Anda di halaman 1dari 75

PENINGKATAN MUTU

PUSKESMAS (PMP)

BAB V
Disampaikan pada :
Pelatihan TOT Calon
Surveior FKTP Angkatan 2
Dr. Hendro Nugroho Sulasono, Sp.DLP, M.M, Sp.KKLP

• Surveior Akreditasi TK-PP FKTP LAI SBN (2018- sekarang)


• Pelatih Calon Surveior Akreditasi Puskesmas dan Klinik
• Praktek Mandiri
• Konselor Adiksi – Supervisor Medis Rumah Cemara
• ASN

Riwayat Pendidikan
S1- Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Spesialis Dokter Layanan Primer - Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
08122 S2 – Universitas Winaya Mukti (konsentrasi Rumah Sakit)
Sp. KKLP – Kolegium Kedokteran Keluarga dan layanan Primer
yang paling tepat 8,
karena pada
gambar, bagian
depan kaos tembus
sampai dengan
background.
PRESENTATION
OBJECTIVES

Memahami bab 5 Standar Akreditasi


Puskesmas

Memahami cara penilaian dan telusur bab 5

Memahami keterkaitan dengan bab lain dalam


Standar Akreditasi Puskesmas

3
Referensi

1 2 3
Referensi
4 5 6
Standar 5.1 Peningkatan Mutu Berkesinambungan

Standar 5.2 Program Manajemen Resiko

BAB V Standar 5.3 Sasaran Keselamatan Pasien

Standar 5.4 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dan


Pengembangan Budaya Keselamatan

Standar 5.5 Program Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi

7
STANDAR TERKAIT UPAYA PENINGKATAN
MUTU PELAYANAN PUSKESMAS PMK
46/2015

BAB III BAB VI BAB IX


PENINGKATAN MUTU & SASARAN KINERJA PENINGKATAN MUTU
KINERJA PUSKESMAS
UKM DAN
2
KESELAMAT
AN PASIEN
5.1 Peningkatan Mutu dilaksanakan
secara berkesinambungan

5.1.1 Tim dan Program Peningkatan Mutu 5.1.3 analisis dan validasi
Puskesmas
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang
diberi tanggung jawab untuk peningkatan mutu
dan keselamatan pasien berkomitmen untuk
membudayakan peningkatan mutu secara
berkesinambungan melalui pengelolaan
indikator mutu. 5.1.2 Indikator
mutu 5.1.4 peningkatan mutu dicapai
Kepala Puskesmas menetapkan program peningkatan & dipertahankan
mutu dan tim atau petugas diberi tanggung jawab
untuk peningkatan mutu, keselamatan pasien,
manajemen risiko, dan PPI yang memenuhi
persyaratan kompetensi yang dilengkapi dengan uraian
tugas masing-masing. (R, D, W)
5.2 Program manajemen risiko digunakan untuk melakukan identifikasi, analisa dan
penatalaksanaan risiko untuk mengurangi cedera, dan mengurangi risiko lain terhadap
keselamatan pasien, staf dan sasaran pelayanan UKM serta masyarakat

5.2.1 Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya


5.2.2 Risiko dalam penyelenggaraan
Puskesmas terhadap pengguna layanan,
berbagai upaya Puskesmas
keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan
terhadap pengguna layanan, keluarga, masyarakat, petugas, dan
diidentifikasi, dianalisis dan dilakukan
penatalaksanaannya lingkungan yang telah diidentifikasi
dianalisis dan ditindak lanjuti
Standar 5.3
Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan pasien diterapkan dalam upaya keselamatan pasien.


Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran keselamatan pasien sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Kriteria 5.3.1

Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar.

1
3
Pokok Pikiran
Proses identifikasi dengan benar
Identifikasi harus dilakukan
harus dilakukan mulai dari
minimal dengan dua cara
penapisan atau skrining, pada
identifikasi yang relatif tidak
saat pendaftaran, serta pada
berubah, yaitu nama lengkap,
setiap akan dilakukan prosedur
tanggal lahir, nomor rekam medis,
diagnostik, prosedur tindakan,
atau nomor induk kependudukan.
pemberian obat, dan pemberian
diet.

