Anda di halaman 1dari 6

PELAYANAN KESEHATAN JIWA

No. Dokumen :

No. Revisi :
KAK
Tanggal Terbitan :
Halaman : 1 dari 6

PUSKESMAS Karunia Nente


MANGGAR
BARU NIP.19661212000031005

PELAYANAN KESEHATAN JIWA


I. PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa seringkali tidak menjadi fokus pelayanan kesehatan. Pada


tahun 2013 berdasarkan Riset Kesehatan Dasar di Indonesia menunjukkan bahwa
gangguan jiwa diderita 1,73 orang per 1000 penduduk dan 14,3% dari orang
dengan gangguan jiwa mengalami pemasungan. Gangguan mental emosional
dialami 6% persen dari jumlah penduduk Indonesia dan sering kali tidak terdeteksi.
Persepsi mengenai gangguan jiwa seringkali mengaburkan gejala dan oleh
karenannya gangguan mental emosional sering diabaikan seperti depresi dan
gangguan kecemasan. Pada tahun 2020 WHO memperkirakan bahwa depresi
dapat menjadi penyebab morbiditas kedua tertinggi. Apabila tidak ditangani
gangguan mental emosional dapat menurunkan produktifitas dan kualitas hidup
seseorang, sedangkan pada gangguan jiwa berat bila tidak ditangani akan
menimbulkan bahaya bagi penderita dan orang sekitar. Selain itu Indonesia juga
mencanangkan gerakan Indonesia bebas pasung 2019 sehingga perlu disusun
suatu pelayanan kesehatan jiwa yang baik.

II. LATAR BELAKANG

Puskesmas Manggar Baru juga memliki penderita gangguan jiwa/ orang dengan
gangguan jiwa atau ODGJ sebanyak 14 orang pertahun 2015. Berfokus pada
jumlah penduduk maka rasio orang dengan gangguan jiwa mencapai 0,699 per
1000 penduduk (20.008 penduduk) walaupun tergolong rendah, kasus baru juga
masih terus ditemukan terutama kasus gangguan psikotik akut yang belum dapat
digolongkan ke skizofrenia. Masih ditemukan pula kasus isolasi sosial pada kasus
walaupun bukan pemasungan fisik pada orang dengan gangguan jiwa. Gangguan
mental emosional/Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) tidak tercatat dengan
pasti berapa jumlah yang berobat karena gejala yang sangat tidak jelas dan
seringkali baru terasa ketika berada dalam fase yang berat dan tampak muncul dari
pemeriksaan afek dan mood. Oleh karena itu pelayanan kesehatan jiwa harus
disusun dalam suatu kerangka acuan kegiatan.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a. Tujuan Umum
Mewujudkan wilayah Manggar Baru sebagai wilayah sehat jiwa

b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai bagaiman hidup dengan
anggota keluarga dengan masalah kesehatan jiwa
2. Menekan morbiditas dan mortalitas penderita akibat penyakit
3. Mengurangi beban yang tidak perlu akibat munculnya penyakit yang harus
ditanggung oleh keluarga

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


A. Kegiatan Pokok
Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu sesuai standar Community Mental Health
Nursing
B. Rincian Kegiatan
1. Pelayanan Kesehatan ODGJ
2. Pelayanan Kesehatan ODMK
C. Sumber dana yang dapat digunakan dari APBN/BOK,APBD, JKN
PELAYANAN KESEHATAN JIWA

No. Dokumen :

No. Revisi :
KAK
Tanggal Terbitan :
Halaman : 2 dari 6

PUSKESMAS Karunia Nente


MANGGAR
BARU NIP.19661212000031005

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN IDENTIFIKASI PERAN BERBAGAI


PIHAK SERTA TATA NILAI YANG DIPEGANG

1. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa


Orang Dengan Gangguan Jiwa/ODGJ adalah penderita yang
menunjukkan gejala psikotik yakni ditemukan hendaya dalam menilai realita
berupa, waham, halusinasi, perilaku bizzare, atau gangguan isi pikir lainnya.
Contoh seperti skizofrenia, gangguan psikotik akut, depresi atau mania
dengan gejala psikotik, gangguan bipolar dengan gejala psikotik. Gangguan
mental organik diperlakukan tersendiri sesuai dengan advis spesialistik.
Pelayana kesehatan orang dengan gangguan jiwa dapat dilakukan dengan
kunjungan rumah meliputi :
a. Pengkajian keadaan umum dan aktifitas harian
b. Pemeriksaan tanda vital
c. Pemeriksaan fisik terutama sesuai keluhan yang diberikan
d. Pengkajian kemandirian
e. Pemantauan terapi
f. Konseling
g. Pencatatan

