seperti dimeja persidangan
9. WAKTU
1. Mulailah tepat waktu sesuai dengan rencana dan jadwal, jangan sampai peserta
menunggu
2. Yang mengundang hadir terlebih dahulu , jangan terlambat
10. PERAN KETUA
1. Mengarahkan pembicaraan agar jangan menyimpang dari arah yang ditetapkan
2. Menjadi penengah jika terjadi perselisihan pendapat dalam pembicaraan
3. Mengatur lalu lintas pembicaraan diantara sesama peserta
4. Ketua harus selalu berusaha memotivasi setiap peserta
5. Ketua jangan terlalu banyak berbicara, ketua sebaiknya lebih banyak memandu
6. Ketua harus sabar, tidak emosional bila ada hal- hal yang menjengkelkan
7. Ketua harus jeli, cerdik dan segera bisa menangkap apa yang dimaksud oleh peserta
8. Setiap pendapat harus dihargai, jangan memaksakan kehendak untuk disetujui
9. Semua keputusan harus berdasarkan musyawarah, bukan paksaan
10. Ketua harus selalu memantau kepada bahasa tubuh, ekspresi, gerak-gerik peserta,
apakah mereka kelihatan bosan/jengkel mendengarkan, bila perlu diselingi dengan
gurauan untuk mencairkan (Ice Breaker)
11. Bila ada hal-hal tekhnis yang kurang jelas, terutama tentang masalah/ info yang
berkaitan dengan kesehatan, dapat meminta kejelasan/ penjelasan dari dokter
Puskesmas/ stafnya
11. LANGKAH- LANGKAH PENYELENGGARAAN MMD
a. Persiapan
Kader menyiapkan hasil analisis yang ditulis dalam lembar balik
Kader membantu Kepala Desa menyimpulkan acara, tata ruangan dan perlengkapan
Kader memotivasi / mengajak para TOMA, TOGA, Pimpinan Ormas yang ada didesa
itu untuk hadir dalam MMD, agar dapat membantu memecahkan masalah bersama-
sama
Mengajak kader-kader didesa tersebut yang lainnya untuk ikut hadir
b. Proses :
Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD
Dipimpin oleh Kades
Pengenalan masalah kesehatan dipimpin bidan
Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah
dan hasil SMD
Rekomendasi teknis dari bidan
Penyusunan rencana pelaksana kegiatan dipimpin Kades
Penutup
c. Pengorganisasian
1. Penanggung jawab
2. Moderator
3. Penyaji
4. Notulis
5. Seksi Tabulasi
6. Seksi anakisa SWOT
7. Seksi Perumusan, prioritas masalah dan diagnosa
8. Seksi Perencanaan, Tingkat desa/ kelurahan
d. Kegiatan
Melakukan pertemuan tingkat desa/ kelurahan pertemuan tingkat desa/
kelurahan merupakan forum pertemuan yang dihadiri oleh para tokoh
masyarakat, TOGA,TOMA, tokoh adat, kader poskesdes, perangkat desa/
kelurahan dan dihadiri oleh petugas puskesmas dan lintas sektoral tingkat
kecamatan. Pertemuan tersebut sebagai upaya pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat dibidang gizi/ kesehatan. Didalam pertemuan
dibahas masalah-masalah gizi/ kesehatan yang ada didesa/ kelurahan dan
langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan
Hasil yang diharapkan dalam pertemuan ini adalah :
1. Dipahaminya masalah gizi dan hubungannya dengan kesehatan
2. Diperolehnya dukungan pamong dan pemuka masyarakat guna memecahkan
masalah gizi dan kesehatan tersebut
3. Disepakatinya rencana kegiatan survei mawas diri (SMD) khusus gizi/
pengamatan sederhana untuk mengetahui besaran masalah gizi, penyebab
dan sumber daya yang dimiliki
4. Terbentuknya kelompok kerja untuk melaksanakan SMD yang dapat terdiri
dari perangkat desa, tokoh masyarakat dan kader poskesdes
Melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD) merupakan kegiatan pengkajian
masalah gizi oleh kelompok kerja yang sudah terbentuk dengan bimbingan
petugas puskesmas.
Tujuan SMD adalah untuk identifikasi masalah- masalah gizi serta daftar
potensi didesa/kelurahan yang dapat didayagunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Pelaksanaan SMD dapat diintegrasikan dengan pelaksanaan
SMD lain dalam pengembangan desa siaga. Beberapa informasi gizi yang
penting untuk dikumpulkan pada saat SMD antara lain :
1. Data penimbangan balita, untuk mengetahui balita yang tidak
pernah/tidak rutin ditimbang di posyandu dan status pertumbuhannya
(SKDN) yaitu : berat badan tidak naik dua kali (2T), BGM, gizi buruk
kasus baru dan gizi buruk pasca perawatan.