Identifikasi tidak boleh


menggunakan nomor kamar atau
lokasi pasien dirawat.
a) Dilakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan
prosedur diagnostik, tindakan, obat,

Elemen pemberian pemberian imunisasi, dan


Penilaian pemberian
dengan kebijakan diet
dan prosedur yang ditetapkansesuai
(R, D,
O, W).

b) Dilakukan prosedur tepat identifikasi apabila


dijumpai
pasien dengan kondisi khusus yang
seperti disebutkan pada pokok pikiran
kebijakan sesuai dengan
dan prosedur yang ditetapkan (R, D, O, W).

15
16
Standar 5.3
Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan pasien diterapkan dalam upaya keselamatan pasien.


Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran keselamatan pasien sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Kriteria 5.3.2

Proses untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pemberian asuhan


ditetapkan dan dilaksanakan.

17
Pokok Pikiran

Pelaporan kondisi pasien Komunikasi yang rentan


dalam komunikasi verbal menimbulkan kesalahan, terjadi
atau lewal telepon, antara pada saat :
lain, dapat (1) pemberian perintah secara
dengan dilakukan verbal
teknik menggunakan (2) pemberian perintah verbal
background, SBAR melalui telepon
asessment, (situation, (3) penyampaian hasil
recommendation). pemeriksaan kritis
Sedangkan
instruksi saat
lewat
menerima diagnosis penunjang
dapat telepon (4) serah antargiliran
metode readback (write
menggunakan (shift),
terima dan
down, read and (5) pemindahan pasien dari unit
confirmation).
back yang satu ke unit yang lain.
.
a) Pemberian perintah secara verbal lewat telepon
menggunakan teknik SBAR dan TBAK sesuai dalam
pokok pikiran (D, W).
b) Pelaporan kondisi pasien dan pelaporan nilai kritis
Elemen hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai
Penilaian dengan prosedur, yaitu ditulis lengkap, dibaca ulang
oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi
pesan, dan dicatat dalam rekam medis, termasuk
identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil pemeriksaan
laboratorium dilaporkan (D,W, S).
c) Dilakukan komunikasi efektif pada proses serah terima
pasien yang memuat hal kritikal dilakukan secara
konsisten sesuai dengan prosedur dan metode SBAR
dengan menggunakan formulir yang dibakukan (R, D,
W, S). 19
20
Standar 5.3
Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan pasien diterapkan dalam upaya keselamatan pasien.


Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran keselamatan pasien sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Kriteria 5.3.3

Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu


diwaspadai ditetapkan dan dilaksanakan

21
Pokok Pikiran
Obat yang perlu diwaspadai (high alert
medications) adalah obat-obatan yang
Kesalahan pemberian obat dapat
memiliki risiko menyebabkan cedera
serius pada pasien jika digunakan dengan juga terjadi akibat adanya obat
tidak tepat.
dengan nama dan rupa obat
Obat higt alert meliputi :
1) Obat risiko tinggi, yaitu obat dengan mirip (look alike sound alike).
zat aktif yang dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan bila terjadi
Kebijakan dan prosedur tentang
kesalahan (error) dalam penggunaannya pengelolaan obat yang perlu
(contoh: insulin, heparin atau
diwaspadai ditetapkan dan
sitostatika),
dilaksanakan yang meliputi
2) Obat yang terlihat mirip dan
penyimpanan, penataan, peresepan,
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look pelabelan, penyiapan, penggunaan,
Alike Sound Alike/LASA) dan evaluasi penggunaan obat yang
3) Elektrolit konsentrat contoh: kalium
perlu diwaspadai, termasuk obat
klorida dengan konsentrasi sama atau
lebih dari 1 mEq/ml, natrium klorida psikotropika, narkotika, dan obat
dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dengan nama atau rupa mirip.
dan magnesium sulfat injeksi dengan
a) Disusun daftar obat yang perlu diwaspadai dan
obat
dengan nama atau rupa mirip serta dilakukan
pelabelan dan penataan obat yang perlu diwaspadai
Elemen
dan obat dengan nama atau rupa mirip sesuai dengan
Penilaian
kebijakan dan prosedur yang disusun (R, D, O, W).

b) Dilakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan


obat-obatan psikotropika/narkotika dan obat-obatan
lain yang perlu diwaspadai (high alert) (D, O, W).