Pelayanan ini dapat melibatkan pihak seperti


1. Dokter terutama untuk melakukan pemeriksaan fisis dan diagnosis serta
konseling
2. Perawat yang berpengalaman dalam bidang keperawatanjiwa terutama
dalam pengkajian keperawatan, pemeriksaan tanda vital sederhana,
pengkajian kemandirian serta konseling
3. Petugas medis lainnya apabila dilakukan konsultasi lanjutan
4. Kader Kesehatan terutama untuk memfasilitasi pemeriksaan kesehatan,
dan menilai keadaan penderitas serta kemampuan sosialiasi
5. Tokoh masyarakat dan pengambil kebijakan lokal terutama untuk tidak
membiarkan upaya pemasungan pada penderita.
6. Dinas Kesehatan sebagai penentu kebijakan tertinggi.

Tata Nilai:
Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan profesional dan pencatatan
dilakukan secara akuntabel terutama untuk membantu memudahkan
pemantauan dan perkembangan kesehatan penderita

2. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Masalah Kejiwaan


Yang dimaksud dengan orang dengan masalah kejiwaan meliputi orang
dengan gangguan jiwa yang masih dapat menilai realita meliputi depresi,
kecemasan, gangguan bipolar, gangguan somatoform, gangguan makan dan
lain lain. Pelayanan kesehatan ODMK dilakukan dengan pendekatan
komunikasi terapoetik dalam prinsip CMHN yang dijabarkan dalam suatu
standar prosedur operasi dan sekurang kurangnya terdiri dari :
 Perkenalan dan Raport
 Pra interaksi terutama mengenali apakah pasien ini dapat
membahayakan pemeriksa, mengeksplorasi kemungkinan yang terjadi
antara pemeriksa dengan penderita misalnya penolakan atau penerimaan
 Orientasi terutama menjelaskan mengapa penderita membutuhkan
pertolongan
 Tahapan kerja terutama mengeksplorasi stressor atau permasalahan
serta defense mechanism yang dilakuan penderita serta cara menangani
gejala tersebut tanpa menggurui
 Terminasi ditutup dengan rencana pemantauan perkembangan serta
konklusi dari sesi terapi
PELAYANAN KESEHATAN JIWA

No. Dokumen :

No. Revisi :
KAK
Tanggal Terbitan :
Halaman : 3 dari 6

PUSKESMAS Karunia Nente


MANGGAR
BARU NIP.19661212000031005

Pihak yang dapat terlibat dalam kegiatan ini antara lain


1. Dokter terutama untuk melakuan pemeriksaan status mental, penegakan
diagnosis dan intervensi.
2. Perawat terutama yang ahli dalam keperawatan jiwa atau familir dengan
tindakan pemulihan mental terutama komunikasi terapoetik
3. Ahli gizi terutama mengenai konseling/penyuluhan yang berhubungan
dengan asupan nutrisi dan manajemen malnutrisi pada penderita
4. Ahli farmasi atau apoteker terutama untuk konseling obat pada keluarga
dan mencegah timbulnya efek iatrogenik atau penyalagunaan
5. Ahli laboratorium terutama untuk menjelaskan mengenai tujuan dan
pentingnya pemeriksaan laboratorium terutama dalam mendeteksi
penyakit apabila diperlukan
6. Kader Kesehatan terutama membantu petugas medis secara aktif menilai
perkembangan terapi dengan memantau aktiftias sehari hari
7. Tokoh Masyarakat dan Pengambil Kebijakan Lokal terutama untuk
mendeteksi faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya gangguan
mental seperti keadaan lingkungan yang tidak aman dari tindak kriminal
yang memicu terjadinya gangguan cemas dan sebagainya
8. Dinas Kesehatan sebagai pemangku kebijakan tertinggi di tingkat kota
terutama dalam mendorong dilakukannya pelatihan pemulihan jiwa

Tata Nilai:
Dalam melakukan kegiatan perlu dilakukan komunikasi dengan bahasa
yang baik dan jelas terutama untuk topik yang bersifat sensitif serta
menjamin kerahasiaan penderita dan tidak mencap/ atau memberikan
stigma gila pada orang yang memiliki gangguan mental emosional
terutama gangguan ringan.