2. Data ibu hamil anemia dan ibu hamil sangat kurus (KEK)
3. Data ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan
4. Data keluarga yang belum menggunakan garam beryodium
5. Data balita 6-59 bulan yang belum mendapat kapsul vitamin A selama
6 bulan terakhir
6. Data ibu hamil yang belum mengkonsumsi tablet tambah darah
7. Keluarga yang belum makan beraneka ragam. Data SMD diolah dan
dianalisis secara sederhana meliputi : jumlah keluarga dengan bayi,
anak balita, ibu hamil, dan ibu menyusui, permasalahan gizi, cakupan
posyandu,ddl sebagai bahan pembahasan pada pertemuan Musyawarah
Masyarakat Desa / Kelurahan (MMD/K)
Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa/ Kelurahan (MMD/K) adalah
forum pertemuan yang dihadiri oleh perangkat desa/kelurahan, tokoh
masyarakat, pemuka adat, kader, masyarakat umum dan dihadiri oleh petugas
puskesmas/ kecamatan.
Tujuan penyelenggaraan MMD/K adalah mencari alternatif pemecahan
masalah gizi di desa/ kelurahan tersebut. MMD/K sebaiknya dilaksanakan
sebelum musyawarah perencanaan dan pembangunan (Musrenbag) desa agar
kegiatan yang telah disusun penganggarannya dapat diusulkan melalui
mekanisme yang ada. Proses MMD/K dapat diatur sebagai berikut :
1. Kepala desa/ lurah membuka pertemuan dan menyampaikan maksud dan
tujuan pertemuan
2. Kader penyelenggara SMD (didampingi petugas puskesmas)
menyampaikan hasil SMD, dilanjutkan dengan tanya jawab
3. Kepala desa/ lurah membuka tanya jawab berkaitan dengan hasil SMD.
Bila diperlukan petugas puskesmas dapat memberikan penjelasan lebih
lanjut tentang masalah-masalah yang ditemukan didalam SMD
4. Diskusi penyusunan alternatif pemecahan masalah yang terdiri antara lain :
a) Menyusun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam 1 tahun
misalnya peningkatan atau penambahan jumlah posyandu, pemilihan
kader, pertemuan penyuluhan rutin, pendampingan keluarga/ kujungan
rumah, PMT penyuluhan, dll.
b) Menentukan penanggung jawab kegiatan dan sumber dana/sarana yang
diperlukan
c) Melaksanakan kegiatan didesa/ kelurahan
c. Permasalahan
Permasalahan diangkat sesuai dengan hasil SMD yang telah dilakukan oleh kader dengan
format yang ada di promkes yang terdiri dari 10 indikator PHBS dan masalah umum
lainnya di masyarakat.
d. Diskusi dan Tanya Jawab
Panduan penetapan prioritas masalah kesehatan masyarakat (dimodifikasi dari studi kasus
CDC, menerjemahkan Sains kedalam praktek). Menetapkan prioritas dari sekian banyak
masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin
sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin
menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas
secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang
penting. Metode yang dijelaskan disini memberikan cara untuk membandingkan berbagai
masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/ mutlak, memiliki kerangka,
sebisa mungkin sama/ sederajat dan objektif. Metode ini yang disebut dengan metode
Hanlon maupun sistem dasar penilaian prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public
Health Administration and practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/ Mosby College
Publishing) dan basic health planning (Spiegel and Hyman,Aspen Publishers)
Metode ini memiliki tiga tujuan utama :
Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
Untuk mengorganisasi faktor-faktor kedalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain
Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual
e. Hasil diskusi lapangan tingkat desa/ kelurahan
Masalah utama :
1. Kunjungan Persalinan Nakes masih rendah
2. Kasus Gizi Buruk
3. Kesehatan lingkungan masih rendah
4. Perilaku masyarakat dalam berPHBS kurang
5. Pemanfaatan kartu BPJS masih rendah
Alternatif Pemecahan :
1. Meningkatkan sosialisasi kunjungan persalinan di tenaga kesehatan
2. Penanganan kasus gizi buruk terus ditingkatkan
3. Mengadakan kegiatan jumat bersih
4. Meningkatkan penyuluhan di masyarakat tentang PHBS
5. Sosialisasi tentang aturan BPJS yang baru terus ditingkatkan
f. Tindak lanjut
Kader membantu kades menyebarkan hasil musyawarah tentang rencana kerja
penanggulangan masalah dan membantu menindak lanjuti untuk kegiatan-
kegiatan
Selanjutnya mencari calon kader baru, pelatihan kader dan pelaksanaan kegiatan
tindak lanjut Rencana Kerja Hasil MMD.
Keruak, 2017
Kepala Puskesmas Keruak