23
24
Standar 5.3
Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan pasien diterapkan dalam upaya keselamatan pasien.


Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran keselamatan pasien
sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Kriteria 5.3.4

Proses untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur, dan tepat sisi pada
pasien yang menjalani operasi/tindakan medis ditetapkan dan dilaksanakan.

25
Pokok Pikiran

Puskesmas harus mengembangkan


Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja
sebelum prosedur dimulai selama pasien
suatu sistem untuk memastikan benar terlibat secara aktif dalam penandaan sisi dan
pasien, benar prosedur, dan benar sisi tanda. Adakalanya pasien dalam keadaan
jika melakukan tindakan dengan tidak memungkinkan untuk berpartisipasi,
misalnya pada pasien anak atau ketika pasien
menerapkan protokol umum (universal
tidak berkompeten untuk membuat keputusan
protocol) yang meliputi: tentang perawatan kesehatan.
(1) proses verifikasi sebelum
dilakukan tindakan;
Penandaan sisi yang Jeda (time out) merupakan peluang untuk
akan menjawab semua pertanyaan yang belum
dilakukan
dan
tindakan/prosedur; terjawab atau meluruskan kerancuan.
Jeda dilakukan di lokasi tempat prosedur
(2) time out yang dilakukan segera
akan dilakukan, tepat sebelum memulai
sebelum prosedur dimulai.
prosedur, dan melibatkan seluruh tim yang
akan melakukan tindakan operasi atau
invasif.
a) Dilakukan penandaan sisi operasi/tindakan medis
secara konsisten oleh pemberi pelayanan yang akan
melakukan tindakan sesuai dengan kebijakan dan
Elemen prosedur yang ditetapkan (R, O, W, S).
Penilaian b) Dilakukan verifikasi sebelum operasi/tindakan medis
untuk memastikan bahwa prosedur telah dilakukan
dengan benar (D, O, W).
c) Dilakukan penjedaan (time out) sebelum
operasi/tindakan medis untuk memastikan semua
pertanyaan sudah terjawab atau meluruskan
kerancuan (O, W).

27
28
Standar 5.3
Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan pasien diterapkan dalam upaya keselamatan pasien.


Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran keselamatan pasien
sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Kriteria 5.3.5

Proses kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan risiko infeksi yang terkait
dengan pelayanan kesehatan.

29
Pokok Pikiran

Prosedur kebersihan tangan perlu


Puskesmas harus
disusun dan disosialisasikan.
menerapkan Informasi mengenai prosedur
kebersihan tangan tersebut ditempel di tempat
mudah yang dibaca.
yang terbukti
tenaga Tenaga medis,
kesehatan, dan karyawan
menurunkan risiko Puskesmas perlu diedukasi tentang
infeksi yang terjadi kebersihan tangan. Sosialisasi
kebersihan tangan perlu
pada fasilitas juga
dilakukan kepada
kesehatan. keluarga pasien.
pasien dan
a)Ditetapkanstandar kebersihan tangan
Elemen yang mengacu pada standar WHO (R).
Penilaian b)Dilakukan kebersihan tangan sesuai
dengan regulasi yang ditetapkan (D, O,
W).

31
32
Standar 5.3
Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan pasien diterapkan dalam upaya keselamatan pasien.


Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran keselamatan pasien
sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Kriteria 5.3.6

Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh disusun dan dilaksanakan.

33
Pokok Pikiran
Risiko jatuh dapat terjadi
pada pasien dengan
riwayat jatuh, penggunaan
obat, minum minuman
beralkohol, gangguan Contoh alat untuk melakukan
keseimbangan, gangguan
visus, gangguan mental, penapisan pada pasien rawat
dan sebab yang lain inap adalah skala Morse untuk
pasien dewasa dan skala Humpty
Penapisan risiko jatuh
Dumpty untuk anak, sedangkan
dilakukan pada pasien rajal
untuk pasien rawat jalan
dengan mempertimbangkan :
dilakukan dengan menggunakan
1. Kondisi pasien
get up and go test
2. Diagnosis
3. Situasi
4. Lokasi
a) Dilakukan penapisan pasien dengan
risiko jatuh di rawat jalan dan
Elemen
pengkajian
rawat inap risiko
sesuaijatuh di kebijakan
dengan IGD dandan
Penilaian
prosedur serta dilakukan upaya untuk
tersebut (R, O, W, S).
mengurangirisiko

b) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk


mengurangi risiko terhadap situasi dan lokasi yang
diidentifikasi berisiko terjadi pasien jatuh (D, W).

35
36
Standar 5.1 Peningkatan Mutu Berkesinambungan

Standar 5.2 Program Manajemen Resiko

BAB V Standar 5.3 Sasaran Keselamatan Pasien

Standar 5.4 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dan


Pengembangan Budaya Keselamatan

Standar 5.5 Program Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi

37
Standar 5.4
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dan Pengembangan Budaya
Keselamatan
Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien dan pengembangan
budaya keselamatan.
Pelaporan insiden keselamatan pasien berhubungan dengan budaya keselamatan di
Puskesmas dan diperlukan untuk mencegah insiden lebih lanjut atau berulang pada masa
mendatang yang akan membawa dampak kerugian yang lebih besar bagi Puskesmas.

Kriteria 5.4.1
Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis akar masalah, dan penyusunan
tindakan korektif sebagai upaya perbaikan, dan pencegahan potensi insiden
keselamatan pasien. 38
Pokok Pikiran

Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak


Insiden keselamatan pasien diinginkan (unexpected occurrence) yang
terdiri atas (1) kondisi mengakibatkan kematian atau cedera yang
potensial cedera signifikan serius. Kejadian sentinel dapat berupa :
(KPCS), (2) kejadian nyaris 1. Kematian yang tidak diduga
cedera (KNC), (3) kejadian 2. kehilangan permanen fungsi yang tidak
terkait penyakit atau kondisi pasien
tidak cedera (KTC), (4) 3. tindakan salah sisi, salah prosedur, dan
kejadian tidak diharapkan salah pasien;
(KTD), dan (5) kejadian 4. penculikan anak, termasuk bayi atau anak
sentinel (KS). dikirim ke rumah yang bukan rumah orang
tuanya; dan
5. perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti
penyerangan (berakibat kematian atau
kehilangan fungsi secara permanen) atau
pembunuhan (yang disengaja) atas pasien,
Pelaporan insiden terdiri atas anggota keluarga, staf, dokter, pengunjung,
atau vendor/pihak ketiga ketika berada dalam
laporan insiden internal dan
lingkungan Puskesmas.
laporan insiden eksternal.
a) Dilakukan pelaporan jika terjadi insiden sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan kepada tim
Elemen keselamatan pasien dan kepala puskesmas yang
Penilaian disertai dengan analisis, investigasi insiden, dan
tindak lanjut terhadap insiden (R, D, W).

b) Dilakukan pelaporan kepada Komite Nasional


Keselamatan Pasien (KNKP) terhadap insiden,
analisis, dan tindak lanjut sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan (D, O, W).

40
41
Standar 5.4
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dan Pengembangan Budaya
Keselamatan
Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien dan pengembangan
budaya keselamatan.
Pelaporan insiden keselamatan pasien berhubungan dengan budaya keselamatan di
Puskesmas dan diperlukan untuk mencegah insiden lebih lanjut atau berulang pada masa
mendatang yang akan membawa dampak kerugian yang lebih besar bagi Puskesmas.

Kriteria 5.4.2
Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting dalam memperbaiki perilaku dalam
pemberian pelayanan yang mencerminkan budaya mutu dan budaya keselamatan.
42
Pokok Pikiran

Perilaku terkait budaya keselamatan


berupa
(1) penyediaan layanan yang baik, Perilaku yang tidak mendukung budaya
termasuk pengambilan keputusan keselamatan seperti:
bersama; (1) perilaku yang tidak
(2) bekerjasama dengan pasien; layak
(3) bekerjasama dengan tenaga (inappropriate)
(2) perilaku yang mengganggu
kesehatan lain; (disruptive)
(4) bekerjasama dalam (3) perilaku yang melecehkan
layanan kesehatan; sistem (harassment) terkait dengan ras,
(5) meminimalisir risiko; agama, suku termasuk gender; dan
(6) mempertahankan kinerja (4) pelecehan seksual.
professional;
(7) perilaku profesional dan beretika;
(8) memastikan pelaksanaan proses
pelayanan yang terstandar; dan
(9) upaya peningkatan mutu dan
keselamatan
termasuk keterlibatan dalam
pelaporan dan tindak lanjut insiden.
a) Dilakukan pengukuran budaya keselamatan pasien
dengan menlakukan survei budaya keselamatan
pasien yang menjadi acuan dalam program budaya
Elemen keselamatan (D,W).
Penilaian b) Puskesmas membuat sistem untuk
mengidentifikasi dan menyampaikan pelaporan
perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan
atau "tidak dapat diterima" dan upaya perbaikannya
c) (D, W).
Dilakukan edukasi tentang mutu
keselamatan klinis dan pasien
semua
pada
tenaga kesehatan
pemberi asuhan (D, W).

44
45
Standar 5.1 Peningkatan Mutu Berkesinambungan

Standar 5.2 Program Manajemen Resiko

BAB V Standar 5.3 Sasaran Keselamatan Pasien

Standar 5.4 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dan


Pengembangan Budaya Keselamatan

Standar 5.5 Program Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi

46
Standar 5.5
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan Kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

Kriteria 5.5.1
Regulasi dan program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh seluruh
karyawan Puskesmas secara komprehensif untuk mencegah dan meminimalkan risiko
terjadinya infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
47
Pokok Pikiran
Puskesmas perlu menyusun
program PPI yang meliputi : Pencegahan dan pengendalian
(a)implementasi kewaspadaan infeksi yang selanjutnya disingkat
isolasi yang terdiri atas PPI adalah upaya
kewaspadaan standar dan untuk mencegah dan
kewaspadaan berdasar transmisi,
meminimalkan terjadinya infeksi
(b)pendidikan dan pelatihan PPI
(dapat berupa pelatihan atau pada pasien, petugas, pengunjung,
lokakarya) baik bagi petugas maupun dan masyarakat sekitar fasilitas
pasien dan keluarga, serta masyarakat, kesehatan.
(c) penyusunan dan penerapan bundel
infeksi terkait pelayanan kesehatan,
(d) pemantauan (monitoring) Risiko infeksi yang didapat
pelaksanaan kewaspadaan isolasi, dan/atau ditularkan di antara
(e) surveilans penyakit infeksi terkait pasien, staf, mahasiswa, dan
pelayanan kesehatan, serta (f) pengunjung diidentifikasi dan
penggunaan anti mikroba secara bijak dicegah atau diminimalkan
dan dilakukan pelaporan sesuai dengan
melalui kegiatan PPI.
peraturan
perundang-undangan.
a) Puskesmas menyusun rencana dan melaksanakan
program PPI yang terdiri atas (R, D):
(1). implementasi kewaspadaan isolasi yang terdiri atas kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasar transmisi,

Elemen (2).pendidikan dan pelatihan PPI (dapat berupa pelatihan atau lokakarya)
baik bagi petugas maupun pasien dan keluarga, serta masyarakat,
Penilaian (3) penyusunan dan penerapan bundel infeksi terkait
pelayanan kesehatan,
(4) pemantauan (monitoring) pelaksanaan kewaspadaan isolasi,
(5) surveilans penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan dan,
(6) Penggunaan anti mikroba secara bijak dan
komprehensif dalam penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmas

b) Dilakukan pemantauan, evaluasi, tindak lanjut, dan pelaporan terhadap


pelaksanaan program PPI dengan menggunakan indikator yang
ditetapkan (D, W).

49
50
51
Standar 5.5
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan Kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

Kriteria 5.5.2
Dilakukan identifikasi berbagai risiko infeksi dalam penyelenggaraan pelayanan sebagai
dasar untuk menyusun dan menerapkan strategi untuk mengurangi risiko tersebut.

52
Pokok Pikiran
Puskesmas melakukan Puskesmas harus menetapkan kriteria
identifikasi dan kajian risiko risiko untuk menangani dampak
infeksi, baik dalam tersebut yang dituangkan dalam bentuk
penyelenggaraan pelayanan regulasi tentang penilaian risiko dan
upaya kesehatan pengendalian infeksi (infection control
perseorangan m a u pu n upaya risk assessment/ICRA).
kesehatan masyarakat

Berdasarkan kajian tersebut, U ntu k penerapan kewaspadaan


disusun strategi dalam isolasi, perlu dipastikan:
pencegahan dan pengendalian (1) ketersediaan alat pelindu ng
infeksi melalui (a) kewaspadaan
diri (APD),
isolasi yang terdiri atas dua
lapis, yaitu kewaspadaan (2) ketersediaan linen yang benar;

standar dan kewaspadaan (3) ketersediaan alat medis


berdasar transmisi, (b) sesu ai dengan ketentuan;
penggunaan antimikroba (4) ketersediaan peralatan
secara bijak, dan (c) penyu ntikan yang aman; dan
pelaksanaan bundel infeksi
(5) pengelolaan limbah
terkait pelayanan kesehatan,
a) Dilakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas

Elemen (D, W).


Penilaian b) Disusun dan dilaksanakan strategi untuk
meminimalkan risiko infeksi terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas dan
dipastikan ketersediaan (a) sampai (c) yang
tercantum dalam bagian Pokok Pikiran (D, W).

54
55
Standar 5.5
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan Kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

Kriteria 5.5.3
Puskesmas yang mengurangi risiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan perlu
melaksanakan dan mengimplementasikan program PPI untuk mengurangi risiko infeksi baik
bagi pasien, petugas, keluarga pasien, masyarakat, maupun
lingkungan. 50
Pokok Pikiran

Program pencegahan dan


pengendalian infeksi di
Penerapan kewaspadaan Puskesmas adalah program
standar : yang dilakukan untuk
1. Kebersihan tangan mengidentifikasi dan
2. Penggunaan APD mengurangi risiko tertular dan
3. Etika batuk menularkan infeksi di antara
4. Penempatan pasien dengan pasien, petugas, keluarga,
benar masyarakat, dan lingkungan
5. Penyuntikan yang aman melalui penerapan
6. Dekontaminasi peralatan kewaspadaan isolasi yang
perawatan pasien terdiri atas kewaspadaan
7. Pengelolaan linen standar dan kewaspadaan
8. Pengelolaan limbah berdasar transmisi,
9. Perlindungan petugas penggunaan antimikroba
terhadap infeksi secara bijak, dan bundel untuk
infeksi terkait pelayanan
kesehatan
a) Terdapat bukti penerapan dan pemantauan prinsip
kewaspadaan standar sesuai dengan Pokok Pikiran

Elemen pada huruf (1) sampai dengan huruf (9) sesuai dengan
Penilaian prosedur yang ditetapkan (R, D, O, W).

b) Jika ada pengelolaan pada Pokok Pikiran huruf


(6) sampai dengan huruf (8) yang dilaksanakan oleh
pihak ketiga, Puskesmas harus memastikan standar
mutu diterapkan oleh pihak ketiga sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (D, W).

58
59
Standar 5.5
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan Kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

Kriteria 5.5.4

Puskesmas melakukan upaya kebersihan tangan sesuai standar.

54
Pokok Pikiran

Puskesmas melakukan edukasi dan Puskesmas wajib


menyediakan sarana edukasi untuk sarana dan menyediakan
kebersihan tangan bagi pengunjung dan prasarana
melakukan kebersihan untukantara
tangan,
petugas puskesmas. lain:
(1) fasilitas cuci tangan meliputi air
mengalir, sabun, tisu pengering
tangan/handuk sekali pakai;

Penanggung jawab PPI melakukan dan/atau

evaluasi dan tindaklanjut penerapan (2) hand rubs berbasis alkohol

PPI di Puskesmas secara periodik yang harus


ketersediaannya
sesuai dengan ketentuan yang terjamin di Puskesmas.

ditetapkan.
a) Dilakukan edukasi kebersihan tangan pada seluruh
karyawan Puskesmas, pasien, dan keluarga pasien (D,

Elemen W).
Penilaian b) Sarana dan prasarana untuk kebersihan tangan
tersedia di tempat pelayanan (O).

c) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


pelaksanaan kebersihan tangan secara periodik sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan (D, W).

62
63
64
Standar 5.5
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan Kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

Kriteria 5.5.5

Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi dengan penerapan kewaspadaan


berdasar transmisi dalam penyelenggaraan pelayanan pasien yang dapat ditularkan
melalui transmisi. 59
Pokok Pikiran
Untuk mengurangi risiko penularan air
Kewaspadaan berdasar borne disease, dilakukan antara lain
dengan penggunaan APD, penataan
transmisi meliputi kewaspadaan ruang periksa, penempatan pasien,
terhadap penularan melalui kontak, ataupun transfer pasien sesuai dilakukan
dengan prinsip PPI
droplet, dan air borne.

Untuk mencegah penularan airborne


Penularan penyakit air borne
disease, perlu dilakukan identifikasi
disease, termasuk penularan yang
pasien yang berisiko dengan
diakibatkan oleh prosedur atau
memberikan masker, menempatkan
tindakan yang
pasien di tempat tersendiri atau
aerosolisasi, merupakan
menimbulkan
salah satu
kohorting, dan mengajarkan etika batuk.
risiko yang perlu diwaspadai dan
mendapat perhatian khusus di
Puskesmas.
a) Dilakukan identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan melalui
transmisi airborne dan prosedur atau tindakan yang dilayani di
Puskesmas yang menimbulkan aerosolisasi serta upaya
Elemen pencegahan penularan infeksi melalui transmisi airborne dengan
Penilaian pemakaian APD, penataan ruang periksa, penempatan pasien,
ataupun transfer pasien sesuai dengan regulasi yang disusun (R,
O, W)

b) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan


terhadap pelaksanaan penataaan ruang periksa, penggunaan
APD, penempatan pasien, dan transfer pasien untuk mencegah
transmisi infeksi (D, W).

67
68
Standar 5.5
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan Kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

Kriteria 5.5.6
Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani outbreak infeksi, baik
di Puskesmas maupun di wilayah kerja Puskesmas.

63
Pokok Pikiran

Puskesmas Kriteria outbreak infeksi terkait dengan


menetapkan pelayanan kesehatan di Puskesmas :
kebijakan tentang (1) Terdapat kejadian infeksi yang
outbreak sebelumnya tidak ada atau sejak lama
penanggulangan tidak pernah muncul yang diakibatkan
sesuai dengan oleh kegiatan pelayanan kesehatan yang
wewenangnya berdampak risiko infeksi, baik di
Puskesmas maupun di wilayah kerja
Puskesmas.
(2) Peningkatan kejadian sebanyak dua kali
Dalam keadaan outbreak,
lipat atau lebih jika dibanding dengan
disusun dan diterapkan
panduan, protokol
periode sebelumnya.
kesehatan, dan prosedur (3) Kejadian dapat meningkat secara luas
yang sesuai untuk dalam kurun waktu yang sama.
mencegah penularan (4) Kejadian infeksi ditetapkan sebagai
penyakit infeksi. outbreak oleh pemerintah.
a) Dilakukan identifikasi mengenai kemungkinan terjadinya
outbreak infeksi, baik yang terjadi di Puskesmas maupun
Elemen di wilayah kerja Puskesmas (D, W).
Penilaian
b) Jika terjadi outbreak infeksi, dilakukan penanggulangan
sesuai dengan kebijakan, panduan, protokol kesehatan,
dan prosedur yang disusun serta dilakukan evaluasi dan
tindak lanjut terhadap pelaksanaan penanggulangan
sesuai dengan regulasi yang disusun (D, W).

71
72
73
74
TERIMA
KASIH
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9 Jakarta
Selatan

www.yankes.kemkes.go.id www.facebook.com/ditjen.yankes @ditjenyankes @ditjenyankes

Anda mungkin juga menyukai