VI. FASILITASI DAN PERAN SERTA MASYARAKAT


Masyarakat sebagai sasaran dari rangkaian kegiatan ini perlu difasilitasi dan
diberikan kejelasan mengenai perannya dalam pelaksanaan setiap program. Ruang
lingkup peran masyarakat meliputi :
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilakukan bersama antara puskesmas, masyarakat, dan
lintas sektor terkait. Perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan dan harapan
serta umpan balik masyarakat tentang kesehatan jiwa terutama mengenai
perencanaan kegiatan yang bersifat komunal atau insidental dan kegiatan yang
dapat mendukung visi Indonesia bebas pasung 2019. Pengumpulan informasi
dan pengelolaan hasil kebutuhan masyarakat akan rencana kegiatan dilakukan
berdasarkan Kerangka Acuan Kerja Identifikasi Kebutuhan, Harapan serta
Umpan Balik masyarakat yang akan menjadi dasar terbentuknya kegiatan.

b. Koordinasi dan komunikasi Lintas Program dan Lintas Sektor


Setiap pihak yang memiliki peran dalam upaya kesehatan masyarakat ini perlu
melakukan koordinasi sesuai dengan panduan prosedur komunikasi yang
diberlakukan. Koordinasi dilakukan terutama untuk kesepakatan jadwal, dan
teknis perencanaan kegiatan.

c. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan kegiatan, setiap pihak serta masyarakat sebagai sasaran
kegiatan hendaknya perlu memperhatikan hal hal yang telah disepakati, meliputi
jadwal, teknis pelaksanaan dan aturan nilai yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
kegiatan harus mengacu pada Kerangka Acuan Kegiatan dan standar prosedur
yang berlaku. Dalam kegiatan, terdapat pula proses pemantauan kegiatan agar
tujuan kegiatan dapat tercapai. Dalam menjalankan kegiatan terdapat hak dan
kewajiban sasaran yang harus dipenuhi oleh seluruh pihak terkait yang akan
ditetapkan dalam suatu surat keputusan pimpinan Puskesmas
PELAYANAN KESEHATAN JIWA

No. Dokumen :

No. Revisi :
KAK
Tanggal Terbitan :
Halaman : 4 dari 6

PUSKESMAS Karunia Nente


MANGGAR
BARU NIP.19661212000031005

d. Evaluasi Kinerja
Evaluasi Kinerja dilakukan bersama antara puskesmas, masyarakat dan lintas
sektor terkait sekurang kurangnya 2 kali dalam setahun. Kegiatan evaluasi juga
mencakup analisis permasalahan yang muncul kegiatan dan faktor lain yang
menghambat jalannya kegiatan

e. Perbaikan dan Tindak Lanjut


Rencana perbaikan disusun bersama antara puskesmas, masyarakat dan lintas
sektor untuk selanjutnya dilakukan pada periode berikutnya dalam bentuk
pertemuan atau rapat koordinasi dan akan menjadi bahan untuk perencanaan
kegiatan selanjutnya

Seluruh upaya fasilitasi peran serta masyarakat ini harus dibakukan dalam suatu
surat keputusan yang dibuat oleh pimpinan puskesmas untuk diketahui oleh
seluruh pelaksana dan sasaran kegiatan.

VII. HAK DAN KEWAJIBAN SASARAN

Dalam kegiatan pelayanan keehatan lansia terpadu, sasaran masyarakat perlu


memperhatikan hak dan kewajibannya sebagai berikut
Kewajiban :
1. Memberikan informasi yang sejelas-jelasnya terutama oleh keluarga mengenai
keadaan kesehatan penderita, proses perjalanan penyakit yang muncul,
pengobatan yang sudah dijalani dan hambatan keluarga dalam merawat
penderita
2. Bersama sama dengan seluruh pihak menyusun rencana kegiatan kesehatan
jiwa bila diperlukan
3. Melakukan penyesuaian rencana kegiatan apabila diperlukan
4. Mengikuti kegiatan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan tujuan dan
nilai yang ditetapkan serta menerima konsekuensi atas keputusan yang diambil.
5. Menjalankan intervensi kesehatan yang disarankan
6. Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko yang muncul
7. Melakukan pemantauan dan evaluasi bersama apabila diperlukan
8. Tidak melakukan hal hal yang dapat menghambat jalannya kegiatan
Hak :
1. Mendapatkan intervensi yang sesuai dengan keadaan penderita
2. Memperoleh perlakuan yang sama dalam menjalankan kegiatan
3. Memperoleh jaminan kerahasiaan informasi medis
4. Menyampaikan pendapat, usulan dan saran dalam upaya evaluasi kegiatan serta
terlibat dalam kegiatan tindak lanjut perbaikan
Hak dan kewajiban sasaran ditetapkan dalam suatu surat keputusan pimpinan
Puskemas dan disosialisasikan kepada seluruh pihak yang terkait.

VIII. UPAYA MINIMALISASI RESIKO

Dalam kegiatan pelayanan lansia terdapat beberapa resiko yang mungkin muncul
dalam pelaksanaan kegiatan meliputi :
PELAYANAN KESEHATAN JIWA

No. Dokumen :

No. Revisi :
KAK
Tanggal Terbitan :
Halaman : 5 dari 6

PUSKESMAS Karunia Nente


MANGGAR
BARU NIP.19661212000031005

Hazard Jenis Kajian Insidensi Intervensi yang dilakukan


Manusia Kesalahan Informasi yang diberikan saat Teknik konseling dan
persepsi konseling atau penyuluhan sulit penyuluhan perlu disesuaikan
pengetahuan dimengerti karena persoalan dengan keadaan lansia dan
bahasa atau analogi yang keluarga
kurang sederhana sehingga
dapat menimbulkan mispersepsi
misalnya salah meminum obat
sesuai aturan
Konflik akibat Resistensi terutama mengenai Perlu dilakukan konseling
Resistensi kepatuhan minum obat atau kepada keluarga terutama
persepsi bahwa diri tidak sakit mengenai teknik pengobatan
(tilikan/insight 1) untuk penderita dengan
adheren pengobatan yang
rendah misalnya depot injeksi
antipsikotik
Tindak Tindakan kekerasan dapat Penilaian keadaan dilakukan
kekerasan terjadi pada saat kunjungan sebelum melakukan kontak
rumah terutama bila mengamuk langsung dengan penderita
atau munculnya gangguan dan bila perlu selama
psikotik kunjungan didampingi oleh
keluarga

Setiap pihak yang telibat perlu meningkatkan kewaspadaan universal tentang


bahaya resiko yang mungkin ditimbulkan dalam pelaksanaan kegiatan. Analisis dan
tindak lanjut resiko dilakukan secara periodik paling sedikit 1 kali dalam setahun atau
bila terdapat kasus yang membutuhkan penanganan segera.

IX. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Setiap kegiatan kunjungan rumah yang melibatkan tim, lintas program dan lintas
sektor sedikitnya perlu memperhatikan ketentuan berikut ini :

Jadwal kegiatan UKM


Mgg IV Mgg. III Mgg. II Mgg I
No Kegiatan Keterangan
Pra Pra Pra Pra
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1 Persiapan panitia Tentatif
2 Undangan Tentatif
3 Pelaksanaan Tentatif
4 Pelaporan dan Tentatif
pertanggung jawaban

Kegiatan komunikasi terapoetik dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan


kebutuhan. Kesepakatan jadwal perlu dilakukan bersama antara seluruh pihak yang
terkait, termasuk teknis, penyesuaian rencana perubahan dan alternatif tindakan akibat
perubahan rencana dengan mekanisme pemberitahuan yang telah ditetapkan. Jadwal
kegiatan yang tergabung dalam Kegiatan kesehatan jiwa dicantumkan dalam Rencana
Pelaksanaan Kegiatan yang ditetapkan oleh pimpinan puskesmas.
PELAYANAN KESEHATAN JIWA

No. Dokumen :

No. Revisi :
KAK
Tanggal Terbitan :
Halaman : 6 dari 6

PUSKESMAS Karunia Nente


MANGGAR
BARU NIP.19661212000031005

X. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan (dilaporkan kepada kepala Puskesmas Manggar


Baru setelah kegiatan pertemuan dilaksanakan sekaligus laporan pertanggungjawaban
pembiayaan kepada PPTK) Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan dilakukan
tentatif baik pada saat Mini Lokakarya atau pertemuan Khusus :
1. Dalam pertemuan dipaparkan teknis pelaksanaan kegiatan dan faktor penyebab
masalah
2. Analisis faktor penyebab masalah
3. Menentukan cara penyelesaian masalah
4. Menentukan prioritas penyelesaian masalah
5. Melakukan pencatatan dan dokumentasi

XI. KETERANGAN LAIN

Kerangka acuan Kegiatan merupakan pokok induk dari standar prosedur


operasional. Kerangka Acuan Kegiatan dapat diperbaharui apabila terdapat hal hal
yang belum diatur dengan mempertimbangkan panduan terbaru serta saran dari
semua pihak yang terlibat didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai